Caramelo pt. 10

caramelo

Caramelo

CAST: Do Kyungsoo, Kwon Chaerin, Oh Sehun | SUPPORTED: Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Kang Seulgi and others | RATING: PG-15 | GENRE: Romance, School life | LENGTH: Chaptered | Fiction , OC and the plot is mine . The other characters belong to God , their company, and their families . Enjoy your spare time by reading this story. Leave a comment at the end of the story and don’t plagiarize, dude. Thank you!

wattpad: @Shuu_07 //  wp: Shuutory

Teaser: Pt. 1 Pt. 2

Part: 1 2 3 4 5 6 8 9 10

Shuu’s Present this story

“The day i saw you, look at me with your angelic smile and hold tight my hand. I dont know, why my heart blow up like fireworks.”

 

Matahari mulai enggan menampakkkan dirinya di cakarawala. Hanya semburat jingga yang terlihat di temani semilir angin. Siswa-siswa banyak yang berlalu-lalang di jalanan, beberapa dari mereka menuju jalan pulang.

Chaerin melangkahkan kakinya dengan begitu riang. Menyusuri beberapa jalan menuju rumahnya dengan sesekali bersenandung sambil menendang kakinya di jalanan beraspal tersebut dengan riang.

Gadis itu memasuki rumahnya setelah menekan beberapa digit dari password. Terdengar bunyi tanda pintu telah terbuka. Ia kemudian memasuki rumahnya dan mengganti sepatunya dengan sandal rumahan.

Wasseo?” ucap seorang pria dari arah ruang tamu.

Chaerin mencari suara tersebut dengan melongokkan kepalanya lebih dalam. Ia mendapati sosok pria sedang duduk di ruang tamu sambil melipat surat harian pagi. “Appa? Sudah pulang?” ucapnya riang. Ia kemudian menghampiri ayahnya itu dengan duduk di sampingnya.

Ya! Kau kenapa? Sedang jatuh cinta ya?” ucap ayahnya sambil menunjukkan gulungan kertas koran itu ke arah Chaerin. Ia terlihat sedikit emundurkan badannya.

“Apakah sangat terlihat?” ucapnya sambil memegangi kedua pipinya. Ia menepuk-nepuk pipinya dengan tangan memastikan apakah wajahnya memang sekentara itu.

Ayah Chaerin terlihat berdecak, “Dasar tidak punya malu.” Mata Chaerin dibuat melotot olehnya karena tidak terima atas tuduhan itu. “Rata-rata anak gadis pasti menjawab ‘tidak’ karna malu. Kau malah terang-terangan mengakuinya. Urat malumu putus?”

Chaerin mendesah kasar sambil menengadah tidak percaya atas perkataan ayahnya itu. menurutnya ayahnya itu sangat menjengkelkan. Sungguh-sungguh menjengkelkan. Ia kemudian mendaratkan bokongnya itu ke tempat kosong di sebelah ayahnya dengan enggan.

“Bagaiaman perjalananmu? Apakah berjalan dengan lacar?” kata Chaerin sambil menyenderkan badannya ke lengan ayahnya.

“Lancar. Kami disana juga membahas topik lain yang sedang hangat di sela sarapan atau makan siang. Mengemukakan pendapat juga tentang itu terkadang,” ucap ayah Chaerin sambil membenarkan letak kacamatanya.

“Topik apa? Apakah ada yang lebih serius?” kata Chaerin sambil memainkan rambutnya. Terlihat raut lelah dari wajahnya. Maklum saja ia telah melewati hari yang panjang.

“Iya tentang ISIS,” ucap ayahnya membuat mata Chaerin membulat sempurna.

“Ayah membahas topik itu pada saat sarapan? Bukankah itu termasuk topik yang lumayan berat untuk dicerna saat sarapan? Aku tidak bisa percaya dengan ini,” ucap Chaerin sambil menepuk-nepuk pipinya.

“Orang yang berada di sana tidak berisi orang-orang bodoh sepertimu Chaerin. Disana ada Presiden Park, ayah bertugas mendampinginya dalam kunjungan negara,” ucap ayah Chaerin. Membuat Chaerin hanya mendengus kesal.

“Apa yang kalian bicarakan tentang ISIS?” tanya Chaerin yang mulai penasaran terlihat dari matanya yang membulat.

