WINGS – EPISODE II — IRISH’s Story

altairish-wings-1-5

—  WINGS —

— Kai x Irene —

storyline by ALTAIR and IRISH; our winter collaboration project

action; adventure; fantasy; romance; school life

PG-17; chapterred

standart disclaimer applied

2016 © EXO Fanfiction Indonesia

[ Previous: Episode I ]  —  [ Clicked: Episode II ]

Hmm, kalau begitu cepatlah sedikit. Sepertinya akan turun hujan. Kau sudah tahu dimana aku tinggal, bukan?”

“Aku bahkan belum duduk di rumah saat masalah datang.”

Well, sepertinya malam ini Kai tak akan tidur di apertemennya.

EPISODE II

Tidak ada kegiatan berarti yang bisa Irene lakukan di rumah. Tadinya, Irene pikir ia akan punya kesempatan untuk menceritakan pengalamannya di Claris—terutama mempertanyakan maksud ucapan dari Griffin yang sejak hari itu masih terngiang-ngiang di memori Irene—tapi mau bagaimana lagi, kedua orang tuanya tidak ada di rumah saat Irene tiba.

Berusaha membunuh waktu, Irene akhirnya menghempaskan tubuh di sofa ruang tengah rumahnya, membaringkan diri senyaman mungkin sementara tangan kanannya bergerak meraih remote yang ada di atas meja. Iseng-iseng, Irene menyalakan televisi, mengganti channel beberapa kali sebelum akhirnya ia berhenti di salah satu stasiun televisi.

“Ah! Diskon!” sudut bibir Irene—yang sedari tadi memasang ekspresi cemberut—kini terangkat membentuk senyuman kecil tanpa sadar. Ya, memang, wanita mana yang tidak menyukai diskon di mall?

Lekas, Irene bangkit dari posisi santainya di sofa, lekat-lekat ia pandangi televisi—hampir tidak berkedip—sementara bibirnya menggumamkan desahan kagum beberapa kali. Entah, kapan terakhir kali Irene pergi ke mall sampai-sampai ia bersikap seperti ini sekarang.

“Bahkan ada tas yang didiskon…” bibir Irene menggumam, tatapan berbinarnya sekarang tertuju pada deretan tas branded yang ditampilkan di iklan salah satu mall terbesar di kota Seoul itu.

“COEX Mall… haruskah aku ke sana? Lagipula, ibu dan ayah belum pulang.” Irene akhirnya memutuskan, segera ia bangkit dari sofa—tidak lupa mematikan televisi dan merapikan sofa yang sedikit berantakan karena ulahnya, sebelum akhirnya Irene melangkah ke kamar.

Lekas Irene menyisir rapi rambut panjangnya, mengikatnya menjadi dua ikatan di sisi kiri dan kanan. Irene kemudian meraih lipbalm yang ada di atas meja, mengusapkan sedikit pelembap itu di permukaan bibir plumnya sebelum ia akhirnya tersenyum melihat pantulan wajahnya di cermin.

“Cantik.” gumamnya—tidak sepenuhnya salah. Karena ya, Irene memang cantik. Bahkan ia tidak perlu menggunakan riasan apapun untuk tampak cantik. Tapi tolong, ingatkan Irene kalau sejak pulang tadi ia belum mandi.

Mengabaikan kenyataan bahwa ia sudah melewatkan satu jam mandi, Irene akhirnya meraih sweater berwarna merah muda yang tergantung di kamar, menggunakannya untuk menutupi kaos oblong senada yang tadi Irene kenakan. Penampilan Irene kali ini tentu tidak tampak buruk.

Setelah puas dengan penampilannya, Irene meraih tas ransel mungil yang ada di atas tempat tidurnya sebelum ia akhirnya melangkah keluar dari kamar dan menatap jam yang menempel di dinding ruang keluarga.

“Aku hanya akan keluar satu atau dua jam saja, tidak masalah.” Irene mengangguk-angguk pelan, tampaknya ia begitu yakin pada rencananya kali ini.

“Baiklah, karena COEX Mall tidak jauh, kurasa naik taksi tidak akan mahal.” Irene menggumam, sementara tungkainya ia bawa melangkah keluar dari rumah, tidak lupa Irene mengunci rumahnya dan menatap bangunan sederhana itu dengan sebuah senyum kecil.

“Maaf ya, rumah. Kau sendirian dulu. Aku akan kembali dalam dua jam.” ucap Irene, terkikik pelan karena menyadari ulah konyol yang baru saja ia lakukan, tapi toh ia melangkah pergi juga dengan membawa tawa kecilnya tadi.

Siapa yang tahu kalau Irene tidak akan kembali dalam dua jam itu?

~

Tidak pernah ada kata sepi bagi sebuah mall. Well, itu juga keadaan yang terjadi saat ini. Ketika dua orang pemuda—Kai dan Chanyeol—tengah melangkah santai di antara keramaian dengan tidak kentara.

“Sebenarnya apa yang kau ingin lakukan disini?” Kai bertanya, alih-alih menikmati suguhan memanjakan mata yang ada di mall, Kai justru lebih penasaran tentang alasan yang membuat Chanyeol tiba-tiba saja meneleponnya dengan suara panik—kelewat panik—dan memaksa untuk datang ke Seoul.

Yang membuat Kai bertanya-tanya, pemuda Park itu muncul di depan gedung apertemennya dengan ekspresi santai yang sangat tidak sesuai dengan bagaimana ia bicara tadi di telepon pada Kai.

Sungguh, tadinya Kai pikir ada hal buruk yang terjadi saat si pemuda Park itu menelepon. Ternyata yang terjadi malah diluar dugaan Kai. Pemuda Park itu justru mengajak Kai ke mall.

Demi Tuhan, Kai lebih suka tidur di sofa berdebunya daripada menghabiskan waktu di mall seperti yang ia lakukan sekarang.

“Mencari hiburan dan sepertinya ingin mengawasi sesuatu.” Chanyeol menyeruput bubble tea yang ada di tangannya. Netra pemuda itu sekarang mengelana—hal yang tanpa sadar membuat Kai menahan tawa. Lantaran Chanyeol terlihat seperti seorang playboy mata keranjang yang mencuri-curi pandang pada wanita yang ada di sekitar mereka.

“Mengawasi? Mengawasi apa?” Kai tak mengerti sekata pun dari apa yang Chanyeol ucapkan. Diam-diam, timbul keinginan Kai untuk menggoda teman sekamarnya tersebut.

“Mengawasi wanita cantik di sini, huh?” ucap Kai membuat Chanyeol meliriknya dan terkekeh pelan. “Sialan kau,” umpat Chanyeol, menyenggol lengan Kai pelan sementara Kai sendiri sibuk menahan tawanya.

“Ayo duduk dulu di sana, aku tidak suka bicara di jalan seperti ini.” Chanyeol akhirnya memutuskan. Pemuda Park itu kemudian berjalan ke arah salah satu stand outdoor café yang ada di dekat tempat mereka tadi berjalan.

Masih memilih bungkam, Chanyeol mendudukkan dirinya di kursi kayu yang ada di sana, menyandarkan tubuhnya dengan santai sementara ia meregangkan kedua lengannya, melepas lelah, mungkin.

Whoah, sudah lama sekali aku tidak pergi ke tempat seperti ini. Selama bertahun-tahun ayah mengurungku, sehingga yang kutahu hanya berlatih, dan berlatih saja. Tidak kusangka kalau dunia secantik ini.” Chanyeol berkelakar, dipandanginya sekeliling sementara Kai sama sekali tidak menaruh curiga.

Agaknya, Kai belum begitu paham pada makna tersirat yang berusaha Chanyeol sampaikan padanya. Merasa jengah karena Chanyeol terus bertele-tele, Kai akhirnya menumpukan kedua sikunya di meja dan menatap serius pemuda Park tersebut.

“Aku sudah cukup sabar, Park Chanyeol. Sekarang, katakan padaku.” ucap Kai tanpa berbasa-basi lagi. Sementara Chanyeol sendiri terkekeh melihat reaksi pemuda itu, seolah keseriusan Kai bukanlah hal yang begitu serius baginya.

“Sudah kukatakan aku ini terkenal, bukan?” ujarnya memulai.

“Apa maksudmu?” tanya Kai tidak mengerti. Sudah terlalu sering dalam sebulan terakhir Kai dengar bagaimana Chanyeol terus membanggakan diri tentang ia yang terkenal. Tetap saja, Kai tidak tahu dimana poin penting ‘terkenal’ itu dalam konversasi mereka sekarang.

“Kau tahu sendiri, aku lebih suka berada di Claris daripada pulang ke rumah yang murid lain singgahi, bukan? Dan kemarin, saat mengantarmu dan Irene ke der Eilzug, aku merasa ada yang mengikuti.” Chanyeol berucap, digesernya posisi gelas bubble tea miliknya yang sedikit menjorok ke tepi meja sementara ia sendiri bergerak melipat lengan kemeja biru laut yang ia kenakan, keduanya.

