WINGS – PROLOGUE III – PART 1 — IRISH’s Story

altairish-wings-prologue-2

—  WINGS —

storyline by ALTAIR and IRISH; our winter collaboration project

Kai with Irene

action; adventure; fantasy; romance; school life

PG-17; chapterred

standart disclaimer applied

2016 © EXO Fanfiction Indonesia

[ Previous: Prologue II ]  —  [ Clicked: Prologue III – Part 1 ]

Terdiam. Satu-satunya hal yang Irene lakukan setelah kesadarannya kembali akibat pengumuman yang beberapa menit lalu ia dengar hanyalah terdiam. Setelah sebelumnya, Wendy—gadis berperawakan mungil dan lincah itu—dengan paksa membawa Irene ke asrama saat pengumuman selesai dikumandangkan.

 

PROLOGUE III – PART 1

Terdiam.

Satu-satunya hal yang Irene lakukan setelah kesadarannya kembali akibat pengumuman yang beberapa menit lalu ia dengar hanyalah terdiam. Setelah sebelumnya, Wendy—gadis berperawakan mungil dan lincah itu—dengan paksa membawa Irene ke asrama saat pengumuman selesai dikumandangkan.

Well, keberadaan Wendy setidaknya tidak menyulitkan Irene—yang notabene sulit beradaptasi—karena entah bagaimana caranya—Irene masih terlalu terkejut untuk bisa menyadari apa yang terjadi—Wendy sudah berhasil membawa Irene berada di kamar yang sama dengannya.

Ia dan Wendy punya teman sekamar, Chae Soobin namanya. Gadis yang sejak awal kemunculannya hanya memasang ekspresi dingin dan sibuk merapikan barang-barangnya tanpa ada keinginan untuk mengajak Wendy maupun Irene bicara.

Sekarang, Irene duduk sendiri di kursi batu berukir yang ada di depan lorong menuju kamarnya. Tatapannya tertuju pada halaman kosong di depan sana, sesekali ia tarik dan hembuskan nafas panjang, Irene tengah khawatir.

“Kulihat kau sudah mendapat kamar.” ekspresi lesu Irene segera berubah cerah ketika mendengar sebuah suara menyapa rungunya. Ya, di Claris, agaknya suara satu ini bisa Irene kenali dengan baik.

“Kai!” ucap Irene, hampir memekik. Tak jauh dari tempatnya sekarang duduk, Kai tengah berdiri dengan kedua lengan terlipat di depan dada, tubuhnya ia sandarkan di salah satu pilar beton yang ada di sana.

“Kemana ka—”

“Beberapa orang tadi menarikku untuk segera pergi ke asrama pria. Sesegera mungkin aku datang ke asrama wanita karena kupikir kau mungkin kesulitan mencari kamar. Ternyata kau sudah baik-baik saja.” Kai berucap, memotong pertanyaan Irene yang sekon sebelumya ingin menanyakan kemana perginya pemuda itu tadi setelah mereka berpisah di taman.

“Aku satu kamar dengan Wendy, ingat? Gadis yang tadi kita temui di depan meja demonstrasi pengobatan.” Irene berkelakar. Mendengar ucapan si gadis, Kai merajut langkah perlahan, sebelum akhirnya ia duduk di ruang kosong yang ada di sebelah Irene.

“Apa yang kau pikirkan?” tanya Kai kemudian.

Irene menatap pemuda itu dengan netra membulat. Kai tahu? Well, mungkin juga ekspresi Irene terlalu mudah untuk ditebak.

“Ujian esok hari. Aku terus memikirkannya.” tutur Irene.

Sudut bibir Kai bergerak sedikit membentuk senyum samar. “Karena mereka berpesan untuk tidak terbunuh di esok hari?” pertanyaan Kai berhasil membuat Irene menghembuskan nafas panjang.

“Kalau kupikir-pikir lagi aku sedikit tidak cocok berada di sini.” ucap gadis itu kemudian. Kini, Kai menyernyit tidak mengerti. “Mengapa kau berkata begitu?” tanyanya dijawab Irene dengan gelengan pelan.

“Aku tidak punya keahlian dengan senjata apapun. Tidak juga bisa memikirkan rencana apapun untuk peperangan, atau penyerangan. Wendy dan murid lainnya terus bicara tentang ujian besok, dan… ucapan mereka membuatku khawatir.”

“Mengapa kau khawatir?” tanya Kai lagi.

Irene menatap pemuda itu sejenak. “Mereka bilang… besok kita mungkin akan menghadapi monster.” bisik Irene dengan mata menyipit.

“Monster?” Kai segera menahan tawa, “Dan kau takut?” tanyanya.

“Ya, memangnya kau tidak?” Irene malah balik bertanya.

“Tidak.” Kai menggeleng pelan, “Aku hanya tinggal membunuh mereka saja.” sambung Kai dengan tenang. Tidak tahu ia jika gadis yang ada di sebelahnya sekarang menatap kaku.

“Membunuhnya?” Irene menggumamkan ucapan Kai, diam-diam bergidik ngeri membayangkan bagaimana adegan membunuh yang Kai maksud.

“Kalau kau tidak bisa membunuh, atau menyerang mereka. Pastinya kau punya kemampuan yang lain, Irene. Dari yang kulihat, kau tertarik dengan pengobatan. Apa kau berasal dari keluarga Healer?” Kai kembali membuka konversasi.

“Hmm, Ibu dan Ayahku, keduanya adalah Healer. Aku sudah banyak belajar mengendalikan kekuatanku dari mereka. Tapi kupikir aku belum cukup baik.” ucap Irene, gadis itu menggembungkan pipinya, hal yang membuat Kai tanpa sadar tersenyum geli saat memperhatikan ekspresinya.

“Lalu kau tidak perlu melakukan apapun saat ujian nanti.” Kai akhirnya berkata.

“Apa maksudmu?” Irene menyernyit tidak mengerti.

Kai menatap gadis itu, memperhatikan bagaimana Irene menatapnya dengan begitu serius dan menunggu. “Seorang Healer, adalah pion yang wajib dilindungi saat perang terjadi. Mereka tidak perlu menyerang siapapun, atau apapun, mereka hanya perlu menyembuhkan timnya yang terluka.”

Irene terdiam mendengar penuturan pemuda itu.

“Menurutmu aku bisa melakukannya?” ucap Irene.

Kai menjawab dengan sebuah anggukan mantap. “Kau pasti bisa melakukannya.” ucap Kai, menekankan tiap kata seolah ia ingin membagi keberanian dan kepercaya diriannya pada si gadis.

“Kai…”

“Ya, Irene?”

“Aku ingin berada di tim yang sama denganmu.” alis Kai terangkat saat mendengar ucapan Irene barusan. “Memangnya kenapa?” tanya Kai tidak mengerti.

