[EXOFFI FREELANCE] MY LADY (Chapter 12)

MY LADY - CHAPTER 12.jpg

MY LADY

[ Chapter 12]

 

Title : MY LADY

Author : Azalea

Main Cast :

Byun Baekhyun (EXO), Lee Sena/Kim Jisoo (BLACK PINK), Oh Sehun (EXO)

Support Cast :

Shannon Williams, Lee Miju (Lovelyz), Kim Kai (EXO), Park Chanyeol (EXO), Do Kyungsoo (EXO), etc.

Genre : Romance, Sadnes, Adult

Rating : NC-17

Length : Chapter

Disclaimer : Cerita ini murni dari otakku sendiri. Tidak ada unsur kesengajaan apabila ada ff yang memiliki cerita serupa. Kalaupun ada yang serupa, aku akan berusaha membawakan cerita milikku sendiri ini dengan gaya penulisanku sendiri. Kalian juga bisa membacanya di wattpad. Nama id ku @mongmongngi_b, dengan judul cerita MY LADY.

Credit poster by CANTIKAPARK61

Cerita sebelumnya :  Cast Introduce -> CHAPTER 1 -> CHAPTER 2 -> CHAPTER 3 -> CHAPTER 4 -> CHAPTER 5 -> CHAPTER 6 -> CHAPTER 7 -> CHAPTER 8 -> CHAPTER 9 -> CHAPTER 10 -> CHAPTER 11

“Masuk! Dan ingat, jangan sampai kau mengecewakan bos besar karena dia telah membelimu dengan harga yang sangat mahal!” ucap seorang pria saat membukakan pintu sebuah kamar hotel tempat di mana Baekhyun sedang menunggu Sena setelah di belinya.

Sena pun dengan langkah ragu memasuki kamar hotel itu karena si pria yang mengawalnya terus mengawasinya dari belakang, takut Sena kabur yang akan berdampak bencana baginya. Setelah memastikan Sena masuk ke dalam kamar hotel, pria itu pun segera menutupnya, dan beranjak dari tempat itu meninggalkan Sena dan Baekhyun sendirian.

Sena menghela napas dalam menguatkan dirinya untuk memasuki kamar tersebut semakin dalam. Dengan langkah gemetar, Sena berjalan menelusuri sebuah lorong kecil sebelum masuk ke ruangan utama. Sena menautkan jari-jemarinya di depan badannya saat dia mulai melihat ujung dari tempat tidur di kamar hotel tersebut.

Suasananya begitu hening. Satu-satunya suara yang terdengar hanyalah dari suara ketukan sepatu heels yang digunakannya dan hal itu malah membuat detak jantung Sena semakin cepat saja. Begitu Sena berdiri di dekat ujung tempat tidur, dapat dilihatnya Baekhyun sedang duduk di salah satu sofa single berwarna putih di dekat jendela sambil menuangkan wine ke dalam gelasnya. Baekhyun kemudian sedikit menyesapnya, dan memainkannya gelas berisi winenya itu tanpa melihat Sena yang sedang menatapnya berdiri tidak jauh dari tempat duduknya.

Selama beberapa menit berlangsung, mereka hanya diam saja. Terlalu hanyut dengan pemikiran masing-masing. Dan tanpa sadar, selama itu pula Sena terus mengamati apa yang dilakukan oleh Baekhyun. Sena tersenyum kecil saat melihat penampilan Baekhyun yang sudah banyak berubah dari terakhir kali dia melihatnya. Rambut coklatnya telah digantikan dengan rambut hitam. Tidak lagi memakai jeans robek di sekitaran lututnya. Tidak ada lagi tindikan anting di salah satu daun telinga. Semuanya terlihat lebih rapi tapi tetap saja aura mengintimidasi yang keluar dari tubuhnya tidak berubah sama sekali. Wajahnya juga terlihat tidak banyak berubah, hanya sedikit tampak lebih dewasa dari sebelumnya. Mungkin karena tidak adanya senyuman yang Baekhyun tunjukkan dari bibir tipisnya.

Sebenarnya Baekhyun sangat ingin menatap Sena seperti apa yang sedang Sena lakukan padanya saat ini. Namun, dia harus menahannya karena takut dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Jika hal itu terjadi, maka kemungkinannya dia akan menyakiti Sena lagi, seperti tujuh tahun lalu dan Baekhyun tidak menginginkan hal itu terulang lagi.

Dengan sedikit frustasi, Baekhyun menegak sisa winenya sampai habis karena keheningan yang terjadi di antara mereka. Baekhyun pun menghela napas frustasi sebelum berkata pada Sena. “Apakah kakimu tidak pegal berdiri terus tidak bergerak seperti patung di sana?”

Nde?” Sena sedikit terkejut saat tiba-tiba Baekhyun berbicara tapi dengan nada dinginnya. Seingatnya tidak pernah sekalipun Baekhyun berbicara dingin padanya selama ini, dan itu membuat Sena sedikit sakit hati.

Sedangkan Baekhyun sendiri sedang merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya dia berkata dengan begitu dinginnya pada wanita yang sudah ditunggu selama tujuh tahun terakhir ini. Bukan ini yang diharapkannya. Bukan kalimat dingin yang ia harapakan sebagai kalimat sapaan pertamanya setelah tidak lama bertemu. Kebiasaan berbicara dingin selama tujuh tahun ini membuatnya lupa sedang berbicara dengan siapa saat ini. Baekhyun pun memejamkan matanya rapat sambil menghembuskan napas, karena sesungguhnya detak jantungnya sedang berdetak dengan cepatnya.

“Maaf. Aku tidak bermaksud berkata dingin padamu.” ucapnya melembutkan nada suaranya setelah membuka mata dan menatap langsung manik mata Sena yang sedang memandangnya terkejut karena perkataannya tadi. Baekhyun tersenyum kecil ke arah Sena untuk meyakinkan Sena bahwa dirinya masih Baekhyun yang dulu. Tidak pernah berubah. “Duduklah. Aku yakin kakimu pegal dengan heels setinggi itu.” Tambah Baekhyun semakin melembutkan nada bicaranya.