“Sebenarnya di Iran dan sekitarnya ISIS merupakan topik yang sentimentil untuk dibicarakan. Ayah melihat agama sebenarnya seperti negara yang mempunyai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Seperti halnya negara pasti setiap orang itu memiliki isi kepala yang bermacam-macam bukan?” ucap ayahnya yang hanya dijawab Chaerin dnegan mengangguk-angguk.

“Sama halnya dengan negara yang mempunyai aturan, agama juga memberikan kita petunjuk untuk menuju jalan yang benar. Setiap agama itu pastilah baik, tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan. Tetapi tidak semua orang itu baik. Semua orang Korea pun tak tentu baik, ada yang jahat. Kita tak bisa membenci satu negara hanya karena satu bandit. Begitulah agama, kita tidak lantas bisa seenaknya menjatuhkan satu agama itu buruk hanya karena ada beberapa orang yang mempunyai niat jahat demi kepentingan mereka sendiri,” ucap Ayahnya sambil membaca berkas-berkas dalam map.

“Semua orang pasti tahu, Tuhan tak pernah mengajarkan hal keji. Semua orang itu tak bisa dirubah menjadi baik begitu saja. Jika semua orang baik, tidak ada orang-orang pintar yang akan menyusun undanng-undang. Tidak ada hakim, jaksa, dan pengacara. Bukan Tuhan yang membuat semua mereka jahat, mereka jahat karena tidak memiliki Tuhan di hatinya,”

“Pemahaman tersebut mungkin sulit diterapkan di negara seperti Amerika atau Jerman karena kebanyakan dari mereka menganut ajaran yang sama. Tapi seperti Korea yang memiliki kebebasan untuk memilih agama, bahkan warganya di bebaskan untuk tidak menganut satu agama pun, pehaman itu bisa lebih mudah di terapkan. Karena masyarakat Korea terbiasa dengan perbedaan, membuat mereka lebih bisa menerima sesuatu yang berbeda diantara mereka,”

“Timbulnya ISIS sendiri menurut Ayah karena kerasisan mereka. Sebenarnya jika satu kaum minoritas berada ditengah kaum mayoritas paham tersebut bisa jadi muncul. Sebenarnya semuanya terasa sama saja ketika seorang jurnalis datang ke Arab Saudi tanpa mengenakan kain di kepalanya, mereka mengatakan si jurnalis sebagai kafir. Dan sebaliknya ketika seorang wanita mengnaakan pakaian tertutup serta mengenakan kain penutup di kepalanya datang ke Prancis mereka akan mengatakan dia teroris. Hidup bukanlah tak adil tetapi hidup itu kejam.” Ucap ayah Chaerin sambil menutup map yang telang ditanda tanganinya. Ia menatap Chaerin yang mengangguk-angguk mengerti disebelahnya.

“Hah…. pembicaraan malam ini sangat berat untuk dicerna,” ucap Chaerin. “Tapi hari ini aku belajar banyak darimu. Kau yang terbaik,” ucaP Chaerin sambil memberi ayahnya sebuah jempol.

“Mandilah dan istirahat. Besok kau masih sekolah kan?” ucap ayahnya yang disambut anggukan oleh Chaerin.

“Apakah Chaerin dan Kyungsoo benar-benar memiliki hubungan istimewa?”

“Biar saja toh dengan berpacaran dengan Kyungsoo dia tidak merugikan kehidupan kita.”

“Bagaimana dengan Chanyeol? Bukankah mereka dekat?”

“Beberapa waktu yang lalu aku melihat Chaerin dan Sehun berbicara berdua dia atap. Bagaimana dengan Sehun?”

“Mereka berenam kelihatan seru sekali. Andaikan aku bergabung dengan mereka.”

“Jadi artikel yang beredar di website sekolah memang benar?”

“Dasar gadis murahan.”

“Dilihat dari tampangnya saja sudah terlihat jika dia memang seperti itu,”

“Kau lihat betapa lucunya Baekhyun saat berdiri paling depan sambil meneriakkan nama Chaerin?”

“Sikapnya sok. Seolah tak membutuhkan teman, ternyata incarannya adalah Baekhyun, Chanyeol, Kyungsoo, dan Seulgi. Juga siapa anak baru itu yang katanya teman kecil mereka berempat namanya siapa Jongdae?”