Dengan ekspresi tidak berdosa, Irene menatap pemuda itu.

“Kalau kita ada di tim yang sama, aku percaya kau akan membunuh monsternya, dan kalau kau terluka, aku hanya perlu menyembuhkanmu. Dan juga…” Irene menggantungkan kalimatnya, membuat Kai makin dikejar rasa penasaran.

“Dan juga?” ulang Kai.

“Aku tidak bisa percaya pada orang lain dengan mudah, aku berpikir… mungkin saat ujian mereka akan membiarkanku diserang. Tapi aku percaya padamu, Kai. Kalau kita ada di tim yang sama, kau pasti tidak akan membiarkanku terluka.”

Sudut bibir Kai tanpa sadar terangkat membentuk senyum. Mendengar bagaimana gadis itu mempercayainya—bahkan secara tidak langsung mempercayakan keselamatannya pada Kai—diam-diam membuat Kai merasa senang tanpa alasan.

“Tentu saja, aku memang tidak akan membiarkanmu terluka.”

~

Pagi yang membuat Irene semalaman tidak bisa tertidur akhirnya tiba. Tepat jam tujuh pagi, semua murid sudah berkumpul di bangunan outdoor yang disebut infernum—istilah yang Irene dengar dari beberapa orang senior mereka.

Infernum sendiri merupakan bangunan dengan bentuk heksagonal dengan lima pintu serupa gerbang yang tertutup rapat, dan satu pintu hanya dilindungi jeruji besi saja. Ada dua besi pengaman yang terpasang di dalam infernum, satu besi mengelilingi bagian dalam infernum—membatasi ruang utama pertempuran dengan tempat penonton—dan satu lagi mengelilingi bagian atap infernum. Terkesan seolah mereka berada di ruang terbuka, tapi sebenarnya mereka terkurung di tempat serupa sangkar.

Kursi penonton sendiri berada dua meter di atas tanah, berbatasan dengan beberapa pintu yang tertutup rapat. Kursi tersebut masing-masing barisnya didesain melingkari infernum, benar-benar sempurna untuk menyaksikan duel di dalam arena tersebut.

Ezalor-ezalor muda yang akan melangsungkan ujian pun berbaris di bagian bawah infernum, berada di dekat pintu masuk menuju arena utama. Sekarang, sambil menunggu kursi penonton dipenuhi sesak, mereka tengah mendapatkan pembagian kelompok.

“Bae Joohyun!” Irene segera mendongak saat nama aslinya disebut, sejak tadi memang perhatiannya mengelana, mencari keberadaan Kai.

“Moon Taeil! David Lee! Hoshi Kwon! Mark Lee! Kalian ada di tim yang sama, phase-one!” tatapan Irene membulat. Ayolah, dirinya? Dia? Yang sangat merasa cemas dengan ujian ini justru harus mendapatkan ujian di giliran pertama?

“Tapi aku—” Irene menghentikan kalimatnya, lantaran menyadari bahwa dirinya tidak mungkin mengatakan bahwa ia ingin berada di tim yang sama dengan Kai. Lagipula, ia adalah satu-satunya wanita di timnya, Irene bisa optimis sekarang.

“Baiklah, dengarkan.  Aku beri kalian waktu lima menit untuk menentukan strategi sebelum gerbang utama di buka. Tugas kalian hanya mengalahkan monster yang ada di hadapan kalian. Peraturannya sederhana, bertahan selama lima menit dan coba sebisa mungkin untuk melawan monster yang ada di hadapan kalian. Tidak akan ada bantuan dari siapapun, bekerjalah sebagai tim. Mengerti?”

“Mengerti!”

Ada kebimbangan saat Irene ikut menyerukan kata tersebut. Jantungnya… jantungnya ia rasa masih berdegup dengan sangat cepat. Irene sudah beberapa kali berusaha mengirim sugesti pada dirinya, ia menepuk-nepuk dadanya, tapi ia rasa usahanya sekarang tidak cukup berhasil.

“Tenang Irene… Ayah sudah bilang jika seleksi ini tak akan membahayakan. Cukup percaya pada teman setimmu dan semua akan baik-baik saja…. Ya, semua akan baik-baik saja.” Irene menutup kedua matanya menggemakan kalimat itu berulang-ulang.

Teringat pada sang Ayah, tanpa sadar Irene juga teringat pada pria yang diinginkannya untuk berada di tim yang sama, tadi. Sebelum harapannya pupus lantaran namanya disebut pertama kali.

“Kai juga mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Kau hanya perlu fokus dan semua akan baik-baik saja.”

Irene membuka matanya dan melihat rekan setimnya sudah bersiap-siap. Entahlah, Irene melihat bahwa mereka sepertinya tak takut sama sekali dan hal itu membuat Irene yakin untuk tak mengkhawatirkan apapun.

“Apa kemampuanmu, Joohyun?” seorang pemuda bertanya pada Irene.

“Kedua orang tuaku adalah Healer. Jadi aku rasa… aku bisa menyembuhkan. Dan juga, kau bisa memanggilku Irene.” jawab Irene, merasa cukup optimis jika dirinya satu-satunya—

“Baiklah. Dia satu-satunya Healer di tim kita. Karena kau bilang kau dari keluarga Healer, kau pasti handal dalam penyembuhan, jadi aku percaya padamu. Mark dan David akan menyerang, lalu aku dan Hoshi akan berjaga-jaga di belakang mereka sambil memikirkan strategi lainnya.

“Kami akan melindungimu di garis belakang. Jadi segeralah gunakan kemampuanmu saat salah satu dari kami terluka, mengerti?” ucapan pemuda yang berperawakan cukup tinggi dari Irene—namanya pasti Taeil karena nama Taeil lah yang tidak disebutkan dalam strategi mereka—sekarang benar-benar terdengar sebagai seorang pemimpin di telinga Irene.

Mungkin juga, jika mereka ditempatkan di tim yang sama, secara tidak langsung akan muncul seseorang yang bisa berperan sebagai pemimpin secara alami.

“Bagaimana jika monsternya akan menyerangku?” pertanyaan itu tercetus dari bibir Irene, sumber kekhawatiran utamanya. Taeil tersenyum, menepuk bahu gadis itu sembari berucap. “Kami akan melindungimu, jadi tolong bantu kami ya, Irene!”

“Ah, y-ya. Aku akan berusaha sebisaku.” Taeil tersenyum mendengar jawaban Irene, pemuda itu  kemudian mengalihkan pandangannya ke arah gerbang yang akan terbuka.

Akhirnya, Irene hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Ia akan baik-baik saja, Irene kembali menggemakan kalimat itu sebelum ia dengan rasa percaya diri melangkahkan kakinya masuk ke dalam infernum bersama dengan timnya.

