[EXOFFI FREELANCE] 12 SHAPES OF LOVE – With Chanyeol

i hate you but i love you

12 SHAPES OF LOVE – with Chanyeol

 

Author:

@hanalorenqk

Length:

One Shot

Genre:

Romance, friendship

Rating:

PG-13

Casts:

Park Chanyeol

Yoo Hara (OC)

Disclaimer:

Anyeonghasseyeo! Terimakasih sudah singgah ke 12 Shapes of Love, sebelumnya author uda nulis cerita The Archilles, One Last Time, dan One Two Three Four. Baru-baru ini author juga lagi aktif di blog baru author, hellokpopers.wordpress.com à mampir yaahhh…

Kali ini 12 Shapes of Love akan mempersembahkan Chanyeol sebagai pemeran utama. Langsung baca aja yuk…

 

 

Perasaan seperti apa ini, aku tidak tahu. Aku membencinya, karena dia selalu menjadi sainganku. Tapi di sisi lain, aku menyukainya, karena dia satu-satunya gadis yang bisa membuatku tersenyum.

 

 

 “I HATE YOU BUT I LIKE YOU”

 

 

 

 

 

[ Festival Olahraga Kirin High School ]

 

“Park Chanyeol! Park Chanyeol!! Park Chanyeol!!”

 

“Yoo Hara! Yoo Hara! Yoo Hara!”

 

Baton telah dipindahkan ke orang terakhir. Saat ini mereka yang berada di urutan terakhirlah yang akan menentukan kelas mana yang akan menjadi pemenang dari final lari estafet festival olahraga Kirin tahun ini. Ada lima kelas yang masuk ke babak final. Di antaranya adalah kelas 4-3 dan kelas 2-3.

 

Aku, Park Chanyeol mewakili kelas 4-3 menjadi pelari terakhir, sedangkan kelas 2-3 diwakili oleh Yoo Hara. Aku yakin, pemenang lomba estafet kali ini hanyalah salah satu di antara kami berdua. Buktinya saat ini kami berdua berada di posisi tercepat sekalipun baru berlari setengah jalanan. Lari estafet yang pesertanya terdiri dari dua yeoja dan dua namja memang harus dilakukan dengan taktik pengurutan pelari yang tepat. Aku diletakkan di posisi terakhir, sepertinya itu taktik yang tepat. Karena aku sungguh akan mengalahkan pelari terakhir kelas 2-3, Yoo Hara, ya, mengalahkannya.

 

Kata mengalahkan, tepatnya mengalahkan Yoo Hara adalah satu kata yang selalu ada di benakku. Impianku sejak kecil adalah mengalahkan Yoo Hara, dalam segala hal.

Sejauh ini siapa yang tidak mengenal Park Chanyeol dan Yoo Hara? Dua siswa Kirin yang selalu bersaing dalam hal apapun. Dalam nilai pelajaran, nilai kursus, pemilihan ketua music club, dan lainnya. Kami tak pernah akur, tak pernah damai, dan jika kami bertemu, bersiaplah seluruh Kirin mengalami perang dunia III. Kali ini pun aku tetap akan melakukan hal yang sama. Bersaing dengannya dan aku tidak akan membiarkannya menang!

 

 

 

Aku terus berlari sambil sesekali melirik ke belakang, di mana Yoo Hara tepat berada setengah meter di belakangku. Aku bisa melihat jelas dari wajahnya, ia pasti sedang mengatakan, “Mimpi jika kau ingin menang, Park Chanyeol!” Itulah yang selalu ia katakan padaku.

 

Garis finish sudah di depan mata. Teriakan dan sorak-sorai para penonton terus menderu membuat suasana semakin menegangkan. Aku tersenyum lebar saat garis finish tepat berada di depan mataku. Aku hampir menyentuhnya. Ya, hampir. Tinggal beberapa langkah lagi aku akan menang dari Hara. Namun, betapa terkejutnya aku saat seseorang dari belakang tiba-tiba mendahuluiku dan memutuskan tali finish.

 

“YEAYYY!!!” teriak Hara lalu berlari ke teman-teman sekelasnya yang menyambut kemenangannya.

 

Kuambrukkan tubuhku ke tanah. Kakiku terasa lemas. Keringatku bercucuran membasahi hampir seluruh seragam olahragaku. Nafasku terputus-putus karena kelelahan. Aku menatap ke depan. Pemandangan yang begitu aku tak suka. Yoo Hara sedang memandangiku dengan sombong. Dia menang. Lagi.

 

 

[ 2007 ]

 

“Yoo Hara jelek!” teriakku sambil mengikuti teman-temanku yang berjalan mengelilingi Yoo Hara. Sementara gadis itu menunduk dan terus menangis karena ulah kami. Siapa suruh dia bermain istana pasir di tempat biasa kami bermain bola.

Aku tertawa senang melihatnya menangis seperti ini. Jika dia sendirian, mungkin saja dia akan memukuliku dengan boneka beruangnya. Tapi kali ini, aku bersama teman-temanku dan mereka semua… juga tidak menyukai Yoo Hara.

