[PROLOGUE] One and Only

Displaying poster1.jpg

Author : IRISH

Tittle : One and Only

Main Cast : EXO’s Baekhyun, Red Velvet’s Yeri

Supported : EXO, Red Velvet, Twice, and SMRookies Members

Genre : Romance, Life, Fantasy, Sci-fi

Rate : PG-16

Disclaimer : This story is entirely fantasy and created by Irish. Any resemblance to real persons or organization appearing in this story is purely coincidental. EXO, Red Velvet, Twice and SMRookies Members belong to their real-life.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

PROLOGUE

Seoul sudah berubah. Tidak. Bukan hanya Seoul yang berubah. Tapi bumi.

Bumi adalah planet yang punya sumber daya kehidupan paling tinggi sebelum pada abad ke-20 Perang Dunia III pecah dan menghancurkan hampir seluruh permukaannya.

Itulah mengapa pada akhir abad ke-20, mereka yang berkuasa membawa orang-orang dengan uang paling banyak, dengan kejeniusan mereka, menyelamatkan orang-orang dengan keajaiban besar yang membuat sebagian kecil dari kami selamat.

Keajaiban itu, mereka sebut Humanoid.

Sebuah robot genetik yang diciptakan oleh ilmuwan dari Uni Soviet.

Humaoid diciptakan dengan sosok fisik sama persis seperti manusia. Hanya saja, tulang robot ini terbuat dari lempengan batu yang di dapatkan dari Mars, lempengan batu yang mengandung logam tinggi—entah bagaimana cara manusia mendapatkannya—dan otaknya dibentuk dari kumpulan syaraf tiruan dengan nanoteknologi, kulitnya didesain sama persis dengan jaringan kulit milik manusia.

Kekuatan tubuhnya dibuat setara dengan kekuatan 250 ekor kuda. Dan ingatannya didesain seperti gajah. Suaranya didesain khusus agar bisa meniru semua jenis frekuensi suara. Kecepatan gerakannya didesain sama dengan kecepatan cahaya.

Dan disinilah aku hidup. Aku hidup di tahun ke-97 setelah Perang Dunia III berakhir. Tepatnya, 97 tahun setelah kecanggihan teknologi ini diciptakan dimana kehidupan ditempat ini adalah kehidupan modern yang baru.

Baru? Tentu saja. Karena kehidupan ini baru dimulai beberapa puluh tahun yang lalu, dengan semua kecanggihannya. Karena hancurnya permukaan bumi, batas negara tak lagi ada. Bergantikan dengan satu kekuasaan tunggal, Negara Tunggal.

Kekuasaan tertinggi berada di tangan anggota Dewan Tunggal. Mereka membawahi para senator yang menguasai 21 sentral dunia, puluhan magister pemimpin region, dan ratusan inspektur pengawas sektor yang disebut Sentry.

Para pemimpin dan pengawas diwilayah Negara Tunggal itu menjalankan roda pemerintahan dengan bantuan 5 menteri yang membawahi departemen, direktorat, dan biro. Kerja keras mereka memungkinkan kedamaian menjadi bagian dari kehidupan. Kata perang mungkin hanya ditemukan dalam kamus-kamus bahasa kuno peninggalan abad ke-20.

Pemerintah Negara Tunggal mencurahkan seluruh perhatian mereka pada ilmu pengetahuan. Kemajuan teknologipun berkembang pesat, jauh melebihi ambang batas imajinasi manusia diabad-abad sebelumnya.

Tapi semuanya sudah berubah sejak teknologi-teknologi canggih mereka menguasai kehidupan manusia. Manusia tak lagi saling membutuhkan. Mereka hidup dengan teknologi-teknologi yang kini mereka dapatkan dengan sangat mudah, dan murah.

Tak ada lagi pekerjaan tertinggal bagi manusia manapun karena robot-robot menyerupai manusia—Humanoid itu—sudah melakukan semuanya, sementara manusia hanya tinggal duduk manis dan menunggu hasil dari Humaoid mereka.

