[EXOFFI FREELANCE] Universe in His Eyes (Chapter 9)

Universe in His Eyes POSTER

Title        : UNIVERSE IN HIS EYES – Chapter 9

Author        : Arifia Pahlawan (Wattpad: @arifiart)

Length        : Chaptered

Genre        : AU, Friendship, Romance, School-life.

Rating        : PG 17

Main cast    :

Oh Serin (OC)

Do Kyungsoo (EXO)

Byun Baekhyun (EXO)

Park Chanyeol (EXO)

Additional cast:

Kai (EXO) as Yamasaki Kai

Summary    : Serin bertemu dengannya lagi, pemilik mata tajam yang selalu membayangi pikirannya selama bertahun-tahun. Ia selalu ingin menghindar dari ingatan akan lelaki itu, namun semesta justru membuat Serin semakin terjebak dengannya.

Disclaimer    : Cerita ini merupakan bentuk dari imajinasi author. Jika terdapat kemiripan pada nama tokoh, tempat ataupun jalan cerita, hal itu merupakan unsur ketidaksengajaan.  Dilarang keras untuk memplagiatkan atau merepost karya ini tanpa seizin author. Please leave comment after reading. Thank you so much and happy reading! ❤

̶

̶

̶

Lelaki itu mendekati Serin dan merengkuh tubuhnya, memeluknya begitu erat hingga Serin mampu merasakan tubuhnya yang hangat.

̶

̶

_

CHAPTER 9

-Sang Penyelamat (2)-

_

_

̶

‘Halo Serin-san, ini aku, Kai. Senang sekali bisa bertemu denganmu.’

Serin hampir saja melompat dari kasurnya setelah mendapat sebuah pesan singkat yang ia dapat dari lelaki bernama Yamasaki Kai itu. Ia senyum-senyum sendiri setelah mengetahui bahwa ada lelaki tampan yang tertarik padanya.

Apa? Tertarik? Yang benar saja, jangan terlalu percaya diri.

Tidak sampai semenit, Serin langsung membalas pesan teks tersebut.

‘Terima kasih telah menolongku, Kai-kun.’

‘Ah, jangan terlalu dipikirkan. Aku senang kau baik-baik saja.’

‘Aku baik-baik saja, semoga cedera di kepalamu cepat pulih. Terima kasih, aku sungguh berhutang budi padamu.’

‘Hehehe, kalau begitu bayar kembali hutang budimu.’

‘Bagaimana caraku melakukannya?’

‘Sederhana saja, ayo kita bertemu besok. Aku akan mampir ke sekolahmu.’

Serin sungguh ingin berguling detik ini juga. Kai benar-benar penuh dengan kejutan. Jauh di dalam lubuk hatinya, sebenarnya Serin agak sedikit waspada karena bagaimanapun Kai tetap hanyalah orang asing baginya. Namun ia juga tak menyangkal bahwa dirinya juga senang karena diajak kencan oleh lelaki tampan seperti Kai.

Eh, apa? Kencan? Sepertinya Kai tidak pernah mengatakan secara terang-terangan bahwa itu adalah sebuah kencan.

***

Percaya atau tidak, keesokan harinya Kai benar-benar menunggu di depan sekolahnya. Kehadiran Kai benar-benar telah mencuri perhatian seluruh gadis di sekolah itu. Semua orang pasti akan mengiyakan kalau Kai memang sangat keren sampai membuat atensi seluruh gadis di sekolah itu tertuju pada dirinya.

Serin keluar dari area sekolah bersama Kyungsoo yang mengikutinya dari belakang. Kyungsoo orangnya begitu kaku sehingga ia tak punya pilihan selain hanya dekat-dekat dengan Serin karena hanya gadis itulah yang dapat ia ajak bicara. Kai yang melihat Serin berjalan keluar langsung melambaikan tangannya lebar-lebar.

“Serin-san!”

Senyum Serin melebar ketika melihat lelaki itu. Ekspresinya benar-benar terlihat senang saat mengetahui beberapa gadis melemparkan pandangan iri padanya karena Kai yang tampan sedang menyapanya walaupun ia sudah terbiasa dihujani tatapan iri seperti itu karena hal yang sama terjadi setiap kali ia bersama Baekhyun dan Chanyeol.

“Kyungsoo-ya, pulanglah duluan, aku ada sedikit urusan setelah ini.” ujar Serin meminta Kyungsoo agar tidak menunggu dirinya.