Sena menatap Baekhyun sedikit ragu, walaupun pada akhirnya dia pun melangkahkan kakinya mendekat ke arah Baekhyun. Sena langsung duduk di salah satu sofa lainnya yang berhadapan langsung dengan Baekhyun. Berdekatan dengan Baekhyun seperti ini membuat suasana canggung begitu terasa.

“Kau mau wine?” tanya Baekhyun sambil mengacungkan sebotol wine yang telah dibukanya. Sena menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Baekhyun.

Lalu Baekhyun menuangkan wine tersebut ke gelas yang memang diperuntukkan untuk Sena. Tidak lupa dia juga menuangkan wine tersebut untuk kembali mengisi gelasnya yang telah kosong. Setelah itu, Baekhyun menyerahkan gelas wine itu pada Sena sambil tersenyum.

“Terima kasih.” Ucap Sena sambil tersenyum canggung ke arah Baekhyun.

Setelah itu mereka kembali terdiam. Baekhyun yang mengamati gelas winenya, dan Sena yang mengedarkan pandangannya mengamati segela penjuru kamar tersebut. Ingin sekali Sena keluar dari kamar tersebut untuk membunuh suasana canggung yang terasa mencekiknya. Tapi dia tidak bisa, karena dia masih memiliki perjanjian dengan Kris.

“Apakah kau ingin mandi sekarang atau nanti setelah aku? Karena aku sungguh tidak nyaman memakai kemeja ini untuk tidur.” ucap Baekhyun membuat perhatian Sena kembali padanya. Dan saat itu juga Sena tersadar tujuannya datang ke kamar hotel itu. Tiba-tiba keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya.

Sena menatap Baekhyun yang balik menatapnya intens, menunggu jawaban apa yang akan dikeluarkan oleh Sena. “B-biar a-aku saja yang mandi terlebih dahulu.” Jawab Sena terbata-bata.

Mendenger jawaban Sena yang gugup membuat Baekhyun semakin melebarkan senyumannya. “Baiklah. Kau bisa menggunakan kamar mandinya terlebih dulu.” Ucap Baekhyun mempersilahkan Sena.

Tanpa menunggu waktu lebih lagi, Sena pun segera melesat ke kamar mandi yang memang terdapat di kamar hotel tersebut. Sena sedikit membanting pintu kamar mandi karena rasa gugupnya, dan langsung menguncinya dari dalam. Setelah berada di dalam kamar mandi, Sena segera membersihkan wajahnya dari make up yang digunakannya. Kemudian Sena membiarkan air dingin mengguyur kepalanya yang terasa akan pecah saat itu. Bayangan Baekhyun akan menggunakan kamar mandi yang sama dengannya membuat Sena semakin gugup saja.

Setelah selesai membersihkan diri, Sena berjalan mondar-mandir di dalam kamar mandi tersebut. Bingung akan apa yang digunakannya untuk keluar dari ruangan tersebut. Tidak memungkinkan baginya untuk kembali memakai gaun super ketat yang dipakainya tadi untuk tidur. Tapi tidak mungkin juga dia keluar hanya memakai selembar handuk saja. Walaupun Baekhyun sudah pernah melihat semuanya, tapi tetap saja itu sebuah perasaan asing bagi Sena. Dan dia tidak menyukainya.

Sena berpikir mungkin jika orang yang membelinya adalah orang lain, semuanya akan terasa lebih mudah. Tapi yang sekarang ada di hadapannya bukan pria lain, tapi adalah pria masa lalunya, dan Sena tidak tahu harus berbuat apa. Sena takut Baekhyun akan memperlakukannya seperti tujuh tahun lalu, tapi Sena juga tidak punya pilihan lain karena Baekhyun sudah membelinya. Bahkan apa yang dilakukannya saat ini lebih kotor dari apa yang pernah dilakukannya dulu.

Setelah berdebat dengan pikirannya sendiri, pada akhirnya Sena memilih untuk mengenakan jubah mandinya untuk menutupi tubuh telanjangnya. Biarlah nanti Baekhyun yang memutuskan akan menyentuhnya atau tidak, karena memang dirinya bukan lagi milik dirinya sendiri. Tapi milik Baekhyun.

Dengan tangan sedikit gemetar, Sena membuka pintu kamar mandi. Berjalan perlahan ke arah Baekhyun yang masih duduk di sofa dengan gelas wine di tangannya. Entah sudah berapa gelas wine yang diteguknya, Sena tidak tahu. Begitu Sena berdiri di hadapan Baekhyun dengan gugup, Baekhyun pun mendongakkan kepalanya untuk menatap Sena. Sena dapat melihat tatapan mata Baekhyun yang sudah mulai berkabut karena mabuk. Walaupun samar.

“Kau sudah selesai?” tanyanya sambil beranjak dari duduknya. Sena mengangguk kaku sebagai jawaban.

Lalu Baekhyun membuka kancing manset kemejanya yang memiliki bentuk huruf B, kemudian menggulung kemeja tersebut sebatas sikunya sambil berjalan menuju kamar mandi tanpa menatap Sena yang berdiri di dekatnya. Baekhyun berjalan melewati Sena begitu saja, seakan Sena tidak ada. Baekhyun sengaja melakukan hal itu karena dia tahu apa yang ada di balik jubah mandi yang Sena kenakan, dan dia takut jika dia melihatnya terlalu lama pertahanannya akan runtuh saat itu juga. Begitu pintu kamar mandi tertutup, tanpa sadar Sena menghembuskan napasnya yang dia tahan selama berdekatan dengan Baekhyun.

Suara gemericik air terdengar dari arah kamar mandi membuat Sena segera menenggak sisa wine langsung dari botolnya. Berharap alkohol yang terdapat dalam wine itu dapat meredakan perasaan gugupnya. Setelah meminum cukup banyak wine, kesadaran Sena pun mulai hilang. Dengan langkah sempoyongan, Sena berjalan menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di atasnya menunggu Baekhyun keluar dari kamar mandi. Sena menutup matanya untuk mengurangi rasa mabuk yang dideranya.

