ELEVEN ELEVEN – 14 – by AYUSHAFIRAA

newele1aaaaatex1

AYUSHAFIRAA Proudly Presents

.

`ELEVEN ELEVEN`

.

Sequel of

.

`BATHROOM`

.

| starring Byun Baekhyun, You as Byun Yena, Oh Sehun, Bae Irene |

| supported by Park Chanyeol, Park Seul as Yoon Bitna |

| au, complicated, drama, fantasy, romance |

| pg-17 | | chaptered (under 2k words for every chapter) |

Disclaimer

Keseluruhan cerita merupakan hasil murni dari pemikiran dan khayalan saya sendiri. Sifat/sikap/kehidupan karakter di dalam cerita ini diubah untuk kepentingan cerita sehingga mungkin tidak sama dengan sifat/sikap/kehidupan karakter dalam dunia nyata.


BATHROOM : Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 | [Protected] Chapter 5 | Chapter 6 | Chapter 7 | Final Chapter (1) | Final Chapter (2)

ELEVEN ELEVEN : Teaser 1 | Teaser 2 | Teaser 3 | Teaser 4 | 0102 0304 | 05 | 0607 | 08 | 0910 | 11 | 12 | 13 | [NOW] 14


© AYUSHAFIRAA, 2017. All Rights Reserved. Unauthorized Duplication & Plagiarism is Prohibited.

[ 14 ― Tetaplah Bersamaku ]

.

.

.

 

Ahjussi duduk saja di sini, ya?”

Lelaki bermasker Piglet itu menurut. Ia duduk di salah satu sofa yang ada di tengah-tengah kafe yang baru mereka datangi untuk pertama kalinya ini.

“Kau mau ke mana?” tanya Sehun pada Yena yang tampak menghampiri anggota grup musik yang memang biasa menampilkan live acoustic di kafe tersebut.

Setelah terlihat saling berbisik, si pemegang gitar akustik dalam grup itu kemudian memberikan alat musiknya pada Yena yang tak Sehun ketahui memiliki rencana apa. Yena melangkah ke depan mikrofon sedang matanya terus menatap malu-malu ke arah paman tampan di tengah sana.

“Cek! Cek!”

Yena berdeham sebentar untuk menyamankan tenggorokannya. Dengan gerakan pasti, gadis itu melepas masker Piglet yang semula menutup daerah mulutnya. “Halo, namaku Byun Yena. Aku berdiri di sini ingin mempersembahkan sebuah lagu untuk Ahjussi tampan yang duduk di sofa tengah sana,” ucap Yena yang seketika membuat para pengunjung kafe lainnya bersorak menggoda lelaki yang ia sebut ‘paman’ itu.

Ahjussi, dengarkan baik-baik ya!” titah Yena, sementara Oh Sehun hanya memberikan anggukan kepala sebagai balasan.

[Kindly play and listen this audio carefully before continue reading]

Penampilan singkat si gadis Byun lantas mendapatkan respon berupa tepuk tangan meriah dari para pengunjung kafe, termasuk Oh Sehun. Dalam lirik yang disampaikan Yena, juga dalam setiap petikan gitar yang mengiringinya, tersirat jelas harapan gadis itu yang menginginkan Oh Sehun untuk terus bersamanya. Saat Yena menyuruh Sehun mendengarkan nyanyiannya dengan baik, lelaki itu menurut. Sehun mendengarkan setiap liriknya tanpa ketinggalan satu patah kata. Hal itulah yang kemudian membuat Sehun kini tersenyum simpul di balik maskernya.

“Bagaimana penampilan Yena tadi? Ahjussi suka?” tanya Yena sembari tersenyum lebar memperlihatkan barisan giginya sesaat setelah duduk nyaman di samping Sehun.

Lelaki itu mengangguk. “Ya, aku suka. Aku baru tahu kalau kau ternyata bisa menyanyi seindah itu. Kenapa kau tidak menjadi penyanyi saja sih?”

“Hm… kira-kira kenapa ya?” Yena mengetuk-ngetukan telunjuknya ke dagu dengan senyuman lebar yang belum sirna, namun sedikit genangan di matanya pun tak luput dari pandangan Sehun.

“Kalaupun kau tak menjadi seorang penyanyi terkenal pada akhirnya, tidak apa, kau ‘kan tetap bisa menjadi penyanyi yang menyanyikan lagu spesial hanya untukku,” ucap Sehun, mengeluarkan jurus gombalnya yang seketika saja mampu membuat Yena kembali tertawa.

“Oh iya, Ahjussi mau pesan apa? Kopi yang seperti biasa?”

“Ya, itu saja,” timpal Sehun. Tangan besarnya mengelus lembut puncak kepala Yena sebelum gadis itu pergi untuk memesan secangkir kopi.