“Lalu?” tanya Kai karena Chanyeol tidak kunjung melanjutkan penjelasannya.

“Aku tidak mungkin terus bersembunyi di Claris, Kai. Dan bisa kukatakan, kau adalah satu-satunya teman yang bisa kuajak bekerja sama.” ucap Chanyeol, menyunggingkan sebuah senyum penuh arti.

“Bekerja sama?” ulang Kai dengan nada meledek, sekarang ia tahu benar apa yang Chanyeol coba untuk jelaskan padanya. Melihat reaksi pemuda di hadapannya, Chanyeol akhirnya tersenyum puas.

“Mungkin dengan adanya kau, mereka akan berhenti. Atau setidaknya aku bisa mengetahui siapa mereka sebenarnya.” Chanyeol kembali menyeruput minumannya.

“Mengapa tidak kau hadapi mereka sendiri?” tanya Kai membuat Chanyeol terhenti, mungkin jika Kai bertanya satu detik lebih cepat, sudah bisa dipastikan Chanyeol pasti tersedak.

“Ah, berdua lebih baik daripada sendiri.” kilah Chanyeol dibalas Kai dengan desahan panjang. Tentu Kai tahu, permasalahannya bukan terletak pada Chanyeol yang tidak ingin sendiri.

Kai menggeleng-geleng pelan melihat kelakuan orang yang ada di hadapannya ini. Ia tak mengerti kenapa Chanyeol bisa bersikap takut seperti ini padahal ia berada di kelas yang sama—Azwraith—di tingkat yang berbeda.

“Lalu kenapa harus disini? Kenapa tidak di luar saja?” kali ini Kai membuka konversasi. Heran juga kenapa dari puluhan tempat yang luas dan memungkinkan mereka untuk memulai sebuah duel, kenapa Chanyeol justru memilih mall?

“Tidak, mereka pasti akan menunggu di luar tempat yang kita pilih. Sekarang kita berada di mall, tempat yang luas dan ada banyak orang, secara otomatis mereka tak akan berada jauh dari sekitar kita. Aku yakin.” Kai memandang sahabatnya itu dengan tatapan heran.

“Kau berani menantang mereka di tempat terbuka tapi tidak berani menghadapinya. Sebenarnya apa yang kau rencanakan, huh?” pertanyaan Kai agaknya berhasil membuat Chanyeol merasa tersinggung.

Hey, aku tidak takut.” ucapnya membantah.

“Bagiku kau terlihat seperti itu.” sahut Kai tidak mau kalah.

Chanyeol akhirnya mengangkat kedua tangannya di sisi tubuh, pertanda bahwa ia menyerah pada perdebatan yang sekarang ia hadapi secara tidak langsung. Melihat kediaman temannya, Kai akhirnya meraih gelas bubble tea yang sedari tadi tidak ia sentuh.

Mau tak mau, Kai minum juga bubble tea itu—yang Chanyeol beli dengan sedikit paksaan karena Kai sudah jelas berkata pada pemuda Park itu kalau ia menyukai cappucino. Alih-alih menunggu Chanyeol buka suara, Kai mengedarkan pandangannya, seolah menikmati pemandangan yang sedari tadi sudah ia abaikan karena rasa penasarannya pada pemuda yang sekarang ada di hadapannya.

Well, jika boleh jujur Kai tidak terlalu suka tempat yang sangat ramai seperti ini, ia lebih menyukai tempat yang tak terlalu ramai seperti taman. Namun, sepertinya ia kurang beruntung, Chanyeol sepertinya mengidam-idamkan datang kemari.

Kembali menyeruput bubble teanya, Kai memilih memperhatikan lalu lalang di dekatnya. Beberapa orang tampak bergerombol—pasti berteman, ada juga sepasang kekasih, dan beberapa kelompok kecil keluarga.

Tanpa sadar, entah karena haus atau karena ia benar-benar larut dalam pemandangan, Kai menggoyang-goyangkan bubble tea yang ia pegang, mencoba agar gula yang ada di dasar gelas bubble tea itu teraduk secara merata. Lagi-lagi, ia memperhatikan satu persatu pengunjung yang ada di toko di seberang café tempat ia duduk sekarang.

Seorang ibu-ibu, murid sekolah yang masih mengenakan seragam sekolahnya, sepasang kekasih yang mengenakan couple shirt, seorang gadis  bersweater merah muda yang tengah berjalan dengan seorang—

“Irene?”

“Apa?” Chanyeol menyahut spontan saat mendengar kata yang berhasil lolos dari mulut Kai. Namun yang ditanya si pemuda hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Hal yang kemudian membuat Chanyeol kembali memperhatikan sekelilingnya dengan tatapan mengawasi.

Melihat apa yang Chanyeol lakukan sekarang, Kai akhirnya berkesempatan untuk kembali memandangi toko yang ada di seberangnya. Kali ini ia ingin memastikan bahwa netranya tidak salah memandang.

Sungguh, Kai yakin gadis belia di dalam toko pakaian yang ada di seberang café tempatnya duduk sekarang adalah gadis yang selalu menempel padanya di Claris dan ya… netra Kai kali ini sepertinya tidak menipu. Gadis itu benar-benar Irene, diam-diam Kai sejujurnya merasa terganggu.

Tidak. Bukan eksistensi gadis itu yang membuat Kai merasa terganggu. Dan yang mengganggu pandangannya bukanlah apa yang gadis itu sedang lakukan, melainkan seseorang yang berada di sampingnya, berbincang dengan gadis itu seolah mereka sudah sangat dekat. Itu yang menganggunya.

“Kai, kurasa kita harus pergi. Aku merasa ada yang tidak beres sekarang.” Chanyeol bangkit dari duduknya tanpa menunggu respon Kai. Sementara Kai sendiri tidak ingin ambil pusing dan menaruh curiga pada sosok Irene yang secara tidak sengaja dilihatnya.

Segera, Kai bangkit dari kursinya dan menyusul Chanyeol tanpa mengalihkan pandangannya dari Irene yang masih berada di toko yang sama.

“Kita mungkin harus pergi ke lantai yang sedang kosong, atau setidaknya lantai yang sepi pengunjung. Mungkin dengan cara itu orang-orang aneh ini akan menunjukkan diri. Ayo, Kai.”

Chanyeol melangkah keluar dari café, disusul Kai di belakangnya yang mengekor. Sekali lagi ia menatap Irene untuk terakhir kalinya sebelum bayangan si gadis menghilang dari pandangannya.

Kai dan Chanyeol kini berada di eskalator, sesuai rencana—yang tadi Kai ceritakan pada Chanyeol bahwa COEX Mall sedang dalam pemugaran gedung sehingga ada beberapa lantai yang masih kosong tidak berpenghuni—mereka akan menuju ke lantai tersebut.

Berbeda dengan sikap Kai yang cenderung tenang dan tidak ambil pusing, Chanyeol justru terlihat lebih tidak bisa menahan diri dan secara tidak langsung menunjukkan kekhawatirannya pada keadaan yang cepat atau lambat akan mereka hadapi. Dan sepertinya sikap Chanyeol sekarang—yang tak bisa berhenti untuk menoleh ke belakang—membuat Kai risih juga.

“Berhentilah menoleh ke belakang, Chanyeol.”

Kali ini Kai mengemukakan suaranya.

“Eh, bukan seperti itu. Hanya saja aku merasa benar-benar diikuti.” Chanyeol akhirnya berucap ketika mereka berdua sudah ada di dalam lift. Tanpa berkomentar apapun, Kai menekan angka dua puluh satu.

Dalam keheningan, mereka berdua menghabiskan beberapa sekon untuk mencapai lantai tersebut. Saat pintu lift terbuka, Chanyeol menarik dan menghembuskan nafas panjang secara teratur, berusaha untuk menenangkan dirinya. Mereka berdua sekarang tengah berjalan di koridor lantai dua puluh satu yang tak berpenghuni.

Chanyeol memimpin dengan berada di depan sedangkan Kai di belakangnya, mereka berjalan dengan perlahan. Mencoba untuk meminimalisir suara agar mereka bisa mendengar derap langkah orang yang mengikuti mereka.

“Chanyeol, berhenti.” Chanyeol menghentikan langkahnya seketika, meskipun Kai tidak mengucapkannya dengan keras, namun Chanyeol bisa mendengarnya dengan jelas. Kai kini memutar tubuhnya, sontak Chanyeol mengikuti tindakan tersebut.

“Kalian tahu? Kalian sangat buruk dalam membututi seseorang.” Kai berucap cukup keras kali ini. Di seberangnya mereka, terlihat bayangan lima orang yang nyatanya mengikuti mereka. Derap langkah terdengar, sementara sekarang Kai dan Chanyeol bisa melihat orang-orang yang sudah mereka ingin ketahui sejak tadi, empat orang pria, satu wanita.