Baekhyun yang telah selesai mandi, segera memakai jubah mandinya, dan berjalan keluar dari dalam kamar mandi. Keningnya mengernyit heran saat mengetahui suasana kamar yang begitu hening. Keheranannya pun terjawab saat dia menemukan Sena sedang tertidur di atas tempat tidur. Dengan langkah ringannya, Baekhyun mendekati tempat tidur, lalu merebahkan tubuhnya dengan posisi menyamping di samping kanan Sena.

Diperhatikannya wajah Sena yang sedang terlelap. Walaupun samar tapi Baekhyun bisa melihat rona wajah Sena yang sedikit memerah dan Baekhyun tahu apa penyebabnya. Sena sedang mabuk. Baekhyun mengulurkan tangannya ke arah wajah Sena. Digerakkannya jemari tangan tersebut mengikuti gurat wajah Sena tanpa menyentuhnya sama sekali. Mulai dari bentuk alis, bulu mata, tulang hidung, pipi kanan dan pipi kiri Sena, dan yang terakhir adalah bibir Sena.

Baekhyun lebih lama mengamati bentuk bibir Sena. Bayangan masa lalu di mana dia selalu mencium bibir tipis itu berkelebatan di otaknya, dan sesungguhnya Baekhyun begitu merindukan tekstur bibir Sena yang selalu menjadi candu baginya. Godaan untuk merasakan rasa yang sudah lama tidak dirasakannya membuat Baekhyun pada akhirnya menyerah.

Didekatkannya wajahnya pada wajah terlelap Sena. Hembusan napas hangat Sena menyentuh permukaan wajahnya membuat Baekhyun tidak bisa menahannya semakin lama lagi. Dikecupnya perlahan bibir Sena takut membangunkannya. Baekhyun hanya menempelkannya, tidak melumatnya sama sekali dan itu membuat Baekhyun sedikit menggeram kesal. Tapi sebisa mungkin dia menahannya. Begitu Baekhyun akan menjauhkan wajahnya dari wajah Baekhyun, dua buah tangan tiba-tiba menangkup wajah Baekhyun agar tetap pada posisinya.

Baekhyun membulatkan matanya saat tahu Sena sedang menahannya. Jantungnya kembali berdetak dengan kerasnya, menunggu reaksi apa yang akan diberikan Sena padanya akan apa yang telah diam-diam ia lakukan.

Bacon….” panggilnya dengan suara serak pada Baekhyun masih dengan menutup matanya.

Bacon? Kau memanggilku, Bacon?” tanya Baekhyun yang tidak bisa menyembunyikan rasa gelinya.

Eoh, kau memang Bacon. Kau tidak suka aku memanggilmu dengan sebutan itu?” tanya Sena sambil membuka matanya untuk menatap mata Baekhyun yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya

Ani. Kau boleh memanggilku dengan sebutan apapun sesukamu.”

“Kalau begitu aku akan memanggilmu, Bacon.” Sena tersenyum senang ke arah Baekhyun yang dibalas senyuman pula oleh Baekhyun. Kemudian mereka terdiam sambil mengamati wajah masing-masing sebelum Sena kembali membuka suaranya.

“Apakah kau bahagia?” tanya Sena dengan nada suara sedihnya saat sedang memperhatikan gurat wajah Baekhyun.

N-nde?” jawab Baekhyun bingung karena Sena pertanyaan padanya.

“Aku bertanya padamu, Bacon-na. Apakah kau bahagia setelah aku meninggalkanmu?” tanya Sena lagi dengan nada manjanya. Baekhyun terkekeh geli mendengar nada manja yang tidak pernah di keluarkan Sena jika sedang berbicara padanya.

“Kau masih tidak mau menjawabnya, Bacon-na? Tsk, kau pasti sangat bahagia selama ini.” Sena mengerucutkan bibirnya kesal karena Baekhyun tidak menjawabnya sama sekali. Melihat hal itu, Baekhyun pun menekuk kedua tangannya di samping kepala Sena untuk mencari posisi yang lebih nyaman baginya. Sebelum Sena berubah lagi, dengan segera Baekhyun mencium bibir Sena. Melampiaskan rasa frustasi dan rindunya yang dia tahan selama ini. Karena pengaruh alkohol yang sedang dirasakannya, Sena pun membalas setiap ciuman yang dilakukan oleh Baekhyun. Bahkan tangan Sena sudah merangkul leher Baekhyun agar semakin mendekat padanya. Bersyukurlah Baekhyun akan hal itu.

Beberapa menit setelah itu, dengan enggan Baekhyun melepaskan tautan bibir mereka. Sena kembali menatap mata Baekhyun dengan pandangan sayunya. Punggung jemari Baekhyun mengelus lembut wajah Sena. Mengekspresikan betapa sayang dan takutnya Baekhyun akan menyakiti Sena lagi. “Percayalah, selama kau pergi meninggalkanku, hidupku serasa di neraka. Aku lebih baik mati dari pada harus kehilanganmu lagi.”

Sena yang setengah sadar pun tersenyum ke arah Baekhyun. Kemudian memukul ringan bahu Baekhyun menyembunyikan ekspresi malunya.  “Geotjimal. Kau pasti sudah meniduri banyak wanita, bahkan sebelum aku.”

“Tidak ada wanita di dunia ini yang aku inginkan, kecuali dirimu, Na-ya.” Ucap Baekhyun sambil mengecup kening Sena, meyakinkan Sena bahwa ucapannya bukan hanya omong belaka. “Tidurlah. Aku yakin hari ini adalah hari terberat untukmu.”

“Kau tidak akan menyentuhku?” ada sedikit nada kecewa dalam suara Sena saat mengucapkannya.

“Tidak. Nanti akan ada waktunya sendiri, sayang. Tidurlah.”

“Kau tidak menginginkanku?” Baekhyun mencium sayang pipi Sena setelah mendengar pertanyaan itu.

“Aku sangat menginginkanmu, tapi bukan sekarang. Aku bukan tipe laki-laki yang akan memanfaatkan kesempatan meniduri seorang wanita yang sedang tidak sadarkan diri. Tidurlah.”

“Kau pasti akan menyesal.” Sena melepaskan rangkulan tangannya pada leher Baekhyun dan langsung memunggungi Baekhyun.