~

Sekon berlalu, mereka masih dicekam rasa khawatir. Teriknya matahari sekarang bahkan terasa lebih panas di permukaan kulit Irene, juga menyilaukan. Terbukti dengan apa yang Irene sekarang lakukan.

Gadis itu merentangkan tangan kanannya di dekat wajah, menggunakan jemarinya untuk menutupi sinar matahari yang datang padanya dengan jemari sampai pupilnya bisa menyesuaikan tingkat cahaya yang ada di sana. Netra gadis itu membulat sempurna ketika ia menyadari bahwa ada begitu banyak penonton yang menyaksikan ujian tersebut.

Tatapan Irene sekarang melebar, menyadari bahwa ia seharusnya mencari seseorang meski ia sekarang tengah berada di dalam ujiannya. Kai. Irene dengar nama pemuda itu tadi disebutkan di dalam phase-two ujian mereka. Tapi sekarang ungkapan bagai mencari jarum dalam sekam agaknya berlaku bagi Irene.

Kai tidak tampak dimana pun.

Irene memandang ke arah yang lain dan di baris pertama kursi penonton ia menemukan seorang pria seusiaan ayahnya dengan setelan jas rapi berwarna putih tengah duduk di kursi yang berbeda. Mungkin orang itu adalah salah satu petinggi Claris, pikir Irene. Well, pria itu tengah memperhatikan mereka—yang berada di dalam infernum—dengan sebuah senyum terukir di wajahnya.

Jemari pria itu bahkan sibuk mengusap kumis yang ada di sudut bibirnya. Dari ekspresinya saja, Irene bisa tebak bagaimana karakter pria itu, tinggi hati, kiranya. Lekas Irene memutar pandangnya lagi, dan menghembuskan nafas panjang saat tidak menemukan pemandangan menarik lainnya. Sisanya—yang duduk di bangku penonton—adalah para siswa yang menunggu giliran dan beberapa staff sekolah

Test! Test!”

Sebuah suara mengalihakan perhatian Irene dari aktivitasnya. Ia dan anggota timnya saling berpandangan sekilas, seolah mempertanyakan, ada apa lagi? Apa arahan dari pengawas mereka tadi saja masih kurang?

Aku akan memberitahu tentang apa yang harus kalian lakukan, dengarkan baik-baik. Kalian akan berhadapan dengan monster. Dan tugas kalian, adalah melawannya sekaligus bertahan dari serangan monster yang akan kalian hadapi, selama lima menit. Lakukanlah hal yang terbaik untuk menjaga anggota tim kalian tetap hidup selama lima menit ini. Ini adalah ujian kelompok, jika salah satu tim kalian gagal, maka kalian semua akan gagal. Semoga beruntung, Ezalor Muda.”

Irene pikir ia sekarang mengalami kesulitan menelan salivanya sendiri, ia terlalu tegang. Ujian mereka belum dimulai namun sepertinya Irene sudah kehilangan jiwanya. Sebisa mungkin Irene berusaha untuk menghilangkan ketakutannya, mencoba agar tak membuat kekacauan apapun di timnya.

“Irene, tetap fokus, jangan takut. Aku akan melindungimu.” Taeil mencoba menenangkan anggota timnya, terutama Irene. Mungkin, Taeil bisa melihat jelas bagaimana ekspresi takut Irene sekarang.

“B-Baiklah.” Irene menghela nafas dan membuangnya perlahan.

Seperti yang dikatakan Taeil, Irene berdiri paling belakang, dua orang di depannya—termasuk Taeil—bertugas untuk menjaganya dan dua orang lagi berada di depannya, siap untuk menyerang sang monster.

Irene menggigit bibir bawahnya kala suara melengking masuk ke dalam rungunya, membuat Irene gemetar tanpa sadar. Gerbang tinggi gelap di seberang mereka perlahan membuka, dengan suara menggelegar yang membuat lutut Irene bergetar. Tapi Irene lagi-lagi menarik dan menghembuskan nafas panjang, mencoba menahan rasa takut saat gerbang tersebut membuka.

Gelap. Timnya menunggu, tapi tidak ada pergerakan. Belasan detik berlalu tanpa ada satupun makhluk yang keluar dari sana. Kini Irene menaikkan alisnya, tidak mengerti.

“Tak ada apapun?” Irene bertanya pada lelaki di hadapannya dengan setengah berbisik. Taeil—pemuda tersebut—mengarahkan telapak tangannya ke arah Irene, mengisyaratkan si gadis untuk merendahkan nada bicaranya, sementara netra pemuda itu masih berfokus pada kegelapan di ruang yang ada di hadapan mereka.

“Kita justru harus berhati-hati. Jika saat gerbang dibuka makhluk itu tidak langsung keluar, bisa dipastikan dia adalah mahluk berdarah dingin.” Irene menyatukan alisnya, tak mengerti maksud Taeil. Makhluk berdarah dingin? Ya Tuhan, Irene saja tidak tahu darahnya panas atau dingin.

“Apa maksud—”

Ssshh!!”

“U-Ular? Ular raksasa?” netra Irene hampir saja melompat keluar dari tempatnya tatkala gadis itu melihat seekor mahluk ular raksasa keluar dari dalam gerbang tersebut. Seumur hidupnya, Irene tidak pernah melihat ular sebesar ini, bahkan di dalam film.

“Itu Karai! Berhati-hatilah!” Taeil memperingatkan anggota timnya.

“Karai? Apa itu?” sungguh, pertanyaan Irene mungkin terdengar konyol, tapi anggota timnya tentu tidak tahu jika Irene masih baru dalam hal-hal mahluk yang ada di dunia ini.

“Karai adalah seorang prajurit yang menjelma menjadi ular raksasa dan… ia tak segan-segan membunuh siapapun sesuai perintah orang menyuruhnya.” sempat Hoshi berucap untuk memberi penjelasan singkat pada Irene. Mengingat mereka ada di tim yang sama selama beberapa menit ke depan, mungkin Hoshi merasa sedikit khawatir jika ada anggota timnya yang tidak tahu apa-apa.

Berbeda dengan ekspresi tenang Hoshi saat menjelaskan, Irene justru membulatkan mulutnya, terkejut. “Me-Membunuh? Kau serius?” tanyanya.

“Dia serius! Sekarang dengarkan aku semuanya!” Taeil menaikkan suaranya, sempat ia menjawab pertanyaan Irene yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban sebelum pemuda bermarga Moon itu menyerukan sebuah strategi.

“Karai adalah ular, yang berarti ia berdarah dingin. Karena aku belum tahu kekuatan dari kalian masing-masing, jadi berhati-hatilah. Aku akan menjaga Irene, ia adalah Healer di tim kita. Sisanya, menyerang dan bertahan. Lakukan apapun untuk menghabiskan lima menit kita. Mengerti?”

