[EXOFFI FREELANCE] Beautiful Nerd – Oneshot

[ONESHOOT] Beautiful Nerd

Title :

[ONESHOOT] Beautiful Nerd

Author :

Kusumaningpark99

Leght :

Oneshoot

Rating :

PG 17

Genre :

Romance, School Life, Hurt, Sad, Kekerasan (hanya bully) etc

Cast :

  • Park Hyojin (OC)
  • Kris Wu/Wu Yi Fan

Disclaimer :

Oneshoot ini murni karya saya, tidak ada unsur plagiat sama sekali. Saya terinspirasi dari MV Ailee I will Show You dan akhirnya jadilah Oneshoot abal ini. Hanya terinspirasi, dan ceritanyapun nggak sama, cuman cerita nerdnya aja yang sama. Sepenuhnya hasil pemikiran absurd saya, Oke.

Don’t Be A Plagiator~~

Don’t Be A silent Readers~~

 

Happy Reading~~

 

 

 

–Beautiful Nerd–

 

 

–All Author POV–

 

“dasar nerd tidak tahu diri, berani-beraninya dia menyatakan perasaannya pada Kris oppa. Bagai pungguk merindukan bulan saja, haha.” Cibir seorang siswi ketika melihat Hyojin berjalan melewatinya di tangga. Hyojin hanya berjalan sembari membenarkan kaca mata tebalnya yang melorot. Sebenarnya dia sungguh malu, sangat malu. Setiap harinya ia selalu mendapat cacian dari semua orang, tanpa terkecuali. Apa salah hidupnya jika ia mencintai seseorang dan menurutnya itu wajar saja bagi wanita normal sepertinya.

Semua orang menatapnya jijik, kata cacian sudah memenuhi telinga Hyojin hingga rasanya akan menulikannya. Berita tentang dirinya telah menyebar tanpa ada celah sedikitpun. Begitu menjijikkanyakah ia sampai-sampai menerima perlakuan begitu jahat dari mereka. Ia sadar, jika ia hanya gadis cupu tak berguna, tapi apakah sepantasnya ia menerima perlakuan seperti ini.

Berita yang dimaksud disini adalah ketika ia dengan beraninya menyatakan perasaanya pada sesosok sunbae yang begitu ia kagumi, Kris. Ia hanya mengungkapkan apa saja yang ada dihatinya. Walau semua orang bersorak menertawainya, ia tetap gigih pada pendiriannya untuk mengungkapkan perasaanya pada Kris.

 

–Flashback—

 

Semua siswa siswi di Hanguk High School berbondong-bondong berlarian menuju lapangan basket. Mereka akan menyaksikan suatu pertunjukan yang menurut mereka sangat langka dan patut untuk disimak dengan nyata. Kabarnya ada seorang siswi nerd dari kelas XI yang ingin menyatakan perasaannya kepada Kris, Si kapten basket yang sangat populer disana. Ini benar-benar pertunjukan yang sangat langka dan sayang jika tidak di tonton.

Seorang gadis berdiri menunduk di depan seorang pria yang masih memakai kaos basket dengan bunga mawar merah ditangannya. Ia tak berani menatap lelaki yang merupakan sunbae yang ia kagumi itu, ia hanya menundukkan kepalanya dengan keringat dingin keluar dari seluruh tubuhnya akibat gugup yang melanda.

Ia merutuki kebodohanya dalam hati, sebelumnya ia telah menguatkan tekadnya untuk menyatakan perasaannya seusai pertandingan basket selesai. Dan nyatanya yang terjadi sekarang, lidahnya kelu tanpa bisa mengucapkan satu hurufpun yang ia harapkan bisa keluar dari mulutnya. Ia melirik tatapan-tatapan tak percaya dari orang-orang yang mengerubunginya, itupun semakin membuat kegugupannya bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. Oh Tuhan, kuatkanlah aku, doanya dalam hati.

Dengan perlahan ia menengadahkan kepalanya menatap sang sunbae yang masih berdiri didepannya dnegan tatapan bingungnya. Deg, jantungnya seakan berhenti berdetak kala matanya bertabrakan dengan mata sang sunbae. Kupu-kupu berterbangan diperutnya dengan lincah, dadanya sesak karena sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Beginikah rasanya saat kau berhadapan dengan orang yang kau kagumi selama ini secara langsung.

Kris mengerutkan dahinya, apaa sebenarnya yang akan hoobae nerd ini katakan padanya. Ia mendapati hoobae ini memanggilnya seusai ia melakukan pertandingan dnegan teman satu clubnya. Ia yang penasaran akhirnya mendatangi sang hoobae yang terus menundukkan kepalanya semenjak tadi. Ia menunggu hoobae nerd itu mengeluarkan kalimat yang ingin ia katakan. Tetapi sedari tadi hoobae ini hanya terus menunduk tanpa bergerak sedikitpun, itu membuat Kris semakin heran.

