[EXOFFI FREELANCE] (Summer : Mirage) Be Happy – Chapter 6

summer.jpg

[Summer: Mirage] Chapter 6 – (Be Happy)

 

Author: Muftonatul Aulia/Hanifah Harahap

Main Cast: Park Chanyeol, Byun Baekhan(OC), Byun Baekhyun & Oh Sehun

Genre: Romance, Friendship, Family, Angst

Rating: General

Length: Multichapter

Credit Poster: Gyuskaups @ Indo Fanfictions Arts

PLEASE, NO PLAGIAT! THIS STORY IS REAL FROM OUR MIND

AND DON’T BE A SIDERS!

Visit us: HERE

Previous Chapter:

Chapter 1 – Sehun Eyes | Chapter 2  – Baekhyun Drawing Book | Chapter 3 – It’s Time For Dinner| Chapter 4 – Begin Again | Chapter 5 – Lovely Doll | [NOW] Chapter 6 – Be Happy


 

Flashback..

 

Chanyeol memainkan lagu pianonya dengan penuh emosi.  Wajahnya memerah. Kesepuluh jarinya bermain dengan lincah di atas tuts piano yang berwarna hitam-putih.

Di akhir lagu, Chanyeol menekan tuts dengan kencang sehingga suaranya menjadi lebih keras. Lelaki itu mengatur napasnya yang berantakan. Ia melihat ke arah sebuah foto yang ada di depannya kini. Sebuah foto yang begitu membuat luka di hatinya menganga.

“Hei, kau sedang apa di sana, Ahrin?” tanya Chanyeol seraya menatap foto itu.

Chanyeol mengambil sebuah kotak beludru hitam yang ada di balik bingkai foto itu. Perlahan ia membukanya dan mengelus berlian berwarna kebiruan yang bertengger di atasnya. Masih sama indahnya seperti pertama kali ia melihat cincin ini sebuah toko perhiasaan di USA.

Pintu terbuka pelan.  Seorang gadis dengan wajah porselen masuk seraya membawa sebuah nampan berisi makanan dan segelas air putih.

“Makanlah, oppa. Kau melewatkan makan malam bersamaku hari ini” kata Seulwoo sambil meletak nampan itu di dekat bingkai foto tadi.

“Aku sudah makan malam di rumahnya Baek―” Chanyeol menghentikan kalimatnya dan termenung. Tiba-tiba semua hal tentang Baekhan mengalir deras di pikirannya saat ini.

“Padahal aku sudah susah payah memasak ini. Rasanya nggak kalah kok dengan masakan Kyungsoo-oppa,” kata Seulwoo menutupi kejanggalan Chanyeol.

Mata Seulwoo beralih ke sebuah kotak beludru yang tengah di pegang Chanyeol. Seulwoo menghela napas panjang dan melihat ke arah foto yang ada di hadapan Chanyeol dengan perasaan iba.

Seulwoo sembari mengangkat nampannya dan berbalik ke arah pintu, “Aku tak tahu kapan terakhir kali kita membicarakan ini. Tapi oppa, kurasa kau harus mengunjungi Ahrin-eonnie”

“Apa yang harus aku lakukan, Woonnie?” tanya Chanyeol, “Ahrin pasti membenciku. Benar-benar membenciku. Aku adalah orang yang melukai cintanya. Ayolah, Woonnie―kau tahu semua hal yang terjadi padaku.”

“Minta maaf” jawab Seulwoo dingin dengan pandangangan matatanya yang sayu. Gadis itu keluar dan menutup pintu dengan pelan. Meninggalkan Chanyeol yang tengah dilanda gulana itu seorang diri.

 

Langit cerah sekali. Sore ini, matahari bersinar semakin terik dari hari-hari sebelumnya. Chanyeol berjalan sambil mendekap se-bucket bunga mawar di dadanya yang bidang. Ia menatap semua yang di hadapannya dengan ekspresi datar.

Setelah beberapa langkah ia jalani dengan detak jantung yang semakin kencang, Chanyeol duduk dan menatap apa yang kini ada di hadapannya. Sebuah gundukan tanah yang masih sedikit basah. Chanyeol meletakkan bucket bunga mawar itu di atasnya dan mengelus batu nisan yang berwarna hijau gelap.