“Aku akan lebih menyesal jika aku memaksakan kehendakku seperti dulu.” Terdengar gerutuan Sena yang tidak jelas setelah dia berbalik. Baekhyun kembali mengecup pipi kanan Sena sebagai ucapan selamat tidurnya. “Selamat tidur, sayang.” Lalu Baekhyun menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua. Mendekap Sena ke dalam pelukannya, dan Baekhyun pun kembali mengecup kepala belakang Sena sebelum dia menutup matanya. Untuk pertama kalinya mereka tidur bersama.

~

“Eomma, tangkap Jaehyun.” Teriaknya sambil terus berlari berharap Sena akan segera menangkapnya.

“Jaehyun…tunggu eomma.” Balas Sena sambil berusaha mengejar Jaehyun di sebuah padang rumput. Suara tawa Jaehyun membuat Sena ikut tertawa bersamanya. Mereka terus bermain kejar-kejaran dengan begitu bahagianya.

“Eomma, lebih cepat!!” teriak Jaehyun masih terus berlari sambil menoleh ke bekalang ke arah Sena.

“Jaehyun-na…jangan cepat-cepat, sayang. Eomma capek terus berlari.”

“Ayolah eomma!! Tangkap Jaehyun.”

“Jaehyun tunggu!!” tapi Jaehyun masih tidak mempedulikan ucapan Sena dan masih tetap saja berlari dengan menoleh ke belakang tanpa tahu jalan yang ada di depannya. “Jaehyun, berhenti!!” teriak Sena mencoba untuk menghentikan Jaehyun begitu dia melihat lautan lepas di ujung jalan Jaehyun.

Jantung Sena berdetak dengan sangat cepat saat melihat Jaehyun terus mendekat ke arah lautan lepas itu. Semakin Sena mempercepat laju larinya, tapi semakin cepat pula Jaehyun berlari. “Andwe!! Jaehyun, jangan ke sana!! Byun Jaehyun!!” teriak Sena begitu frustasi saat Jaehyun masih saja berlari sambil tertawa. Tapi itu semua terlambat saat Sena tidak lagi melihat sosok putranya yang sedang berlari.

Air mata pun tidak bisa di bendungnya lagi. Setengah putus asa Sena terus berlari mendekat ke arah di mana Jaehyun hilang. Setelah sampai, hanya lautan lah yang ada di depannya yang dipisahkan oleh sebuah tebing tinggi nan curam. Sena mengedarkan pandangannya ke segela penjuru arah berharap firasatnya salah. Perasaannya begitu campur aduk.  

“Andwe!! Andwe!! Andwe!! Jaehyun!!” Teriakkan frustasi untuk memanggil putranya yang tidak pernah menjawab panggilannya membuatnya jatuh terduduk lemas sambil menangis. Perasaan sakit akibat ditinggalkan itu dirasakannya lagi, bahkan ini lebih menyakitkan dari sebelumnya.

“BYUN JAEHYUN!!!”

~

“Jaehyun-na…” ucap Sena begitu tersadar dari mimpi buruknya. Detak jantung Sena berdetak dengan sangat cepatnya. Seakan mimpi itu nyata. Perlahan Sena menyentuh pipinya yang terasa basah oleh air mata, kemudian menghapusnya dengan kasar. Sena mengedarkan pandangannya segela arah, dan akhirnya dia tersadar bahwa itu semua hanya mimpi. Sena dapat merasakan sebuah tangan kekar sedang memeluknya dari belakang. Walaupun Sena sudah tahu siapa pemilik tangan itu, tapi tetap saja rasa penasaran untuk melihat wajahnya secara langsung membuat Sena berbalik untuk menghadap Baekhyun.

Wajah terlelap Baekhyun adalah pemandangan pertamanya saat dia membalikkan badan. Selama beberapa saat Sena hanya menatap wajah Baekhyun, dan ingatan akan Jaehyun kembali menyeruak dalam pikirannya. Bayangan Baekhyun dan Jaehyun sedang bermain sepak bola beberapa tahun lalu membuat Sena kembali merindukan masa-masa di mana dia menjadi seorang ibu yang memperjuangkan hidup anaknya dengan segala macam cara walaupun pada akhirnya Sena tetap kehilangan Jaehyun.

Sena tersenyum sedih ke arah Baekhyun. Ingin sekali dia berteriak pada Baekhyun dengan mengatakan kalau anaknya telah meninggal dan berbagi beban yang pernah ditanggung selama ini, tapi Sena tidak bisa melakukannya karena itu berarti dia akan membuka luka lama yang dengan susah payah telah ia tutup. Pada akhirnya itu semua hanya akan menjadi kenangan terindah dan terpahit yang pernah dialaminya tanpa seorang pun mengetahuinya kecuali Soojung.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Sena bisa menata kembali perasaannya yang sempat kacau. Diangkatnya perlahan tangan Baekhyun dari perutnya agar dia bisa bangun dari tidurnya tanpa membangunkan Baekhyun. Kepala Sena berdenyut nyeri saat dia mencoba untuk berdiri. Dengan langkah tertatih, Sena berjalan menuju ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Begitu Sena selesai membasuh wajahnya, Sena menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di depannya. Sena membulatkan matanya saat melihat jubah mandinya masih melekat di tubuhnya.

Tanpa sadar dia meraba lipatan pertemuan jubahnya. Perasaan lega dan bahagia karena Baekhyun tidak menyentuhnya sama sekali membuatnya tersenyum meskipun ia sama sekali tidak mengingat kejadian apa saja yang telah terjadi semalam. Hal itu menandakan jika Baekhyun benar-benar laki-laki yang dapat dipercayanya karena dia tidak mengambil kesempatan di saat Sena dalam mabuk. Sena langsung memakai kembali gaun yang dipakainya semalam, dan keluar dari kamar mandi.

Sena berjalan kembali ke arah tempat tidur berada, dan dapat melihat Baekhyun yang masih terlelap dalam tidurnya. Sena melihat jas kerja Baekhyun yang tersampir di salah satu sofa dan mengambilnya untuk menutupi gaun minimnya. Sebelum Sena pergi keluar dari kamar tersebut, dia mencari sebuah kertas dan bolpoin yang akan digunakannya untuk menulis catatan yang ditujukan untuk Baekhyun.  Karena Sena tidak menemukannya sama sekali, pada akhirnya dia mengambil handphone Baekhyun yang tergeletak di atas meja dekat sofa.