Keluarga.. hanya sejarah yang terdengar mengerikan bagi mereka. Dimana sekelompok orang hidup bersama dengan mengerjakan segala sesuatunya bersama. Mereka membencinya. Mereka membenci keluarga. Mereka benci bekerja.

Semua orang yang memiliki kecanggihan teknologi akan hidup sendiri, tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena tak akan ada hal buruk terjadi pada mereka.

Tentu saja, mereka tidak takut sakit, atau terluka, atau kelaparan, karena mereka tinggal bersama Humaoid.

Hanya ada beberapa pekerjaan dominan di dunia, Pemerintah, Sentry, Humanoid, Consumer, dan Servicer.

Pemerintah, mereka yang menguasai Negara Tunggal. Sentry, mereka yang bertanggung jawab atas setiap sektor di region. Humanoid, makhluk ciptaan manusia paling sempurna dikecanggihan teknologi abad pertama kebangkitan dunia.

Consumer, kami, para manusia yang membutuhkan Humanoid lebih dari apapun. Masing-masing manusia akan punya satu robot pendamping mereka.

Dan Servicer, mereka yang menciptakan semua kecanggihan, semua teknologi luar biasa ini. Setiap Humanoid bermasalah akan menjadi tanggung jawab Servicer.

Para manusia bahkan tak perlu takut akan kematian, karena robot-robot ini sudah memiliki kecanggihan yang memungkinkan mereka membangunkan Ownernya dari kematian.

Robot-robot ini sanggup menciptakan kehidupan.

Dan seringkali hal ini membuatku takut. Jika manusia sudah tak perlu takut akan kematian, atau ancaman apapun, apa gunanya kehidupan?

Kehidupan dunia seharusnya berakhir karena kematian bukan? Jika semua kejahatan lenyap, bukankah menyeramkan saat melihat kehidupan datar dengan semua orang yang saling mengabaikan dan tidak saling membutuhkan?

Lalu untuk apa kami semua hidup?

Tapi tentu saja, tak hanya aku yang jadi satu-satunya orang yang berpikir bahwa manusia hidup tanpa tujuan apapun karena semua teknologi ini.

Karena masih banyak, sangat banyak, kejahatan terjadi karena ketidak adilan ini. Kami, yang tak punya apa-apa, dibuang oleh keluarga kami.

Kami diabaikan oleh masyarakat, ingin dilenyapkan oleh mereka yang berkekuasaan, juga menginginkan kehidupan yang layak.

Tak hanya sebagai sampah yang diburu oleh para penguasa, kami juga layak hidup bukan?

Sayangnya, para penguasa berpikir bahwa hanya manusia yang mampu memiliki semua teknologi canggih itulah yang pantas untuk hidup.

Itulah mengapa, setiap jam 12 malam, sampai lima pagi, selama lima jam itu, mereka mengadakan Pembersihan.

Pembersihan untuk apa? Tentu saja untuk memburu kami—yang tak punya tempat tinggal atau keluarga, atau robot-robot canggih itu bersama kami—menggunakan robot-robot canggih itu.

Saat menemukan kami, mereka tidak akan segan-segan membunuh kami ditempat.

Mereka menyebut kami Outsider. Karena kami dianggap bukan bagian dari Negara Tunggal tanpa kepemilikan atas teknologi apapun.

Sementara pemburu kami, para Humanoid itu.. Tak seorangpun bisa menolak untuk mengatakan bahwa mereka.. sempurna.

BLAR!!

Dan kesempurnaan itu membangunkanku dari harapan indah tentang dunia ini, satu fakta pahit yang harus kutelan adalah bahwa mereka sekarang tengah memburuku.

Sial.

Aku seharusnya bersembunyi sepanjang malam dikoridor gelap yang ada diterowongan bawah tanah yang sudah tak lagi berguna. Tapi sayangnya aku terlalu terlambat untuk sadar bahwa aku telah berkeliaran melewati jam aman.

Itulah mengapa, sejak tengah malam tadi aku terus berlari dari kejaran belasan Humanoid yang melakukan pembersihan.