“Kenapa?” tanya Kyungsoo pada Serin, namun matanya menatap Kai dengan tajam.

“Ah, aku akan pergi sebentar dengan Kai. Kau duluan saja.”

Tanpa basa-basi lebih panjang, Serin melangkah pergi lebih dulu bersama Kai, meninggalkan Kyungsoo sendiri di depan sekolah. Tiba-tiba Kai menoleh ke arah Kyungsoo, melemparkan sebuah senyuman yang ambigu. Kyungsoo yang melihat adegan itu pun mengernyitkan dahinya, bertanya-tanya apa arti dari senyuman itu. Ia merasa sepertinya ada yang aneh dengan lelaki itu.

Kai membawa Serin berjalan-jalan sambil menikmati udara Tokyo di sore hari sebelum menjadi lebih dingin saat malam tiba nanti. Mereka berkeliling sambil bermain console game di samping sebuah toko kelontong seperti halnya pasangan di drama-drama. Rasanya benar-benar seperti sedang berkencan, walaupun Kai sendiri tak pernah mengatakan kalau ini sebuah kencan.

Serin tak bisa berhenti tersenyum menikmati hal ini bersama Kai. Walaupun Kai sebenarnya masih sangat asing baginya, entah mengapa Serin merasa nyaman berada di samping lelaki ini. Kai sangat baik, auranya pun memancarkan kelembutan seperti lelaki idamannya.

Tiba-tiba Serin mendapatkan sebuah pesan singkat dari Kyungsoo.

‘Aktifkan GPS dan kirimkan lokasimu padaku.’

Apa ini?

Belum sempat Serin membalas pesan teks Kyungsoo, lelaki itu sudah meneleponnya lebih dulu.

“Wae?”

“Kau lagi di mana?”

“Aku sedang di Shibuya. Sepertinya aku akan pulang agak larut, Kyungsoo-ya. Aku akan makan malam di luar, kau duluan saja.”

“Pulanglah sekarang.”

Entah kenapa Kyungsoo seperti mulai terdengar overprotektif. Serin tertawa sedikit mengejek setelah mendengarnya. Lelaki ini semakin konyol saja sejak kejadian di rumah sakit waktu itu.

“Kenapa aku harus-”

“Dengar, aku punya perasaan tidak enak pada Yamasaki Kai itu. Berhati-hatilah, bagaimanapun juga, ia masih orang asing bagimu.”

“Haha, konyol sekali.”

“Dan jangan lupa kirimkan lokasimu tiap sepuluh menit padaku.”

“Yah! Mengapa kau bertingkah seperti ini? Berhentilah, kau bahkan bukan pacarku!”

“Kau sudah lupa apa yang dikatakan guru Kim padamu? Kau masih baru di sini, jadi jangan bertindak seolah kau sudah sangat mengetahui tempat dan orang-orang sini. Turuti perkataanku atau kau akan kuadukan pada guru Kim!” nada Kyungsoo terdengar sedang mengancam.

“Oke, oke, baiklah! Dasar tukang ngadu!” Serin segera memutus panggilan tersebut. Lihat! Lihat! Begitulah sifat asli Kyungsoo, ia memang suka melaporkan semua hal yang tidak disukainya kepada guru. Serin semakin kesal karena ia jadi teringat akan kejadian serupa sebulan yang lalu.

Serin tidak punya pilihan selain menuruti perkataan Kyungsoo. Ia sendiri sebenarnya juga tidak mau jika Kyungsoo melaporkannya pada guru Kim. Ia sungguh tidak mau terlibat masalah lagi. Dengan sedikit terpaksa ia akhirnya mengirimkan lokasinya pada Kyungsoo.

“Siapa?” tanya Kai yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

“Ah? I-itu, Kyungsoo baru saja menelepon. Kupikir aku harus mengabarinya agar tidak ketahuan guruku bahwa aku masih berkeliaran sepulang sekolah.”

Kai tersenyum. “Begitukah? Kalau begitu, sebelum pulang kau mau mampir ke rumahku dulu untuk makan malam?”

Apa? Ke rumah?

***

Serin melangkahkan kakinya ke sebuah daerah yang sangat asing baginya. Hampir semua tempat yang ia pijaki hari ini benar-benar baru pertama kali ia kunjungi. Kali ini ia menginjakkan kaki ke sebuah daerah pemukiman warga. Jalannya agak sepi dan tidak ada orang yang terlihat mondar-mandir di daerah itu.