Taeil memberi penjelasan singkat, tapi anggukan dan gumaman saja yang menjadi jawaban baginya sudah lebih dari cukup untuk jadi pertanda bahwa mereka semua mengerti.

Tim kecil itu pun mulai bergerak, melebar ke arah yang lain. Mencoba untuk tidak terlalu dekat guna menghindari Karai untuk tidak melingkari mereka dengan mudah. Irene mencoba untuk mengikuti langkah Taeil, agar tak terlalu jauh darinya. Mengingat pemuda itu satu-satunya yang bisa Irene percaya di timnya untuk saat ini.

Karai masih bergeming, ia hanya memperhatikan sekelompok orang yang ada di hadapannya sekarang. Terlihat jika matanya menatapi gerak-gerik dari mereka dengan tajam, seolah sadar jika kelompok kecil tersebut merasa takut padanya.

Salah seorang dari mereka—Mark—bergerak menjauh perlahan dari tim, ingin pemuda Lee tersebut membuat serangan awal, tapi rupanya Karai terlalu cerdas untuk ia tipu. Karai rupanya memperhatikan Mark yang bergerak menuju ke arahnya dengan sangat cepat, berusaha menyerangnya sementara secara otomatis anggota lainnya berhamburan untuk mengamankan diri.

“Rasakan ini mahluk mengerikan!” Mark berlari dengan membawa pedangnya, mencoba untuk melukai tubuh Karai namun—

BRAK!

“Mark!”

—Karai menyadari itu dan mengibaskan ekornya, membuat Mark menjadi korban pertama yang berhasil ia buat terpental jauh dan membentur dinding dengan keras.

Argh!” Mark memekik, membuat Irene membeku.

“Irene! Sembuhkan dia! Aku akan melindungimu!” Irene tak langsung bereaksi saat Taeil menyuruhnya menyembuhkan Mark. Ia masih terkejut dengan apa yang ia lihat sekon lalu.

Bahkan, sekarang Irene masih menatap nanar tubuh Mark. Darah menyembur keluar dari mulut pemuda itu, menjadi likuid pertama yang mewarnai infernum sementara tubuhnya terjatuh dengan menyedihkan ke tanah.

“Irene!” teriak Taeil menyadarkan gadis itu.

“Y-Ya. Baik!”

Menyadari jika dua rekannya tengah mengalihkan perhatian Karai, Taeil memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekati Mark bersama Irene. Segera setelah mereka mencapai tempat Mark terbaring, Irene bersimpuh di tanah, menopang kepala Mark dengan lengannya sementara ia memejamkan mata, berusaha fokus demi keberhasilannya.

Sempat tangan Irene gemetar ketakutan, menyadari jika darah kini mengotori kedua lengannya. Tapi ia buang sejenak rasa takut itu mengingat bahwa nyawa seseorang ada di tangannya sekarang.

Segera setelah ia mendapatkan konsentrasinya, kabut hijau pupus terlihat menyelubungi tangan Irene. Inilah bakat Irene, menyembuhkan dan mengobati dengan kemampuan khususnya. Di saat yang sama, Taeil memperhatikan cara menyembuhkan milik Irene sekaligus menjaganya sambil memperhatikan Karai.

Karai tidak memberikan penyerangan. Ia hanya mengejar kedua orang—David dan Hoshi—yang sedang mengalihkan perhatiannya disaat Irene mencoba mengobati Mark.

“Taeil.” Irene memanggil lelaki yang sedang di hadapannya.

“Ya?”

“Mark sudah kusembuhkan. Hanya saja, perlu waktu sampai ia sadar kembali.” tutur Irene saat ia membaringkan Mark kembali. “Kita tak bisa membiarkannya tergeletak disini.” lanjutnya, tidak tega membayangkan apa yang mungkin terjadi pada Mark jika mereka meninggalkannya.

“Baiklah, kita bawa dia ke pinggir arena. Kau lindungi aku saat aku menggotongnya. Peringatkan aku jika Karai mendekat.” Irene mengangguk mantap mendengar perintah Taeil.

Mereka mulai menjalankan strategi lainnya. Irene mengawasi gerak-gerik Karai yang masih sibuk bermain-main dengan Hoshi dan David yang mengalihkannya. Baru beberapa meter langkah mereka rajut, Irene sudah dikejutkan lantaran Karai yang tiba-tiba saja melupaka dua orang pengalih perhatian tersebut.

Sontak, Irene menghentikkan langkahnya saat Karai melihat ke arahnya dan Taeil.

“Taeil, berhenti.” Irene mencengkram lengan Taeil, membuat Taeil refleks menghentikan langkahnya juga. “Ada apa?” tanya Taeil, ia sedang kepayahan membopong tubuh Mark hingga tidak sempat memperhatikan apa alasan yang membuat Irene memintanya berhenti.

“Mahluk itu…. melihat kita.” Irene menggigit bibir bawahnya. Lengannya mencengkram baju Taeil erat. Irene tak bisa untuk menahan ketakutannya kali ini.

Keringat dingin mengalir deras dari pelipisnya dan Irene bahkan tak bisa mengalihkan tatapannya dari mata Karai yang juga menatapnya. Makhluk mengerikan tersebut menyeringai dan kedua matanya juga perlahan berubah menjadi hijau.

Desisan tajam keluar dari makhluk itu sebelum akhirnya Irene dan Taeil yang menjadi sasarannya. Kini, Karai bergerak ke arah Irene dan Taeil yang berada di seberangnya. Mulutnya membuka lebar, seolah memamerkan taring-taringnya yang dipenuhi racun.

“Lari, Irene!” teriakan Taeil berhasil mengomando Irene untuk berlari tanpa harus berpikir dua kali. Mereka berlari, mencoba menjauh dari Karai sebisa mungkin selagi dua orang yang lainnya mencoba menghentikan Karai.

Irene terus berlari, meski dadanya terasa sesak karena takut dan lelah, tapi setidaknya ia dan Taeil harus bisa mengamankan Mark di pinggir lapangan.

“Taeil!”

SRAK!

Irene melihat sekilas apa yang terjadi—karena netranya sibuk memperhatikan jarak yang tercipta antara dirinya dan Karai—dan ia mendapati Hoshi terbaring di tengah arena, kesakitan. Karai baru saja menghempaskan tubuh pemuda itu dengan ekornya.

Untuk kedua kalinya, pemandangan mengerikan menyambut pandangan Irene. Bagaimana Karai melecutkan ekornya di tubuh Hoshi, membuat tubuh pemuda itu berguncang cukup keras dan sekon kemudian darah menghambur keluar dari mulutnya. Irene bahkan yakin jika ia berada di dalam jarak dengar yang cukup, ia pasti bisa mendengar gemeretak patahnya tulang pemuda itu.