Kelimanya, mengenakan properti serba hitam, mulai dari pakaian, jubah, bahkan kacamata—hal yang ingin Kai tertawakan karena mereka terlihat begitu aneh lantaran mengenakan kacamata hitam di malam hari—semuanya. Dan yang paling menarik perhatian Kai adalah kalung berwarna hijau gelap yang ada menggantung di pria terdepan yang ada di hadapan Kai.

“Kau mempunyai pendengaran yang bagus, bocah.” pria itu berucap pada Kai.

“Siapa kalian?” Kai menyahut tanpa berbasa-basi.

“Kami tidak punya urusan denganmu, kami punya urusan dengan orang yang ada di belakangmu.” lagi-lagi pria itu berucap, dengan nada menantang yang membuat Kai mengambil konklusi jika pria itu adalah pimpinan dari empat orang yang lainnya.

Memastikan reaksi temannya, Kai akhirnya menoleh, sementara Chanyeol sendiri memandang dengan kebingungan, sepertinya Chanyeol juga tidak tahu menahu atas apa yang terjadi sehingga membuat dirinya di ikuti seperti ini.

Akhirnya, Kai kembali menatap lima orang di hadapannya.

“Urusannya, adalah urusanku juga.” ucap Kai membuat tawa pria pimpinan itu meledak. Sementara empat orang di belakangnya bergerak tidak nyaman, sepertinya tidak terima karena Kai berani berucap seperti itu.

“Diam kau bocah! Akan kubunuh kau juga kalau begitu!” teriak salah satu dari mereka. Tepat saat ucapam itu selesai, sejemang perasaan aneh menyentuh Kai. Pemuda itu bahkan bisa merasakan bagaimana bulu kuduknya meremang.

Bukan. Hal ini bukan karena ia takut, Kai tahu ada sesuatu yang lain. Rasanya sama seperti ia menaiki—ah! Kai sekarang tersadar. Dengan serius pemuda itu menatap lawannya. Ia mengerti sekarang, salah satu dari mereka sepertinya baru saja mengubah sekitar tempat ini menjadi serupa dengan dimensi yang berbeda, dengan kata lain sekarang mereka seperti berada di Claris, dunia pararel.

“Apa kau tidak tahu? Di sini, kami bisa membunuhmu tanpa harus khawatir akan orang-orang yang melihat, Ezalor bodoh.” suara lain terdengar berusaha membuat Kai dan Chanyeol gentar.

Mau tak mau, desahan pelan akhirnya lolos juga dari bibir Kai. Chanyeol sendiri menghela nafas panjang, sepertinya ia juga merasa terancam kali ini. Sebenarnya, hal seperti ini bukanlah yang Kai harapkan, namun mereka bukan pengecut.

Akhirnya, Kai dan Chanyeol memasang kuda-kuda, keduanya bersiap untuk menghadapi serangan apapun yang mungkin terjadi setelah ini. Mereka adalah murid dari kelas Azwraith, kata takut sudah sepantasnya tidak ada dalam kamus mereka.

“Siapa kalian sebenarnya!?” Chanyeol kini bersuara setelah beberapa lama terbungkam. Ia sadar benar bahwa ketakutan tidak seharusnya mendominasi saat dirinya menjadi sasaran utama orang-orang asing ini.

“Bukan urusanmu, bocah!” ucap pemimpin mereka, kalung yang menggantung di lehernya mulai menyala dan asap hijau perlahan keluar dari telapak tangannya. Tindakan pria itu sukses membuat Kai membulatkan matanya, ia pernah membaca sejarah tentang Ezalor di perpustakaan—tidak, lebih tepatnya ia membaca tentang musuh-musuh para Ezalor. Dan orang-orang dengan kalung hijau, bisa mengubah dimensi, serta kemampuan untuk membuat asap hijau pekat seperti itu, hanya ada satu.

“Chanyeol, persiapkan dirimu. Mereka adalah Vrogros, musuh bebuyutan para Ezalor.”

~

Ternyata, berjalan-jalan ke mall bukanlah ide buruk bagi seorang Bae Irene. Terbukti dengan bagaimana sekarang ia sudah menghabiskan satu jam lebih berkeliling di mall, menggunakan credit cardnya untuk membeli beberapa barang yang ia inginkan dan akhirnya sekarang, Irene termangu di depan sebuah toko tas.

Well, sebenarnya Irene bukannya kehabisan limit kartu kreditnya, tapi ia merasa begitu kebingungan saat melihat ada begitu banyak tas cantik yang ia inginkan. Irene tahu ia tidak mungkin membeli semua tas-tas cantik itu, bukan?

Itulah sumber masalah Irene sekarang.

Beberapa menit membuang waktu dengan terlongo di depan toko, Irene sadar jika seseorang di dalam toko tersebut tengah memperhatikannya. Mengingat jika ia berdiri di depan kaca tembus pandang, secara otomatis ia bisa melihat apa yang terjadi di dalam, begitu pula sebaliknya.

Menyadari jika dirinya mungkin menunjukkan ekspresi konyol—atau setidaknya memalukan—saat memperhatikan tas-tas tadi, Irene tersenyum kecil pada pemuda yang kini bertemu pandang dengannya.

Pemuda itu sendiri menatap Irene dengan alis bertaut, tidak membalas senyum Irene dan tidak juga menunjukkan ekspresi lain. Hal yang kemudian membuat Irene sadar jika pemuda itu mungkin bukan orang baik.

Bodoh. Irene sekarang merutuki kebodohannya. Siapa suruh ia tadi bersikap ramah pada orang asing? Enggan bersikap canggung atau mencurigakan, Irene akhirnya melangkah mendekati pintu toko, ragu-ragu membawa tungkainya masuk ke dalam toko tersebut meski ia tahu itu artinya ia akan berada di ruang yang sama dengan pemuda tadi.

Si pemuda sendiri masih berdiri di tempat yang sama, hanya saja ia sekarang berdiri menghadap Irene, seolah tahu jika gadis itu masuk ke tempat yang sama dengannya.

“Kenapa dia terus memandangiku?” akhirnya Irene merasa curiga juga, berpikir jika pemuda itu salah satu anggota komplotan kriminal atau semacamnya. Meski kemungkinannya sangat tipis karena wajah pemuda itu di mata Irene terlihat terlalu menggemaskan untuk jadi seorang penjahat.

“Dewi dari Furion?”

Omo!” hampir saja Irene memekik keras ketika didengarnya sebuah suara menyapa dari arah punggungnya. Sontak Irene berbalik, menodongkan tas kecilnya pada sumber suara—yang disadarinya adalah pemuda tadi!

“A-Apa kau bilang tadi?” tanya Irene, menatap sekitarnya—karena ia dan pemuda itu sekarang jadi perhatian orang-orang—dan menurunkan tasnya, menatap pemuda itu masih dengan tatapan yang sama, curiga.

“Kau Dewi dari Furion itu, bukan?” tanya pemuda itu, memelankan suaranya seolah enggan agar orang-orang di sekitar mereka tidak mendengar apa yang ia ucapkan.

“Bagaimana kau tahu?” tanya Irene semakin curiga.

Sungguh, ia tidak pernah melihat pemuda ini dimanapun, sekarang tiba-tiba saja pemuda ini tahu kalau ia—tunggu. Furion?

“Kau juga dari Clar—”

“Namaku Taehyung, Kim Taehyung.” ucap pemuda itu memotong, lekas ia meraih tangan kanan Irene dan menjabatnya sebelum ia mendekatkan wajahnya ke telinga Irene—hal yang awalnya membuat Irene berjengit menjauhi pemuda itu karena curiga.

“Kau tahu kita tidak boleh sembarangan menyebutnya di sini, bukan?” ucap pemuda bernama Taehyung itu, mengingatkan Irene kalau ia tidak boleh sembarangan menyebut kata Claris atau hal-hal yang berhubungan dengan akademi itu.

Pantas saja tadi Taehyung menyebut kata ‘furion’ seolah kata itu adalah bagian dari substansi beracun atau sejenisnya, begitu pelan.

“Ah, ya. Benar. Namaku—”

“Irene. Benar bukan?” Taehyung lagi-lagi memotong, sebuah senyum gummy ia pamerkan pada Irene—senyum yang menular karena Irene dapati dirinya juga tersenyum membalas senyuman Taehyung—sebelum ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket yang ia kenakan.

“Kau tahu?” Irene membulatkan tatapannya tidak percaya.

“Aku bahkan tahu julukanmu. Bisa kukatakan, kau cukup terkenal sebagai murid baru. Oh, apa kau tidak ingat? Kita berada di kelas yang sama, sejarah.” Taehyung berucap, senyum ramah ia pamerkan pada Irene sebagai tanda bahwa ia adalah seseorang yang harusnya Irene kenal baik.

Mereka tidak hanya berasal dari kota dan sekolah yang sama, tapi juga singgah di kelas yang sama, meski tidak banyak—karena kelas sejarah adalah kelas wajib bagi semua tingkatan.