Kasak-kusuk seperti itulah yang terdengar dari beberapa siswi yang suka bergosip kesana-kemari. Sepertinya Chaerin merasa jika ia menjadi trending topic hari ini. Mungkin karena lusa kemarin ia beryanyi dan menyebut nama Kyungsoo secara terang-terangan.

Tetapi tidak ada satu pun omongan yang ia masukkan ke hati. Bahkan lihat saja, saat ini ia tengah asyik duduk di jendela ruang kelasnya yang terletak di lantai atas. Mungkin jika ada seseorang yang mendorongnya, mungkin ia sudah mati dengan kepala yang pecah.

Semilir angin menerbangkan anak rambutnya yang tak dapat ia gulung ke atas menggunakan sumpit. Kakinya ia goyang-goyangkan sambil sesekali melihat orang-orang yang tengah berlalu lalang di bawah. Lampion serta lampu terlihat menghiasi festival yang sedang berlangsung. Hari ini terakhir pelaksanaan festival musim semi sekolah, rencananya pada malam hari kembang api akan dinyalakan sebagai tanda bahwa festival akan berakhir.

Kriettt….

Pintu kelasnya terdengar terbuka. sepertinya seseorang dengan sengaja mebukanya. Chaerin masa bodoh dengan apa yang sedang terjadi, ia hanya ingin menunggu kembang api yang rencananya akan di nyalakan dalam lima menit lagi.

“Kau disini?” ucap seorang dengan suara berat. Kemudian terdengarlah suara sol sepatu yang menghantam lantai. Chaerin terlihat mencari asal suara tersebut dan mendapati Sehun yang tengah berjalan ke arahnya.

“Apa urusanmu?” ucap Chaerin dengan nada yang enggan.

“Semua orang mencarimu. Membuat mereka khawatir, kau itu ceroboh,” ucap Sehun kemudian bergabung dengan Chaerin duduk di jendela dengan kaki yang menggantung ke bawah.

“Hemmm…,’ ucap Chaerin sambil memandang langit kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya dan melihat angka yang ditunjukkan oleh ponselnya. “Kapan kembang apinya akan di nyalakan?”

“Kyungsoo tadi mencarimu,” ucap Sehun sambil memandang Chaerin, ia terlihat paling khawatir daripada yang lain. Saat itu Chaerin balas memandang Sehun dengan wajah yang datar kemudian kembali menatap langit. “Sebelum pada akhirnya langkahnya terhenti akibat panggilan dari Jiyeon.”

“Aku selalu kalah dengan iblis itu.” ucap Chaerin dengan santai. “Sehun-a, apa kau tahu? Disini saat melihat Kyungsoo sunbae tersenyum sambil menggenggam tanganku. Disini ada sesuatu yang rasanya meletup-letup seperti berontak akan keluar,” ucap Chaerin sambil memegang dada sebelah kiri.

Mata Sehun terlihat terbelalak. Kemudian rahangnya jatuh kebawah, “Chaerin, apa kau sakit atau benar-benar jatuh cinta kepadanya?” ucap Sehun sambil memegang dahi Chaerin. Memastikan gadis itu baik-baik saja.

“Apa menurutmu begitu?” ucap Chaerin dengan wajah polosnya. “Mungkin jika aku mengatakan semua ini kepada ibu ia akan menertawaiku sampai terkena usus buntu,” ucap Chaerin. Terlihat Sehun yang tergelak sehingga membuat matanya terlihat hanya segaris.

3…. 2…. terdengar hitungan mundur dari pengunjung festival. Sepertinya mereka menghitung mundur penyalaain kembang api. “1!!!” Terdengar suara tepuk tangan dan sorakan diiringi suara meletupnya kembang api ke udara.

Yeppeuda,” ucap Sehun sambil menunjuk salah satu kembang api yang berhasil mekar di udara dengan sempurna. Chaerin memandangnya tanpa berkedip sedikitpun.

“Kurasa dadaku meletup seperti kembang api saat melihatnya tersenyum sambil mengenggam tanganku,” gumam Chaerin, matanya masih menatap langit sendu yang di hiasi banyak kembang api.