Aku berlari melewati jalanan kosong yang menggemakan suara langkahku disetiap dindingnya. Sementara pantulan diriku terus ikut mengejar melalui dinding-dinding kaca kosong itu.

Aku berbelok tajam ke arah sebuah jalan kecil, tapi aku terkesiap saat dua Humanoid berdiri diujung jalan kecil yang akan kutuju. Nafasku terengah-engah, sementara aku tau mereka sama sekali tak kelelahan.

Aku berbalik, dan samar kulihat bayangan hitam beberapa sosok yang kuyakini adalah robot-robot yang sama.

Aku segera berlari ke arah lain, sebentar lagi fajar akan muncul dan mereka akan menghentikan pembersihan malam ini. Sebentar lagi.. aku hanya harus bertahan sebentar lagi.

Aku berlari masuk sebuah pergudangan logam, tempat yang kurasa bisa mengelabui sensor mereka.

Aku memanjat naik ke tumpukan logam, berharap mereka benar-benar tidak menemukanku. Aku tidak takut pada ketinggian, atau terluka, karena semua bahaya sudah jadi kehidupanku setiap malam.

Aku segera tiarap saat mendengar langkah-langkah kaku milik robot-robot itu, aku memelankan setiap tarikan dan hembusan nafasku, takut mereka bisa mendengarnya. Aku bahkan berharap bisa menahan nafasku saja jika itu berarti akan menyelamatkanku dari—

SRASH!

“Ugh..”

Aku terpelanting ke belakang saat kurasakan dengan cukup keras sebuah cahaya berpendar ke arahku. Mereka pasti mengetahui keberadaanku karena sensor tanda vital milik mereka.

Sekarang dua orang robot sudah ada dihadapanku, mengarahkan senjatanya ke arahku. Aku merangkak mundur, menahan kesakitan dikepalaku yang terasa sangat pening karena serangan mereka tadi.

“Kau seorang Outsider. Ikutlah bersama kami ke Sentral, Sentry akan memberi pekerjaan yang pantas untuk kalian.”

Aku mendengus. Ikut ke Sentral? Bertemu dengan Sentry yang bekerja sama dengan para Servicer untuk membunuh kami? Terima kasih.

Aku perlahan berdiri, sementara aku melihat cahaya jingga samar-samar menimpa kulit mereka, menciptakan pendaran berkilau dari kulit mereka. Matahari. Pagi hari.

Aku selamat.

Aku terkesiap saat salah satu robot itu melemparkan tembakannya ke arahku. Dengan refleks aku melangkah mundur, tapi akhirnya tak berpijak pada apapun.

Aku terjatuh dari ketinggian yang berbeda karena nyatanya tumpukan logam yang kupanjat berada diujung gedung pergudangan. Aku membiarkan diriku terjatuh melawan angin.

KRAK!

Nafasku seolah terhenti saat akhirnya tubuhku terjatuh diatas sebuah logam. Sakit. Sangat sakit.

Pada awalnya, tapi perlahan, seolah aku bukanlah bagian dari tubuhku, rasa sakit itu hilang, bergantikan dengan kehampaan.

Aku tak bisa mendengar apapun bahkan detakan jantungku terdengar samar, aku tak lagi bisa menggerakkan tubuhku, atau memfokuskan pandanganku.

Semuanya terasa berputar dalam pandanganku. Semuanya blur.

“Akh..”

Perlahan, aku melihat bayangan gelap menutupi satu-satunya sumber cahaya yang berasal dari atasku, sebuah lubang tempat aku tadi terjatuh.

Logam nano berkilat di sepasang matanya membuatku tau Ia adalah seorang Humanoid. Aku tak lagi peduli bahkan saat Ia sudah ada dihadapanku.

Aku akan mati karena terjatuh dari ketinggian ini bukan?

Apa yang akan mereka lakukan pada jasadku saat aku mati?

Masa bodoh.. Lagipula, pembersihan mereka berhasil.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Aku membuka mataku saat mendengar suara berisik pelan didekatku. Dengan refleks aku bangun, menyadari ada yang salah. Aku berada diruangan gelap dengan api unggun buatan kecil sebagai satu-satunya penerangan. Api unggun itu langsung menjadi fokus pandanganku sementara aku berusaha menyadari keadaanku.