Saat Sena akan membuka handphone tersebut, betapa kecewanya Sena saat mengetahui handphone tersebut menggunakan sebuah password. Setelah berpikir selama kurang lebih sepuluh menit, Sena pun mencoba membuka password tersebut dengan memasukkan tanggal lahirnya karena dia tidak mengetahui kapan tanggal lahir Baekhyun. Begitu Sena selesai memasukkan angkanya, betapa terkejutnya dia ketika handphone Baekhyun dapat terbuka.

Terbesit perasaan senang saat Sena mengetahui hal itu.  Sena sadar jika ternyata perasaan Baekhyun memang serius padanya. Segera saja Sena mengetikkan sebuah pesan yang berisikan kalau Sena meminjam jas kerja Baekhyun untuk sementara waktu, dan Sena juga meminjam sedikit uang untuk dia pulang karena dia tidak membawa uang se-sen pun. Sena juga berjanji akan mengembalikkan kembali semua barang yang dipinjamnya dari Baekhyun kali ini suatu hari nanti. Sena langsung keluar dari kamar hotel tanpa membangunkan Baekhyun terlebih dahulu setelah mengetikkan pesan tersebut.

Sena memberhentikan sebuah taksi yang akan membawanya pulang ketika ia sudah berada di depan pintu keluar hotel. Tapi sebelum Sena pulang, dia menyempatkan diri terlebih dahulu kembali ke club untuk membawa barang-barangnya yang tertinggal. Waktu yang ditempuhnya untuk sampai ke rumah barunya yang kecil hanya sekitar empat puluh menitan. Dengan uang yang dipinjamnya dari Baekhyun, dia membayar ongkos taksi tersebut. Sena segera bergegas masuk ke dalam rumah untuk mengganti pakaiannya menjadi pakaian yang lebih layak untuk dipakai.

Suasana rumah yang sepi menandakan kalau Semi sudah berangkat sekolah dan Sena harus segera berangkat bekerja jika tidak ingin terlambat masuk kerja. Dengan sedikit berlari Sena melangkah menuju tempat kerjanya di siang hari. Perasaannya begitu lega saat mengetahui dia belum sepenuhnya terlambat, karena jika dia terlambat sedikit saja, maka manager restoran tempat dia bekerja itu akan memotong gajinya. Padahal saat ini Sena sedang membutuhkan banyak uang untuk membayar utang yang jumlahnya tidak sedikit.

“Kau hampir saja terlambat.” Ujar Jenny yang ditanggapi dengan senyuman permintaan maaf dari Sena begitu melihat Sena sedikit berlari menghampirinya.

“Apakah nenek sihir itu sudah datang?” tanya Sena sambil membantu Jenny membereskan meja kasir dan beberapa perlengkapan makan yang ada di sekitaran itu.

Eoh. Kenapa kau bisa hampir terlambat? Jika nenek sihir itu tahu kau bisa dikutuknya jadi abu.”

“Aku ada urusan mendesak tadi pagi.” Bohong Sena.

“Ibumu?” Sena hanya tersenyum sebagai jawaban dan berharap Jenny mengerti jika dia tidak ingin membicarakan hal itu. Jenny yang mengerti pun tidak bertanya lebih jauh lagi. Kemudian siang hari itu Sena habiskan dengan bekerja di restoran itu sebagai pelayan yang mengantarkan makanan.

 

***

 

Baekhyun menggeliatkan badannya saat merasakan apa yang dipeluknya semalaman ini tidak dirasakannya lagi. Dengan malas Baekhyun membuka matanya. Kondisi ranjang di sampingnya sudah kosong yang berarti Sena sudah pergi. Baekhyun memukul kesal ranjang tersebut saat sadar Sena meninggalkannya begitu saja. Tanpa berkata sepatah kata pun. Sialan.

Baekhyun beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dengan malas. Setelah semuanya selesai, dia berjalan kembali ke arah tempat tidur untuk mengambil jas yang ditinggalkannya. Baekhyun mengernyitkan keningnya saat sadar kalau jasnya tidak ada di sandaran sofa. Tempat terakhir kalinya dia meletakkan jas tersebut.

Baekhyun mengambil handphonenya yang tergeletak di atas meja, lalu membukanya. Begitu terbuka, sebuah pesan singkat tertulis di sana membuat Baekhyun tersenyum seketika. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Baekhyun pun segera keluar dari kamar tersebut untuk check out dari hotel. Baekhyun menekan panggilan cepatnya saat ia berjalan ke arah pintu keluar hotel. Tidak menunggu waktu yang lama panggilan pun tersambung dan pada nada dering kedua langsung terdengar suara seseorang yang menjawabnya.

“Bawakan aku stelan kerja ke kantor sekarang juga.” Ucapnya langsung menutup sambungan telepon begitu ia sudah mengutarakan maksudnya tanpa menunggu jawaban dari seberang sana.

Seorang valet menyerahkan kunci mobil mercedes benz vision slr roadster warna silver milik Baekhyun ketika ia sedang berdiri di depan pintu keluar lobby hotel. Baekhyun melajukan mobilnya dengan senyuman yang tidak pernah lepas dari bibirnya hingga ia menginjakkan kaki di kantornya. Semua karyawan menatapnya aneh saat melihat sang atasan datang dengan senyuman langkanya. Ada yang berucap syukur, ada yang menjerit karena terpesona, tapi ada juga yang bergidik ngeri.

Begitu Baekhyun membuka ruang kerjanya, di sana sudah ada Kai dan Chanyeol yang sedang menyesap kopinya menunggu ke datangan Baekhyun. Sekuat tenaga Baekhyun merubah ekspresinya menjadi datar lagi walaupun tidak berhasil karena Chanyeol dan Kai berhasil menangkap senyuman bahagia Baekhyun.