Chanyeol memeluk batu nisan itu sebentar dan membiarkan dua tetes air matanya jatuh.

Mianhae, setelah tiga tahun berlalu aku baru datang ke sini, Ahrin” kata Chanyeol. Beberapa saat kemudian, ia melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya.

“Aku tahu.. kamu tak suka dengan kehadiranku, ‘kan?” Chanyeol tertawa getir lalu melanjutkan, “Banyak hal yang perlu aku bicarakan denganmu, Ahrin.”

Namja itu kembali mengelus batu nisan itu dengan tangan kanannya.

“Aku tahu kau pasti akan lebih membenciku setelah ini karena―” Chanyeol menghela napas. Dadanya sesak. Ia memejamkan matanya erat-erat. Yang terlihat hanya warna hitam yang sedikit gemerlap. “Jika bukan karena perbuatanku, kau pasti tak akan terbaring di sini.”

 

3 tahun lalu…

                Ahrin menatap lelaki jangkung yang ada di depannya sekarang. Sinar matahari sedikit menghalangi pandangannya.

“Ahrin, ada apa dengan wajahmu?” tanya Chanyeol pelan. Chanyeol benar-benar tak suka jika gadisnya itu menekuk wajahnya yang cantik.

“Chanyeol, dengarkan aku―” kata gadis dengan rambut warna coklat yang diikat ke belakang seperti ekor kuda itu. “Ini sangat penting bagimu dan bagiku”

Mwo? Beritahu aku,”

“Aku.. aku pikir.. aku ingin mengakhiri semuanya denganmu,” kata Ahrin dengan wajahnya yang sayu. Matanya yang biasanya bulat dan berbinar mendadak berubah seperti orang yang kekurangan tidur.

M..mwo?” Chanyeol mendekat dan mengguncang bahu Ahrin dengan kuat hingga gadis itu sedikit mundur dari posisinya semula. “Kamu nggak lagi bercanda kan, Ahrin?” Mata Chanyeol memerah. Benar-benar mengerikan.

Dengan sekuat tenaganya, Ahrin melepaskan tangan Chanyeol yang padat dari bahunya. “Aku tak mencintaimu, Chanyeol!” teriak Ahrin.

Wae? Kalau begitu kenapa kau tak bilang dari dulu?!” Chanyeol berteriak tepat di depan Ahrin dengan wajahnya yang memerah. “Wanita kejam! Kau seharusnya tak perlu membuatku sangat jatuh cinta padamu,” sambung cowok itu.

“Aku.. sekeras apapun aku mencoba mencintaimu, aku tetap tak bisa Chanyeol! Karena aku, mencintai sahabatku sendiri sejak lama.. dan itu.. hal yang dilarang dalam sebuah persahabatan, ‘kan?”

Chanyeol mengepalkan tangannya, seperti akan memporak-porandakan segala yang ada di hadapannya sekarang.

“Aku sadar.. bahwa lelaki dan wanita tak akan pernah bisa jadi sepasang sahabat sejati, salah satu di antara mereka pasti ada yang menyimpan sebuah perasaan..”

“A, apa maksudmu? Hei, Ahrin―” Chanyeol mendekat ke arah gadis itu.

“Tolong mengertilah kalau aku mencintai Oh Sehun. Aku bersamamu hanya untuk dekat dengannya, Chanyeol. Apa kau tak menyadarinya?!” Ahrin kembali berteriak seraya menggenggam rok seragamnya yang lembut.

Chanyeol terdiam di tempatnya. Kaku.

“Oh Sehun?” Chanyeol berjalan mendekati Ahrin “Apa kau gila?! Bagaimana bisa kau jatuh cinta pada sahabatku satu-satunya?!” Chanyeol mendorong bahu Ahrin hingga gadis berkuncir satu itu berteriak ketakutan dan terjatuh. Suaranya memantul di dalam aula sekolah yang kosong ini.

Chanyeol berbalik dan meninggalkan Ahrin di ruangan aula yang kosong dan terasa dingin itu dengan wajah seperti gunung api yang akan menyemburkan lavanya.