 

 

[ 2013 ]

 

“Baik, berdasarkan hasil voting yang dilakukan oleh seluruh anggota, ketua club musik kita tahun ini adalah… Park Chanyeol…”

 

Tepuk tangan yang meriah mengiringi langkahku naik ke atas panggung. Aku tersenyum  lebar dengan jabatan yang mulai saat ini aku pegang. Kulihat layar LCD, di mana hasil voting ditampilkan. Lima puluh dari sembilan puluh anggota club musik sekolah memilihku, itu berarti empat puluh orang memilih Yoo Hara. Kulirik gadis itu yang sedang kesal memperhatikanku. Dia adalah satu-satunya yang tidak bertepuk tangan di ruangan ini. Ya, aku tahu jabatan ketua club musik sangat diinginkannya. Kundae, lihatlah aku Yoo Hara. Aku yang dipilih mereka bukan kau.

 

 

 

 

 

 

[ Pentas Seni Kirin High School 2013 ]

 

“Yoo Hara-ssi bisakah kau mengambilkan tripod milik panitia tahun lalu di gudang bawah?”

 

“Ne?” seru Hara kaget.

 

Hahaha. Yoo Hara pasti kaget setengah mati karena ssaem memintanya pergi ke gudang bawah. Tempat itu terkenal sangat angker di antara para murid. Jarang sekali ada yang berani ke sana kecuali petugas keamanan sekolah. Semua panitia sibuk, itu berarti Yoo Hara sudah pasti akan sendirian ke sana. Aku memperhatikan dirinya yang mengangguk terpaksa menerima permintaan ssaem. Bagaimana dia akan ke bawah sana? Aku penasaran.

 

 

“Perlu bantuan untuk menemanimu ke sana?” tanyaku saat aku melangkah mendekatinya. Sebelumnya, perlu kujelaskan bahwa aku sebenarnya tidak berniat untuk membantunya. Aku hanya berniat untuk mengejeknya.

 

Yoo Hara berbalik dan menatapku dengan jutek. “Aniyeo! Aku bisa ke sana sendirian…” serunya dengan kasar lalu pergi meninggalkanku.

 

“Berhati-hatilah…” teriakku mengiringi kepergiannya. Aku kemudian tertawa kecil membayangkan dirinya akan menangis ketakutan di bawah sana. Bukankah dia gadis penakut? Dia bahkan berteriak saat listrik di kompleks perumahan kami padam. Tapi, kuharap keberaniannya saat ini sebesar kepalanya yang besar itu.

*******

 

 

 

 

 

 

“Kau tidak memberikan selamat kepadaku, Park Chanyeol?”

 

Baik. Ini bagian yang paling aku tak suka. Dia sedang memamerkan kemenangannya hari ini, dan sudah pasti dia sengaja mengikutiku pulang dengan berjalan kaki. Itu kebiasaannya jika dia ingin bersikap sombong di hadapanku.

 

“Chukkae…” kataku pelan dengan nada jutek.

 

“Hahaha… kau memang tidak akan pernah menang melawanku dalam urusan olahraga, Park Chanyeol. Aku, Yoo Hara, adalah siswa perempuan yang paling baik dalam urusan olahraga!”

 

“Csh… tapi kau tidak akan menang melawanku dalam hal berenang! Haha… menahan napas selama tiga puluh detik saja kau sudah terlihat seperti orang yang akan mati…”

 

“Ya. Kuakui aku lemah dalam berenang. Tapi apa kau bisa mengalahkanku jika kita bertanding basket di games zone?” bentaknya.

 

“Dan apa kau bisa bermain catur dengan benar?”

 

“Csh, kau bahkan kalah melawan adik sepupuku waktu itu!”

 

“Berhentilah menyombongkan diri, bercerminlah! Kapan terakhir kali kau mengenakan gaun? Dasar kau tomboy!”

 

“Mworaguu? Kau bilang aku apa?”

 

“TOMBOY!” ejekku tanpa rasa takut sekalipun mata Yoo Hara melotot besar, seperti akan lepas dari cangkangnya.

 

“Telinga besar!”

 

“MWOO?” bentakku berbalik melotot padanya. Dia tersenyum puas melihat emosiku yang terpancing. Ya, kau bisa mengataiku apapun tapi tidak menyangkut telingaku.

 

“Park Chanyeol si telinga besar sepertinya akan segera mengamuk…” serunya lagi lalu menjulurkan lidahnya dan berjalan mendahuluiku.

 

Aku menggeram. Kukepalkan tanganku sambil memandangnya sinis, “Awas kau Yoo Hara!” gumamku dalam hati.

 

Setelah itu, aku hanya bisa mengikuti langkahnya menuju rumah kami yang satu arah. Ahh, tidak hanya satu arah. Tapi satu kompleks, tepatnya, kami tetanggaan.

 

 

 

 

 

 

“Eoh?”