PRANG!

“Ya ampun, Nona! Nona tidak apa-apa?”

“Yena-ssi! Kau baik-baik saja?!”

Tubuh Yena bergemetar hebat sesaat setelah secangkir kopi pesanan Sehun lolos dan jatuh begitu saja dari genggamannya. Sekon berlalu, Yena berusaha memunguti serpihan beling yang berserakan di lantai kafe namun Sehun dan seorang pelayan bergerak sedikit lebih cepat dalam mencegahnya.

“Sudah, Nona! Tidak apa-apa! Biar kami saja yang membersihkannya!”

“Kau dengar, ‘kan? Sudah, kemarilah,” ucap Sehun yang lantas menuntun Yena untuk menenangkan diri di sofa kafe.

“Ada apa? Kau sakit?” tanya lelaki itu lembut. Telapak tangannya sengaja ia tempelkan di dahi sang gadis.

Yena masih terdiam membisu dengan wajah gelisah, sedang Sehun terus berusaha menenangkannya dengan cara mengusap-usap kedua punggung tangannya penuh kelembutan.

“Yena ingin pulang,” pinta Yena, menatap Sehun penuh harap.

Sehun mengangguk, mengiyakan. “Ayo kita kembali ke hotel.”

Sepersekian detik kemudian, Yena menggeleng cepat merespon ucapan Sehun. “Yena ingin pulang ke rumah Appa.”

 

♥♥♥

 

Kencan pertama Sehun dan Yena sebagai Bbubbu couple hari ini harus berakhir di sebuah rumah sakit. Kejadian pecahnya cangkir kopi yang dibawa Yena siang tadi merupakan sebuah pertanda buruk yang menuntun Yena untuk kembali ke rumah Baekhyun dan menemukan lelaki itu pucat pasi sebelum akhirnya jatuh pingsan dalam pelukannya.

Saat ini, Sehun masih bergelut dengan pikirannya sendiri. Lelaki yang sudah melepas masker Pigletnya itu kini tengah duduk dan berkonsultasi di ruangan dokter kenalannya yang sempat memeriksa kondisi Yena setelah ditabrak olehnya tempo hari. Entah kebetulan atau apa, kali ini, yang merawat Baekhyun adalah dokter muda itu juga. Dokter Kim Junmyeon, tanpa disangka pun masih mengingat sosok Yena yang pernah mengaku lahir di akhir tahun 2016, yakni satu tahun yang akan datang.

“Aku tidak salah menyebutnya ‘aneh’ ‘kan, Dok?” tanya Sehun.

Lelaki bermarga Oh itu baru saja menceritakan awal pertemuannya dengan Yena hingga kejadian Yena yang memanggil seorang lelaki muda lain seperti lelaki itu benarlah ayah kandungnya hari ini. Sehun juga ingat betul, bahwa sejak awal, lelaki yang kini terbaring lemah di ruang rawat itu memang selalu mendapat panggilan ‘Ayah’ dari seorang Byun Yena meskipun pada akhirnya gadis itu selalu meralat ucapannya sendiri.

“Tadi kau bilang marga Yena itu Byun, ‘kan?”

Sehun mengangguk, mengiyakan pertanyaan Dokter Kim. “Aku pun baru tahu hari ini.”

“Lelaki itu Byun Baekhyun. Mereka memiliki marga yang sama,” ujar Dokter Kim. “Ya, walaupun aku tahu marga saja tak cukup untuk membenarkan lelaki itu adalah ayah Yena.”

“Kalau lelaki itu adalah ayah Yena, dan aku tidak boleh menikahi Irene karena Irene adalah ibunya, berarti Yena ingin Byun Baekhyun dan Bae Irene yang bersatu?” gumam Sehun pelan, namun Dokter Kim masih bisa menangkap sedikit gumamannya.

“Kau bilang apa? Bae Irene adalah ibunya?”

“Ah, tidak! Tidak!” sangkal si lelaki Oh, tapi tentu saja, Dokter Kim lebih percaya dengan pendengarannya sendiri.

“Aku masih ingat, Yena memanggil Bae Irene ‘Ibu’ saat tayangan tentang Bae Irene muncul di televisi waktu itu. Aku sampai bingung kenapa model cantik seperti Bae Irene yang masih muda dan belum pernah menikah juga mendapat panggilan seperti itu dari Byun Yena,” jelas Dokter Kim kemudian.

“Dia pernah bilang padaku kalau dia memang datang dari masa depan.”

Manik dokter muda itu spontan membesar. “Lalu? Kau percaya, Tuan Sehun?”

Sehun tak membalas lagi. Ia sendiri pun masih tak yakin harus mempercayai Yena atau akal sehatnya. Berkonsultasi pada seorang dokter nyatanya juga tak cukup untuk meringankan beban pikirannya. Justru yang dirasakannya sekarang, masalah Yena satu itu semakin bertambah rumit seperti benang kusut.