Chanyeol tersenyum menggoda ke arah Baekhyun sedangkan Kai sendiri hanya tersenyum simpul saat melihat Baekhyun berusaha terlihat senormal mungkin. Tanpa melihat ke arah kedua sahabatnya, Baekhyun mendudukkan dirinya untuk bergabung di sofa ruang kerjanya. Berdeham sedikit sebelum Baekhyun mengeluarkan kata-katanya untuk menyambut mereka berdua.

“Kalian sudah lama?”

“Kau terlihat sangat bahagia.” Jawab Chanyeol yang tidak bisa menyembunyikan nada menggodanya membuat Baekhyun langsung menatapnya. “Apa yang terjadi semalam? Ayolah ceritakan pada kami.” rengeknya.

“Semalam….” bayangan kejadian semalam membuat Baekhyun tersenyum lebar sambil menerawang jauh ke depan sebelum melanjutkan perkataannya. “Luar biasa.” Lanjutnya saat membayangkan itu semua, karena memang hanya kata itu yang terlintas dipikirannya untuk menggambarkan kejadian semalam.

“Woa…daebak!!” ucap Chanyeol sambil berseru senang. “Kau tidak akan bercerita?”

“Tidak.” Jawab Baekhyun cepat tidak ingin membicarakan kejadian semalam, karena kalau sampai kedua sahabatnya tahu apa yang sebenarnya terjadi, bisa dipastikan Chanyeol dan Kai tidak akan menyerahkan hadiah taruhannya untuk Baekhyun.

Waeyo? Kau sudah tidak menganggap kami sebagai sahabatmu lagi?” Chanyeol memberenggut kesal atas jawaban Baekhyun.

“Tidak! Sebaiknya kalian pergi sekarang karena ruang kerjaku bukan sebuah kedai kopi tempat kalian bisa seenaknya berkumpul dan bercerita sesuka hati kalian. Aku harus bekerja.” Jawab Baekhyun dengan nada dinginnya.

“Kau mengusir kami?” ucap Chanyeol pura-pura terkejut dengan perkataan Baekhyun.

“Kalau kau sudah tahu, sebaiknya kalian cepat pergi.”

“Woa…menyebalkan!! Sahabat macam apa yang mengusir sahabatnya sendiri. Ayo, Kai, sebaiknya kita pergi meninggalkan ruangan terkutuk ini. Tsk, menyebalkan!!” ucap Chanyeol sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Baekhyun dengan perasaan kesal luar biasa karena Baekhyun tidak mau bercerita padanya. Padahal ia sudah sangat penasaran dengan apa yang terjadi antara Sena dan Baekhyun semalam, karena seumur hidup Chanyeol, baru kali ini Baekhyun terlihat tidur dengan seorang wanita. Tapi rasa penasarannya itu harus dibuang jauh-jauh karena Baekhyun memilih untuk menutup mulutnya. Sialan.

“Aku senang kau bahagia.” Ucap Kai sambil tersenyum ke arah Baekhyun sebelum dia mengikuti Chanyeol untuk keluar. Baekhyun tahu Kai tidak akan kesal hanya karena Baekhyun tidak bercerita padanya sehingga ia pun membalas senyuman Kai sebagai jawabannya. Setelah semua orang pergi, Baekhyun langsung berdiri dari duduknya untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian baru yang dibawakan Kai untuknya. Baekhyun langsung berjalan ke arah meja kerjanya begitu pakaiannya selesai diganti dan Baekhyun segera menenggelamkan dirinya pada pekerjaan yang sudah menunggu untuk dikerjakannya.

 

***

 

Jangan kau mencoba untuk lari dariku, atau adikmu yang akan menggantikanmu!

Sebuah pesan singkat masuk ke handphone Sena saat waktu sudah menunjukkan sore hari. Tanpa melihat siapa yang mengirimkannya pun Sena tahu dari siapa pesan singkat itu berasal.

“Kau akan pulang sekarang?” tanya Jenny saat melihat Sena sedang mengganti pakaian kerjanya.

“Hm..”

“Kau mau ikut makan malam denganku? Sekalian kita minum bersama.”

Mianhae. Aku ada pekerjaan lain yang harus aku kerjakan setelah ini.” Jawab Sena sedikit merasa bersalah karena harus menolak tawaran Jenny. Mianhae, aku tidak bisa menceritakan apa pekerjaanku yang satu ini padamu.

“Baiklah. Kalau begitu lain kali.”  Ucapnya menenangkan Sena. “Kau jangan terlalu banyak bekerja, tubuhmu juga perlu istirahat.” Mendengar Jenny yang begitu mengkhawatirkannya membuat Sena tersenyum ke arahnya.

Gomawoyo.”

Sena dan Jenny pun keluar dari restoran secara bersamaan. Mereka berpisah saat di halte bis, karena bis yang mereka tumpangi memiliki tujuan yang berbeda. Setelah tiga puluh menit perjalanan, Sena pun sampai di Galaxy Club. Sebelum ia melangkah untuk masuk, Sena menghembuskan napasnya dalam berharap orang yang akan membayarnya kali ini tidak menyentuhnya sama sekali, walaupun itu kemungkinannya kecil sekali.

Sena memasuki club dari pintu samping club yang memang diperuntukkan untuk karyawan, baik itu pelayan ataupun wanita bayaran sepertinya.  Begitu Sena memasuki ruang ganti pakaian, tatapan tajam Tifanny adalah hal pertama yang didapatkannya. Sambil berdecak kesal, Tifanny berjalan menghampiri Sena yang tetap berdiri mematung di dekat pintu masuk.

“Kau akan bekerja dengan memakai pakaian kumuh seperti itu?” tanyanya saat mengamati penampilan Sena yang datang hanya dengan menggunakan sebuah kaos berlengan pendek, celana jeans, dan sepatu sneakers lusuhnya. Sena hanya bisa menggaruk belakang kepalanya saat merasakan tatapan mengejek ditujukkan padanya oleh semua orang yang sedang berada di ruangan tersebut.

“Kau tidak punya gaun sama sekali?” tanya Tifanny lagi yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh Sena, membuatnya kembali berdecak kesal. “Apa untungnya kau bisa mendapatkan bos besar semalam jika pada akhirnya kau tetap berpakaian seperti ini? Apakah dia tidak membayarmu sama sekali?”