 

Yoo Hara tiba-tiba menghentikan langkahnya saat ia hampir sampai ke depan rumahnya. Kulirik dirinya yang terdiam menatap sebuah mobil patroli, tunggu… sedang apa polisi di rumahnya?

 

“Tunggu! Kalian salah paham! Kalian tidak bisa menangkapku seperti ini!” teriak seorang pria dari dalam rumah Hara.

 

“Appaa!” teriak Hara lalu masuk ke dalam rumah. Melihat itu, aku segera berlari menuju rumah Hara karena penasaran dengan apa yang terjadi.

 

“Aku difitnah! Aku tidak pernah memakan uang sebanyak itu!” teriak Yoo Taehwan, ayah Hara. Dua orang polisi sedang membawanya keluar dari rumah. Mereka bahkan lewat di depan mataku yang diam mematung di depan gerbang rumah Hara.

 

“Appaaa! Apa yang terjadi?” teriak Hara sambil menarik tangan ayahnya. Polisi segera melepaskan tangan Hara dan membawa Yoo Taehwan keluar dari pagar rumah mereka. Hara kemudian berlari menyusul ayahnya yang sudah dimasukkan ke dalam mobil. Ia menangis histeris menyaksikan ayahnya ditangkap oleh polisi. Sementara Nyonya Yoo, diam mematung di depan pintu rumah dan juga menangis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Mwo? Tuan Yoo melakukan korupsi?” seruku saat aku mendengar berita dari eomma yang ternyata mengintip para polisi menangkap Yoo Taehwan. Tentu saja. Semua orang di kompleks ini pasti kaget dengan datangnya mobil polisi. Apalagi teriakan Hara tadi lumayan keras. Sudah pasti mereka berhasil menjadi pusat perhatian semua orang.

 

“Tapi… bukankah Tuan Yoo adalah orang baik?”

 

“Entahlah, Chanyeol-aa… Appamu juga mengatakan begitu. Ini bisa saja ulah seseorang yang ingin memfitnah ayah Hara.”

 

 

 

Aku melangkah naik ke kamarku dengan lunglai. Entah kenapa aku merasa sedikit khawatir. Ya, aku khawatir dengan Hara. Dia pasti sangat tertekan saat ini. Kuputuskan untuk memastikannya dengan mengintip kamarnya yang letaknya tepat bersebrangan dengan kamarku.

Kubuka tirai jendela kamarku. Ini salah satu media komunikasi antara aku dan Hara sejak kecil. Kamar kami bersebrangan, kami bisa saling menganggu satu sama lain lewat sini. Kadang aku melemparkan balon berisikan air cat ke jendela kamarnya. Kadang ia juga karaoke dengan sangat berisik saat malam hari, sengaja ingin membuatku tidak bisa tidur. Sesekali aku juga melihatnya sedang asyik bermain keyboard dan gitar yang mirip dengan milikku. Yoo Hara membelinya karena ingin memiliki kemampuan bermain gitar sepertiku. Dia sama sekali tidak sadar dengan jari-jarinya yang pendek. Pasti ia sangat kesulitan belajar alat musik itu.

Tapi kali ini, aku melihat sesuatu yang berbeda dari sini. Yoo Hara sedang tengkurap di tempat tidurnya. Kepalanya ia tenggelamkan di antara bantal sementara di sisinya, eomma-nya sedang membelai kepalanya. Dia pasti sangat sedih saat ini.

******

 

 

 

 

 

 

[ Keesokan harinya … ]

 

“Hei, kau lihat berita semalam? Ayah Yoo Hara ternyata seorang koruptor…”

 

“Benar! Csh… kukira selama ini dia dari keluarga baik-baik…”

 

“Apa sifat serakah ayahnya akan turun padanya?”

 

Terdengar bisikan-bisikan tidak enak di lorong kelas saat Yoo Hara baru tiba di sekolah. Aku berada di antara beberapa dari mereka yang sibuk membicarakan kasus ayah Hara. Memang, kasus tuduhan Yoo Taehwan, ayah Hara memang cukup gempar di media semalam. Aku menyaksikannya sendiri bersama noona, eomma dan appa.

Aku memperhatikan Yoo Hara. Tidak mungkin dia tidak mendengarkan cibiran dari mereka. Dia hanya berjalan sambil menunduk, tak mau menunjukkan wajahnya. Aku memutuskan untuk mengintip ke kelasnya, memastikan akan seperti apa keadaan kelas Hara. Apa teman-teman sekelasnya akan menyemangatinya?

 

 

Ahh, tidak sama sekali. Mereka malah menjadi-jadi mengatai Hara yang tidak-tidak. Ingin sekali aku menyumpal mulut mereka semua dengan penghapus papan tulis. Aku kesal karena perlakuan mereka pada Hara. Tunggu. Kenapa aku kesal? Bukankah seharusnya aku senang melihat Hara tidak memiliki teman seperti ini? Selama ini dia adalah sainganku, musuhku, rivalku. Aku bisa saja tertawa melihatnya tidak berdaya seperti sekarang tapi ternyata hatiku justru merasakan sesuatu yang lain.