Di bawah ring basket yang tinggi itu, Sehun melompat beberapa kali dan memasukan bola ke dalamnya. Tangannya kembali menggulirkan bola mengelilingi setengah bagian lapangan yang kosong. Lapangan bagian lain diisi oleh teman-teman basketnya yang sedang sibuk bergurau.

Sehun melambaikan tangannya ketika mendapati sahabatnya kembali ke lapangan ini. Wajah Sehun tak henti-hentinya tersenyum pada sosok yang masih agak jauh dari dirinya. Setelah agak mendekat, Sehun mulai merasakan sesuatu yang janggal pada wajah Chanyeol..

Brak!

Chanyeol mendaratkan tinjunya di wajah kiri Sehun hingga lelaki itu oleng ke belakang karena kehilangan keseimbangannya.

“Kau, pengkhianat!” Chanyeol kembali menggulirkan tinjunya ke bahu kanan Sehun sebelum ia menendang tubuh lelaki itu. Dengan satu gerakan cepat, Sehun terhempas dengan kasar di tanah lapangan. Chanyeol menginjak bahu kanan Sehun hingga lelaki itu mengerang kesakitan.

Teman-teman basketnya benar-benar terkejut dengan pemandangan yang mengerikan itu. Beberapa dari mereka berlari mendekati Chanyeol dan Sehun lalu membagi kelompok menjadi dua untuk menenangkan mereka.

Beberapa orang namja, menyeret Chanyeol menjauh dari Sehun dengan susah payah.

Ya, Park Chanyeol! A-apa yang kau lakukan pada Sehun?” teriak Yixing sambil membantu Sehun yang sedikit memuntahkan darah.

Sehun meringis memegangi bahu kanannya.

“Apa perlu kita bawa ke rumah sakit, Junmyeon?” tanya Yixing panik.

Junmyeon sedikit memegang bahu kanan Sehun sebelum akhirnya Sehun meringis kesakitan. “Ya, aku takut kalau bahunya retak” ujar Junmyeon. Beberapa teman yang mendengarnya sontak kaget dan melontarkan pandangan mereka pada Chanyeol.

Keringat dingin mulai membasahi pelipis Chanyeol. Apa yang sudah ia lakukan? Kaki Chanyeol bergetar hebat. Seketika Chanyeol membelah kerumunan orang-orang yang ada di belakangnya dan berlari kencang ke arah gerbang sekolah.

Sehun yang terbaring di tanah lapangan berusaha bangkit dan menatap Chanyeol dari kejauhan sembari merintih kesakitan terus-menerus.

 

“Kau hebat, Ahrin. Kau membuatku melupakan siapa Sehun dalam sesaat demi dirimu,” ujar Chanyeol dengan dada yang sesak.

“Lalu aku tahu kalau kau mendengar kabar itu dan kau langsung menyusul Sehun yang mungkin saja kondisinya sedang kritis saat itu… Tapi Dewi Fortuna tak berpihak padamu karena―” Chanyeol menghela napasnya. “Karena sebuah mobil menabrakmu hingga seluruh sistem vitalmu rusak. Dan parahnya, aku tak bisa menyelamatkanmu”

Chanyeol memejamkan matanya. “Aku membenci diriku sendiri yang tak bisa menyelamatkanmu. Padahal.. padahal aku ada di seberang jalan saat itu, maafkan aku.. Kalau saja.. kalau saja aku tidak emosi dan dapat mengendalikan diriku.. kau pasti masih bisa bernafas sekarang.”

Putaran masa lalu tentang Ahrin bermain di kepala Chanyeol seperti potongan puzzle yang saling bersatu membentuk satu kesatuan. Chanyeol tak bisa melupakan ketika sebuah mobil menabrak Ahrin yang tepat ada di depannya. Dengan bodohnya, Chanyeol hanya terdiam di seberang jalan dan memandangi Ahrin yang berlumuran darah dengan banyak orang di sekelilingnya.