“Kau dari kelas apa?” tanya Irene, tungkainya tanpa sadar mulai melangkah mengitari toko, netranya menatap ke arah deretan tas cantik di sana sementara Taehyung melangkah mengikuti si gadis, sadar jika Irene telah membuka celah baginya untuk lebih mengenal tentang dirinya.

“Coba tebak, dari kelas apa aku berasal?” Taehyung malah balik bertanya, dengan tatapan jenaka ia menatap ke arah Irene sementara si gadis menatap dengan tidak mengerti.

Awalnya, Irene ingin mengajukan sebuah protes. Dimana-mana, setahunya orang yang bertanya tentu harus mendapat jawaban. Tapi yang Taehyung lakukan justru sebaliknya.

“Hmm… Kalau aku menebaknya dengan benar, bagaimana?”

“Akan kutraktir kau makan malam setelah ini.” ucap Taehyung menawarkan.

“Benarkah?” nada suara Irene tanpa sadar meninggi, tanda bahwa ia telah menaruh ketertarikan pada topik pembicaraannya sekarang dengan si pemuda.

“Ya, tapi kalau kau salah… kau yang harus membayar makan malam.” ucap Taehyung segera dijawab Irene dengan anggukan persetujuan.

“Baiklah!” ucap Irene.

“Jadi… dari kelas mana aku berasal?”

~

“Menunduk, Yeol!”

BAM!

Sebuah ledakan kecil menyembur di hadapan mereka, dan asap hijau yang keluar dari ledakan itu sangat pekat. Kai maupun Chanyeol tak bisa melihat apapun sekarang, hampir setiap sisi dari jarak pandang mereka sudah di tutupi oleh asap hijau yang di lemparkan oleh orang-orang Vrogros tadi.

“Pandanganmu kabur, Ezalor muda?”

Kai mendengus pelan, ia tak bisa menipu dirinya sendiri jika keadaan mereka—ia dan Chanyeol—sangat terdesak, pandangan yang tertutup oleh asap serta kekhawatiran akan serangan tiba-tiba yang setiap saat bisa saja menghilangkan nyawa mereka.

“Apa masalah kalian sebenarnya!?” Chanyeol kini berteriak, jengah karena situasi yang ia hadapi sekarang.

“Kau tidak akan ingat bocah kecil, saudaramu yang berada di Jeju. Memohon kepada kami dan melakukan perjanjian. Dan ia tidak bisa menepatinya, bajingan itu kabur entah kemana. Jadi kami melacak siapa kerabat terdekatnya dan kaulah orangnya.” jawab seseorang di balik asap hijau tersebut.

“Aku tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini!”

“Oh, tentu saja kau ada hubungannya. Hahaha!” tawa dari gadis Vrogros kini menggema di kepala Chanyeol.

“Chanyeol-ah, kau sudah bisa menggunakan panah?” Kai kembali bersuara setelah ia terdiam dalam waktu yang cukup lama. “Cukup baik untuk berburu seekor kijang dewasa, kenapa?” tanya Chanyeol.

Emm, bisakah kau summon sebuah busur dan anak panahnya. Aku punya rencana.” ucap Kai yang mulai kembali menatap keadaan di sekeliling mereka dengan waspada.

“Untuk a—”

“Lakukan saja!” potong Kai cepat, seolah nyawa mereka benar-benar di pertaruhkan saat ini. Chanyeol hanya bisa mendesah pelan ketika ia tak mendapat penjelasan apapun tentang apa yang Kai peritnahkan sekarang

Tapi toh ia juga tak bisa memikirkan rencana apapun saat ini. Ia tahu jika Kai adalah salah satu murid terbaik di kelas Azwraith, jadi apa salahnya percaya padanya?

Sebuah segel cahaya berwarna merah timbul di atas lengan Chanyeol yang diikuti oleh sebuah busur dan anak panah keluar dari lingkaran tersebut. Ya, kemampuan Chanyeol untuk mensummon sebuah alat bertarung memang unik.

“Lalu, apa yang akan kita lakukan?” ucap Chanyeol setelah mendapatkan busur dan bersiap-siap untuk memanah. Kai menolehkan kepalanya melihat Chanyeol, seringai kecil muncul di wajah pemuda Kim tersebut saat tahu Chanyeol menurutinya.

“Dengar, aku berasumsi jika orang yang kita hadapi ini mempunyai kekuatan yang berbeda. Jika kita ingin keluar dari dimensi ini, kita harus menghancurkan kalung yang menggantung di salah seorang dari mereka. Jika tidak, kita akan terperangkap di sini.” jelas Kai kepada Chanyeol yang dijawab sebuah anggukan dari pemuda Park tersebut.

“Lalu?”

“Tapi kita tidak mungkin hanya menghancurkan kalung itu saja, samar-samar aku melihat salah satu dari mereka bisa menggandakan tubuhnya yang ak—”

“Kau bercanda!?” sergah Chanyeol terkejut.

“Diam dulu, bodoh! Aku sedang menjelaskan. Aku melihat salah satu dari mereka menggandakan diri dan aku yakin bayangannya sudah mengitari posisi kita saat ini, dan orang yang menciptakan asap hijau ini sengaja membuat asapnya melingkari kita, agar kita tak bisa melihat pergerakkan yang mereka lakukan di luar area ini.” lagi-lagi Kai panjang lebar.

Whoah… memang tak salah jika kau murid terbaik di kelas dan di tingkat master.” ucap Chanyeol sesudah mendengar penjelasan Kai. Sebuah lirikan tajam malah ia dapatkan sebagai jawaban, sebelum Kai akhirnya kembali membuka mulut.

“Ini bukan waktunya bercanda. Aku yakin sebentar lagi semua bayangan itu akan menyerang kita. Jadi sekarang, dengarkan.” Kai menarik nafas sejenak sebelum ia lagi-lagi bicara.

“Aku akan menembakkan api ke arah mereka, melewati asap hijau ini yang otomatis akan membuka celah sedikit agar kita bisa melihat apa yang ada di depan, di saat itu kau segeralah memanah kalung itu dan menghancurkannya agar kita bisa keluar dari dimensi ini.”

Chanyeol menyernyit mendengar penjelasan Kai tentang rencana yang ada di benak pemuda itu. “Lalu setelah itu? Kita masih mempunyai bayangan-bayangan yang mengelilingi kita, bukan?”

“Setelah kau memanah kalung itu, menunduklah di bawah kakiku karena aku akan membakar lantai ini. Setelah itu kita harus lari secepat mungkin lewat tangga darurat.” ucap Kai membuat Chanyeol cukup terkejut.

“Kau bercanda? Lalu bagaimana dengan orang-orang di mall ini?”

“Lantai ini cukup aman, aku yakin. Memangnya selain rencanaku, apa kau punya rencana lain yang lebih baik?” Chanyeol tertohok juga mendengar ucapan Kai sekarang. Ya, memang saat ini otaknya tak bisa memikirkan rencana apapun.

“Baiklah, kita lakukan sesuai rencanamu.”

Chanyeol bersiap dengan busurnya, ia kemudian menarik anak panahnya dengan mantap dan bersiap melepaskannya. Kai juga sudah mengambil ancang-ancang, api sudah mulai menyala di lengan kanannya.

“1.”

“2.”

“3.”

“Sekarang!”

Kai melemparkan api yang ada di tangannya menerobos asap hijau dan menghasilkan sebuah lubang sehingga mereka dapat melihat apa yang ada di balik asap tersebut. Secepat mungkin netra Chanyeol bergerak mencari keberadaan kalung itu dan setelah menemukannya—

KRAK!

“Sial!”

Anak panah yang Chanyeol lepaskan tepat mengenai sasaran dan menghancurkan kalung tersebut. Tak lama, Kai dan Chanyeol mulai merasakan ada yang aura yang berbeda di sekitar mereka, terbukti dengan bagaimana tanpa sadar bulu kuduk mereka kembali meremang.

Ya, mereka sudah kembali ke dimensi nyata—atau lebih tepatnya, dunia nyata.

Chanyeol sempat melihat ekspresi terkejut di wajah para Vrogros tersebut sebelum asap hijau kembali menutup padangannya. Kai kini menarik Chanyeol—dalam hitungan sepersekian sekon—dan mendudukkannya dengan sedikit paksaan.

Ia sendiri mulai melebarkan tangannya, dan sebuah segel lingkaran berwarna jingga muncul di atas permukaan telapak tangan Kai. Pemuda itu kemudian membuka matanya dan kilatan jingga kini melingkari kornea matanya.

Verbrennen!”

Setidaknya, rencana Kai kali ini berhasil.

~

Kesibukan sudah tampak di kediaman Irene bahkan saat sang fajar masih enggan untuk menampakkan diri. Well, meski sibuk membereskan ini-itu mulai dari hal kecil sampai hal paling tidak penting sekalipun, tangan Irene seolah enggan melepaskan secarik kertas yang sejak dua jam lalu ia timang-timang.