 

 

Aku peduli padanya.

 

 

 

 

 

 

 

Tepat setelah jam sekolah berakhir, aku melangkahkan kakiku menuju kelas sebelah, kelas Yoo Hara. Mereka sudah bubar. Yoo Hara sepertinya juga telah keluar dari kelas. Itu membuatku mempercepat langkahku keluar dari sekolah untuk mencarinya. Apa dia masih bersedih sama seperti tadi pagi?

 

 

“Yoo Hara!” panggilku begitu aku melihat sosok gadis itu sudah berjalan cukup jauh dari gerbang sekolah. Ia berjalan sambil menunduk. Langkahnya juga terlihat lemas. Dan dia tak menjawab panggilanku.

 

“Yaa!” bentakku saat aku berhasil menyusulnya dan menarik tangannya. Tubuhnya berbalik menghadapku. “Mwoyaa…” gumamku saat melihat kepalanya yang menunduk tak mau melihat ke arahku. Selama beberapa detik suasana di antara kami menjadi hening. Sangat berbeda dengan kami yang biasanya selalu ribut karena mendebatkan hal-hal yang sebenarnya tidak penting.

 

“Yaa!” bentakku pelan lagi berusaha agar dia mau melihatku. Namun, beberapa saat kemudian, aku mendengar suara tangisan dari Yoo Hara. Kepalanya mulai bergerak seperti orang yang sedang menahan isak tangis.

 

“Appaku bukan seorang koruptor!” kata Hara dengan nada lirih. “Kenapa mereka mengatai appaku seperti itu! Wae?”

 

Aku terdiam. Jujur aku tak bisa menjawab. Aku tidak tahu apa jawabannya.

 

Aku mulai bingung saat ini. Apa yang harus aku lakukan agar Hara berhenti menangis? Perlahan, tanganku mulai terangkat. Aku menepuk pundaknya, lalu membelai kepalanya. Pertama kalinya aku menyentuh Yoo Hara dengan lembut seperti ini. Hatiku mulai menyuruhku untuk melakukan hal lain. Aku menarik Yoo Hara ke pelukanku. Ini aneh. Bagaimana bisa aku memeluk musuhku sendiri.

Dan di saat inilah Yoo Hara berhenti menangis.

 

 

 

[ Flashback Pentas Seni Kirin High School 2013 ]

 

Yoo Hara melangkah perlahan memasuki gudang bawah yang remang-remang. Tempat ini sangat jarang dikunjungi orang. Tempat ini hanya menyimpan beberapa benda tidak penting, atau beberapa benda yang hanya digunakan di event-event sekali setahun. Mungkin itu yang mengakibatkan suasana gudang bawah menjadi sedikit horror karena kurang terawat. Lampu penerangan hanya berasal dari satu lampu neon di tengah ruangan yang entah belum diganti selama berapa tahun terakhir.

Yoo Hara mulai merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia sangat benci hal seperti ini. Hal-hal yang membuat jantungnya berdegup kencang dan membuat bulu kuduknya satu per satu mulai berdiri. Yoo Hara benci kegelapan. Dia juga benci tempat sepi seperti ini. Seharusnya ssaem tahu itu dan tidak menyuruhnya pergi ke tempat yang tidak ia suka, bukan. Bukan ia tidak suka. Melainkan tempat yang ia takuti.

“Di mana benda itu…” gumam Hara pelan. Kakinya menelusuri gudang yang cukup besar itu dengan lambat. Ia tak berhenti menoleh ke kiri dan ke kanan memastikan tidak ada sesuatu yang menyeramkan. Tiba-tiba…

 

BUUKK!!

 

“Aarrkkk!!” teriak Hara begitu ia mendengar sesuatu jatuh di belakangnya. Dengan spontan Yoo Hara menutup telinganya dan menundukkan kepalanya. Seluruh tubuhnya bergetar ketakutan. Ia mulai membayangkan sesuatu yang berlebihan. Bagaimana jika suara tadi adalah penunggu gudang ini? Bagaimana jika penunggu itu marah karena Yoo Hara menganggunya? Bagaimana jika… ohh, Yoo Hara tak bisa lagi memikirkan itu karena dia sedang menangis sekarang.

 

 

Sementara itu, aku sedang melangkah perlahan menuju gudang bawah. Pintu gudang terbuka itu berarti Yoo Hara sudah berada di dalam. Hahaha. Aku sudah menyusun rencana untuk mengerjai gadis itu. Aku akan menutup pintunya secara tiba-tiba dan… jankamman, kenapa Hara menunduk seperti itu di sana?

 

“Yoo Hara…” panggilku dengan panik saat aku menghampirinya. Melihatku, Yoo Hara langsung memeluk erat tubuhku dan menangis. Aku bisa merasakan tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan. Ia juga mengeluarkan keringat dingin yang menunjukkan betapa ia sangat takut sekarang.