“Sehun. Dia memintaku untuk datang menjenguknya dan membawakannya makanan kesukaannya waktu itu seperti tak terjadi apa-apa di antara kami. Tapi, aku terlalu takut dan memilih untuk menghindar dan menjauh.. lalu semakin menjauh hingga sekarang kami menjadi rival yang terkenal di kampus. Lucu, bukan?”

Lalu Chanyeol melanjutkan kata-katanya yang memprotes minta keluar dari dalam hatinya.

“Aku benar-benar ingin bermain basket dan menginap bersama Sehun lagi, seperti dulu… Aku memang orang yang terlalu ambisius dan akan melakukan segala hal demi apa yang menjadi keinginanku. Kali ini, aku minta maaf karena telah melukai Sehun yang sangat kau cintai itu, Ahrin”

Chanyeol merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru hitam. “Aku sudah membeli cincin ini sejak awal kita bersama. Aku berjanji untuk memakaikan ini di jarimu suatu saat nanti, ‘kan?” katanya tersenyum getir. “Geundae, Ahrin.. Bolehkah aku mengingkari janjiku sendiri? Aku sudah menemukan seorang gadis yang selama ini aku cari.. seorang gadis yang sudah mengisi hatiku sejak lama. Bahkan jauh sebelum kita saling kenal dan bertemu,”

Chanyeol diam sejenak. “Namanya Byun Baekhan,” katanya mantap. “Dan aku harap, cepat atau lambat cincin ini akan menjadi miliknya.”

Lelaki itu menunduk lalu tersenyum simpul. “Ahrin, apa kau tahu? Aku benar-benar mengalami fatamorgana kali ini. Aku selalu merasa kalau kau hidup di dalam jiwa Baekhan karena kejadian tentang kita terulang lagi―”

Chanyeol menatap langit dengan awan putih yang bergulir pelan. Matanya menyipit tajam.

“Baekhan itu.. dia lebih memilih Sehun daripadaku, padahal aku sudah menyukainya sejak lama. Sama sepertimu, ‘kan? Aku heran, kenapa dua gadis yang aku cintai lebih memilih Sehun dibandingkanku?”

Tangan Chanyeol memainkan kotak beludru. “Tapi ternyata Baekhan menyukaiku, dia mengatakannya padaku kemarin. Karena dia bersahabat dengan Sehun yang menyukainya juga, Baekhan berniat menghapus perasaannya padaku. Aku tak ingin merusak hubungan  mereka berdua. Aku juga tak mau melukai Sehun lagi, seperti dulu”

Chanyeol memasukan kotak beludru hitam ke dalam sakunya dan mengelus nisan Ahrin. “Aku akan berusaha mengembalikan pertemananku dengan Sehun. Soal Baekhan, biarlah berjalan apa adanya dengan aku tetap menyukainya. Mungkin saja ini waktunya bagi Sehun untuk berbahagia, ‘kan?”

Chanyeol tersenyum. “Baiklah. Aku sudah mengungkapkan semuanya padamu, Ahrin. Sekarang, aku akan pulang. Berbahagialah di sana―”

Sinar matahari menusuk wajah Baekhan dengan lembut. Gadis itu membuka matanya dan menemukan sosok lelaki tepat di depan wajahnya sedang tertidur dengan pulas. Baekhan tersenyum simpul dan mengelus rambut depan Baekhyun dengan ujung jarinya yang mungil. Tangan kiri Baekhyun masih berada di bahunya. Gadis itu tak menyangka kalau ia dan Baekhyun akan kembali tidur satu kasur lagi setelah sekian lama.

Baekhan memindahkan tangan Baekhyun dari bahunya dengan pelan, takut kalau lelaki itu terbangun. Biarlah untuk hari ini, adiknya itu istirahat di rumah. Baekhan duduk dan memperhatikan semua isi kamar.

Pandangannya tercuri oleh beberapa buah kotak makanan pemberian Kyungsoo yang ada di atas buffet Baekhyun. Kotak-kota itu masih utuh. Sama sekali belum Baekhyun sentuh.

“Aku tak menyangka kalau orang seperti Baekhyun bisa mengalami jatuh cinta dan sakit hati yang begitu dalam” desis Baekhan.