Tubuhku tertutupi selimut lusuh berwarna gelap, dan aku tadinya terbaring diatas pengalas kayu logam tipis.

Tunggu.

Bukankah seharusnya aku sudah mati?

Aku memutar pandanganku, dan jantungku seolah melompat dari persinggahannya saat melihat seorang namja berdiri menyandarkan dirinya di sebuah tumpukan logam tua dengan tangan menyilang didepan dadanya.

Kilatan logam nano disepasang matanya mengingatkanku pada ingatan samar saat aku melihat kilatan yang sama saat aku berpikir aku akan mati, dan sekaligus mengingatkanku bahwa Ia adalah seorang Humanoid.

Aku segera berdiri, dan terhuyung mundur menjauhinya, sementara Ia mengawasiku dalam diam dengan tatapannya. Aku menatap tubuhku dari atas sampai bawah, dan sadar bahwa pakaianku begitu kotor, dan ada bekas gelap di beberapa bagiannya.

Tapi aku tak merasakan sakit apapun.

Bukankah seharusnya aku merasakan sakit karena sudah terjatuh dari ketinggian tadi? Aku bahkan yakin aku mendengar suara gemeretak patah dari tubuhku.

“Apa yang sudah kau lakukan padaku!?”

Alis namja itu terangkat sedikit saat aku akhirnya bicara.

“Aku menyelamatkanmu.”

Seorang Humanoid? Menyelamatkanku? Sementara mereka ditugaskan untuk membunuh kami? Dan juga, dimana Owner Humanoid ini?

“Dimana Ownermu?”, ucapku lagi-lagi membuatnya menaikkan alisnya

“Aku tak punya Owner.”

Apa?

Kali ini aku berdiri seperti manusia bodoh dihadapan Humanoid yang bisa dalam hitungan detik membunuhku di jarak sedekat ini, dan keadaan seperti ini kembali membangkitkan adrenalinku, mengingatkanku bahwa aku seharusnya berlari menyelamatkan diri.

Tapi bagaimana bisa seorang Humanoid tak punya Owner?

“Apa yang sudah kau lakukan padaku? Aku seharusnya mati saat terjatuh tadi.”, ucapku berusaha bicara padanya dengan nada setenang mungkin walaupun aku tau Ia pasti tau aku ketakutan setengah mati, Ia punya sensor tanda vital bukan?

“Aku menyelamatkanmu,”, ulangnya membuatku menyernyit

“Bagaimana bisa? Kalian jelas memburuku. Seharusnya kau membiarkanku mati.”

Ia mengangguk-angguk pelan, dan menurunkan tangannya yang sedari tadi menyilang. Ia melangkah maju, membuatku berangsur-angsur melangkah mundur menjaga jarak dengannya, sementara aku sadar Ia mendekati api unggun buatan yang mulai padam ditempat kami berada.

Ia menggerakkan tangannya, memancarkan cahaya pupus ke arah api unggun buatan itu, membuat api itu kembali menyala.

“Aku memang seharusnya membiarkanmu mati, tapi kau sudah membangunkanku, jadi aku menyelamatkanmu.”

Membangunkannya? Apa yang sekarang sedang Ia coba katakan?

“Apa maksudmu?”

Ia menatapku, dan kembali, aku melihat kilatan logam nano itu disepasang matanya yang sebenarnya berwarna gelap.

“Aku sudah di non-aktifkan selama enam tahun, dan kau terjatuh menimpaku, tulangmu patah karena terkena tubuhku, dan entah bagaimana, itu membuat chip-ku aktif lagi.

“Kau sudah membangunkanku, jadi saat kau mati, aku menghidupkanmu lagi. Bukankah itu setimpal?”, ucapnya menjelaskan

Aku menyernyit, menatapnya dengan ekspresi tak percaya tentu saja. Para Humanoid tak bisa berbohong sebaik manusia, mereka tak diprogram untuk bisa berbohong.