 

“Aku takut…” bisiknya pelan di dalam pelukanku dengan nada bergetar. Tanganku terangkat membelai rambutnya. Pikiran untuk mengerjai Hara sudah menjauh entah ke mana. Aku tak menyangka jika Yoo Hara bisa ketakutan sampai seperti ini.

 

“Gwaen…gwaencanha…” tiba-tiba mulutku berbicara, “Ada aku di sini…”

********

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Untukmu…”

 

Yoo Hara pun menerima bubble tea yang barusan aku beli dari toko bubble di sebrang taman ini. “Bagaimana kau tahu aku menyukai yang coklat?”

 

“Menebak. Yeoja biasanya menyukai coklat,” jawabku sembarangan. Padahal aku memang tahu itu karena aku sering melihat Hara membeli bubble tea rasa coklat di kantin sekolah.

 

“Besok Appa akan disidang…”

 

“Jeongmalyeo? Kau akan hadir?”

 

Hara menggeleng, “Aku tidak siap jika… pengacara kami gagal menunjukkan bahwa appa tidak bersalah”

 

“Csh, sejak kapan kau menjadi pesimis seperti ini? Tidak seperti Yoo Hara biasanya…” sindirku sambil menyedot bubble tea rasa greentea kesukaanku. “Berhentilah bersikap menyedihkan, Yoo Hara!”

 

“Ya. Kau benar. Aku memang menyedihkan…” gumam Hara pelan. Mendengar itu aku pun memukul kepala Hara. “Aarkk!! Yaa!! Aphoo!” teriaknya.

 

“Ayo pulang!” ajakku dengan kasar lalu mendahului Yoo Hara pergi dari taman. Aneh rasanya jika aku duduk berdua bersamanya seperti ini. Membuatku merasakan kecanggungan yang luarbiasa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

[ Malam harinya… ]

 

Tuk!

 

Jjang!

Lemparanku mengenai sasaran. Yoo Hara menoleh saat kerikil kecil yang aku lempar tepat mengenai kaca jendela kamarnya. Ia yang sejak tadi kuperhatikan sedang melamun sepertinya sedikit kaget dengan hal itu. Ia pun melangkah mendekati kaca jendela dan membukanya.

 

“Mwo?” tanyanya dengan nada ketus. Aku tersenyum lalu melambaikan tangan padanya dan duduk di jendela kamarku.

 

“Pernah dengar cerita tentang hantu yang merasuki tubuh seseorang karena dia terlalu lama termenung?”

 

Hara cemberut. Ia tahu aku sedang menyindirnya. “Tidak lucu…” gumamnya.

 

Aku memanyunkan bibirku, lalu memikirkan hal lain. “Ya! Ayo kita karaoke…”

 

“Jigeum? Semalam ini?”

 

Aku melirik jam dinding kamarku. Benar. Ini sudah malam. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas. Tidak mungkin tempat karaoke masih buka. “Kita bisa melakukannya di sini…” kataku lalu mengambil gitar kesayanganku di sebelah meja belajar dan kembali ke jendela. “Ada lagu yang ingin kau dengar?”

 

“Opsoyo! Suaramu jelek! Aku tidak akan bisa tidur jika mendengarnya…”

 

“Ya! Siapa bilang aku yang akan menyanyi… neo! Kau yang menyanyi…”

 

“Naega?” seru Hara kaget. “Aku tidak sedang dalam mood ingin bernyanyi…” jawab Hara cuek.

 

“Ya! Lalu siapa yang akan bernyanyi?” bentakku mulai kesal.

 

Hara mengeryitkan dahinya. Lalu menunjukku. Csh! Rasanya aku ingin melemparnya dengan gitar ini. Dia benar-benar pandai membuatku kesal.

 

“Gurae! Aku akan menunjukkan bakat terpendamku yang tak akan pernah bisa kau kalahkan!” seruku dengan sombong lalu mulai memetik gitar.

 

“Chanyeol-aa…”

 

“Eoh?”

 

“Mainkan lagu yang waktu itu kau buat!”

 

“Eoh? Lagu yang mana?” tanyaku bingung. “Ahh!! Ya! Bukankah kau bilang lagu ciptaanku itu jelek? Aku sampai tidak berani menunjukkannya ke guru musikku karena kau mengatai laguku terlalu norak!”

 

“Hahaha… jinjjayo? Aigoo… seorang Park Chanyeol kehilangan kepercayaan diri hanya karena penilaian dari rivalnya sendiri? Ya! Sebenarnya lagumu itu sangat bagus… mianhae! Aku sudah membohongimu…”

 

Hara tersenyum padaku. Deg! Entah kenapa aku merasa sedikit gugup melihat ia tersenyum padaku saat ini. Selama ini, setiap senyuman yang ia berikan padaku hanyalah sebuah senyuman menantang atau sedang memamerkan kemenangannya. Tapi kali ini, senyumannya membuatku memandangnya sebagai seorang yeoja.