Sehun balas memandang Chaerin yang tengah asyik memandang langit. Kemudian berkata, “Kuharap perasaanmu itu seperti kembang api. Meletup indah dilangit, tapi begitu saja kemudian menghilang.”

Chaerin tertegun mendengar Sehun berkata demikian dengan terang-terangan. Ia menoleh menatap wajah Sehun dengan lekat kemudian mengernyit seperti meminta penjelasan. Sehun hanya tersenyum kemudian meraih bahi Chaerin untuk mendekat ke arahnya.

“Dingin kemarilah. Lihatlah kembang apinya bagus ‘kan?” ucap Sehun sambil merangkul pundak Chaerin.

Festival musim semi telah berakhir semalam. Sisa-sisa dari kemeriahan semalam ada tumpukan beberapa tempat sampah di beberapa sudut yang tidak emnyediakan tempat untuk membuang sampah. Akibatnya seluruh pengurus OSIS harus bekerja keras tadi malam hingga pulang dini hari.

Beberapa dari mereka juga mendapatkan tugas dobel untuk menyusun pengeluaran keuangan yang harus di serahkan pada rapat komite esok hari. Terlihat wajah Kyungsoo yang lelah akibat begadang dan harus datang pagi-pagi ke sekolah untuk mengerjakan laporan keuangan yang belum rampung.

Sunbae, wajahmu pucat tidak apa?” tanya seorang lelaki berkaca mata kepada Kyungsoo yang sibuk dengan lapotopnya di ruang OSIS.

“Tidak. aku tidak apa,” ucap Kyungsoo.

“Kau serius? Tidak ingin ikut bersamaku untuk ke kantin?” ucap lelaki itu sambil mendekatkan wajahnya ke Kyungsoo. Mengamati apakah benar Kyungsoo baik-baik saja.

Terdengar bunyi sepatu yang mendekat. Kemudian suara gadis terdengar menginterupsi mereka. “Sunbae, apakah kau ingin makanan? Aku akan membelinya untukmu. Nanti kau bisa makan disini.” Wah rupanya itu Jiyeon.

“Tidak tidak perlu,” ucapnya sambil menatap Jiyeon. Kemudian lelaki yang tadi mengajak Kyungsoo ke kantin, melenggang pergi sambil mencibi Park Jiyeon.

“Ya sudah aku akan membelikanmu menuman dan beberapa kudapan. Kau tidak boleh mengelak kali ini.” Ucapnya lalu mengucapkan sampai jumpa di ambang pintu.

Kyungsoo menatap gadis sampai punggungnya hilang dari pengelihatannya.

Kyungsoo merasakan badannya yang aneh. Seperti ada yang meniupkan angin di badannya yang membuatnya merasakan aneh di seluruh tubuhnya. Aktivitas mengetiknya yang dimulai beberapa jam yang lalu ia hentikan untuk beberapa saat. Ia memijat pelipis dan lehernya yang terasa kaku. Badannya terasa pegal semua.

Ia kemudian meletakkan kepalanya di meja sambil memejamkan mata. Mungkin dengan tidur beberapa menit, ia akan baik-baik saja.

“Ketua minumlah ini. Aku juga membawakanmu roti dan buah jeruk untukmu,” ucap Jiyeon sampil memperlihatkan kantong plastik di tangannya. Ia kemudian mengeluarkan satu-persatu isi yang ada di dalam kantung plastik itu.

Kamsahamnida. Kau bisa mengerjakan tugasmu sekarang,” ucap Kyungsoo dengan suara yang serak.

“Wajahmu sungguh pucat. Kau tidak ingin pergi ke ruang kesehatan?” tanya Jiyeon.

“Tidak terimakasih. Aku tidak seburuk yang kau kira. Jadi jangan khawatir. Aku hanya butuh aspirin saja, setelah itu semua akan baik-baik saja. Aku akan mengambilnya sebentar lagi, lagipula aku masih punya pekerjaan yang menumpuk,” ucap Kyungsoo.

“Baiklah aku akan pergi, tapi kau harus makan ini ya?” ucap Jiyeon yang diiyakan begitu saja dengan Kyungsoo.