Mendengar nama bos besar, membuat semua orang di ruangan itu kembali menatap Sena dengan tatapan menilai. Mereka semua langsung berbisik-bisik saat mengetahui siapa wanita yang telah berhasil mendapatkan perhatian bos besar. Ada yang secara terang-terangan mencela Sena, dan pula yang hanya menatapnya kesal karena kesempatannya untuk tidur dengan bos besar hilang diambil orang.

“Aku pergi sebelum dia terbangun.” Jawab Sena sedikit berbisik sambil menundukkan kepalanya saat menjawab pertanyaan Tifanny.

“Tsk, bagaimana bisa kau bertingkah begitu bodoh? Seharusnya, walaupun kau meninggalkannya saat masih tertidur, kau ambil saja beberapa lembar uang yang ada di dompetnya, bukannya malah pergi begitu saja tanpa membawa apapun. Bodoh!”

“Aku tidak terbiasa dengan hal itu.” sanggah Sena semakin menundukkan kepalanya.

“Mulai sekarang biasakanlah. Kau ini. Ini untuk yang terakhir kalinya aku meminjamkan gaunku padamu dan meriasmu sebagaimana mestinya, setelah ini kau harus belajar untuk merias dirimu sendiri. Merepotkan sekali.” Ucapnya begitu kesal tapi tetap melakukan apa yang diucapkannya.

Dengan tangan ahlinya, Tiffany kembali merias Sena. Membuatnya menjadi pribadi yang baru. Sebuah gaun berwarna ungu tua dengan model v neck yang tidak terlalu rendah dipakainya saat ini. Gaun itu memiliki panjang sampai lutut, memperlihatkan lekuk tubuh Sena yang indah, dan di bagian pinggangnya terdapat manik-manik yang membentuk ban ikat pinggang. Rambut panjang Sena digelung ke atas sehingga memperlihatkan leher jenjangnya. Sebuah stiletto warna emas dipakai Sena untuk menyempurnakan penampilannya.

“Sempurna.” Ucap Tifanny begitu puas dengan hasil kerja keras tangannya saat melihat penampilan Sena yang baru. “Aku harap kau mendapat tangkapan yang bagus dengan penampilanmu ini.”

“Terima kasih.” Ucap Sena begitu senang karena Tifanny kembali membantunya.

“Kau harus membayar biaya peminjaman gaun ini, eoh.” Sena tersenyum ke arah Tifanny sebagai tanggapannya. “Kajja. Saatnya kita bekerja. Aku akan mengajarimu bagaimana caranya menarik pelanggan.”

Sena langsung ditarik paksa untuk mengikuti langkah Tifannya yang membawanya ke ruang utama club itu. Suara dentuman musik yang memekakan telinga menyambut Sena begitu ia menjejakkan kakinya di sana. Walaupun waktu belum menunjukkan larut malam, keadaan club sudah hampir penuh sesak. Ada yang berdansa di lantai dansa, ada yang mabuk-mabukan di meja bar, ada yang bercumbu mesra, dan ada pula beberapa kelompok pria dan wanita sedang berkumpul di deretan sofa yang tersedia di pojok dekat dinding club. Jika ingin lebih privasi, club ini juga menyediakan ruangan VIP yang terletak di lantai dua club dengan dinding kaca yang menghadap ke arah lantai dansa.

“Kau lihat mereka.” Tunjuk Tifanny ke arah sekelompok pria yang sedang mabuk-mabukkan yang di sampingnya terdapat beberapa wanita bayaran sedang menggoda para pria tersebut. “Itu target pertama kita. Sebenarnya bisa lebih beruntung lagi jika kita mendapatkan pelanggan VIP, tapi untuk sementara tidak ada ruginya jika kita menggoda mereka terlebih dahulu. Sekalian mencari pengalaman untukmu, agar saat nanti kau dipesan oleh pelanggan VIP, kau tidak akan mengecewakan mereka. Arrachi?”

“N-nde.”

Bagus. Ayo kita ke sana.” Ujarnya yang mau tidak mau Sena menurutinya. Jantung Sena berdetak dengan sangat cepat saat mendekati sekumpulan pria hidung belang tersebut. Melihat Tifanny yang langsung menggelayut manja di salah satu pria membuat Sena bergidik ngeri membayangkan dirinya harus seperti itu juga. Sena hanya berdiri mematung melihat semua itu membuat perhatian semua orang di sana beralih untuk menatapnya heran.

“Sebaiknya kau pergi saja jika yang kau lakukan hanya akan berdiri di sana tanpa melakukan apapun. Merusak pemandangan saja.” Ujar seorang pria yang berada di samping Tifanny. Tifanny mendelik ke arah Sena menyuruhnya untuk duduk. Sena yang mengerti arti tatapan itu pun langsung membungkukkan badan meminta maaf.

J-jeoseonghamnida.” Ucap Sena terbata-bata, lalu ia memilih duduk di ujung sofa dan langsung mendapatkan rangkulan mesra di pinggangnya dari pria yang duduk di sampingnya.

“Maafkan dia. Dia hanya anak baru yang masih polos dan tidak tahu apa-apa.” Ucap Tifanny dengan nada manjanya sedikit membela Sena yang duduk diam tidak melakukan apa-apa. Suara tawa pun pecah dari semua orang di sana saat mendengar perkataan Tifanny. Lalu mereka kembali larut akan pesta alkohol seperti sebelumnya, tidak terlalu memikirkan keberadaan Sena yang sempat mengganggu pesta mereka.

“Siapa namamu, cantik?” pria yang sedang merangkul Sena berbisik di telinga Sena membuatnya menggeliat tidak nyaman, tapi Sena berusaha untuk menutupinya.

“Se..Iris. Namaku Iris.” Jawab Sena teringat akan pesan Tifanny untuk tidak menyebutkan nama aslinya pada pelanggan.

“Iris? Nama yang bagus. Kau ingin minum?” Pria itu menyodorkan segelas vodka ke arah Sena. Sena bingung antara harus menerimanya atau menolaknya, karena jujur saja Sena tidak bisa minum alkohol sekalipun itu memiliki kadar alkohol yang rendah. Pria itu masih mengangkat gelas di tangannya berharap Sena mau menerimanya.