 

“Mwoya… kau tak pernah mengucapkan kata maaf padaku sebelumnya…” gumamku pelan sambil membetulkan posisi dudukku. Sebenarnya, aku hanya menutupi rasa gugupku.

 

“Ppali wa! Kalau kau tak segera menyanyikannya aku akan pergi tidur!” bentak Hara.

 

“Ne… Yoo Hara-ssi…” seruku dengan kesal. Aku pun menarik nafas lalu mulai memainkan lagu yang diminta Hara.

 

Lagu ini berjudul Lucky. Aku menciptakannya sendiri beberapa bulan yang lalu. Orang yang pertama aku perdengarkan lagu ini adalah Yoo Hara. Ya, aku memaksanya untuk mendengar dengan bernyanyi di jendela seperti yang aku lakukan saat ini. Aku bernyanyi dengan sangat kencang agar didengar olehnya. Tapi yang ada, aku justru dilempar dengan snack kacang karena menganggunya yang sedang menonton video K-POP kesukaannya. Tak hanya itu, dia juga mengatai aku tak berbakat dalam menulis lagu. Dan sekarang, tiba-tiba dia memujiku. Gadis aneh.

 

Naui ileumeul buleugo, naui eokkaee gidae oneun neo

Jeo haneleui haessaleun neoman bichuna

Neo geureokhe nunbusyeodo dwae

So lucky my love, so lucky to have you

So lucky to be your love, I am hhmmm…

*******

 

 

 

 

 

 

Author P.O.V

 

“Ya! Lihat! Putri koruptor sudah datang!”

 

Ada yang berbeda hari ini. Ya, begitu Yoo Hara sampai ke lorong kelas semua orang berkumpul seperti sedang menunggunya. Di barisan terdepan dan tertengah, berdiri Im Aejong, teman sekelas Hara yang sejak dulu tak pernah menyukai Hara. Rasa tidak sukanya bermula sejak Kim Minseok, senior yang pernah disukai Aejong dulu ternyata menyukai Hara. Sekalipun Hara tak memiliki perasaan apapun terhadap Kim Minseok, Aejong tampaknya tetap tidak menyukai Hara sampai sekarang.

 

“Kau masih berani muncul di sekolah, Yoo Hara?” tanya Aejong dengan wajah sombongnya. Ia melangkah maju sambil melipat tangannya, membuat Hara memandangnya kesal karena bertingkah terlalu angkuh.

 

“Apa maumu Im Aejong?” tanya Hara pelan saat Aejong berhenti tepat di depannya.

 

Aejong tersenyum sinis. Tiba-tiba…

 

Pluk!

 

Sesuatu yang keras pecah dan Hara bisa merasakan kepalanya basah karena benda tersebut. Im Aejong baru saja melemparnya dengan sebuah telur. Hara menarik nafas panjang berusaha untuk sabar karena toh dia tidak memiliki kekuatan untuk melawan saat ini. Sementara di belakang Aejong, teman-teman sekelasnya yang dulu selalu minta diajari matematika oleh Hara berbalik mengkhianatinya. Mereka menertawakannya.

 

“Kena kau, Yoo Hara…” bisik Im Aejong memberikan senyum kemenangan. Ia pun meninggalkan Hara dan memberikan kode kepada teman-temannya untuk memulai rencana mereka. Hara melotot kaget saat beberapa dari mereka mulai melemparinya telur, sama seperti yang Aejong lakukan. Hara menutup wajahnya, membiarkan seragamnya kotor karena isi telur yang basah dan lengket.

Di saat itulah, tiba-tiba muncul seseorang bertubuh tinggi memeluk Hara dan melindungi Hara dari serangan teman-temannya. Dia Park Chanyeol.

Author P.O.V End

 

 

 

 

 

 

 

Aku penasaran dengan jumlah telur yang mereka miliki untuk melempar kami. Punggungku mulai terasa sakit karena pecahan-pecahan telur yang semuanya mengenai tepat di bagian sana.

 

Saat aku baru sampai ke sekolah, pemandangan tidak enak langsung menyambutku. Im Aejong sedang melemparkan sebuah telur tepat di kepala Yoo Hara. Selanjutnya, semua orang langsung menyerbu Hara dengan telur di tangan mereka. Melihat itu, entah kenapa kakiku langsung berlari menghampiri Hara dan memeluk gadis itu. Kubiarkan punggungku yang menjadi sasaran semua orang, asalkan Yoo Hara, tidak tersakiti.

 

 

 

 

 

“Kau yakin akan tetap masuk kelas dengan keadaan seperti ini?” tanyaku saat aku dan Hara duduk di taman sekolah sambil membersihkan tubuh kami dari pecahan telur. Yoo Hara sendiri sedang membersihkan jas seragamku yang dipenuhi telur. Ugh, baunya sangat membuatku mual.