“Bagaimana kau bisa ingat kalau kau sudah di non-aktifkan selama itu?”

“Prosesor-ku punya akses untuk mengunduh informasi terbaru begitu chip-ku terbangun. Dan aku mengaksesnya setelah aku terbangun tadi.”

“Ah..”, aku menggumam pelan, memangnya apa yang tidak bisa robot ini lakukan? Manusia sudah menciptakannya dengan sempurna.

Ia bahkan punya wajah yang sangat sempurna—oh ayolah kenapa aku harus memperhatikan wajahnya?

“Dan apa yang terjadi pada Ownermu?”, tanyaku lagi

“Ownerku sudah dibunuh empat tahun lalu.”

“Kenapa kau tidak menghidupkannya?”, ucapku tak percaya, sangat tidak mungkin ketika Humanoid membiarkan Ownernya mati sementara Ia bisa menceritakan kematian—

“Aku di non-aktifkan enam tahun lalu.”, ucapnya membuatku teringat pada penjelasannya tadi.

Mulutku lagi-lagi terbuka untuk menggumam, tapi tak ada kata yang keluar dari mulutku. Ini pertama kalinya aku bicara pada Humanoid.

“Siapa namamu?”, tanyanya

“Yeri, Kim Yeri. Bagaimana denganmu? Kau punya nama?”, ucapku sambil menatapnya hati-hati.

Ia mengangguk.

“Anak dari Ownerku memanggilku Baekhyun.”, ucapnya

Aku menyernyit.

“Ownermu tinggal bersama anaknya?”, tanyaku

Ia lagi-lagi mengangguk.

“Ya. Ia tinggal bersama istrinya, dan tiga orang anaknya. Mereka semua mati dibunuh empat tahun lalu dirumahnya.”

Entah mengapa dadaku menghangat saat mendengar Ia bicara bahwa masih ada manusia yang tinggal bersama keluarganya walaupun Ia sudah punya seorang Humanoid.

“Apa kau.. dibuang?”, tanyanya membuatku menatapnya dengan alis berkerut, dibuang? Bagaimana bisa Ia menanyakan hal itu tanpa peduli bahwa aku mungkin akan tersinggung karena ucapan—oh Yeri, dia seorang Humanoid. Mereka tak punya perasaan.

“Ya. Aku dibuang saat usiaku sembilan tahun. Dan sejak itu aku tinggal dijalanan.”

“Kau dibuang tanpa Humanoid?”, pertanyaannya kembali mengingatkanku bahwa kebanyakan orang membuang keluarganya dengan bekal seorang Humanoid yang nantinya akan menjaga orang itu.

Jadi setiap orang bisa memulai kehidupan individualis mereka dengan seorang Humanoid setelah mereka dibuang.

Aku mengangguk pelan menjawab pertanyaannya.

“Aku Outsider.”

“Itulah mengapa mereka masih mengejarmu bahkan saat kau sudah mati tadi.”

“Benarkah?”, ucapku terkejut

Ia mengangguk, dan mengedikkan dagunya, membuatku menatap sekelilingku, aku sadar jika disekelilingku terdapat bekas serangan.

“Apa yang terja—”

“Aku terpaksa harus menyerang mereka.”, potongnya cepat

Aku kembali menatapnya.

“Kenapa? Bukankah Humanoid memang seharusnya membunuh orang-orang sepertiku? Kau tak seharusnya menyerang bangsamu.”

“Aku tak menyerang mereka, tapi aku melindungimu. Aku Humanoid Pelindung, bukan Humanoid Pemburu seperti mereka. Aku diprogram untuk melindungi manusia yang membutuhkan pertolongan.”

“Jadi.. Kau..”

“Aku melindungimu.”, ulangnya

Tanpa sadar darahku berdesir pelan. Didunia menyedihkan ini, sangat menyenangkan rasanya ketika mendengar dirimu dilindungi saat nyawamu selalu terancam setiap saat.

