[EXOFFI FACEBOOK] Pita Merah Muda – Oneshoot

Title : Pita Merah Muda

Author : Tatanie (@Tania_Asya)

Cast : Oh Sehun, A girl (you/reader)

Genre : Fluff, Romance

Rating : G

Disclaimer : I do not own the cast but the storyline pure mine.


.

Happy Reading

.

Oh Sehun adalah pemuda teraneh yang pernah kukenal dan aku punya alibi yang sangat cukup untuk menguatkan pernyataan barusan.

Pertama. Dia selalu manyantap kentang goreng dengan es krim dan es krim dengan saus sambal. Tanpa penjelasan, bahkan balita sekalipun pasti tahu bahwa es krim bukanlah pasangan yang serasi bagi saus sambal. Menurutku, saus sambal dan es krim—dia lebih sering menyantap es krim vanilla—adalah versi lain dari air dan api yang tak akan bisa bersatu. Tapi Oh Sehun justru melanggar hukum alam dengan menyatukan keduanya. Bukankah itu aneh, atau lebih dari aneh? Yang teraneh dari yang paling aneh.

Kedua. Dia tak pernah menaruh uang tunainya di dalam dompet—aku bahkan ragu dia punya dompet atau tidak. Dia selalu menaruh uang dalam saku celana belakang bagian kiri dan kartu ATM dalam saku depan bagian kanan. Aku sempat memprotes kebiasaan anehnya itu. Hei, tentu saja kartu ATM itu benda yang sangat penting. Dengan hanya menaruhnya di dalam saku celana, persentasenya hilangnya pasti meningkat berkali-kali lipat. Bagaimana jika benda itu hilang? Tentu saja itu akan sangat merepotkan. Tapi dengan ajaibnya, tak pernah sekalipun benda itu hilang.

Well, masih ada segudang fakta yang menunjukkan batapa anehnya seorang Oh Sehun. Akan menghabiskan seluruh hidup untuk membahas semuanya satu per satu—dan aku tak punya waktu seumur hidup hanya untuk menjelaskan keanehannya.

Tapi aku lebih aneh darinya. Jauh lebih aneh lagi karena aku terpesona olehnya.

Jangan tanya awal mula aku yang terpesona padanya; akupun tak ingat. Yang kuingat hanya Oh Sehun adalah tetangga baruku saat aku 10 tahun dan tahu-tahu aku sudah terpesona olehnya. Aku lantas bertransformasi dari anak ingusan yang gemar bermain tanah menjadi anak perempuan normal dengan gaun kembang motif bunga-bunga dan rambut berpita merah muda yang selalu berjalan di belakangnya hanya untuk menguntit. Saat aku berumur 13, aku tak lagi berjalan di belakangnya karena mulai saat itu aku selalu berjalan di sampingnya dengan dia yang menggenggam tanganku. Dan untuk seterusnya, tak ada orang lain yang boleh berjalan di sebelahku kecuali Oh

Sehun. Kata Sehun, aku memang sudah ditakdirkan untuk berjalan di sampingnya sambil menggenggam tangannya. Aku tahu aku hanya akan melihatnya, dan begitu pula sebaliknya.

Oh Sehun itu milikku dan aku milik Oh Sehun. Tak seorang pun dapat mengingkari itu.

.

.

“Sehun?”

“Hm?”

“Kau selalu menyantap es krim dengan saus sambal. Aku hanya ingin bertanya, apakah itu mengasyikkan?” Ia terlihat berhenti menyuapi es krim ke mulutnya dan menatap ke arahku dengan alis terangkat sebelah. Ah, aku tak begitu suka ekspresi itu. Dengan sekali tarikan napas, aku lantas meluruskan kesalahpahaman ini, “Well, maksudku apakah kau menikmatinya? Mengapa?”

Ia nampak berpikir sebelum menampakkan senyumnya yang —demi tujuh lapis bumi dan langit—sungguh meneduhkan. “Kau harus mencobanya. Ini lebih dari menyenangkan, terutama untukku. Kau tahu, aku bukanlah penyuka makanan manis. Tapi saus sambal sangat membantuku mengubah rasanya.”

“Aku tahu. Tapi rasannya agak ganjil. Kalau kau tak suka makanan manis, seharusnya kau tak perlu repot-repot memakan es krim itu.”

Ia tergelak ringan, menciptakan semacam garis yang melengkung di sisi hidung mancungnya. Bulan sabit menelan matanya.Kini dia terlihat 6 tahun lebih muda dari seharusnya. Aku terkadang heran, bagaimana bisa seorang pemuda 23 tahun terlihat seperti remaja 17 tahun dan aku yang masih 21 tahun bahkan terlihat seperti wanita karir di atas 25 tahun. Oh Sehun memang pelanggar hukum alam—meski tak dikehendakinya.

“Ini semacam toleransi. Sama seperti halnya saat kita berjalan beriringan. Kau tentu berusaha untuk mengimbangi langkahku dengan memperlebar langkahmu sendiri agar kita bisa berada pada garis lurus yang sama. Aku juga sedang melakukan hal itu saat ini. Agar tak seorang pun dari kita tertinggal di belakang atau terlalu maju ke depan.”

“Ah, begitu.”

“Hn.”

Aku sedikit tercenung dengan perkataannya barusan. Tak sekalipun aku pernah memikirkan hal itu. Aku memang bukan orang yang kritis. Aku lebih sering menganggap remeh hal-hal seperti itu. Tapi Sehun seakan melengkapi segala kekuranganku. Dengannya, aku menjadi lebih kritis daripada saat aku sendirian. Misalnya saja seperti membeli makanan ringan. Saat aku berbelanja sendirian, aku hanya akan mengangkut makanan kesukaanku dalam troli dan membayarnya di kasir. Tapi saat bersama pemuda itu, ia akan meneliti tanggal kadaluarsa, kandungan gizi, lemak, bahkan bahan-bahan pembuatannya.