Bukan Chaerin jika tidak melakukan hal di luar nalar. Seperti saat ini, posisinya yang berada di pojok membuatnya bisa melakukan hal yang luar biasa. Kata orang pelajaran sejarah itu paling membosankan, tapi menurut Chaerin ia memiliki alasan bosan berbeda dari yang lain. Jauh sebelum Hong seongsaengnim menjelaskan Jepang menjajah Korea dan terjadi perbudakkan wanita untuk pemuas birahi tentara Jepang pada masa lampau, Ayahnya sudah jauh lebih dulu menceritakannya seluruh cerita itu. Jika ia harus mendengarkan lagi ia mungkin harus bermual-mual ria.

Di sebelahnya Seulgi terlihat mengantuk, karena ia baru pulang dini hari akibat Chanyeol dan Baekhyun meninggalkannya saat festival. Alhasil ia harus menunggu Kyungsoo menyelesaikan tugas lalu pulang bersama Kyungsoo.

“Hey, aku lapar,” ucap Seulgi sambil berbisik kepada Chaerin.

Chaerin memandang Seulgi dengan mata yang tinggal segaris. “Aku membawa bekal,” ucap Chaerin dengan malas.

“Aku laparnya sekarang,” ucap Seulgi sambil meletakkan kepalanya di atas meja meahan perih yang menjaar di seluruh perutnya.

Seketika wajah Chaerin berbinar-binar. “Aku punya ide. Tenang saja.”

Chaerin cepat-cepat mengeluarkan kotak bekalnya dari dalam tasnya. Kemudian ia meminta Seulgi untuk kembali membuat buku sejarah mereka berdiri menutupi wajha mereka berdua. Ia kemudian membuka kotak bekalnya dari balik buku sejarahnya.

“Makan ini cepat. Aku jamin Hong saem tak akan mencurigai kita berdua.”

Seulgi menatap kotak makanan Chaerin dengan mata yang berkilat senang. Lihatlah sebenatar lagi air liurnya akan menetes. Ia kemudian cepat-cepat mencomot sushi dari kotak berwarna turquoise itu.

“Enak,” ucap Seulgi sambil mengacungkan jempol kepada Chaerin. Mulutnya masih dipenuhi nasi, membuat bicaranya tidak jelas.

Kali ini giliran Chaerin yang melahap kudapan yang dibawanya itu dengan rakus. Mereka sekarang ini seperti dua anak kembar yang di telantakan kedua orang tua mereka. sungguh menyedihkan melihat mereka berdua seperti itu.

Tokk… Tokkk…

Saat Pak Hong sedang menjelaskan kejadian di Korea pada 1941-1942, terdengar pintu kelas di ketuk oleh seseorang. Suara bariton khas terdengar oleh rungu Chaerin serta Seulgi. Mereka cepat-cepat mengelap bibir mereka yang di penuhi nasi dan menidurkan kembali buku yang tadinya mereka berdirikan.

“Permisi,” ucap pria itu, dibelakangnya ada Baekhyun yang mendorog pria itu untuk masuk ke dalam. Dan di belakang Baekhyun tampaklah Chen yang berwajah khawatir.

“Sa-saya mencari Kwon Chaerin, OSIS sedang ada perlu denganmya,” ucapnya dengan tergagap. Chaerin mengenal pria itu dengan nama Park Chanyeol.

Chaerin dan Seulgi berpandangan satu sama lain mencoba menebak-nebak situasi ini. Ia tahu Chanyeol, Bakehyun, maupun Chen bukanlah salah satu dari anggota OSIS. “Iya, silahkan Chaerin. Kuarap kau baik-baik saja. Apalagi yang kau lakukan sampai OSIS memanggilmu?” ucap Pak Hong sambil memandang Chaerin dari atas sampai bawah.

Chaeri yang berdiri dengan ragu-ragu menatap Chanyeol, Baekhyun, dan Chen bergantian. Mencoba meminta penjelasan, tetapi dengan tatapan mereka yang seperti itu ia yaki mereka sedang meminta Chaerin untuk bergegas. Sedangkan Seulgi hanya mampu memandang keempat temannya itu dengan wajah yang bingung, ini ada yang tidak beres sepertinya.

Siswa lain yang melihat mereka berempat sepertinya juga penasaran dengan apa yang sedang terjadi sebenarnya. Seulgi terlihat meminta ikut dengan mereka berempat, tapi cepat-cepat Baekhyun menggelengkan kepalanya.