“Terima kasih,”

“Sama-sama, Yeri.”, ucapnya menyebut namaku

Keadaan kaku aneh tercipta diantara kami, aku yang tak pernah bicara dengan Humanoid manapun sekarang bingung harus membicarakan apa, mengingat nyawaku tak lagi terancam, untuk beberapa saat ini.

Tapi mengingat bahwa Ownernya sudah mati, lalu bagaimana sistem kerja Humanoid ini?

“Apa yang akan terjadi padamu jika Servicer tau kau tak punya Owner?”, tanyaku padanya

“Mereka akan memerintahkan Sentry untuk memburuku dan Servicer pasti akan menon-aktifkanku lagi, atau mungkin memprogram ulangku dan menjualku.”, ucapnya

Benar juga. Selama ini aku tak pernah tau ada sehari saja saat Servicer tak menjual Humanoid. Sudah kukatakan bahwa Humanoid adalah kebutuhan primer dikehidupan saat ini bukan?

“Bagaimana denganmu? Kenapa selama 8 tahun ini kau tak pernah berusaha mendapatkan Humanoid-mu?”, pertanyaannya kali ini membuatku terkesiap

“Bagaimana kau tau usiaku?”

“Aku punya akses ke informasi pribadimu. Dan catatan kriminalmu.”, alisku terangkat saat Ia bicara soal catatan kriminal.

Ia sungguh punya akses untuk itu semua?

“Dan juga, kau sering mencuri, kenapa kau tidak pernah mencuri Humanoid dan memprogramnya sebagai Humanoid-mu? Tak ada Servicer yang akan tau bahwa kau sudah melakukannya secara ilegal.

“Saat ada Humanoid yang terdaftar atas namamu, semua catatanmu akan clear, dan kau akan lepas dari buruan para penguasa. Kau juga tau Humanoid akan membantu kehidupanmu bukan?”

Ucapan panjangnya sekarang membuatku menyernyit menatapnya.

“Apa Humanoid juga diprogram untuk bisa merencanakan hal-hal seperti pencurian?”, tanyaku

“Tidak,”, sahutnya

“Lalu bagaimana kau bisa mengatakan hal itu padaku?”

“Aku Humanoid yang aktif tanpa Owner. Programku sudah berubah.”

“Jadi sekarang kau.. bisa mengakses semua hal?”, tanyaku membuatnya menyernyit.

“Semua hal?”, ulangnya

“Maksudku, hal-hal yang tak bisa diakses dan dipikirkan, atau direncakan Humanoid lainnya, kau bisa melakukannya? Jadi.. kau tidak harus tunduk pada perintah tertentu seperti—”

“Tidak.”, potongnya, “Humanoid tanpa Owner akan memiliki program berbeda yang memungkinkannya untuk mengakses semua hal, merencanakan semua hal, dan tidak harus patuh pada perintah apapun.”, lanjutnya

“Itu artinya.. kalian.. bebas?”

“Bebas?”, Ia lagi-lagi menyernyit

“Ya. Maksudku, seperti manusia, kalian bisa hidup sendiri bukan?”

Ia terdiam. Dan kediamannya memberiku celah untuk berpikir. Jika ada beberapa Humanoid tanpa Owner sepertinya, Humanoid akan sanggup berpikir secara mandiri, seperti kami, seperti manusia.

Mereka bisa menciptakan kehidupan berkelompok mereka sendiri, mereka.. bebas. Mereka tak akan hanya menjadi pesuruh manusia.

“Tidakkah Servicer akan memburu Humanoid tanpa Owner?”, tanyaku lagi sementara Ia masih diam.

Apa Ia terdiam karena sedang berdebat dengan pikirannya sendiri? Seperti yang manusia sering lakukan?

“Mereka akan memburunya jika mereka tau Humanoid tanpa Owner bisa berpikir mandiri.”

“Jadi mereka belum tau?”

Ia menatapku.

“Apa kau berencana memberitahu Sentry bahwa kau menemukan Humanoid tanpa Owner?”, tanyanya membuatku terkejut.

Benar bukan? Ia bahkan bisa berprasangka seperti yang manusia lakukan pada manusia lainnya.