 

“Seharusnya kau tidak menolongku…”

 

“Ck, kau menyuruhku untuk diam melihatmu dibully seperti tadi? Atau kau mau menyuruhku ikut bersama mereka melemparimu? Yoo Hara, bagaimana bisa aku diam melihatmu disakiti oleh orang lain!” bentakku. Dan tiba-tiba aku terdiam karena menyadari kalimat yang barusan aku ucapkan adalah sesuatu yang tidak seharusnya aku ungkapkan.

 

Itu membuat Yoo Hara terdiam. Dia berhenti membersihkan seragamku dan menatapku, “Jangan bercanda! Ini tidak lucu…” gumamnya pelan lalu melanjutkan apa yang ia lakukan.

 

Ck, ini bagus. Yoo Hara menganggapku bercanda. Untung saja dia tidak menganggap yang barusan adalah sesuatu yang memang kuungkapkan dari lubuk hatiku. Benar. Bagaimana bisa aku membiarkan orang lain menyakiti gadis ini. Gadis menyebalkan yang selalu membuatku kesal sejak kecil, namun sebenarnya juga selalu membuatku bahagia.

 

Perasaan seperti apa ini, aku tidak tahu. Aku membencinya, karena dia selalu menjadi sainganku. Tapi di sisi lain, aku menyukainya, karena dia satu-satunya gadis yang bisa membuatku tersenyum.

 

“Hara-ya…”

 

“Wae?” jawabnya ketus.

 

“Ya! Bisakah kau berhenti bersikap kasar padaku sekali saja?” bentakku tiba-tiba.

 

“Waegurae? Kenapa kau tiba-tiba membentakku?”

 

“Ada yang ingin aku tanyakan padamu…”

 

“Mwo?” tanyanya masih dengan nada yang ketus.

 

“Csh! Tidak jadi!” seruku dengan kesal. Lalu terdiam memperhatikan jas seragamku yang hampir bersih di tangan Hara.

 

“Aku harap kau tidak marah padaku, Chanyeol-aa…” bisik Hara pelan. Aneh. Secara tiba-tiba dia bersikap lembut padaku. “Kau tahu, suasana hatiku sedang tidak baik. Aku hanya sedang memikirkan appa-ku.”

 

“Arassoyo… aku tahu itu, itu sebabnya aku …”

 

“Kau selalu menghiburku selama suasana hatiku yang tidak baik ini, jinjja gomawo!” seru Hara memotong pembicaraanku. Dia membuatku terdiam akhirnya. “Aku tidak menyangka, di saat tidak ada yang berada di sisiku, satu-satunya orang yang mau menemaniku adalah seorang musuhku.”

 

“Terimakasih juga, karena kau sudah hadir di saat aku sangat membutuhkan seseorang untuk berada di sisiku…”

 

Aku merespon perkataan Hara dengan senyuman. Aku kembali mengacak rambutnya, berharap agar dia tidak bersedih lagi.

*****

 

 

 

 

 

 

 

 

Hari ini aku dan Hara bersama-sama pulang ke rumah. Ada yang berbeda lagi kali ini. Jika biasanya perjalanan pulang kami selalu dipenuhi dengan perdebatan dan perdebatan. Kali ini perjalanan pulang kami diisi dengan canda dan tawa. Ya. Kuakui lagi-lagi aku melakukan hal yang aneh. Jika kau tertawa bersama dengan musuhmu. Itu sangat aneh kan?

Namun di sisi lain, aku merasa sangat bahagia. Yoo Hara tidak lagi mengingat kesedihannya dan tertawa. Dia memang lebih baik seperti ini. Dan tampaknya, kesedihannya juga akan berakhir saat ini, Begitu kami tiba di depan rumahnya, sebuah mobil polisi terparkir lagi di depan sana dan terlihat Nyonya Yoo, ibu Hara sedang tersenyum senang menyambut seseorang yang sedang keluar dari mobil tersebut.

 

“Appaaa!!” teriak Yoo Hara saat ia menemukan sosok ayahnya keluar dari mobil itu.

 

Hara berlari menghampiri dan memeluk ayahnya. Keluarga kecil yang sudah aku kenal sejak aku kecil itu berpelukan dengan suasana yang mengharukan. Beberapa saat kemudian aku mendengar dari percakapan mereka kalau Tuan Yoo sudah dibebaskan dari tuduhannya. Dia terbukti tidak bersalah, dia terbukti bukan seorang koruptor. Aku penasaran dengan bagaimana reaksi teman-teman sekelas Yoo Hara besok jika mereka mendengar berita ini. Haruskah aku pergi ke toko sekarang untuk membeli seratus telur dan membantu Hara melempari mereka satu per satu besok?

Aku akan menyarankan ide brilliant ini pada Hara nanti.

 

 

 

 

 

 

 

 

[ Malam harinya… ]

 

Tuk!

 

Aku melirik ke jendela. Kutinggalkan gitarku dan melangkah membuka kaca jendela. Yoo Hara sedang melambaikan tangan padaku dari jendela kamarnya.