“Taeil, kita harus menolongnya!” pekikan Irene lagi-lagi membuat Taeil terhenti. Pemuda itu masih sempat berpikir saat ia dalam kondisi membopong Mark dan berlari. Sebuah teriakkan kesakitan juga lagi-lagi terdengar, membuat Taeil seketika mengalihkan pandangannya ke suara tersebut.

“Tidak!” jeritan Irene mendominasi, gadis itu menutup mulutnya ketika ia melihat dengan jelas bagaimana kejinya Karai. Tubuh David dihempasnya ke tanah, sebelum sekon kemudian ia tancapkan taringnya menembus perut dan punggung David.

Arghh!” teriakan David semakin menjadi ketika likuid bening mengalir di atas tubuhnya, membuat tubuh pemuda itu mengeluarkan asap, seolah melepuh. Pakaiannya bahkan menciut, terbakar tanpa asap.

Irene yakin likuid bening itu adalah racun Karai, yang sekarang disaksikannya mengalir di permukaan kulit David, membuat kulit putih pemuda itu mengelupas, memamerkan lapisan otot di bawahnya.

“T-Taeil…” Irene dan Taeil berhenti bergerak, bahkan suara Irene sekarang menahan tangis. Mereka berdua tengah sama-sama terdiam menyaksikkan temannya berteriak kesakitan karena ulah Karai.

Mereka gagal. Itu kesimpulan yang Taeil ambil ketika sadar David tengah sekarat. Sontak pemuda itu menurunkan Mark, berusaha untuk yakin jika Mark akan aman di tempat ini. Taeil melangkah mendekati Irene yang masih membeku menyaksikkan teman-temannya tergeletak tak berdaya.

“Apa kau masih sanggup untuk berlari dan menjangkau David yang ada di sana?” pertanyaan itu lolos dari bibir Taeil ketika didapatinya tubuh David tidak lagi bergerak.

Kini, Irene menatap Taeil dengan ragu, namun ia tahu bukan saatnya untuk takut. Ia tahu, apa yang Taeil rencanakan, tapi lagi-lagi Irene merasa takut jika harus mendapati Taeil terluka juga.

“A-Aku bisa. Tapi David masih berada di gigitan mahluk itu. Bagaimana caranya?” Taeil mengepalkan tangannya saat mendengar pertanyaan Irene.

“Aku akan mengalihkan perhatiannya, aku akan berusaha mengambil Hoshi dan membawanya kesini. Aku yakin mahluk itu akan melepaskan David disana, jadi saat aku menarik perhatiannya… berlarilah dan sembuhkan dia.” Irene memandangi Taeil.

“Kau serius?” Taeil tak menjawabnya. Irene melihat wajah Taeil yang berkeringat dan tangannya yang juga gemetar. Aku tahu ia pasti juga ketakutan tapi Irene pikir ia tak menunjukkannya. Apa sekarang ketakutan penting bagi Irene?

Tidak. Gadis itu sadar benar ada dua kehidupan yang sekarang bergantung padanya, bahkan tiga jika Taeil juga terluka. Akhirnya, Irene menghembuskan nafas panjang, tidak dengan ketakutan, melainkan keyakinan.

“Aku akan melakukannya.” Irene menggulung rambut panjangnya dan bersiap untuk berlari. “Aku akan berlari duluan. Saat ia sudah terpancing, segeralah kau berlari dan selamatkan David.”

Tak menunggu lama, Taeil segera berlari ke tengah arena, mencoba meraih Hoshi dan membawanya dengan harapan jika Karai akan mengejarnya jika melihat hal tersebut. Dan benar saja, Karai melepaskan David dan bergerak mengejar Taeil.

Irene segera berlari secepat ia bisa seolah sekarang adalah terakhir kalinya ia berlari. Irene melirik sedikit ke arah Karai, memastikan jika mahluk itu benar-benar menjauh dari pandangannya.

Ugh, bertahanlah. Aku akan menyembuhkanmu.” Irene kembali menggunakan kemampuannya untuk menyembuhkan David kali ini. Meskipun keadaan David lebih membuat Irene bergidik ngeri, pasalnya bagian tubuh pemuda itu hampir seluruhnya sudah mengelupas.

Darah bahkan keluar dari luka menganga yang tercipta di sana, hal yang mengingatkan Irene jika sosok di hadapannya tengah kesakitan. Kabut hijau pupus yang melingkupi tangan Irene kini bersinar lebih terang, menandakan bahwa Irene sangat serius menyembuhkannya.

“Irene!”

Irene bahkan tidak bisa fokus untuk mendengar suara yang memanggilnya, seluruh konsentrasinya ia berikan untuk menyembuhkan David dari racun Karai. Irene memejamkan matanya, kali ini berusaha menyerahkan semua kemampuannya dalam penyembuhan David.

“Irene! Awas!”

Irene membuka matanya dan ia terkejut kala teriakan itu menggema dalam pendengarannya. Saat gadis itu melempar pandang, ia sudah terlambat. Karai sudah terlalu dekat dengannya. Irene bahkan tidak sempat bergerak barang seinci pun untuk menyelamatkan diri.

“Ibu…”

Irene menutup matanya dengan pasrah, cukup yakin jika hal yang selanjutnya ia rasakan adalah kesakitan karena serangan Karai. Bayangan dirinya dipulangkan ke Seoul dengan peti mati pun jadi hal yang ada dalam benak Irene. Hidup Irene berakhir di Claris, bahkan saat ia belum sempat duduk di kursi belajarnya.

“Ibu, maafkan aku…”

“Tidak!”

 “Siapa orang itu!?”

SRAT!

“Apa dia gila?!”

“Mengapa pria ada di sana!?”

“Apa yang ia lakukan?!”

Irene terkejut bukan kepalang saat merasakan sesuatu yang basah mengenai tubuhnya. Gadis itu menunggu rasa sakit yang mungkin terjadi—karena ia pikir cairan yang mengenai tubuhnya adalah racun Karai—tapi tunggu.

Irene tidak merasakan sakit. Ia menunggu beberapa sekon untuk menerima serangan yang mungkin Karai berikan, tapi nihil. Irene masih baik-baik saja setelah beberapa sekon berlalu. Hal itu kemudian membuat Irene refleks berkeinginan untuk membuka mata dan menyaksikan apa yang sedang terjadi. Dengan hati-hati Irene membuka kelopak matanya, dan pemandangan yang menyambutnya adalah percikan darah di lengan dan juga pakaiannya.

Akhirnya, Irene membuka lebar kedua kelopak matanya, menatap terkejut ke arah darah yang entah sejak kapan mengotori tubuhnya saat sebuah pertanyaan menghentikannya.