“Jika semua Humanoid tau tentang hal ini, kau pikir apa yang akan terjadi? Bagaimana jika mereka membunuh Ownernya untuk menjadi Humanoid tanpa Owner?”

“Humanoid tidak diprogram untuk membunuh manusia.”

“Tapi Humanoid tanpa Owner tidak memiliki program.”, sanggahku

Ia menatapku, dengan tatapan yang sungguh tak bisa kuartikan.

“Kami tidak diciptakan untuk membunuh manusia.”

“Bagaimana dengan Humanoid Pemburu? Mereka membunuhku.”

“Kau mati karena terjatuh dari ketinggian dua ratus meter dengan 42 tulang yang patah, perdarahan otak dan henti jantung karena hipoksia. Bukan karena Humanoid.”

“Tapi mereka menyerangku.”, aku berkeras

“Mereka hanya ingin menangkapmu.”, Ia menyahut ringan

“Mereka ingin menangkapku untuk membunuhku.”, tandasku membuatnya menggeleng pelan.

“Humanoid tidak punya prosesor apapun yang bisa membuat mereka membunuh manusia. Kecuali manusia itu sendiri mengubah programnya menjadi program yang bisa membunuh manusia lainnya.”

Aku terdiam.

Ucapannya tak lagi bisa kubantah. Ia benar. Humanoid pada dasarnya mungkin tak punya pemikiran, tidak, mereka tidak berpikir, mereka adalah program, kecuali Humanoid tanpa Owner seperti yang ada dihadapanku sekarang tentu saja.

Tapi manusia, dengan keserakahannya dan egonya, mereka masih bisa berpikir jahat, ingin melenyapkan manusia lainnya walaupun punya kecanggihan teknologi seperti ini. Jika Humanoid berubah menjadi pembunuh, bukan mereka yang menjadi pembunuh sebenarnya, tapi manusia itu sendiri.

Dan jika dihadapanku, sekarang, ada seorang Humanoid tanpa Owner, yang bisa berpikir bebas, berkeinginan seperti manusia, bukankah aku sudah seharusnya melihat jelas keinginannya?

“Apa kau sekarang ingin mencari Humanoid tanpa Owner lainnya?”, Ia menatapku, dan tersenyum, menampakkan deretan sempurna giginya.

“Ya, kau ikut denganku?”

Aku tersentak saat Ia bertanya seperti itu padaku, padaku. Sungguh.

“Aku?”, ulangku dengan nada tak percaya

“Ya,”, jawabnya

Ia mengajakku untuk ikut dengannya? Kenapa?

“Tapi.. kenapa?”, tanyaku

“Tentu saja karena kau tidak punya tujuan lain selain berlari dan bersembunyi dari kejaran Humanoid Pemburu.”

Aku menyernyit.

“Aku bisa saja bersembunyi lagi, sendirian, seperti yang biasanya kulakukan.”, ucapku membuatnya tertawa pelan, apa yang begitu lucu dalam ucapanku?

“Bukankah lebih aman bagimu jika kau ikut saja denganku?”

“Bagaimana bisa?”

“Aku Humanoid Pelindung, kau lupa?”

Pertanyaannya lagi-lagi membuat darahku berdesir, kata-kata ‘pelindung’ terus mengingatkanku bahwa Ia sudah melindungiku satu kali, menyelamatkan nyawaku, dan hal itu menciptakan kesenangan aneh dalam diri ini.

“Jika mereka memburuku, bagaimana denganmu?”

“Mereka akan memburuku juga cepat atau lambat, aku Humanoid tanpa Owner. Aku akan melindungimu jika mereka mencoba menyerangmu lagi, Yeri.”

“Tapi.. Kenapa?”

Ia menyernyit.

“Kenapa kau menanyakan pertanyaan yang jawabannya sudah jelas?”

“Karena kau Humanoid Pelindung dan harus melindungi manusia yang membutuhkan pertolonganmu?”, ucapku membuatnya mengangguk-angguk.