“Aku pamit dulu, Dokter Kim. Terima kasih sudah mau mendengarkan masalahku,” ucap Sehun yang kemudian mengenakan kembali masker Pigletnya.

Setelah berpamitan, lelaki itu melangkah keluar dari ruangan Dokter Kim untuk kembali ke ruang rawat Baekhyun di mana Yena mungkin sedang menunggu dan mengharapkan kedatangannya di sana.

Drrrttt… drrrtt…

‘― Panggilan masuk, Yang Tersayang’

“Halo, Sayang?” Sehun menyapa Irene yang meneleponnya dengan suara tak bersemangat. Beberapa kali, Sehun sempat mengembuskan napasnya kasar karena tak bisa fokus menerima telepon sang kekasih. Pikirannya terus terbagi hingga langkahnya terhenti di depan pintu ruang rawat bertuliskan nama pasien Byun Baekhyun.

“Halo? Oppa? Oppa, kau mendengarkanku atau tidak sih?”

Sehun memegang erat gagang pintu ruang rawat yang tak sepenuhnya tertutup. Sedari tadi, tanpa disadari oleh Yena, lelaki itu melihat semuanya. Ya, semua, termasuk adegan Yena yang mencium bibir lelaki tak sadarkan diri itu.

Yena bukanlah siapa-siapa, Irene adalah gadisnya. Berulang kali, Sehun mencoba menanamkan kalimat itu pada pikirannya sendiri. Namun semakin ia mencoba, luka itu perlahan kian menganga. Semua hanya tinggal masalah waktu, hingga Yena benar-benar datang dan menabur garam di atas lukanya.

Tanpa menimbulkan suara, Oh Sehun menutup pintu ruang rawat itu sebelum kemudian mengetuknya dan bersikap senormal mungkin seolah ia tak pernah melihat apapun.

“Masuk,” ucap Yena dari dalam ruangan.

“Hai,” sapa Sehun. Sambungan teleponnya dengan Bae Irene telah ia putus secara sepihak beberapa detik lalu. “Bagaimana keadaannya? Apa ia sudah sadar?”

Yena menggeleng lemah. “Belum.”

Sehun mengambil kursi dan duduk di samping Yena. Melihat Yena yang tak lepas memandangi Baekhyun, Sehun merasa seperti orang paling tak beruntung. Ia telah jatuh, pada seseorang yang tak mau mengajaknya berdiri. Ia telah terluka, untuk seseorang yang tak memiliki obatnya.

“Dia akan baik-baik saja, jangan terlalu khawatir.”

“Yena tak pernah melihat Appa sakit, Ahjussi,” aku Yena. Suaranya terdengar sedikit serak karena tenggorokannya yang tercekat. “Yang Yena tahu, Appa itu kuat. Yena tak pernah menyadari, kalau Appa Yena juga manusia biasa. Appa bisa sakit kapan saja, tapi tak ada seorangpun yang bisa merawatnya karena ia tinggal sendirian. Dan lebih parahnya lagi, Yena juga tak ada di sisinya di saat-saat itu,” sambungnya berlinang air mata.

Sehun menarik Yena untuk bersandar pada dada bidangnya. Tak lama, Sehun bisa merasakan kaos hitam bagian dadanya telah basah oleh air mata. Yena terisak, Yena menangis dalam rengkuhan Sehun yang jelas tahu bahwa air mata nan berharga itu bukanlah jatuh untuk dirinya.

 

♥♥♥

 

Senyuman tipis terukir di bibir Byun Baekhyun. Baru saja, lelaki itu tersadar dari pengaruh efek samping obat-obatan yang diminumnya dan menemukan Yena yang telah terlelap dengan posisi kepala bertumpu di tepi ranjang sebelah kanannya. Tanpa berniat membangunkan, Baekhyun mengelus rambut hitam Yena yang terurai panjang dengan gerakan lembut.

“Apa kau terjaga saat aku terlelap?” gumam Baekhyun, bermonolog ria. “Kalau begitu sekarang giliranku menjagamu saat kau terlelap.”

Selama tertidur, Baekhyun bermimpi indah. Mengingatnya saja sudah membuat lelaki bersurai cokelat itu geleng-geleng dan senyam-senyum sendiri. Mimpi yang indah yang juga terasa begitu nyata baginya.

.

.

.

Aroma masakan dari arah dapur tercium oleh indera penciuman Baekhyun hingga lelaki itu bisa membayangkan sendiri bagaimana kelezatannya. Tak tahan dengan aroma yang begitu menggugah selera, lelaki itu pun melangkah secepat kilat untuk menghampiri gadis yang pastinya ada di balik semua ini.