 

“Sepertinya suasana hatimu sudah kembali membaik, Yoo Hara-ssi…”

 

“Danyeonhaji! Dan aku ingin memberimu sesuatu sebagai tanda terimakasihku karena kau telah menemaniku selama suasana hatiku tidak baik…”

 

“Mwoya? Kau memberi hadiah pada musuhmu?”

 

Yoo Hara mengeluarkan sebuah kotak kecil dan melemparnya ke arahku. Jarak kamar kami hanya sekitar tiga meter. Hal mudah jika kami ingin memberikan sesuatu ke satu sama lain hanya dengan melempar. Dengan mudah aku meraih hadiah kecil dari Yoo Hara. “Ige mwoya?”

 

“Buka saja…”

 

“Kau tidak memberiku seekor lebah lagi kan?”

 

“Jika itu terjadi lagi harap bersiaplah Tuan Park…” ejek Hara.

 

Aku tersenyum dan mulai membuka pembungkus hadiah dari Hara. Begitu aku buka, ternyata isinya adalah sebuah foto. Yang membuatku kaget adalah foto itu adalah fotoku. Tepatnya fotoku saat pentas seni dua tahun lalu di mana aku sedang tampil di atas panggung bermain gitar.

 

“Bukankah itu foto yang kau cari-cari?” tanya Hara. “Mianhae, aku yang mengambilnya… aku hanya merasa itu adalah foto terbaikmu, kau terlihat sangat cool di sana, dan aku tidak ingin kau memamerkan itu padaku…”

 

Aku tersenyum dan mengangguk. Hara benar. Aku memang sempat kebingungan karena foto ini hilang di saat aku ingin memamerkannya ke Hara. Tiba-tiba aku teringat akan sesuatu. Aku pun berjalan ke meja belajarku dan mengambil sebuah foto yang aku selipkan di antara agendaku.

 

“Kau tahu foto apa ini?” tanyaku menunjukkan foto yang barusan aku ambil. Yoo Hara mengeryit berusaha menebak foto apa ini karena dia tidak bisa melihatnya dengan jelas. “Ini adalah foto yang kau cari. Fotomu saat kau menjadi penari di pentas natal gereja…”

 

“Jinjja?” bentak Hara kaget. “Yaa!!! Aku tahu kalau memang kau yang mengambilnya! Sekarang, kembalikan, eoh!” teriak Hara seakan-akan dia akan melompat dari sana ke sini.

 

“Shiro!” seruku santai. “Hoamm… aku ngantuk! Aku mau tidur. Chaljayo!” kataku lagi lalu menutup kaca jendela.

 

“Yaa!! Park Chanyeol! Yaa!! Aku akan ke kamarmu sekarang!!” teriaknya.

 

 

“Noonaaa!!! Jangan biarkan Yoo Hara masuk ke dalam kamarkuu!!” teriakku pada Yoora-noona saat aku melihat Hara yang sepertinya benar-benar akan mendatangiku.

 

 

 

 

Pada akhirnya, hubunganku dan Hara tidak berubah.  Kami tetaplah sepasang rival yang akan bersaing dalam segala hal. Namun, ada sedikit penambahan kecil. Kami adalah sepasang rival yang akan bersaing dalam segala hal, dan juga akan saling menjaga satu sama lain. Ya. Pada akhirnya kami berdua menyadari. Di balik rasa tidak suka yang kami rasakan, kami menyimpan sebuah perasaan suka. Perasaan yang telah bertumbuh menjadi cinta.

 

Kau tidak akan pernah menyangka bagaimana kau akan mencintai seseorang yang kau benci. Jika kau menyadari, semakin kau membenci seseorang, semakin kau akan mengerti bagaimana sebenarnya orang yang kau benci itu. Selama belasan tahun terakhir aku mengenal Yoo Hara. Aku membencinya. Dan itu membuatku mengerti, siapa sosok Yoo Hara sebenarnya. Dia adalah gadis penakut dan sangat lemah. Tidak seperti sikap sok berani dan sok kuat yang selalu ia tunjukkan padaku. Ya. Aku membenci gadis itu. Tapi aku juga mencintainya.

 

 

 

THE END

 

 

 

 

11 tanggapan untuk “[EXOFFI FREELANCE] 12 SHAPES OF LOVE – With Chanyeol”

  1. kak, hari ini tgl 5 april aku ulang tahun. aku request dong. buatin ff yg main castnya chanyeol trus sama aku (zulfa richa). soalnya aku ngefans bgt sama chanyeol 😆😆😆

    On Tue, Apr 5, 2016 at 8:58 AM, EXO FanFiction Indonesia wrote:

    > exoffifreelance posted: ” 12 SHAPES OF LOVE – with Chanyeol Author: > @hanalorenqk Length: One Shot Genre: Romance, friendship Rating: PG-13 > Casts: Park Chanyeol Yoo Hara (OC) Disclaimer: Anyeonghasseyeo! Terimakasih > sudah singgah ke 12 Shapes of Love, sebelumnya author uda” >

Tinggalkan Balasan ke Violin Batalkan balasan