Tepatnya, sebuah surat baru saja ia terima—sebenarnya surat tersebut sudah datang sejak beberapa jam lalu, berhubung Irene dan keluarganya sudah terlelap saat surat tersebut datang, jadi saat dini hari ketika gadis belia itu tidak sengaja bangun karena merasa haus ia menemukannya—dari Claris.

Bukannya aneh jika ada surat dari Claris yang datang ke rumah si gadis. Bukan, memang sudah wajar jika sewaktu-waktu akan ada surat dari akademi tersebut. Tapi saat ini, isi dari surat tersebut yang membuat kerutan muncul di dahi gadis cantik Bae itu.

“Kenapa… tiba-tiba?” satu tanya akhirnya mengudara. Dari sekian banyak pertanyaan yang ingin Irene lontarkan karena kedatangan surat tersebut, justru kata ‘tiba-tiba’ yang berhasil lolos. Akhirnya, ia letakkan surat tersebut di atas kasur, sementara ia sendiri duduk memeluk lutut di atas pembaringannya tersebut.

Well, sepertinya kata ‘tiba-tiba’ memang paling cocok untuk diutarakan saat ini. Di saat mereka seharusnya mendapat jatah libur selama satu minggu tetapi hari ini—hari yang terhitung sebagai hari pertama liburan—mereka justru mendapat pemberitahuan untuk harus kembali lagi ke Claris, lusa.

Tidakkah aneh? Bahkan Irene yang notabene sering merasa bingung—dikatakan Kai sebagai ‘kurang berkonsentrasi’ jika ia tahu—sekarang yakin jika ada sesuatu yang terjadi sehingga kepala sekolah memutuskan untuk memanggil kembali semua murid.

Hmm, bahkan aku belum sempat pergi ke café kesukaanku dan bertemu teman-teman. Kenapa harus secepat ini?” Irene mengerucutkan bibir plumnya. Ia edarkan pandangannya ke luar jendela kamar, diam-diam memperhatikan gemerlap kota Seoul yang tidak pernah tidur.

Drrt! Drrt!

Irene mengalihkam atensinya, melirik ke arah ponselnya yang tak jauh dari jangkauan dan mengambilnya. Sebuah nomor tak dikenal muncul di sana dan ada sebuah pesan yang masuk. Awalnya, Irene merasa ragu untuk membuka pesan tersebut, tapi terbesit kemungkinan jika Kai lah yang mengirim pesan tersebut—hal yang kemudian membuat Irene tanpa ragu membuka pesan tersebut.

From: Unknown Number

Hei Irene! Apa kau mendapat surat dari sekolah? Sepertinya kita akan berkumpul lebih cepat dari seharusnya. Oh ya, apa aku mengganggu istirahatmu? Omong-omong, kemana kau tadi? Aku kehilanganmu saat kita keluar dari COEX.—Taehyung.

Sebuah sunggingan kecil terukir di wajah Irene, ternyata teman baru yang ia dapat sangat menyenangkan—terlebih lagi, siapa sangka jika orang ini juga bersekolah di Claris?

Lekas, Irene menyimpan nomor Taehyung dan membalas pesan singkat itu dengan sapaan yang sama hangatnya. Ia meletakkan kembali ponselnya setelah sekali lagi membaca pesan balasan untuk Taehyung. Irene kemudian berusaha menenangkan diri, ia akhirnya turun dari tempat tidur dan melangkahkan tungkainya ke arah pintu kaca yang membatasi kamar juga balkon kamarnya.

Dibukanya pintu tersebut sebelum pemilik kamar itu melangkah ke tepi balkon dan menumpukan kedua sikunya di pembatas balkon. Dipandanginya kota Seoul sementara pikirannya melayang untuk mengulang kejadian yang beberapa jam lalu terjadi.

Tak ingin larut dalam lamunan, Irene kembali membawa dirinya pada kenyataan. Kini tanpa sadar dahi gadis itu berkerut lantaran menyadari jika sedari tadi ia telah melupakan seseorang tanpa sadar, dan kembali teringat pada sosok tersebut.

Hmm, apakah orang tadi… memang Kai ya?”

~

Dua orang pemuda kini tengah berjalan di trotoar sepi, dengan membawa beberapa kantong yang berisi makanan. Mereka berjalan beriringan, melewati dinginnya malam yang menusuk, dan sampailah mereka pada gedung yang tampak familiar. Well, sepertinya mereka tidak terlalu lama meninggalkan tempat ini.

Kini, mereka masuk ke dalam gedung itu.

Cukup sepi. Itulah suasana yang menggambarkan lobby gedung itu. Hanya ada beberapa orang yang sedang berkumpul, beberapa resepsionist dan sekumpulan orang di bar lobby. Kedua pemuda ini tidak tertarik dengan semua itu, mereka lebih tertarik dengan benda bergerak horizontal yang akan membawa mereka ke atas. Ya, lift. Mereka akhirnya melangkah masuk ke dalam lift dan menekan salah satu tombol yang tertera di sana, tak lama lift pun bergerak naik.

“Kau tahu? Sebuah keuntungan bisa bersahabat denganmu.” ucap salah satu dari mereka.

“Keuntungan?”

“Kau itu sungguh orang yang beruntung. Tidak semua orang di dunia ini bisa mempunyai kekuatan alam yang murni. Dan salah satu yang memilikinya adalah sahabatku.” ucapnya sambil terkikik.

“Aku merinding mendengar ucapanmu, Yeol. Sangat aneh.”

TING!

Pintu lift terbuka dan pria yang tadi menutup konversasi lekas melenggang pergi meninggalkan temannya yang terpaku mendengar sahutannya barusan. Tak lama, ia menyeringai kecil sebelum tungkainya bergerak menyusul rekannya yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Hey, Kai. Tunggu aku!” ucapnya sambil berlari kecil.

Yep. Kai dan Chanyeol, mereka baru saja kembali dari COEX Mall dan tentu saja, melarikan diri dari para orang aneh yang Kai sebut sebagai Vrogros. Mereka kini kembali ke kediaman Kai, tempat ini cukup nyaman meskipun sedikit berdebu—setidaknya Kai peduli pada keadaan apertemennya sebelum ia meninggalkan tempat itu kosong selama beberapa pekan.

Hal itu terbukti dengan bagaimana ekspresi yang Chanyeol pamerkan ketika mereka berdua memasuki apertemen Kai. Pemuda Park itu langsung tersenyum sumringah—mungkin ia melihat perbedaan drastis dari kamarnya dengan apertemen Kai.

“Kupikir selama ini kau berbohong tentang kebersihan yang selalu kau banggakan itu.” Chanyeol mulai bersuara lagi. Sebagai jawaban, Kai mendengus pelan dan lantas menyahut. “Hey, aku bukanlah seorang pembohong.”

“Kau juga selalu mengatakan hal yang sama tentang itu.”

“Tapi itu memang benar, bodoh.” Kai menaruh barang belanjaannya di atas meja makan yang diikuti oleh Chanyeol.

“Baiklah. Tapi aku terus terang tentang ucapanku di lift tadi. TIdak banyak orang bisa mempunyai kekuatan untuk mengendalikan elemen alam. Aku tidak percaya saat anak-anak membicarakanmu yang membakar satu cyclops dengan tanganmu sendiri. Tapi setelah melawan orang-orang tadi, aku percaya.”

Chanyeol menarik sebuah bangku dan bersimpuh disana, menatap sahabatnya yang sedang asik menaruh barang belanjaannya di kulkasnya.

“Kau terlalu berlebihan, ini cuma kebetulan saja.” Kai menyahuti santai.

“Kebetulan? Hey, dengar. Orang-orang yang bisa mempunyai kekuatan elemen alam murni itu perbandingannya satu banding satu juta. Jadi kau masih tetap bilang itu kebetulan?” sergah Chanyeol.

“Seratus persen kebetulan.” Chanyeol memutar bola mata tanpa sadar saat mendengar sahutan Kai barusan. “Kau memang menyebalkan.” Pemuda itu berucap sebelum ia mengalihkan pandangan ke arah lain.

Hmm, kemampuanmu juga tidak terlalu buruk. Bisa mensummon senjata itu juga hebat.” celetuk Kai membuat Chanyeol sedikit melempar lirikan padanya, seolah merasa jika pujian yang Kai lontarkan hanya setengah hati, ia lantas mendengus dan kembali berkomentar.

“Jangan kau coba-coba mencari alasan, bodoh.” Kai tertawa kecil mendengar jawaban sahabatnya.

“Aku melihatmu di ujian, dan kau cukup berpengalaman.” Kai lagi-lagi menjelaskan, berusaha meluruskan kecurigaan Chanyeol yang secara tidak langsung menuduhnya ‘setengah hati’ tadi.

“Kau itu yang terlalu merendah. Tapi, ujian itu memang sangat menakutkan. Ya meskipun banyak orang yang sekarat dan beberapa mati di ujian. Sepertinya Claris bukan sekolah biasa.”