Saat akan menggeser mangkuk es krim ku, tak sengaja aku melihat secarik kertas penuh warna yang terselip di balik mangkuknya. Segera saja kuraih kertas itu dan membacanya dengan penasaran. Kertas itu hanya seukuran kartu nama dan di selipkan di bawah mangkukku dengan double tape. Warna kertas itu bercampur-campur dengan gambar ceria di sana-sini.

Ternyata ini adalah hadiah karena aku adalah pengunjung ke sekian dari kedai es krim melegenda ini, betapa beruntungnya. Tapi apa hadiahnya? VOUCHER WISATA UNTUK DUA ORANG. Wisata. Dan aku bisa memilih sendiri tujuanku. Hanya satu tempat tujuan dengan waktu kunjungan satu minggu dan fasilitas lengkap gratis, hanya dalam kawasan Asia. Demi apapun! Ini lebih dari indah.

Aku bahagia, lebih dari bahagia. Tentunya aku tak bisa tak bahagia. Perutku tergelitik memikirkannya, tapi aku belum bisa tersenyum saking terkejutnya. Jantungku berdentum dahsyat dan darahku mengalir menuju pipi.

“Se-Sehun?” panggilku gagap, masih terlalu takjub akan kertas kecil di tanganku. Ini seperti mimpi. Aku bahkan tak pernah naik pesawat sebelumnya dan tahu-tahu kini aku mendapat sesuatu seperti ini, tentu saja aku takjub bukan main. Hei! Ini hebat sekali! “K-kau harus melihatnya. Ini keajaiban.”

Dia lantas mengambil kertas itu dalam diam. Matanya menyusuri baris per baris tulisan itu tanpa perubahan ekspresi apapun. Dan di akhir dia hanya tersenyum tipis sambil menyodorkan kertas itu padaku. Oh Sehun, seharusnya dia ikut bahagia. Itu adalah hadiah terindah yang pernah kuterima. “Beruntung sekali.”

“Tentu saja. Tanganku memang selalu mengalirkan keberuntungan. Ya Tuhan, aku sungguh bahagia.” Tak ingin terlalu sesumbar, aku menatap lekat-lekat kertas itu dan menekan kegembiraanku yang agaknya berlebihan. Belum tentu aku bisa pergi. Aku harus meminta izin ayah dan ibu. Dan sepertinya itu adalah hal yang cukup sulit dilakukan mengingat ayahku yang over protective, yang bahkan tak mengizinkanku menginap di rumah sahabat terdekatku. “Tapi… apa ayah atau ibu akan memberi lampu hijau?” gumamku lesu.

“Tapi Sehun. Kau punya tempat impian yang selalu berada di top list mu?” tentu saja setiap orang punya tempat impian, ‘kan? Akupun begitu. Tapi sayang, tempat impianku sungguh jauh bahkan dari Asia sekalipun. Yah, mungkin aku akan memilih Jepang jika lingkupnya hanya di Asia. Sepertinya Jepang itu cukup menggiurkan.

“Kalau aku, aku sungguh ingin ke Finlandia. Aku sungguh penasaran dengan sistem pendidikan di sana, keadaan alamnya juga. Tak tahu mengapa, Finlandia itu menyilaukan mataku. Bahkan keindahan Paris tak mampu menggeser Finlandia dalam daftar tempat impianku. Suatu saat aku harus datang ke sana. Tapi jujur saja aku sedikit ragu jika mengingat kemampuan Bahasa Inggrisku yang setara dengan pelajar Sekolah Menengah Pertama. Hah, seharusnya dulu aku mendengarkan Mrs. Jung saat menjelaskan. Penyesalan memang selalu datang di belakang. Ah aku melenceng jauh dari topik pembicaraan. …bagaimana denganmu Sehun? Dimana tempat impianmu?” jelasku dalam beberapa kali tarikan napas

“Rasanya aku ingin sekali ke gereja saat ini. Tapi sebelumnya aku harus mempersiapkan beberapa hal terlebih dahulu.”

“Eh? Gereja? Yaampun, kau sungguh religi—“

“Mungkin aku juga harus menjemput ayah dan ibumu serta ayah dan ibuku atau mungkin beberapa kerabat.” Senyum tipisnya berubah jadi seringai setan yang memabukkan. Ada apa denganmu, Oh Sehun. “Sepertinya juga aku harus menyiapkan beberapa hal penting lain—cathering, musik pengiring, busana, ornamen, interior—serta dokumen sebelum memasuki gereja. Merepotkan, tapi aku akan menyukai itu.”

“Hei! Kau tak butuh dokumen apapun untuk memasuki ge—“

“Tentu aku butuh dokumen-dokumen yang akan merubah margamu menjadi Oh. Hm, calon nyonya Oh?”

.

.

The End

.

.

Yosh. Semoga suka, reader-deul ^^ Sebagai author yang masih abal, Kritik dan Saran selalu diterima dengan senang hati XDD tanda keberadaan kalian adalah semacam napas buat author *cieileeeee XDD

Mampir yuk, ke WP pribadi author *evil laugh mwahahaha XDD ini dia:ladymilkyway.wordpress.com

2 tanggapan untuk “[EXOFFI FACEBOOK] Pita Merah Muda – Oneshoot”

Tinggalkan Balasan ke zulfa richa Batalkan balasan