“Kau… baik-baik saja?”

Sontak Irene mendongak, netranya membulat sempurna saat menyadari di hadapannya telah terpampang sebuah pemandangan yang begitu mengejutkan. Karai sudah ambruk tidak jauh darinya, dengan sebilah pedang menancap di kepalanya. Kedua mata Karai bahkan membuka—yang dalam pandangan Irene sarat akan kesakitan—sementara di atas kepalanya, berdiri seorang pria yang tengah membelakangi Irene.

Mengabaikan silaunya terik matahari yang mengganggu pandangannya, Irene menyipitkan mata, berusaha mengenali siluet pria yang—

 “K-Kau…”

—membuat Irene kini tergugu. Sosok itu menolehkan kepalanya ke salah satu sisi tubuh, memastikan keadaan Irene sekaligus membuat pandang mereka bertemu. Sungguh, Irene tidak sedang berfatamorgana. Ia jelas kenal sosok itu, hal yang berhasil membuat mulut Irene membuka sempurna karena rasa terkejutnya.

Suara itu… Mata itu…

Seluruh tubuh Irene gemetar saat sadar jika ia memang melihat sosok itu, bibirnya bahkan begitu ragu untuk membiarkan satu kata itu lolos dari bibirnya…

“Kai?”

tbc

FINGERNOTES

by Altair:

Cie, Kai nolongin Irene cie. Emang ya manteman, kalo cowo itu harus jagain cewek dengan sepenuh hati. Al juga menjaga cewe kok, terutama Kak Irish. Al menjaga dia agar tidak ngomel2 ke Al karena KaiRene yang bikin da baper huhu, wkwk

by Irish:

ANJIR itu kata-kata menjaga kenapa begitu ngeri bacanya? Berhubung jiwa Altair itu lebih thriller daripada diriku, yakinlah kalau menjaga dalam versi Al itu beda dari yang lain. Ya minimal dia mau colok mata pake bambu runcing. AL PLIS, itu aib bagian bapernya, kenapa mesti dibahas sih? -_____________-

Btw, jangan protes masalah update ke diriku :v semua Altair yang atur :v protes ke dia! Dia ngaku sendiri kalo dia DirUt di projek ini!

 

| MY SHOW |

hold me on: Instagram | Wattpad | WordPress

76 tanggapan untuk “WINGS – PROLOGUE III – PART 1 — IRISH’s Story”

  1. ya njel mah apa malah fokus ke hoshi yang terbang kesambit ekor karai :’) sini bang dd sembuhin pake cinta :3 /lalu dibuang/

    DAN BUN PLIS BANGET AYAH GA COCOK JADI LIDER SUMPAH INGIN BERKATA KASAR 😦

    cie kai cie, belum disuruh masuk udah nerobos aja dasar anak ilang. baper detected, senyum kai adalah anugerah terindah yang para fans miliki (miliki secara fana) /peluk baekhyun/ /salah/

    koreksiku masih sama sih, satu paragraf kalo bisa satu orang speaker saja~ thank you ❤

    with love (for hoshi yang kesambit ekor), angel.

    1. Hoshi terbang njir… salfok tuenan eike sama bagian hoshi terbang yang ada di sini…
      PLIS NJEL. AYAH MUNCUL NJEL. DAN ITU SI AL YANG NGETIK AYAH DI DALEM EPEP NJEL. YAAMPOOON MESKI TAEIL BELUM TERBUKTI SEBAGAI GUDKISSER TAPI DIA TETEP AJA AYAH DARI ANAK-ANAK YANG AKU KANDUNG (APAAN SIH INI) JADI DIA BISA JADI IMAM SEKALIGUS LIDER NJEL. TERIMA ITU NJEL, TULUNQ.
      lagi-lagi pertahananku tentang paragraf masih sama njel. aku juga berpegang teguh pada litelatur yang kucintai ~ muah

    2. GIMANA GA SALPOK LIAT MAS KESAYANGAN TERBANG GEGARA KESAMBIT BUN 😦

      GA DD GA TERIMA AYAH GA COCOK JADI LIDER OH TYDA INI TYDA BOLE DIBIARKAN /menjerit ala sinetron/

      jadi bunda lebih sayang sama literatur daripada sama dd 😦

  2. Cieeeeeeee kai ekhem :3 lanjut dong, penasaran nih. Itu kai kok bisa masuk? Nyogok-kah? /plak/. Betewe si cabe internasional kapan nongol? ;-; terus tiang internasional/? /re : chanyeol/ kapan nongolnya??? Tjiaaahhh ini ff tsadaph, lanjut okok?
    (p.s : bang al ama kak IRISH cocok loh/? /jangan bunuh aku eon huehehehehe :'(/)
    (p.ss : btw aku reader baru salken, nice to meet u, thanks ^^ /if its wrong, don’t ‘timpuk’/? me al-oppa ;-;/

    1. Sabar ya adek tercinta ~ :”) ini cerita Kairene ayangayangku ~ cabe sama cahyo cuma pembantu doang jadi munculnya musiman kayak munculnya gebetan di hati kita ~ XD
      buakakakak padahal kalo di chat banyakan ributnya ane sama si Al -__- ya tapi sebagai kakaadek bahagia kita patut bangga karena sering tengkar XD wkwkwkwkwkw
      iyaa ~ itu nama mengingatkanku sama Sohyun btw XD wkwkwkwkwk salam kenal ya ~ []

  3. ANJIRANJIRANJIR….SIAPAPUN TOLONG AKU…HADEW KENAPA PROLOGNYA UDAH BANYAK AJA AAAKHH AING KETINGGALAN:'( 😥
    SUMPAH DEMI SENDAL SWALLOW OSEHUN KENAPA DISINI KAIREN COCOK BANGET PLIIS..TOLONG JELASKAN KAILISH SAMA DEK AL HUWAAA
    SYUKA DEH SAMA KARAKTER ILENE OON OON GIMANA GITU WKWKWK DUH KALO KARAKTERNYA KAI MAH ALWAYS BADAAASS UNCH♥♥….LAH LAH ITU KO KAI BISA MASUK ARENA TERUS NOLONGIN ILENE PULA WOAH..FIX INI MAH GREGET PAKE BANGET AYOOO CHAP 1 NYA DONG HEHE

    BTW AING SALPOK SAMA MAS BULAN NYA:) EAA MAS BULAN YG SELALU BERSINAR GIMANA NASIBNYA TERUS DEDEK MARK JUGA GIMANA??TOLONG YA INI MAH COGAN SEMUA DAH ISINYA……