“Pembicaraanmu ini keluar dari topik.” Kai menutup kulkas itu dan berjalan menuju ruang tamu yang tak jauh disana. Lagi-lagi, menohok Chanyeol karena baru saja Kai menyindirnya.

“Aku serius. Kurasa, Claris akan bertanggung jawab penuh atas kematian siswanya. Dan kau lihat contohnya tadi bukan? Orang yang menganggu kita bahkan tak segan-segan berusaha membunuh kita. Itu berarti Claris memang bukan sekolah magis biasa.” mengabaikan sindiran Kai, Chanyeol justru menjelaskan dengan diplomatis.

“Sudahlah tidak usah dipikirkan. Lagipula, tujuan kita masuk ke Claris memang bukan untuk main-main bukan?” Kai menatap Chanyeol kali ini.

Yeah, aku tahu itu. Hanya saja… Aku bingung, apa alasan Claris itu ada sampai sekarang?” tanya Chanyeol yang menyipitka matanya dan malah disambut tawa kecil dari Kai.

“Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Hey, kau yang memasak malam ini kan, Yeol?” Kai melangkah memasuki balkon apertemennya setelah ia membuka jendela besar yang menghalangi pandangannya.

“Baiklah.” Chanyeol menyerah, pemuda itu lantas bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah dapur minimalis yang berada tidak jauh dari tempatnya sedari tadi berceloteh.

Bersikap layaknya seorang koki profesional, jemari Chanyeol bergerak menimang-nimang beberapa buah sayur yang mereka beli tadi, meletakkannya bergiliran dan mengambil bahan lain untuk melakukan hal monoton yang sama.

Melihat bagaimana temannya satu itu sibuk bercanda dengan bahan makanan, Kai hanya bisa menggeleng pelan. Dialihkannya atensi ke arah langit malam. Pemandangan yang disajikan dari apertemen Kai memang cukup membuat beberapa orang bisa merasa takjub.

Jika di siang hari pemandangan sungai Han akan terlihat sebagai sebuah panorama, maka di malam hari gemerlap kota yang mendominasi akan menjadi sebuah pemandangan unik dari tempat ini.

Kini, Kai membawa tungkainya mundur beberapa langkah, bersandar di tembok putih apertemennya sementara ia lagi-lagi menatap serius langit malam. Mungkin, lama-lama langit pun bisa merasa ngeri karena Kai terus memandanginya.

“Kai!” tiba-tiba teriakan Chanyeol terdengar.

“Ya?” sahut Kai, masih bergeming di tempatnya karena teriakan Chanyeol barusan tidak diikuti dengan gerakan-gerakan panik atau suara berisik dari dalam. Jadi Kai bisa simpulkan jika suara lantang itu Chanyeol keluarkan untuk alasan yang tidak begitu penting.

“Foto gadis yang sedang bersamamu ini siapa?” sedikit merasa terusik, Kai akhirnya bergerak untuk melirik ke dalam—melihat apa yang tengah Chanyeol ributkan.

Bukannya menjawab, Kai justru tersenyum simpul, sementara tatapannya menerawang. Tak ayal, insting seorang Park Chanyeol muncul, terbukti dengan bagaimana pemuda Park itu tegelitik untuk berkomentar.

Hey, ternyata meskipun kaku seperti ini, kau juga bisa jatuh cinta.” seloroh Chanyeol membuat Kai menatap dengan alis bertaut.

“Jatuh cinta?” ulangnya.

“Ya. Gadis ini pasti kekasihmu, bukan? Dari caramu tersenyum saja sudah jelas dia seorang yang spesial untukmu.” ucap Chanyeol, mengangkat bahunya acuh—bergaya seolah ia tahu segalanya.

“Ah, omong-omong. Wajahnya terlihat familiar. Aku rasa aku pernah melihatnya di Claris tapi aku lupa namanya. Di kelas Crestfall kalau tidak salah, atau kelas Magus ya?” mendengar ucapan Chanyeol tatapan Kai justru berubah curiga.

“Apa kau punya foto seluruh murid-murid di Claris? Kenapa rasanya kau mengenal baik semua murid di kelas-kelas itu?” tanyanya.

Chanyeol tergelak mendengar perkataan pemuda itu. “Aku mungkin tidak bisa mengingat nama-nama, tapi aku bisa mengingat wajah dengan baik.” ujarnya membanggakan diri, sekon kemudian ia lagi-lagi membuka mulut, “Tapi sungguh. Dia kekasihmu, iya kan?”

“Kenapa penasaran sekali?” Kai melipat kedua tangannya di depan dada dan menyenderkan tubuhnya di salah satu pintu. Langit malam sudah ia tinggalkan karena konversasi yang Chanyeol buka sekarang.

“Aku sering dengar anak-anak pria juga membicarakannya. Dia itu sangat cute, kau tahu? Banyak murid-murid pria yang menyukainya, wah. Kau beruntung sekali karena punya kekasih seperti dia, bung.” penjelasan Chanyeol membuat Kai terkekeh kembali. Ayolah, Kai bingung sekarang, kenapa setiap gadis yang dekat dengannya jadi banyak perbincangan anak-anak di Claris?

“Benarkah begitu?”

“Dia ini sangat pandai dan sangat ahli dalam bela diri. Siapa namanya, Kai? Aku benar-benar tida bisa mengingat namanya.” Chanyeol memelas seolah saat ini ia benar-benar punya kesempatan untuk menanyakan nama gadis itu.

Kai masih diam di posisinya, menutup matanya untuk beberapa waktu dan menghela nafas. Dan pada akhirnya membuka matanya. “Namanya… Kim. Min. Ji.” Ucap Kai setelah beberapa sekon yang lalu membisu.

“Kim… Minji?”

“Kenapa? Kau tidak percaya?” tanya Kai kembali.

“Tidak,” Chanyeol menggeleng pelan, “Hanya saja, aku rasa bukan dengan nama itu anak-anak memanggilnya. Kau tidak berbohong kan?” Kai menatap sahabatnya itu dengan ekspresi tidak percaya. Harus berapa kali Kai bicara jika dirinya bukan seorang pembohong?

“Kau memang menyebalkan. Aku tidak pernah berbohong, omong-omong. Namanya memang Kim Minji, hanya saja ia lebih suka memakai nama Jepangnya.” Chanyeol mengernyit. Nama Jepang?

“Lalu siapa namanya? Kenapa kau begitu bertele-tele?” merasa dipermainkan, Chanyeol akhirnya merengut kesal. Hal yang kemudian berhasil mengundang tawa Kai lantaran berhasil memancing emosi sahabatnya itu.

“Baiklah, baiklah. Nama Jepangnya, Hirai Momo.”

“Ah itu dia! Momo! Sudah kubilang kalau dia sangat cute, bukan? Bahkan namanya saja sudah terdengar sangat cute di telingaku.” Kai menatap datar temannya itu, sepertinya memberitahu Chanyeol adalah sebuah kesalahan.

“Iya, Momo! Maksudku iya, benar dia orangnya!” Chanyeol menggemakan nama itu dengan nada girang.

“Sudah, lanjutkan saja kegiatan memasakmu itu. Kau tidak lapar? Sana cepat!” ekspresi girang yang tadi Chanyeol pasang berubah datar dalam sepersekian sekon lantaran mendengar perkataan Kai barusan. Apa sahabatnya itu tidak mengerti jika dirinya sedang gembira?

Merasa puas telah menenggelamkan tawa Chanyeol, Kai menyunggingkan cengiran kecil di wajah sebelum ia memutar badannya untuk kembali mengadu pandang dengan langit malam.

Tapi belum pemuda itu berhasil memutar tubuh dengan sempurna, ia sudah terhenti lantaran menyadari jika kakinya baru saja menginjak sesuatu yang asing. Meski dalam penerangan yang minim di balkon, tapi Kai bisa melihat sepucuk surat ada di bawah telapak kakinya sekarang. Lekas, Kai membungkuk dan tangannya bergerak meraih surat tersebut.

Tatapan bingung juga menyertai Kai lantaran menemukan namanya tertera di sudut kanan bawah surat tersebut.

“Surat dari Claris?”

“Apa? Surat?” Kai berbalik, menunjukkan surat tersebut pada Chanyeol yang tengah serius mencuci sayuran di wastafel.

“Ya. Benar-benar sebuah surat, dari Claris. Menurutmu apa yang terjadi di sana?” pertanyaan Kai berhasil membekukan Chanyeol. Pemuda itu menghentikan aktivitasnya dan menatap dengan kedua netra membola.

“Apa Vrogros tidak hanya membuat kekacauan di COEX dengan kita, tapi mungkinkah mereka juga membuat kekacauan di Claris?”

 “Hmm, mungkin saja begitu.”