Gadis itu mengalihkan pandangannya ke meja belajar Baekhyun. Sepertinya ia ingat akan satu hal. Dengan langkah yang pelan, Baekhan berjalan ke meja belajar Baekhyun dan mengambil sebuah buku gambar warna hitam putih yang tergeletak di atasnya. Ia membuka lembar demi lembar dan memandangi sebuah sketsa gadis cantik di lembar terakhir yang Baekhyun isi.

“Jadi benar, ini sketsa Seulwoo..”

Baekhan menyentuh sketsa itu dengan lembut. “Kau jatuh cinta pada Park Seulwoo dan sayangnya gadis itu sudah menjadi milik teman baikmu yang bernama Kyungsoo. Benar-benar mengerikan, Baekhyun” ujar Baekhan sebelum menutup buku gambar itu dan meletakkannya kembali di tempatnya semula.

Baekhan berjalan ke arah meja belajarnya, duduk dan melihat-lihat beberapa buku kuliah dan membukanya satu per satu. Ia sedikit mengerutkan dahi lalu melihat ke arah kalender warna putih yang ada di mejanya.

Astaga!

Baekhan meloncat dari kursinya dengan jeritan yang ia tahan. Ia melupakan satu hal yang sangat penting hari ini! Hari ini adalah hari dilaksanakannya semester exam untuk anak-anak Business Management dan ia sama sekali tidak belajar, tidak membaca satu kalimatpun di dalam buku kuliahnya!

Tunggu, ini jam berapa? Gadis itu melihat jam digital yang tergantung di dekat lemari pakaiannya. Oh, terkutuklah Neptunus! Semester exam akan dimulai sekitar satu setengah jam lagi.

Oh, bencana! Benar-benar bencana! Gadis itu buru-buru menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi lalu menguncinya dengan satu gerakan kasar, berharap masih ada waktu baginya untuk belajar di perpustakaan kampus.

 

Baekhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia membolak-balik kertas ujian semester. Oh, sangat menjengkelkan! Soal ini pasti dibuat salah satu dosen yang paling tidak ia sukai, Kim Jaekwang. Baekhan menggigit bibir bawahnya geram.

Gadis itu melihat sekelilingnya. Satu meja panjang hanya diisi oleh satu orang mahasiswa yang sibuk menulis-nulis di kertas mereka sementara seorang dosen sibuk memperhatikan mereka dengan berjalan naik-turun, dari meja ke meja.

Ya, meja di sini tersusun secara bertingkat. Semua mahasiswa duduk tidak saling lurus sehingga Baekhan tak memiliki kesempatan untuk bertanya dan apapun itu yang bisa membantunya saat ini.

Gadis itu melihat jam tangannya. 30 menit lagi, ujian akan segera berakhir. Baekhan menyumpah segala hal yang bisa ia sumpah dengan mulutnya. Ia hanya mendapat kesempatan membaca buku di perpustakaan selama 10 menit sebelum ujian dimulai. Ia bahkan datang paling akhir, saat dosen sedang mengeluarkan kertas ujian dari sebuah amplop besar berwarna coklat. Baekhan melirik ke arah Sehun yang duduk tepat di meja belakangnya. Lelaki itu menjawab soal-soal dengan santainya. Sehun selalu mendapat nilai yang tinggi dan menjadi salah satu golden student-nya Kim Jaekwang.

Baekhan membenamkan wajahnya ke permukaan meja kayu yang halus itu. Dari sekian banyak soal, hanya ada beberapa yang benar-benar bisa ia jawab sepenuhnya. Itupun karena kebetulan ia membacanya saat di perpustakaan tadi yang merupakan pelajaran terakhir yang ia ingat dan sisanya ia isi mati-matian dengan menggunakan seluruh nalar yang ada di kepalanya. Dan sekarang, ia kehabisan ide-idenya.

Sehun berdiri dengan tegap seraya memegangi kertas ujiannya. Dosen itu tengah berada di bagian depan sekarang.

“Kau sudah selesai, Oh Sehun?” kata dosen itu penuh selidik.

Ne,” jawab Sehun. Oh, dia adalah orang yang selesai pertama kali.

Dosen itu tersenyum simpul. “Baiklah.”