    1. TOLONG INI KEPSLOKNYA DIKONDISIKAN, ANE LAGI KEPSLOKOPOBIA XD XD XD WKWKWKWKWKWK YA LORD BETAPA SENANGNYA HATIKU KETIKA KAIRENE DIANGGEP COCOK WALAUPUN AKU INI SEORANG BOGUM-IRENE SHIPPER /KEMUDIAN DITENDANG SAMA AL/ XD XD ENTE KEMARUK SEKALI LANGSUNG MAU CAPCUS KE CHAPTER SATU NAK, 3.2 NYA BELON INI ~~~

  4. gimana itu caranya kai bisa masuk ke arena? menggoda mbak2 penjaga pintu masuknya kah? *abaikan*
    sekolahnya kok sheremm amet siiihh, tesnya ada kayak gitu pakai mati mati segala, itu baru tes masuk lho,
    betewe itu phase one akan gagal kah kalau ditolongin gitu, kalau gagal gak asik dong irene nya langsung cuusss balik kampung,

    1. XD haruskah diperagakan adegan ngegoda mbak-mbaknya? nanti pada salfok sama kai yang ngegodain mbak-mbak XD wkwkwkwkwk btw ini kata-kata mbak-mbak macem supermarket gitu ya XD buakakakakakak

  5. Permisi, itu typosnya mengalihkan duniaku seperti bang BULAN YANG TETIBA JADI CAST DI WINGS!!!! TIDAAAAK MAS BULANKU!!!BABANG BULAN!!! MAS BULAN!!!! MY LOPE LOPE DI UDARAKU!!!!! SUAMI KEDUAKU!!!! KENAPAH MAS BULAN SIH??? KAN AKUNYA JADI JUMPALITAN GAK JELAS!!!! HATI-HATI DISANAH MAS, KAMU HARUS SURIVIVE DI CLARIS, AKU HANYA BISA BERDOA UNTUKMU MAS, MAAFKAN ISTRIMU YANG TIDAK BISA MENEMANIMU… LAV YU MAS!!!!! AKU PADAMUH😘😘😘😍😍
    Cukup sekian curcolnya, jangan lupa jagain mas bulan ya kak irish, dek altair, mas bulannya jangan di apa-apain ya.
    Mari kita ke cerita. Well, ternyata dugaanku salah mengenai irene yang sekamar sama kai, kan kalo sekamar pasti greget? Soalnya si kai bakal di gangguin ama airin :v
    Ini sekolah kok kayak gini sih tes nya? Berarti yang masuk ini sekolah cuma mahluk yang bener bener tangguh. Trus kalo mati pas tes itu gimana? Gagal dong?
    Pantes aja si grifin kecewa si airin masuk claris, ternyata tes nya aja kayak gini, apa lagi kesehariannya?
    Dan ini masih prolog, prolog!!! Prolog, belum chapter.
    Eh terus nasib yang phase one gimana? Apakah di diskualifikasi? Ato gimana? Tapi, gak ada larangan kan buat kelompok lain nyelametin kelompok lainnya? Seharusnya kan kalo gak bisa, infernum di jaga supaya gak ada yang masuk ataupun keluar dari sana pas tes kan? Gimana caranya coba si kai bisa masuk ke sana? Dia pake tipu muslihat kah? Atau teleportasi?
    Hm, hm, sungguh membingungkan. Ya sudahlah tinggal tunggu next.
    Btw yang masukin mas bulan siapa? Aku berterima kasih banyak karena udah pilih dia, walaupun sekilas, tapi membekas?*apadah…
    Keep writing and fighting!!!

    1. Percayalah, Kai itu ahli dalam menyelundup dalam hal apapun. Ahli maling dia, hahaha😂😂. Dan percayalah Kai itu keras kepala kalo udah mikirin hal yang dia pikir itu bener makannya dia nekat masuk kesana. Wkwk. Ah ya, yang pengen masuk ke Claris itu bejibun, jadi kalo mati ya… Mati(?) #abaikan. Wkwk, iya masih prolog sabar ya kakak wkwk. And thanka for reading, see you on next prologue~

    2. Maling hatinya airin sih iya, kalo hatiku si nggak, soalnya udah di gembok ama mas bulan*abaikan
      Ternyata seperti itu….
      Eh tapi itu gimana ama mas bulannya? Masuk ke claris kan? Iya kan?*maksa

      Iya, sami sami. insya allah bertemu at next prolog, tergantung kuota*malah curcol, abaikan
      Semangat terus ya dek al dan kak irish!!

  6. homina.. homina.. homina.. ini serem, tapi aku bacanya sambil senyum-senyum ga guna najis gituuu. ko baper ya. irene yang diselametin ama kai, ko aku yang baper. huhu TT. seru anjir ceritanya. manteplaah. sebenarnya ‘infernum’ itu gakebayang sama sekali di khayalan aku. tapi tiap-tiap kejadiannya kebanyak banget. mark anju bias aing. rasanya tuh kairish, kaAl, kalo aku tuh kek yang ada diceritanya. keren weeh pokoknya bikin aku masuk keceritanya banget HAH. dan yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa manteplah.

    1. Sepertinya #wingseffect ini macem-macem ya? 😂😂😂 Tapi serius, kok banyak yang baper ya? *Ya gapapa sih al lu juga sendiri baper* Wkwk, btw jika susah bayangin infernum itu gimana… Bayangin aja kandang yang suka di pake latihan viking lawang naga di How To Train Your Dragon. Dan, ane syukur jika dikau berhasil masuk ke cerita. Selamat datang di Claris nak. Wkwk. Anyway, thanks for reading this prologue and see you on next chapter~

  7. aduh ceritanya bikin deg deg kan
    kai nepatin janjinya ga bakal biarin irene terluka
    tapi apa kai ga lulus gara” nolongin irene
    penasaran. semangat ka:)

    1. Sepertinya Wings ini mengandung unsur sesuatu ya, sampai bikin deg degan😂 Ah iya dong, sebagai cowo harus menepati janjinya. Anyway, thanks for reading this prologue and see you in next chapter~

  8. aku bayanginnya tuh ini ujian kaya yg di HP yg ujian ngelawan naga gitu tapi aku juga mikirnya pasti yg “jgn sampai kalian terbunuh” itu cuma buat nakut nakutin aja iya ga sih ? masa iya sampe merenggang nyawa gitu kaya di ujian2 HP lainnya kalopun mereka tewas tp diakhir game tetep mereka hidup lagi tapi….. kalo ngeliat kai nyampe hrs turun tangan nolongin irene gitu sih aku jd ga yakin jg sm pemikiranku tadi hehe.
    tapi seneng deh ada yg mulai care nyampe senyum2 gitu cieeee yg ga bisa kalo irene terluka hihiii