Kai membawanya ke dalam sebuah bangunan besar seperti apartemen sederhana, yang kemungkinan itu adalah rumahnya. Bangunan itu hanya terdiri dari empat lantai dan memiliki unit yang tidak terlalu banyak. Serin mengikuti langkah Kai menuju salah satu unit yang ada di apartemen itu.

Rumah Kai berada di lantai tiga dan terletak di ujung lorong. Sepertinya tidak banyak yang mengisi unit di sini karena suasananya begitu sepi dan sama sekali tak terlihat adanya banyak orang yang sedang tinggal di apartemen itu. Kai membuka pintu rumahnya dan mempersilakan Serin untuk masuk ke dalam.

Rumah Kai tidak terlalu luas, namun terlihat agak rapih dan minimalis. Bahkan sedikit lebih rapih daripada dorm nya sendiri. Tidak ada siapa-siapa di dalam rumah itu. Serin mulai merasakan atmosfir tidak enak. Ia kemudian membuka ponselnya dan mengirim lokasinya pada Kyungsoo dan menjelaskan detail apartemen yang ia masuki.

Serin mulai mengamati sekeliling, tidak ada foto keluarga di dalam rumah itu, yang ada hanyalah beberapa lukisan kaligrafi sederhana yang menghiasi dinding rumah Kai.

“Di mana orang tuamu?” Serin mulai berani bertanya karena sedari tadi ia terlalu gugup karena ia hanya sendirian di sebuah rumah bersama lelaki itu.

Kai yang sedang mengambil beberapa bahan masakan di kulkas tiba-tiba menghentikan kegiatannya. Ia tertegun sesaat setelah mendengar pertanyaan Serin. Ia menoleh ke arah gadis itu, menatapnya dengan lembut kemudian berbalik dan tidak jadi melanjutkan memilih bahan makanan. Lelaki itu berjalan mendekati Serin yang sedang terduduk di sofa dan duduk di sampingnya.

Wajah Kai yang ceria berubah menjadi lemas. Ditatapnya Serin lekat-lekat.

“Orang tuaku sudah bercerai, Serin-san.”

Raut wajah Serin berubah serius. Ia balik menatap laki-laki di hadapannya dengan perasaan sedikit bersalah. “Go-gomenasai, Kai-kun.”

Kai tersenyum kecil walaupun senyumnya terlihat sedikit pedih.

“Aku punya dua kakak perempuan dan mereka ikut ayahku. Kudengar ayahku sekarang sudah menikah lagi. Entahlah, aku tidak terlalu banyak berkomunikasi dengan mereka.”

“Bagaimana dengan ibumu?”

“Belum lama ini ibuku kembali ke Korea. Ia sebenarnya memaksaku untuk ikut dengannya, tapi aku-nya yang tidak mau. Aku… hanya ingin tinggal di sini. Aku tidak ingin meninggalkan zona nyamanku.”

Serin tersenyum walau sebenarnya ia menyesal telah membuat Kai harus menceritakan kehidupan yang tidak ingin didengarnya. Ia menyentuh bahu lelaki itu, menepuknya pelan seolah sedang mentransfer kekuatannya agar Kai juga semakin kuat. Entah kenapa ia tiba-tiba teringat dengan Kyungsoo soal tinggal sendirian. Dalam hati Serin bersyukur, betapa beruntungnya dia masih berada dalam lingkungan keluarga yang utuh. Ibu, Ayah, Sehun, ia bersyukur setidaknya masih memiliki mereka.

“Ah, kenapa suasananya jadi begini,” kata Kai sambil tertawa kecil, “kau mau makan apa? Biar aku buatkan.”

Serin langsung berdiri dan ikut membantu Kai menyiapkan makan malam. Sejujurnya ini merupakan hal yang sangat baru baginya. Belajar di luar negeri, kencan, berdua di rumah dengan seorang pria, bahkan membuat makan malam bersamanya. Ah, semua itu benar-benar baru pertama kali ia rasakan. Serin tidak menyadari pipinya yang sudah bersemu merah setelah memikirkan itu semua.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tak terasa sudah satu jam berlalu. Serin buru-buru membereskan piring-piring kotor dan segera mengambil tasnya untuk segera pulang. Namun langkahnya terhenti karena Kai berdiri tepat di depannya.

“Kau mau pulang?”

Serin mengangguk.