“Omong-omong, Momo benar-benar kekasihmu, kan?”

tbc

Altair’s Notes:

Ternyata Kai si kampret yang ledakin COEX wkwk. Oh ya, WINGS updatenya 2 minggu sekali, kalo mau tau. Dan juga, untuk New Year Eve, mau ada WINGS spesial New Year Eve kaga?

IRISH’s Notes:

Terjebak dalam perang dingin gegara hipersensitifitas yang ane alamin beberapa minggu terakhir ternyata ngebuat ane semakin luntang lantung ketika galau sama Wings, terutama saat mau publish Epi. 2 ini. Sedih, gaes juseyo rayu si Al biar kaga ngambek sama ane lagi (kasih emot sedih).

Tapi ya, namanya ane ini perawan dua puluh taon yang labil, ketika ane galau gegara perang dingin sama Al, ane justru bisa spontan bahagia ketika ane sudah tersiksa sama promo akhir pekan yang disuguhin sama supermarket terus imbalannya itu disodorin tiket premiere Passangers tadi—DAN SUMPAH PELEMNYA SUPER EMEJING, HUHU PENGEN BUAT SCI-FI SEEMEJING ITU PELEM. Yah… hitung-hitung ane ngebuang kepenatan dan jamur anti kipop di dalem otak yang udah beberapa minggu terakhir menyerang.

| MY SHOW |

hold me on: Instagram | Wattpad | WordPress

49 tanggapan untuk “WINGS – EPISODE II — IRISH’s Story”

  1. chanyeol bener – bener cerewet kaya emak emak
    btw, knapa tiba” jadi momo? kapan kai dekat dng momo? trus knapa kai brada d satu foto dng momo?
    ~
    aku jadi kaya canyeol, banyak nanya. tapi serius….emang momo pacarnya kai? sejak kapan?
    Gimana dng Irene?

  2. Bukannya Kai fall in love sama Irene? Nah si Momo ini siapanya Kai? Jangan sampe beneran pacarnya. ANDWAE!! Kai harus ttp sama Irene. Dan daku bertanya tanya gimana reaksi orang2 di COEX? Bukannya Kai ngebakar salah satu lantainya ya? Apa emang gk ngaruh sama sekali sama lantai yg lain? And OMG!! Ada my baby Taetae. Setelah nangis2, guling2 gegara Han Sung (peran Tae di Hwarang) mati, disini yaa lumayan lah terhibur dikit. Btw, si Tae nantinya jadi orang ketiga between Kai sama Irene kah?

  3. taehyung momooooooo
    suka deh sama pemeran tambahannya
    jadi deg degan
    itu di claris kenapa tiba tiba sekaliiiii
    kasian,baru pulang udah disuruh dateng hmm

    baru sempet baca —

  4. Taehyung siapa dia? Buat apa ngedeketin Irene? Scene pertarungannya keren banget Kai kereeeeen 😍😍 kai ga mungkin pacaran ma momo kan?? Andwae kai cuman buat irene 🙅🙅

  5. huhuhuuu ga ada kairene moment 😦
    eh malah ada cast baru menurut tebakan aku yg ga tahu bener atau ga ,si Tae ini emg sekelompotan geng yg tadi jd maksudku kalo dia “mungkin” nappeun. dan surat dari claris itu palsu cuma mau njebak mereka tp ga tahu juga sih imaginasiku mengatakan seperti itu.
    tp siapa tuh momo ? ngapain vokalis gesha ikut2 hehe kirain td yg diomongin chan dari tadi irene terus q mikirnya knp chan malah ga kenal irene ehh mlah orang baru ahh aku ngarepnya dia itu keluarga nya kai karena marga “kim” itu entah itu sodara angkat atau apalah.
    wings spesial new year eve ?? boleh boleh asal full kairene moment haha

    1. oiya di sini enggak ada kairene momennya buakakakakakak XD duh jawab ga ya jawab ga ya jawab ga ya ~~ XD wkwkwkwkwk sek toh, ini kenapa jadi momo geisha? aku kan jadi ngakak XD wkwkwkwkwkwkwkwkkwwkkw

  6. wey anjir laah momo geisha ngaain main disini tjooyy!!!! oh gittuu. wings update dua minggu sekalih. klo dah tau jadwalnya mah bisa nyiapin lah kuota. suka sedih wings itu updatenya pas kuota tipis menuju abis mulu. wing spesial new year eve boleeeh noh. manteep olahragaa lah!!

  7. Itu momo siapa? Jangan bilang dia momo vokalis geisha band 😲😲 wkwkwkwk
    Wah updatenya 2minggu sekali, untung udh biasa waiting terus heungg 😪😪 semangat buat pembuatan chap selanjutnya’^’)9

  8. Kenapa kak? Kenapaaaa? Kenapa tiap kali baca ff kak Irish rasanya tuuu… 🙂 parfait!!
    Klo bsa update jgn lama kak Rish, ya tu klo emg bsa sih 😀
    Kak Irish makasih bnyak yaa udah bkin something awesome kaya gni, te amo :*

    1. yang bagian update enggak lama doain aja… karena sejujurnya ane lah oknum yang selalu molor /kemudian ditendang/ wkwkwk eh apaan XD wkwkwkwkwkkwk samting awesome itu ya si Kai XD thanks udah mampir :* btw nama kamu persis sama bias eykeh di fiestar wwkkkwwk XD

  9. momo siapa lagi elaah banyak banget jong. semoga cuma temen aja deh temen kecil gitu jangan suka ya jong sukanya sama irene aja wkwk.
    mauuu wings special new year eve mauu thor. dituggu ya eps 3nya, btw 2 minggu sekali kelamaan wkwk fighting!!

    1. Sama kemarin apalagi Irene cantieks sekali di SAF, Kai juga sangar abis waktu dance solo😁 Siap, ditunggu aja ya akhir tahun hehe. Anyway, thanks for reading😊

  10. Yeee, senang deh udah bermunculan pemain baru ya meski 2 orng baru ini msih pnuh misteri,sumpah sjak awal yg chanyeol tanya difoto itu dri awal kupikir irene eh trnyata momo tp gmana caranya secepat itu mreka bsa akrab ?? Trus si taehyung aku agak khawatir klau dia pnya mksud lain sam irene dn btw aku ska lgi adegan actionnya, plus suka karakter taehyung jga ^^

    1. Ternyata dikau korban ‘salah fokus ke Momo’ juga ya? Wkwk, masih banyak pemain yang belum muncul kok. Kkk, anyway thanks for reading😊

  11. Entah kenapa kok fokusnya ke Momo ya, anjay …. Daritadi baca ngiranya Airin coba (bener-bener kena tipu) Dan sekarang pertanyaannya adalah apa penyebab si pemuda Kim satu ini tersenyum ketika melihat foto itu ….
    Taehyung manis banget ^^ Aku seneng banget waktu baca dia muncul dengan sikap hangatnya ke hadapan Irene, aaaa~~ (kebetulan dia biasku, wkwkwkw) Tapi, tiba-tiba merasa curiga dengan sikapnya Taehyung, hmm *pasang muka lagi mikir. Aku berpikir jangan2 sikapnya itu terselubung niat lain, macam tsundere gitu *eh (bukan tsundere deng, kebalikannya!)
    Eh, tidak apakah jika reader satu ini memberi sebuah saran? Gak bakal dilempar ke dunia paralel kan ya?
    Yah, ini cuma sudut pandangku aja sih, bukan bermaksud membandingkan atau menyinggung … Aku merasa kata-kata yang dipake disini sedikit agak mubazir, jadi kurang nyaman dibaca … Padahal jalan ceritanya bagus dan menarik~~ Aku suka banget xD Aku tau sih, RishAl (Irish-Altair) pasti punya gaya menulisnya tersendiri, jadi disini aku gak bermaksud untuk menghakimi secara sepihak (eh) untuk mengubah gaya kakak-kakak dalam menulis ^^ Ini hanya saran dari sudut pandangku aja ^^ (plis and hope u guys don’t mind it seriously)
    New Year Eve Project? Wah, menarik menarik! Aku mau dan dukung banget. Bisa menemani jomblo ini malming-an di tahun baru, wkwkwk …. Gidaehamnida 😀 Mangat buat project ama lanjutnya ya, kakak-kakak … ❤ Lope you x3

    Btw, si Eonni Nayeon kemana?

    1. Semua beneran kayanya fokus sama Momo yaks? Wkwk. Dan maapkeun sudah menipumu nak. Kayaknya si Kai senyum karena dia di gelitikkin deh #loh 😁. Kalo pengen tau siapa Taehyung kayanya dikau sendiri yang harus cari tahu dengan ngikutin WINGS ini, haha. Hmm, sarannya diterima kok, btw Kak Rish itu orangnya suka main diksi jadi agak-agak begitu😂😂😂. Alah siah jomblo eung…. Siap, ditunggu aja ya minggu depan. Nayeon? Entahlah, dia mungkin ada di belahan kota Seoul yang lain. Wkwk. Anyway, thanks for reading😊

  12. Taehyungnya aku ada disini? Dia jahat ato baek? Please buat tae jadi orang baik, ga rela rasanya kalo taehyungnya aku jadi jahat. Aku jadi galau karna mereka adl ultimate bias aku. Mian jadi curhat. Ini ff yg slalu aku tunggu. But wait, siapa momo? Dia bener pacar kai? Kalo dia pacar kai, trus irene gmana? Ah, molla. Yg aku tahu ini ff keren banget, tapi jujur yah, aku masi berharap kai sama irene baik baik aja. Berharap bahwa mereka suka sama lain. Ga sabar pen baca chapter selanjutnya. Fighting!!!