“Aku tidak bisa minum minuman beralkohol.” Jawab Sena jujur saat melihat pria itu tetap bersikeras memberinya minuman beralkohol.

“Hanya satu gelas. Tidak lebih.” Kukuhnya tidak terpengaruh dengan jawaban Sena. Dengan ragu akhirnya Sena pun mengambil gelas tersebut. Namun, sebelum Sena sempat meminumnya sebuah tangan langsung merampas gelas tersebut dan meneguknya dalam satu kali tegukkan.

Sena membulatkan matanya melihat siapa yang menggantikannya untuk minum tersebut. Tidak hanya Sena, tapi semua orang di meja tersebut terkejut dengan kedatangan Baekhyun yang begitu tiba-tiba. Para wanita bayaran langsung berusaha tampil semenarik mungkin berharap sang bos besar akan meliriknya. Tapi harapan mereka harus pupus ketika mendengar Baekhyun berbicara dengan nada dinginnya  yang penuh dengan peringatan. “Singkirkan tanganmu darinya!”

“Kenapa aku harus menyingkirkan tanganku dari wanita ini? Kau bisa memilih wanita lain untuk menemanimu.” Jawab pria yang sedang merangkul Sena menguji kesabaran Baekhyun. Sena yang belum sadar akan situasi saat ini hanya menatap Baekhyun penuh tanda tanya. Tidak mengalihkan sedeti pun tatapannya dari Baekhyun.

“Aku yakin kau tidak ingin berurusan denganku. Jadi, sebelum kau benar-benar menyesal, lepaskan tanganmu sekarang juga karena kesabaranku tidaklah panjang seperti yang kau kira.” Baekhyun menatapnya tajam mempertegas perkataannya pada pria itu untuk tidak main-main dengannya. Suasana mencekam pun begitu terasa di kelompok itu padahal dentuman musik terdengar sangat memekakan telinga.

“Tsk, baiklah. Kau mendapatkannya.” Ucapnya menyerah sambil melepaskan rangkulannya karena merasakan aura mengintimidasi yang kuat dari pria yang sedang berdiri menatapnya tajam itu. Berbanding terbalik dengan gurat wajah ramahnya.  Baekhyun langsung menarik tangan Sena untuk berdiri di sampingnya. Tangannya merangkul posesif di pinggang ramping Sena menandakan kepemilikkannya pada Sena. Sena tidak bisa menolak ataupun protes dengan apa yang dilakukan oleh Baekhyun padanya, karena sesungguhnya dia lega Baekhyun kembali menyelamatkannya dari pria hidung belang yang ingin menyentuhnya.

“Aku harap kau belum menyentuhnya sedikit pun, karena jika kau melakukannya, akan kubuat kau menyesal seumur hidupmu.” Semua terdiam mendengar ancaman yang dilontarkan Baekhyun. “Ayo, kita pergi, sayang.” Baekhyun pun mengajak Sena untuk berjalan menjauhi kerumunan kelompok itu. Beberapa orang pengawal Baekhyun mengikutinya dari belakang membuat semua orang yang melihatnya bergidik ngeri. Lain halnya dengan para wanita bayaran di sana yang malah memandang Sena dengan tatapan irinya karena begitu diperlakukan istimewa oleh sang bos besar.

“Kita akan ke mana?” tanya Sena begitu sadar Baekhyun membawanya semakin dalam memasuki club tersebut.

“Menemui seseorang yang telah membuatmu kembali bekerja di sini. Aku ingin menyelesaikan semuanya sekarang juga agar kau tidak perlu bekerja di sini lagi.” Jawab Baekhyun dengan nada dinginnya. Perasaan kesal karena Sena telah dirangkul oleh pria lain begitu mencekiknya, dan dia bersumpah akan membunuh siapa pun yang berani menyentuh Sena lebih dari itu.

Sena langsung menghentikan langkahnya yang membuat Baekhyun menatapnya heran. “Aku tidak bisa. Aku harus membayar utangku padanya, karena kalau tidak, Semi yang akan menanggungnya.”

“Bukankah aku sudah bilang akan menyelesaikan semuanya? Itu juga berarti tentang utang yang kau miliki padanya.”

“Tapi…”

“Kumohon jangan membantahku. Biarkan aku membantumu.”

“Tapi Baek…”

“Jangan membantahku, Lee Sena!!” bentak Baekhyun membuat Sena diam seketika. Menyadari apa yang dilakukannya, Baekhyun pun membuang napas untuk meredakan emosinya yang sempat memuncak sebelum meminta maaf pada Sena. “Maaf, aku tidak bisa mengontrol emosiku. Melihat kau dirangkul pria lain membuatku kesal dan marah pada diriku sendiri karena tidak bisa untuk menjagamu.” Jelas Baekhyun melembutkan nada suara saat dia sadar telah membentak Sena.

“Itu bukan kewajibanmu untuk menjagaku.” Jawab Sena sedikit berbisik sambil menundukkan kepalanya tidak yakin dengan ucapannya sendiri. Baekhyun yang tidak tahan pun akhirnya mengangkat dagu Sena agar kembali menatapnya. Mencoba berbicara dari hati ke hati. Tatapan mata mereka pun bertemu, dan Baekhyun menguncinya agar Sena dapat melihat kesungguhan dalam perkataannya.

“Dengar. Kumohon dengarkan aku baik-baik, karena aku tidak akan mengulangnya. Mulai saat ini, aku akan menjagamu sekuat yang aku bisa. Bukan karena kewajiban aku menjagamu, tapi karena aku ingin menjagamu. Bukan sebagai pria yang membayarmu untuk tidur denganku, tapi sebagai pria yang jatuh cinta pada seorang wanita. Sebagai seorang pria yang ingin menjaga kekasihnya. Untuk itu, maukah kau menjadi kekasihku?”

 

~ tbc ~

 

95 tanggapan untuk “[EXOFFI FREELANCE] MY LADY (Chapter 12)”

  1. Aw aw aw benar-benar pria sejatih baek!! Lelaki brengsek juga punya batas keberengsekan,ternyata! Itu yg kudapat! Next~

Tinggalkan Balasan ke ekahunie Batalkan balasan