Kai menyentuh tangan Serin. “Tinggalah di sini sebentar, aku begitu kesepian.” katanya sambil memasang wajah memelas.

“Kalau begitu nanti akan berbahaya jika aku pulang sendirian saat larut malam tiba.”

“Aku akan mengantarmu.” jawab Kai masih memegang tangan Serin.

Dengan sedikit terpaksa akhirnya Serin menuruti keinginan pria itu. Toh, Kai juga sudah berjanji akan mengantarnya pulang. Entah kenapa ia seperti tersihir akan pesona Kai dan seakan ia terhipnotis agar menuruti semua keinginan lelaki itu.

‘Kencan’ mereka dilanjutkan dengan menonton sebuah film. Kai memberikan segelas minuman ringan untuk Serin. Serin meneguk minuman itu beberapa kali selama menonton film. Ia menatap gelas yang sedang dipegangnya. Pahit, tapi masih terasa enak. Ia memutuskan untuk tidak terlalu peduli dan tetap meneguk minuman itu sampai habis.

Baru lima belas menit berlalu, namun Serin sudah merasa ngantuk. Waktu berjalan begitu lambat. Serin merasa tubuhnya begitu lemas, apalagi ia baru saja makan malam, mungkin saja karena ia makan terlalu banyak tadi. Serin tak kuasa menahan kantuknya, matanya begitu berat seperti ada beban berkilo-kilo yang menempel di kelopak matanya.

Serin mencoba mengarahkan pandangannya yang lemah pada Kai. Lelaki itu menoleh ke arahnya sambil tersenyum manis. Sangat memesona sampai Serin tak sadar ikut tersenyum saat melihat wajah Kai. Lelaki itu mendekati Serin dan merengkuh tubuhnya, memeluknya begitu erat hingga Serin mampu merasakan tubuhnya yang hangat.

“Aku menyukaimu, Serin-san.” kata lelaki itu berbisik di telinga Serin. Mata Serin sedikit terbuka mendengarnya, namun tubuhnya terlalu lemas untuk merespon. Ia sungguh tak berdaya saat ini.

Kai menyentuh kedua pipi Serin dan menatapnya lembut. “Aku sungguh menyukaimu.” katanya sekali lagi.

Entah sejak kapan, tiba-tiba bibir Kai sudah mendarat di bibirnya. Lelaki itu mengecupnya dengan lembut dan penuh gairah. Serin sempat tersentak saat menyadari Kai sedang menciumnya. Ia ingin lepas namun tubuhnya menolak untuk melawan karena terlalu kaget dan lemas di waktu yang bersamaan. Lengan kekar lelaki itu benar-benar sudah merengkuh Serin, menggiring tubuhnya pelan-pelan hingga terbaring di sofa.

Kai menatap Serin, disematkannya beberapa untai rambut gadis itu dengan lembut. Serin benar-benar sudah terhipnotis, wajah Kai benar-benar hanya berjarak satu senti di depannya. Ia tak sanggup menatap mata lelaki itu. Wajah Kai yang tampan dan tubuh kekarnya sungguh begitu menggoda.

Tatapan Kai begitu dalam, mungkin benar jika ia menyukai Serin. Ia memegang tengkuk Serin dan kembali mencium lembut gadis itu. Serin tahu benar bahwa apa yang sedang terjadi padanya sekarang adalah salah, tapi tetap saja ia tak mampu melawan tenaga Kai yang besar, ditambah kesadarannya yang perlahan mulai menghilang.

Mata Serin terpejam, ia sungguh tak berdaya, ia seperti sedang mati rasa dan tidak mampu menggerakan tubuhnya. Kai begitu lihai memainkan bibirnya dan jemari lelaki itu kini sudah bermain nakal ke seluruh tubuhnya. Rasanya seperti sedang melayang di atas awan, tapi Serin tahu bahwa ini tidak benar. Ia ingin melawan, tapi tenaganya sudah terlanjur menguap seiring dengan kesadarannya yang juga semakin menghilang.

DAR! DAR! DAR!

Tiba-tiba seseorang menggedor pintu rumah Kai dengan keras di tengah kegiatan panas itu. Kai menengok ke arah pintu dan diam sebentar, menunggu orang itu berhenti, namun suara gedoran itu tidak kunjung berhenti, malah semakin keras. Dengan sinis akhirnya Kai terpaksa membuka pintu dan melihat seorang lelaki bertubuh pendek sedang berdiri di depan rumahnya dengan nafas tersengal-sengal.