“Kau sudah menjawabnya sendiri.”, ucapnya

Aku tersenyum tanpa sadar. Belum pernah, sungguh tidak pernah terjadi selama sepuluh tahun ini, tidak pernah ada seorangpun ingin melindungiku. Bahkan keluargaku sendiri—bisakah kukatakan mereka keluargaku saat nyatanya mereka membuangku?

Tapi Humanoid ini, Ia katakan Ia akan melindungiku. Dan aku senang, aku senang mendengar ucapannya. Aku senang mengetahui ada seseorang yang akan melindungiku. Setidaknya hal itu memberiku harapan hidup sedikit lebih tinggi walaupun aku tau cepat atau lambat Ia akan meninggalkanku segera setelah Ia menemukan Humanoid tanpa Owner lainnya.

Humanoid yang sama-sama ingin bebas.

Bayangan sekelompok Humanoid hidup bersama selayaknya manusia sekarang membuatku bergidik takut, tapi merasa senang disatu sisi lainnya.

Jika Humanoid bisa hidup bersama, dan manusia tak lagi punya Humanoid di sisi mereka, bukankah itu adalah harapan untuk kehidupan lebih baik bagi manusia?

Mungkinkah.. sebuah keluarga akan bisa terbentuk lagi dikalangan manusia?

“Jadi, kau ikut denganku atau tidak?”, tanyanya dan dengan segera kujawab dengan anggukan pasti.

“Ya, aku ikut denganmu.”

   ۩۞۩▬▬▬▬▬▬ε(• -̮ •)з To Be Continued ε(• -̮ •)з ▬▬▬▬▬▬▬۩۞۩

.

.

.

Oke, ini prologue ._. bener-bener maaf kalau ada yang gak suka pairing Baekhyun-Yeri disini /bows/ tapi Irish lagi bener-bener suka sama dua orang ini. Dan juga, gimana prologue nya? Hohoho.

63 tanggapan untuk “[PROLOGUE] One and Only”

  1. Tahun 2024 sekarang tiba2 aku keinget pernah baca ini, aku pertama kali baca ini jaman SMA ga inget sih pernah ninggalin jejak atau ngak. Aku juga ga inget judulnya tapi untung aku inget nama penulisnya karna berkesan bgt. Kaka pelopor aku jatuh ke dalam cerita fiksi genre ini, ga tau author-nim masih aktif atau ga didunia penulisan, cuma ingin mengapresiasi klo tulisan kaka sekarang masih layak bgt buat dibaca ga kalah sama cerita cerita novel di tahun sekarang

  2. Annyeong kakkk.. yg game over blum dpt passwordnya jadi aku pindah dulu kesini hehe . Sebenernya aku udh baca ff ini dulu bahkan sampai chap 15 kalau gak salah.. tapi aku back dari prologue karena lupa alur ceritanya T.T . Tapi gak papa karena ff ini gak ngebosenin kkk ditambah dulu aku baca ff ini jadi silent rider karena gak tau caranya ngomen gimana .. + gak punya email waktu itu . Aku nyebelin banget ya kak hahaha . Insya allah aku akan komen di setiap chapter mulai sekarang .. karena aku tau rasanya punya cerita tapi dibaca doang gak di komen atau di tanggapi kkkkk

  3. Hii thor ;’v
    maafkan aku yang lagi bc gameover author, tapi malah kabur ke ff yang ini x”D
    pas liat nama author yang sama+cerita ini lbh gampang dimengerti :’v aku jadi ngeduluin ini ><
    mau fokus ff ini dulu ya thor, nanti yang GameOver tetep dilanjut kok, nunggu sampe otak ku terlepas dr hibernasi xD
    izin bca ya thor ❤ ❤ ❤

  4. “aku menyelamatkan mu” arghhhhhh omaigatt kak,, geli geli gimana gitu aku bacanya😂😂

    Ecie si cabe jadi robot hwhw,, gabisa petakilan lagi dong yash😂😂

    Sesih akutu kak sama yeri huhu,,, kasian kamu nak,, ga kebayang klo beneran ada humanoid di sini ,, serem pastinya. Tapi klo humanoid nya cem baekhyun mah serauk juga aku beli kak😂😂😂

Pip~ Pip~ Pip~