Chanyeol dengan tergagap meminta izin kepada Pak Hong dan segera menyeret Chaerin. Ia mencengkeram kuat pergelangan tangan Chaerin dan membawanya keluar dari ruang kelasnya.

“Kita harus cepat.” Ucap Chanyeol sambil tetap mencengkeram kuat lengan Chaerin.

“Kau harus menjelaskan kepadaku dulu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan membuatku khawatir dengan wajah kalian yang seperti menahan buang air sejak masuk ke dalam kelasku beberapa menit yang lau,” ucap Chaerin sambil terangah, ia sekarang sedang berlari menyusuri koridor.

Di belakang Chanyeol dan Chaerin terlihat Chen dan Bakehyun sedang mengikuti mereka. “Jnagan banyak omong. Kyungsoo- dia pingsan,” ucap Chen dengan nafas yang memburu.

“Apa!?! Kenapa bisa terjadi?” ucap Chaerin yang kini wajahnya lebih buruk daripada ketiga pria itu.

Ditengah cemasnya mereka berempat. Dibelaknag mereka terdengar suara yang tenagh menginterupsi. “Hey kalian. Tunggu aku!!!” ucapnya sambil melambai dan berlari lebih cepat menghampiri mereka berempat.

“A-pha yang sebenarnya terjadi?” ucap Seulgi yang ini sudah berada di samping Chen.

“Tutup mulutmu. Nanti juga kau akan tahu,” ucap Baekhyun.

Tepat di depan pintu dari ruangan yang bisa dianggap besar itu, Chaerin tergugu. Ia hanya dapat menatap tulisan ‘Ruang Kesehatan’ di pintu. Jika Chanyeol tidak menyuruh Chaerin untuk masuk mungkin ia hanya diam disitu sampai kakinya pegal.

Chaerin terlihat melongokkan kepalanya di pintu. Ia melihat Kyungsoo dengan wajah pucatnya sedang tertidur di atas ranjang di temani seoarang gadis berambut panjang yang duduk di sampingnya. Chaerin segera masuk setelah mengetuk pintu dengan pelan.

Ia menghampiri tubuh Kyungsoo yang lemas. Dibelakangnya terlihat keempat temannya ikut mengekor masuk lalu berjejer mengitari tubuh Kyungsoo membuat si gadis berambut panjang terdesak dan akhirnya menyingkir lebih jauh.

“Apa yang terjadi dengannya?” tanya Chaerin lalu meraih tangan kurus Kyungsoo, ia sedikit meremas tangan dingin itu.

“Ia tadi pingsan sesudah aku membelikannya makanan, sebelumnya aku melihat wajahnya pucat. Tapi ia menolak kubawa ke ruang kesehatan,” ucap gadis berambut panjang itu.

Rahang Chaerin terlihat mengatup dengan kuat. Bakehyun yang berdiri di sebelahnya pun mendengar suara gigi Chaerin yang bergemeletuk menandaan ia sedang di puncak amarah.

“Apa yang kau berikan padanya? Apa dia sudah sarapan sebelumnya?” ucap Chaerin sedikit menahan suaranya.

“Aku memberinya jus jeruk dan roti isi stroberi. Aku lihat itu saja yang dimakannya, jeruknya tidak ia makan. Roti dan jus jeruk itu merupakan sarapannya,” ucap gadis itu.

“Apa kau sebodoh itu hah?!?” ucap Chaerin yang tak bisa menahan emosinya. Chanyeol, Baekhyun, Chen dan Seulgi ia buat terkejut akan amarahnya. “Kau tidak bisa memberi jus jeruk dan semua makanan yang asam sebelum ia memakan sesuatu! Itu membuat asam lambungnya naik! Apalagi ia demam. Kau bodoh?!?” ucap Chaerin lalu kembali mengatupkan rahangnya dengan kuat.

“Keluar! Kubilang sekarang keluar!” ucap Chaerin yang menyuruh gadis itu pergi. Baekhyun mencengkeram pundak Chaerin berusaha membuatnya sedikit lebih tenang.

“Sebaiknya kalu keluar dulu Park Jiyeon,” ucap Chanyeol menengahi.

“Tidak aku harus disini,” ucap Jiyeon yang tetap ngotot untuk tinggal.