Kai melihat lelaki di hadapannya sedang menatapnya tajam seolah ada kilatan di matanya. Lelaki itu…

Do Kyungsoo… dia datang.

Kyungsoo mendorong tubuh Kai dengan keras dan langsung menyerobot masuk ke dalam. Ia menemukan Serin yang sedang berbaring tidak sadarkan diri di sofa. Keadaan gadis itu sedikit mengenaskan, setengah pakaiannya sudah dilucuti sampai bahu dan pahanya dapat terekspos dengan jelas. Kyungsoo berbalik dan menatap lelaki bernama Yamasaki Kai itu dengan tajam. Matanya benar-benar menunjukkan kebencian. Ia sadar sejak awal memang ada yang tidak beres dengan laki-laki itu.

Kyungsoo segera menghampiri Kai dan meninju wajahnya dengan keras.

“Bajingan kau!” Kyungsoo menghujani wajah lelaki itu dengan pukulan walau beberapa kali meleset karena seumur-umur ia tidak pernah berkelahi sebelumnya. Namun setelah melihat Kai, dia seperti mendapat kekuatan entah dari mana hingga mampu membuat Kai jatuh tersungkur.

Kai bangkit dan membalas Kyungsoo dengan tonjokkan yang lebih keras hingga pelipis Kyungsoo sedikit mengeluarkan darah. Kyungsoo menarik kerah kemeja Kai dan mendorongnya hingga terjatuh ke lantai.

“Berani sekali kau menyentuh Serin!” mata Kyungsoo benar-benar terlihat mengerikan saat ini. Jika saja Serin sedang melihatnya, membayangkannya saja ia pasti tak akan mampu melihat kilatan mengerikan dari mata itu.

Kai hanya tertawa geli pada dirinya sendiri yang kalah pukul dengan pria yang lebih kecil darinya. “Kau lihat apa, brengsek?”

“Kaulah yang sedang lihat apa!” bentak Kyungsoo penuh emosi sebelum akhirnya melayangkan pukulan terakhirnya pada Kai. Pria itu benar-benar sudah babak belur dihantam Kyungsoo.

Kyungsoo bangkit dan segera menghampiri Serin, ia mengguncang tubuh gadis itu dengan keras. “Serin-ah! Oh Serin! Sadarlah!”

Serin membuka matanya, ia setengah sadar, tapi tubuhnya masih sangat lemas.

“Oh, Kyungsoo-ya. Sedang apa kau-”

Kyungsoo langsung membetulkan pakaian Serin yang acak-acakan. Serin menepis tangannya karena merasa tidak nyaman melihat Kyungsoo sedang melakukan sesuatu pada pakaiannya.

“Apa yang kau lakukan?”

Kyungsoo tidak menjawab dan langsung menutupi tubuh Serin dengan mantelnya. Ia segera mengambil tas milik Serin dan menarik tangannya, memapah gadis itu yang masih belum sepenuhnya sadar dan tidak mampu berjalan dengan benar.

“Ayo kita pulang.”

***

Serin memijat kepalanya yang terasa pusing. Ia sudah muntah dua kali sejak Kyungsoo membawanya pergi dari rumah Kai. Kesadarannya mulai kembali dan ia masih mencoba mengingat kejadian apa yang barusan terjadi.

“Kau barusan minum alkohol, kau tahu?” ujar Kyungsoo sedikit menahan emosinya karena menahan bau alkohol dari mulut gadis itu.

Serin tidak menjawab perkataan Kyungsoo. Kepalanya sungguh pening saat ini. Serin menunduk dan memejamkan matanya, otaknya berpikir keras berusaha mengingat-ingat kembali apa yang sudah terjadi seharian ini.

Ah, iya benar. Aku sedang jalan-jalan bersama Kai, lalu ke rumahnya, makan malam bersama, nonton film lalu…

Serin menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Jantungnya langsung berdebar saat membayangkan kembali kejadian itu. Kai dan dirinya… Tiba-tiba saja wajah Serin memerah.

Serin menepuk jidatnya sendiri dengan keras sampai Kyungsoo ikut terkejut saat ia melakukannya secara tiba-tiba. Mungkinkah gadis ini sudah mengingatnya? Gadis itu langsung berdiri dan pergi meninggalkan Kyungsoo sendiri. Namun lelaki itu dengan cepat mengikutinya dari belakang. Serin masih berjalan tertunduk dan tak menghiraukan keberadaan Kyungsoo hingga membuat lelaki itu langsung berdiri di depannya.