“Sedang apa?” tanya Baekhyun sesaat setelah tangannya melingkar di pinggang kecil gadis yang saat ini masih sibuk dengan aktivitas memotong bahan masakan.

“Kenapa bertanya? Memangnya tidak kelihatan ya?”

Dia Yena, gadis cantik yang kini telah menjadi salah satu gadis yang paling berarti dalam hidupnya setelah sang kakak, Byun Joohyun.

Tak mendapat respon seperti yang diharapkan, bibir Baekhyun mengerucut, manyun. Pelukannya pada tubuh Yena ia lepaskan begitu saja.

“Iya! Iya! Aku lihat kok!” meskipun terlihat tak pantas, Baekhyun terus menggerutu manja.

Yena yang sedari tadi pura-pura tak peduli pun akhirnya tak tahan juga dan tergelak dalam tawa renyahnya. Sejenak, gadis itu meninggalkan acara masak-memasaknya demi memusatkan seluruh perhatiannya pada Byun Baekhyun seorang.

Kedua tangan Yena menangkup pipi Baekhyun hingga bibir lelaki itu semakin mengerucut karenanya. Dalam keadaan seperti itu, Byun Baekhyun tampak begitu menggemaskan di mata Yena. Saking gemasnya, Yena mengecup bibir lelaki itu berkali-kali sampai semburat merah menghiasi kedua pipi si empunya bibir.

“Bagaimana bisa kau lebih terlihat menggemaskan daripada aku, Baekhyun-ssi?”  tanya Yena penasaran.

“Tentu saja, aku ‘kan belajar semua itu darimu,” timpal Baekhyun yang langsung membuat pipi Yena kini tak kalah merah dari pipinya.

Yena mengulum senyumannya, malu-malu. “Kau ini, bisa saja menggodaku.”

“Sudah ya? kalau aku terus meladenimu, nanti sarapan pagi kita tidak akan matang-matang,” ucap Yena menyudahi percakapan singkat nan manisnya bersama si lelaki Byun.

Baekhyun terduduk di kursi meja makan, menunggu sarapannya dengan bunyi keroncongan cacing-cacing yang tak sabar menanti makanan. Sambil menunggu, lelaki itu terus memperhatikan gerak-gerik serta ekspresi serius Yena yang menurutnya sangatlah lucu dan menghibur.

Yena yang masih membutuhkan beberapa bumbu kemudian menghampiri tempat penyimpanan bumbu-bumbu dapur yang lumayan tinggi. Meski telah berjinjit berulang kali, usaha Yena untuk menggapai tempat penyimpanan bumbu itu hanya sia-sia dan membuang banyak waktu. Namun, di saat dirinya sudah hampir menyerah, Baekhyun lagi-lagi datang menghampirinya dan memeluknya dari belakang dengan sebelah tangan. Sebelah tangannya lagi lelaki itu gunakan untuk membuka tempat penyimpanan bumbu yang dimaksud Yena.

“Kau butuh bumbu apa?” tanya Baekhyun, lembut.

“Bumbu kimchi,” jawab Yena, sedikit gugup.

Baekhyun kemudian mengambil sebuah toples berbahan plastik berisi bumbu kimchi seperti yang diminta gadis itu.

Sebelum kembali ke tempat duduknya, Baekhyun bisa-bisanya menyempatkan diri untuk berbisik tepat ke telinga Yena, “Lain kali kalau kau sedang dalam kesulitan, tak ada salahnya untuk meminta tolong, Nona Yena yang cantik.”

.

.

.

Baekhyun sendiri masih tak percaya kenapa ia bisa bermimpi seindah sekaligus semenjijikan itu. Indah karena Yena turut hadir dalam mimpinya, dan menjijikan karena Baekhyun bertingkah semanja itu dalam mimpinya sendiri. Bertingkah sok imut adalah hal yang tak pernah lagi ia lakukan  sejak menjadi sebatangkara. Dan tentunya, membayangkan hal tersebut terjadi lagi dalam hidupnya, oh ayolah… itu memalukan sekali.

“Terima kasih karena sudah memilih untuk kembali, aku tidak tahu bagaimana jadinya diriku jika harus merasakan rasa kesepian lagi untuk ke sekian kali,” ucap Baekhyun setengah berbisik. Tangan kanannya lalu ia gunakan untuk menjadi bantalan kepala Yena. Walaupun mungkin nanti pagi ia akan merasakan pegal dan kesemutan, itu tak apa asal Yena bisa beristirahat dengan nyaman.

“Tetaplah bersamaku, Yena-ya.”

 

wp-1512900351254.jpg

 Watch my action also on wattpad.

Satu komentar pada “ELEVEN ELEVEN – 14 – by AYUSHAFIRAA”

Pip~ Pip~ Pip~