Sehun berjalan ke arah dosen itu dan dengan satu gerakan cepat yang tak disadari oleh siapapun, ia meletakkan sebuah kertas di samping Baekhan yang berwajah frustasi. Ia meletakkan salinan jawabannya itu dengan tenang karena kebetulan ujian kali ini Baekhan duduk di sisi ujung meja.

Baekhan yang menyadari hal itu buru-buru menyalin jawaban Sehun dengan sedikit permainan kata dan kalimat dalam penulisannya agar tak terlihat benar-benar sama dengan jawaban Sehun.

“Padahal, tadi malam ia pergi berkumpul bersama Yixing dan minum banyak..” desis Baekhan sedikit kesal dengan kecerdasan Sehun.

“Terimakasih, Sehun. Lagi-lagi kau menyelamatkanku saat ujian…” Air mata Baekhan hampir saja tumpah jika ia tidak ingat kalau ia tengah berada di ruang ujian dengan pengawasan sang dosen yang kejam.

“Mukamu tampak cerah. Apa kau bisa mengerjakan soalnya dengan mudah?” tanya dosen itu ketika Baekhan mengumpulkan jawabannya.

“Eh, oh.. ya begitulah hehehehe” jawab Baekhan singkat lalu keluar dengan hati yang gembira. Ia melihat jam tangannya lalu tertawa dalam hati. Ternyata ia hanya memerlukan waktu 7 menit untuk menyalin jawaban Sehun.

Gadis berambut coklat itu menatap meja-meja yang bertingkat itu. Tawanya meledak dalam hatinya ketika melihat beberapa temannya masih pusing sendiri menulis jawaban mereka.

Baekhan melangkah keluar. Suara sepatu yang ia kenakan terdengar nyaring dengan langkah kakinya yang dengan ringan meninggalkan ruangan ujian itu. Tangan kanannya menenteng handbag-nya yang berwarna coklat dengan ringan.

Tangannya bersiap membuka pintu ruangan yang besar dan gagah dengan satu gerakan ringan. Ketika ia membuka pintu, seorang lelaki baru saja akan masuk ke dalam ruangan itu. Baekhan menancapkan pandangannya pada wajah lelaki itu dan sedikit menutup pintu ruangan.

Bibir Baekhan bergetar hebat menyebut nama lelaki yang ada di depannya itu. Ia melangkah mendekatinya dengan banyak sekali pertanyaan di otaknya sekarang.

“….Luhan?”

-TBC-

Next Chapter

.

“Baekhan, lihat? Aku sudah menepati janjiku padamu, ‘kan?”

.

.

.

.

Chanyeol mencium wajah samping gadis itu dengan lembut

.

.

.

.

“Terimakasih sudah mengingatkanku. Kau benar-benar orang yang tidak ingkar janji,”

 

 

Hallo, para readers! 😀

Kabar gembira untuk kalian semua, minggu ini [Summer: Mirage] akan terbit dua chapter! Yap, dua! Chapter 6 dan Chapter 7!

Happy Reading! ^^

26 tanggapan untuk “[EXOFFI FREELANCE] (Summer : Mirage) Be Happy – Chapter 6”

  1. yeolliiiiii g nyangkaaaaaa hikssssss,, sabarrr my yeolll
    Luhannnnnnnnnnnnn ,,, ada apa lagii inihhh ,,, makin penasarannn

  2. Ya ampunn, ternyata ahrin itu….. Omigat eonn, gak nyangka aku. Aku kira bakal ada oc cewek lain disini. Eh ternyata si ahrin cuman numpang lewat jadi arwah…. Kok tragis yah??? terus si baekhan ini maunya sama siapa dong?? sehun atau chanyeol??? Kayaknya si baekhan itu harus milih si om sehun dehh, secara kan si om chanyeol kan suami gua…. wkwkwkwk:v

  3. >…< /kyaaaaa/
    Jadi itu alasan chanyeol sama sehun musuhan?
    ya ampun, trus nanti bagaimana? baekhan milih chanyeol atau sehun? T.T
    pilih sehun aja deh, biar dikasih contekan terus waktu ulangan :'v /peace/

Tinggalkan Balasan ke alf Batalkan balasan