Chaerin duduk di sebelah Kyungsoo dengan menduduki tempat yang sebelumnya di duduki Park Jiyeon. Ia menatap lamat-lamat wajah Kyungsoo, wajahnya lebih khawatir daripada sebelumnya. Ia tetap mengenggam tangan berkeringat Kyungsoo itu menunggunya untuk membuka mata.

“Kyungsoo memang seperti itu. Ia terkadang tak mengerti kondisi tubuhnya sendiri. Kalau ia tidak disadarkan seperti ini. Ia selalu bebal jika diberitahu kalau tubuhnya sakit, tetapi ia mengelak dan selalu mengatakan bahwa dia baik-baik saja.” ucap Chanyeol kemudian mendesah.

Chen, Seulgi, Bakehyun dan Chanyeol melihat wajah Chaerin yang khawatir itu. mereka semua tidak pernah melihat wajah Chaerin yang sekhawatir ini sebelumnya.

Chaerin memandang wajah pucat, ia mengamatinya dan baru menyadari bahwa Kyungsoo terlalu bekerja keras sehingga membuat wajhanya menirus akhir-akhir ini. Chen menenangkan Chaerin dan berkata bahwa dia baik-baik saja.

Terlihat kelpoak mata Kyungsoo mengerjap. Membuat Chaerin antusias, terlihat raut lega dari manusia-manusia yang lain. Sampai-sampai terdengar helaan kasar nafas Chanyeol yang sedari tadi ia tahan.

“Tidurlah,” ucap Chaerin sambil memijat punggung tangan Kyungsoo. Lelaki itu terlihat menggeleng pelan kemudian mencoba untuk duduk yang di tahan oleh Chaerin. Tetapi terlihat ia sanget bersikeras. Chaerin berdiri dari duduknya kemudian menyisir lembut rambut Kyungsoo yang berantakan dengan tangannya.

“Kau mau makan apa? Jangan membuatku khawatir lagi ya?” ucap Chaerin dengan nada bergetar. Kyungsoo menatap lekat wajah Chaerin yang begitu kacau. Lalu mengangguk pelan. Ihatlah wajah masam Jiyeon di belakang. Kontras sekali dengan wajah merona dari Seulgi yang melihat betapa manisnya mereka berdua.

“Berbaringlah,” ujarnya yang disambut gelengan oleh Kyungsoo. Chaerin memeluk pria itu, menyenderkannya di perutnya sambil menyisir rambutnya dengan lembut. Kyungsoo memegang lengan Chaerin yang bertengger manis di bahunya, ia sedikit mencengkeram lengan itu.

“Kau tidak apa? Jangan berkata apapun kumohon. Jika perlu sesuatu cukup berikan isyarat padaku,” ucap Chaerin sambil menepuk penggung Kyungsoo. Lelaki itu terlihat memejamkan matanya, ia merasakan tubuh Chaerin yang hangat memeluknya. Sehangat musim semi.

“Aku mual,” ucap Kyungsoo singkat. Chaerin langsung mengubah arah pandangannya ke arah Jiyeon yang berdiri di belakang Bakehyun. Ia memandang gadis itu dengan mata yang berkilat, menandakan bendera perang telah di kibarkan.

“Cobalah untuk menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya juga perlahan. Lakukan seperti itu, jika kau tak bisa menahan, muntah saja,” ucapnya.

Kyungsoo melakukan sesuai saran Chaerin. Ia menarik nafas dalam-dalam kemudian ia hembuskan perlahan, Kyungsoo melakukannya berulang. Ia semakin mengeratkan cengkeramannya pada tangan Chaerin, karena ia merasakan mual di perutnya semakin menjadi. Bulir keringat memenuhi pelipisnya kemudian turun di pipinya. Bergulir begitu saja. Chaerin mengeratkan pelukannya kepada Kyungsoo, lelaki ini benar-benar membuatnya khawatir setengah mati. Saat ini rasanya kepala Chaerin mendidih.

Tak berselang lama, Kyungsoo tak dapat menahan mual di perutnya. Ia memuntahkan apa yang dimakannya beberapa waktu yang lalu kepada Chaerin. Wajah Chaerin semakin khawatir ia menepuk-nepuk punggung Kyungsoo, membiarkan lelaki itu memuntahinya.