    1. Woah, kayanya kamu harus ikutin ceritanya biar tau sendiri hihi😁 Momo siapanya coba? Wkwkwk hayo…. Siap aman kkk. Ditunggu aja ya ep selanjutnya. Thanks for reading😊

  13. Apa hubungan kai sama momo ?
    Apa disini karakter taehyung salah satu anggota vrogos yang bergumam waktu di pertandingan, terus dia sengaja dekatin irene untuk melawan kai atau malah sebaliknya.
    Makin banyak banget misteri nya kak, apalagi waktu chanyeol bilang claris bukan sekolah magis biasa pasti ada alasan claris didirikan ?
    Kelompok vrogos disini belum diceritakan secara detail.
    Kayak nya seru kalo ada WINGS spesial new year eve.
    Fighting terus kak

    1. Siap amannn, hehe. Spekulasi dikau… Mungkin aja bener mungkin aja engga #loh 😂😂 Masih banyak misteri yang belum muncul ya? Hehe. Siap, mohon ditunggu WINGS Spesial New Year Eve nya ya. Anyway, thanks for reading😊

  14. ANE MALAH MERASA ENTE YANG CASSASNOVA KAI , BUKANNYA CUNYUL SUAMI ANE/PLAKK/ XD
    KAI OH KAI, DULU IRENE, MERAMBAT KE NAYEON DAN SEKARANG MOMO? MCMCMC,
    DAN TAEHYUNG? KENAPA NTU ALIEN DISINI BHAKS? JADI INGAT VRENE/PLAKK/
    WINTER SPECIAL NEW YEAR EVE? BERARTI 31 JANUARI DUNKS, MAU MAU :3 /PLAKK/
    HWAITING!
    DITUNGGU NEXT EPISODENYA 2 MINGGU LALU, WKWK XD
    DAN BG AL, JANGAN NGAMBEK AMA KAK IRISH, KAK IRISH BISA NUJUM LO, SIAPA TAU KAK IRISH BISA MELET JUGA/ PLAKK/ DILEMPAR KUALI AMA KAK IRISH/ XD

    1. Ini kepslok jebol egen ya? Wkwk. Yep, ane rasa si Kai punya daya tarik sendiri sampe cewe-cewe bisa deket ma dia, haha. Kenapa coba si mphi disini? Hehehe. 31 Januari?😐 Gak kelamaan? Januari atau Desember? 😂😂 Next episode? Dua minggu lalu atau dua minggu lagi hayo? Sepertinya ente mavok ye?😁😁😁 Percayalah, waktu itu Kak Rish pernah ngeramal ane bakal ada yang buruk terjadi, dan ternyata ane cacar air😶. Kkk, anyway thanks for reading😊

    2. Maap, terlalu seneng ampe ga sadar itu keps keteken, bhaks/ digorok/
      Hmmzz, kayaknya eki lagi ga fokus, butuh a*qua, 😂
      31 desember maksudnya, wkwk/dibalang/
      Tuh kan, kak irish bisa nujum dan kebanyakan bener hasil nujum dia, hati-hati bg/dibalang kak irish/😂
      Mpii kutakut alien itu jadi orang ketiga/digampar,😂😂

    3. ini dua bocah durhaka ngapain sih ngomongin kebaikan ane di belakang keburukan? -33- EKIIIIIIII ~~ ANE BELUM NYENTUH WORD DEMI YARAYEOL WKWK /KEMUDIAN DITENDANG/ /SALAH LAPAK WOI/ /BODO AMAT/

    4. KAK IRISH MAH GITU, YARAYEOL DUDUH KUGEMESHHH :3
      gak durhaka kok kak, toh kami ngomongnya di depan, dilapak kak irish pula, iyakan bg?*lirik si Al kemudian eki digorok/

  15. Pftfft, please, airin, ente belum mandi tapi maen ke mall? Ckckck.. untung ente cantek.
    Btw, si v ini bakal berperan banyak gak ya? Hem hem lah.
    Kebakaran ini, kebakaran yang di jelasin di teaser kah? Atau bukan? *puszyeeeeng
    Di kira yang telepon itu bapaknya si kai atau apalah, yang pasti sesuatu yang penting dari keluarganya. Eh tapi, si cunyul ternyata -_-
    Apaan sih cunyul asal nebak nebak aja. Nggak, momo itu bukan siapa siapa kai, dia itu cuma deket, inget cuma deket*maksa
    well, konfliknya mulai ngambang sepertinya. Semangat ya airin!!!! Eh btw, kok mas bulan dakuh gak muncul muncul syeeeeeh??? Kan aku kangen😭 *abaikan curhatan ini-_-
    spesial taon baru ya? Bagus^^ pasti menarik.

    And last, keep writing and fighting!!!

    1. Iya, bener. Untung dia cantik syekali huhu :” Si mphi? Maunya begimana? Huahaha 😂😂 Iya, ini kebakaran yang dijelasin di teaser, kakak. Sepertinya dikau sangat tidak rela Kai deket sama Momo yak?😂😂😂 Ow, yep. Konfliknya mulai mengudara hehe, pertanyaannya ini adalah konflik utama atau selingan wkwk? Taeil entah dimana dia berada 😂😂😂 Yep, ditunggu aja ya. Hehe, anyway thanks for reading😊

    1. Sama huhu, aku juga ga rela Irene sama cowo lain #loh 😂😂😂 Di Claris, apa coba? Hehehe. Tunggu aja di ep 3 hihi. Thanks for reading😊

  16. WINGS spesial New Year Eve pasti keren jugaa, di tunggu ya ^^
    Si yeol tingkahnya tetep nggemesin. Kayaknya V keliatan suka sama Irene. Terus Momo itu beneran kekasihnya Kai?! Kok Kai bisa kenal sama Momo?! Momo itu siapa?? Gimana ceritanya itu?! Pas Yeol bilang Kai itu bukan Ezalor biasa, ke jawab sudah sm pikiranku yg waktu Kai nrima hukuman krn nyelametin Irene. Pantesan bisa ngalahin sendirian -_-
    Adeuh, makin penasaran pngen ngulik2 Kai lbih jauh lgi.. Si V juga. Seneng deh pas baca bagian action, kerenn…
    Semangat terus Kak Al n Kak Rish…
    Di tunggu WINGS ep 3 nyaaa ^^

    1. Siap-siap. Ditunggu saja ya minggu depan hehe. Momo siapanya Kai coba? Hayo hayo hehe, ikutin aja terus WINGS biar tau siapa Momo sebenarnya😂😂 Siap aman, WINGS updatenya dua minggu sekali hehe. Jadi kira-kira ep 3 sesudah tahun baru hihi. Anyway, thanks for reading😊

  17. Itu Momo siapa lgi huhuhu ;-; beneran dia pacarnya Kai? Kenapa bukan aing aja? /ditimpuk/ oooh, jadi Kai teroris terselubung yg ngeledakkin COEX wks. Mata si Cunyul lagi gatel tuh ngelirik2 cewek ;;;-;;; (mentang2 trailer dia di Missing 9 kece beut). Siapa juga nih yg nyempilin adegan VRene, aing suka mereka biar minim momen huks. Lanjut ya bang, eon. Ada apa di Claris? Apa Vrogros datang menyerang? Atau siapa? Lanjut dah, aing greget /gigit bantal/

    1. Siapa hayoooooo?????😂😂😂 Maybe yes, maybe not. Wkwk, iya bener, ternyata emang si Kai ini yang ngeledakkin COEX yang ada di teaser. Dan betul juga si ceye matanya gatel, ane mau kasih insto kemarin, cuma abis😂😂 Ane, dirikuh ini yang nyempilin, eh atau kak irish ya? Ane lupa wkwk. Di Claris? Ada acara keluarga mungkin #loh. Wkwk, siap-siap. Tunggu saja 2 minggu lagi😊

  18. Aseek akhirnya muncul juga bibit war :D. Btw, si tiang ni udah cerewet, keponya minta ampun 😂😂😂
    Wings special New Year Eve? Sepertinya akan menarik :3

    1. Bibit? Wkwk. Emang dah ini si canyol, ane kalo jadi kai mulutnya ane lakbanin😂😂😂. Okey siap, ditunggu aja ya. Semoga Wings Spesial New Year Eve bisa mengisi malam tahun baru kalian hihi😁😁. Anyway, thanks for reading😊

Pip~ Pip~ Pip~