“Oh Serin, kau-” Kyungsoo menekan suaranya. Ia sedikit ragu apakah harus memarahi gadis ini atau tidak.

Serin mengangkat kepalanya. Matanya benar-benar merah, entah itu karena pengaruh alkohol atau memang dirinya yang tengah menangis.

“Bodoh sekali kau!” bentak Kyungsoo akhirnya dengan suara yang agak ditahan. Ia benar-benar kesal, padahal ia sudah memperingatinya sejak awal tapi gadis itu sama sekali tidak mendengarkan.

“Kyungsoo-ya, apa yang terjadi padaku?” air mata jatuh di pipi Serin. Gadis itu menutupi wajahnya dengan tangan. Ia benar-benar menangis di depan Kyungsoo, membuat lelaki itu sedikit bersalah karena sudah memarahinya.

Kyungsoo berjalan mendekat. Ia sungguh ingin memeluk Serin saat ini, menenangkan gadis itu dari segala ketakutannya tentang kejadian hari ini. Tapi hal itu tidak ia lakukan, Kyungsoo hanya menyentuh bahu Serin dan menepuknya dengan sangat pelan, berharap gadis itu tidak larut dalam tangisnya.

“Aku lega kau baik-baik saja.”

Serin menghambur ke pelukan Kyungsoo. Tangisnya pecah di bahu lelaki itu. Ia sungguh berharap bahwa lelaki di depannya ini adalah Baekhyun dan Chanyeol, namun apa daya, kedua sahabatnya berada jauh di seberang lautan sana, sedangkan yang ia miliki saat ini hanya Do Kyungsoo yang selalu ada di sisinya.

Kyungsoo berdiri mematung. Ia kaget bukan main ketika Serin tiba-tiba saja lari ke pelukannya sambil menangis. Gadis itu memeluknya erat, ia yakin Serin benar-benar trauma sekarang. Mengapa tidak, dalam seminggu ia sudah dua kali hampir menjadi korban lelaki mesum. Ya, Kai juga bisa dibilang termasuk lelaki mesum karena telah berani berbuat yang tidak-tidak pada Serin hanya ketika gadis itu sedang tidak berdaya.

Amarah Kyungsoo kembali memuncak saat teringat bagaimana Kai bisa melakukan hal itu pada Serin. Ia benar-benar ingin membunuh pria itu, hanya saja ia masih menghargai Serin karena gadis itu menyukainya. Namun ternyata lelaki bernama Yamasaki Kai itu tak lebih dari sekedar lelaki sampah.

Kyungsoo ingin sekali membelai punggung Serin agar tangisnya mereda, namun ia enggan melakukannya. Ia begitu ragu karena terlalu canggung dan bingung harus bertindak bagaimana. Serin masih menyandarkan wajahnya di bahu kecil Kyungsoo, kedua tangannya pun masih melingkar di punggung lelaki itu. Akhirnya tangan Kyungsoo bergerak, menepuk lembut punggung gadis itu.

“Gwaenchana, kau aman bersamaku.” entah darimana datangnya, tiba-tiba saja Kyungsoo mengatakan hal itu. Serin semakin kuat melingkarkan tangannya ke pinggang Kyungsoo seperti anak kecil yang sedang ketakutan. Entah mengapa rasanya nyaman berada di pelukan Kyungsoo. Gadis itu tidak memiliki orang lain lagi yang mampu menjadi tempat ia menumpahkan segala emosinya saat ini. Hanya ada Kyungsoo, dan ia sungguh bersyukur akan hal itu.

“Mianhae, Kyungsoo-ya.” bisik Serin di sela tangisnya. “Gomawo.”

̶

̶

̶

-To Be Continued-

6 tanggapan untuk “[EXOFFI FREELANCE] Universe in His Eyes (Chapter 9)”

  1. Aduh..serin,kamu mesti hati2 di negeri orang dong..2 kali nih hampir kejadian..untung ada si abang soo soo.., kai gentlement dikit dong..masa nyosor pas kondisi ceweknya mabuk..

  2. kamjog tak tahukh segimana menyeramkannya cimol kalo lagi ngamuk?disentil sitik j sudah keluar jurus mautnya huahahahahahahahhahaha
    kamjong,,,dmana mana mg image seksi dan mesummu akan selalu trbawa wkakakakakakakak

Pip~ Pip~ Pip~