    1. Kkk, mungkin aja kok. Apa sih yang ga mungkin? 😂😂😂😂 Wkwk, iya ya. Si Kai ini carenya ga pake kata-kata. Langsung beraksi, wkwk. Thanks for reading yaaa~

  9. ahhhhhhhh…. aku merinding sumpah…ujian kok gitu…
    jawab!!! siapa yg buat adegan kek gitu??!!! ayo jawab!!
    kejam bngt loh itu..sampe berlinang air hujan akunya… tanggung jawablah kalian berdua…
    kalian sdh buat anak gadis cantik nan menawan, menangis di malam sabtu seperti ini..huhuhuuuuu
    untung ada kai… dia nih udh mulai care sama irene yaaa, secara tdk langsung pake senyum” lg… tapi takutnya dia dihukum karna bantu tim lain..semoga tidak…

    1. Terkutuk sudah kau Kak Irish😑😑 Wkwk, Al yang tanggung jawab buat adegan action dan mendebarkan(?) Dan juga maapkeun kalo Al bikin dikau menangis di malam minggu ini. Sejujurnya Al juga menangis karena niat untuk mengetik susah sekali dikumpulkan😢😢😢. Wkwk, btw thanks for reading, see you on next prolog~

  10. Si temsek salah team woyy!!!
    Ketika bang Kai menjadi hero buat Irene, aku jg mau dong diselametin dr monster. Btw, thinking about monster. WHY? WHY? WHY? it’s must snake, dr kesekian puluh hewan berdarah dingin. Why snake? Why rish? Why Al? Ular selalu mengingatkanku kepda orochimaru *apaandahini
    Aku tidak suka orochimaru. Oleh karena itu, I hate snake but I love snack

    note: My bias Wendy muncul lg, semua karakter baru yg bermunculan. Cuma Mark yg aku tahu, krna sering baca ff sama meme. Baca nih ff sambil ngepo-in karakter baru, ternyata umurnya jauh dibawah aku bahkn ada yg lbh 5 tahun. Setelah baca ff ini, aku mendapatkan pencerahan ternyata diriku sudah tua -_-“

    1. Baca Wings itu itu ada bisa ada kegunaan untuk menyadarkan umur ya, bisa gitu yak ternyata? 😂😂😂😂😂😂 Thanks for Reading Wings~

  11. deg degkan bacanya ya allah. untung kai dateng coba kalo engga irene udh di makan sma ulernya, trs ceritanya tamat/? loh he? wkwkwk canda (abaikan komen yg tidak ada berfaedah ini)

    semangat buat chap selanjutnya. fighting’^’)9

    1. Ya engga tamat toh le. Kalo tamat gimana?-.- ini aja masih prolog, prolog 3, part 1 lagi. Belum ceritanya-.- hahaha. Thanks for reading😋

  12. OMG,AKHIRNYA DIUPDATE JUGA LANJUTANYA. CIEEEE,MOMENT IRINE KAI MAKIN DEKET ANED CIEEE.
    ITU KAI DIEM DIEM PEDULI SAMPE NEKAT NOLONGIN IRINE CIEEE. OH DAKU SUKA CERITA INI . BANG JONGIN KAMU GENTLE SEKALIH BANG . AIHHHH

    DITUNGGU NEXT CHAPTER KAK ALTAIR DAN KAK IRISH ❤

    1. Iya dong, Kai gentle lah cem Al😂😂😂 Karakter Kai ini terinspirasi dari banyak karakter yang ada dan pemilihannya juga agak sulit but yeah. We did it! #doraeffect #apasih wkwk. Thanks for reading this Wings prolog😊😊

  13. DAN KAI MUNCUL, MCMC, BANG, ITU BUKAN TEAM LO WOY, NGAPAIN MASUK KE UJIANNYA TEAM IRENE /PLAKK/😂😂😂
    GPP DEH, YG PENTING IRENENYA SELAMAT,WKWKWK..😂😂
    DITUNGGU NEXT CHAPNYA KAK RISH, DAN (BG) AL..😆😆
    HWAITING!!

    1. Emang ye, otak Kai itu cem dengkul. Huahaha. Main masuk aje cem… Cem apa ya? Entahlah(?) Hahahaha. Anyway. Thanks for reading this Prolog. Ini hampir menjelang akhir prolog dari wings hehe. Ingetloh baru prolog huahahaha😂😂😂

    2. Cem. Ksatria baja Hitam nyelamatin putri-nya?/plakk/apa”an ini..😂😂
      Ngebaca kalo ini masih prolog dan Al ngakak, rasanya kok nyes sendiri. Ini prolog 3 part 1, berarti eki tebak ada part 2 nya sebelum chapter aslinya keluar(?)/plakk/😂
      Ditunggu next prolog nya~~~😁

    3. Sepertinya Al akan bersembunyi di Claris.-. Jangan salahkan Al ya kalo next prolog bakal bikin dikau senyum-senyum sendiri cem… (Ah… Sudahlah) 😂😂😂😂

  14. Sempat khawatir irene gak satu kelompok dengan kai. Tapi ternyata kai datang nyelamatin irene disaat irene akan diserang sama karai. Makin seru dan makin penasaran sama ceritanya 👍👍👍

  15. kyaaaa.. ceritany bner2 keren bgt… wlw kai kliatnny dingin bgt ma irene .. tpi mngkn kai ada prsaan ma irene.. ampe segitunya msuk arena nolongin irene… pdhl kn mreka gk sklompok… pdhl pas bcany udh deg2an bgt irene bkl kna serang karai… fyuuh… untung ada kai…
    buat al,, rilisny jgn telat2 yee.. biar kak irish gk ngomel2 ,, hehehe

    1. Iye siap siap. Ane janji sebagai dirut di tim ini #loh. Ane bakal lebih cepat untuk meriview dan menetapkan jadwal rilis😁😁😁😁 Thanks for reading^^

  16. Tuh kan, tebakanku bener irenenya nggk akan selamet. Tp untung kai muncul nyelametin irene. Btw, menurutku kok agak mirip2 sm anime yg prnh ku tonton stlah nemu kata ‘healer’, trus ada yg bagian nyerang n ngelindungi timnya. Trus, apa kai nggk apa2 bantuin tim lain? Kak Al sm Kak Irish buat aku kepo sm wings teruss nih… 😦
    Semangat trus nulis ff wings ini!!! Lanjutttt!!!💪💪💪👍👍👍
    *prolognya aja udah smpe 3 part…😶😃🙌*

    1. Percayalah, nggak cuma satu anime saja yang menggunakan kosa kata ‘healer’ 😥😥😥 dan untuk Kai, berdoa aja dia ga ketauan kepala sekolah pas nyelametina irene.-. Hehe, thanks for reading. Chap berikutnya adalah prolog terakhir dari wings^^

Pip~ Pip~ Pip~