“Park Jiyeon, cepat ambilkan kantung muntah di almari!” ucap Chaerin dengan suara yang bergetar. “Muntah saja kepadaku. Jangan khawatir,” ucap Chaerin dengan gugup.

Semua orang yang berada di ruangan terihat kocar-kacir kesana-kemari mencari sesuatu yang setidaknya dapat membantu. Melihat wajah pucat Kyungsoo, itu seakan mengiris dada Chaerin. ia membiarkan lelaki itu muntah padanya, ia terus memijat leher Kyungsoo dengan lembut.

Seulgi menyerahkan sebuah selimut untuk Chaerin. Seulgi dengan telaten meletakkan sedemikian rupa untuk alas Kyungsoo muntah.

“Mana kantung muntahnya?!?” ucap Chaerin yang geram, lihatlah betapa lelatnya Park Jiyeon. Ia sampai-sampai ingin mengyunyah kepalanya saat ini.

Terlihat Kyungsoo terengah. Chanyeol memberi Chaerin tisu dan ia gunakan untuk mengusap mulut Kyungsoo. “Sudah? Tak apa jika kau muntah lagi,” ucapnya dengan sayang. Kyungsoo menggeleng lemah. “Berbaringlah,” ucap Chaerin membantu Kyungsoo tidur.

“Tidurlah jangan khawatirkan aku,” ucapnya kemudian emmbersihakan bekas muntahan Kyungsoo di bajunya menggunakan tisu. Ia juga terlihat mengangkat selimut yang dipenuhi muntahan itu, kemudian ia letakkan dalam bak yang tersedia di ujung ruangan.

“Aku akan membawakanmu baju ganti,” ucap Seulgi kemudian berlari keluar.

“Chen, bawakan kaos untuk Kyungsoo,” ucap Chaerin. “Dan Jiyeon. Pergilah dari sini kumohon. Melihatmu membuatku ingin marah,” ucapnya sambil memejamkan matanya.

Chen kemudian keluar untuk mengambil baju olahraga Kyungsoo di loker depan kelas mereka.

Chaerin memegang dahi Kyungsoo, ia masih demam. Dengan telaten ia membuka almamater Kyungsoo dan membuka beberapa kancing kemeja Kyungsoo. Sedangkan Baekhyun dan Chanyeol melepaskan sepatu dan kaos kakinya yang sejak tadi masih melekat.

“Bersihkan dirimu. Aku akan meminta Seulgi mengantarkan bajumu jika ia sudah datang. Terimakasih sudah menjaga Kyungsoo. Kau luar biasa hari ini,” Ucap Chanyeol smabil emmegang pundah Chaerin. chaerin mengangguk kemudian menatap Kyungsoo yang tengah tertidur pulas.

“Jangan khawatirkan dia. Kami akan menjaganya untukmu,” ucap Chanyeol yang meyakinkan Chaerin.

Kyungsoo terlihat mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia mengamati keadaan sekitarnya yang begitu hening. Ia masih di tempat yang sama dengan sebelumnya, yaitu ruang kesehatan. Wajahnya tidak seburuk ketika pertama kali ia di bawa kesini dengan keadaan yang mengawatirkan.

Ia mendapati Chaerin tertidur di sampingnya dengan pulas. Chaerin tertidur sambil menggenggam tangan Kyungsoo. Ia melihat guratan lelah di wajahnya itu. Kyungsoo terlihat menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah Chaerin tersebut, posisinya yang duduk membuat Kyungsoo khawatir jika bangun-bangun ia harus merasakan pegal di punggung serta lehernya.

“Gomawo, Kwon,” ucap Kyungsoo sambil tersenyum. Ia kemudian terlihat mengusap kepala Chaerin dengan sayang. Merekapun kembali terlelap ke dalam alam mimpi masing-masing.

To Be Continue…

Keep Reading, Like and Comment yes!

10 tanggapan untuk “Caramelo pt. 10”

  1. Kyungsoo dan chaerin manis bgt sih,,,,
    Kyungsoo bisa berekpresi juga wkwkwwk
    Tapi akankah ada cibta segitiga???kyungsoo-chaerin-sehun???

    1. makasih udah baca dan komentar! Kasih tahu nggak ya? kasih tahu nggak ya? Kalo mau tau ada cinta segitiga atau nggak silahkan baca sampe part terakhir!

Pip~ Pip~ Pip~