Dengan tekat yang bulat meski dengan jantung yang berdegup keras, Hyojin menatap sunbae itu lekat-lekat. Sungguh dari jarak sedekat ini, sunbae itu semakin terlihat tampan dan membuat dada Hyojin semakin bergejolak tak karuan. Dalam hati, mimpinya adalah terbang bagai puteri bersama sang pangeran tampannya dengan mengendarai kuda sembrani.

Tapi, pikiran itu ia tepis kuat, terbang tinggi dan jatuh begitu saja akan membuatnya merasakan sakit yang teramat sangat. Dan itu yang sangat ia takutkan saat ini, ia takut jika sunbae idamannya ini akan menolaknya mentah-mentah dan semakin membuat hidup Hyojin terpuruk begitu dalam.

Ia tahu, banyak wanita lain yang menyukai sunbae idamannya ini dengan wajah yang lebih cantik dan tubuh yang lebih sexy darinya, dan itu membuat nyalinya seakan menciut untuk sekedar memikirkannya. Gadis cupu sepertinya tidak pantas sama sekali bersanding dengan seorang pangeran seperti Kris, sampai kapanpun itu.

Ia melihat sunbae itu mengernyitkan dahinya dengan keras, dan itu tidak membuat ketampanannya berkurang satu titikpun.

“S..Sun…Sunbae…..” bahkan memanggil nama sang sunbae saja sungguh sulit. Kris mengernyitkan alisnya menunggu kata selanjutnya yang akan diucapkan hoobae nerd ini.

“Kris Sunbae, maukah sunbae menerima bunga dariku? A…aku menyukai ani aku mencintai Kris sunbae sajak pertama kali melihat sunbae. Maukah sunbae menerima cintaku? Jika sunbae menerimanya maka terima bunga ini, tetapi jika sunbae menolaknya maka buang bunga ini.”

Masih dengan nada yang tergagap Hyojin berhasil mengungkapkan semua yang ada di dalam hatinya pada Kris yang menatapnya datar dan dingin. Semua orang yang menyaksikan pengakuan itu mengangakan mulutnya lebar-lebar. Bagaimana tidak? Seorang nerd yang terkenal akan dandanannya yang kampungan itu berani menyatakan perasaannya kepada seorang Kris Wu, si kapten basket yang sangat populer.

Apalagi para yeoja yang mengidolakan Kris, mereka berteriak tidak terima. Apa-apaan nerd sialan itu, pikir mereka. Hyojin kembali menunduk dalam sembari menutup matanya rapat, berharap ia tak melihat adegan yang Kris lakukan setelah ini untuk menjawab permintaan Hyojin.

Jangan tanyakan ekspressi Kris yang memang terkenal dengan gaya datar dan dinginnya itu. Ia menatap setangkai bunga mawar yang ada di tangan Hyojin. Semua orang menatap was-was kearah Kris, tidak mungkinkan seorang Kris yang tampan dan keren akan menerima seorang nerd yang kampungan seperti Hyojin, pikir mereka.

Hyojin berdoa dalam hati, apapun jawaban dari Kris ia akan mencoba menerimanya dengan hati lapang. Itulah konsekuensi yang harus ia terima jika ia ditolak Kris maupun diterimanya.

Tangan Kris telulur mengambil bunga dari tangan Hyojin, semua orang menatap setiap gerak-gerik Kris dengan seksama. Tidak ada suara riuh sama sekali kecuali suasana tegang yang ada.

Kris mengambil bunga dari tangan Hyojin dengan perlahan. Dengan gerakan cepat ia berjalan pergi melewati kerumunan yang mengerumuninya dengan Hyojin beberapa saat lalu. Semua orang menganga menatapnya, mereka penasaran apakah Kris menerima atau menolaknya.

 

–Flashback END—

 

Hyojin berjalan cepat melewati orang-orang sedang berbisik menggossipkannya. Ia berjalan menuju toilet, lalu berkaca pada kaca besar yang ada di toilet. Ia melepas kacamata dan rambut kepangnya dan melihat pantulan wajahnya pada cermin.

Matanya memerah, setelahnya berbulir-bulur airmata turun menjadi sebuah tangisan yang menyesakkan. Membayangkan seperti inikah hidupnya akan ia lalui dengan cacian dan makian yang semakin hari semakin menyakitkan hatinya.

“greegggg….” suara pintu toilet terbuka.

“WOW! lihatlah teman-teman, nerd tak tahu diri ini sedang berkaca melihat penampilannya yang sungguh kampungan.” Seorang yeoja berjalan kearah Hyojin dengan tawa yang terdengar mengejek. Ia bersama teman-temannya berjalan mendekati Hyojin yang mulai ketakutan.

“sepertinya kita harus mengucapkan selamat atas ketenarannya kali ini..” Hanseul nama yeoja itu, ia merupakan ketua geng wanita yang ada disekolah ini. Ia menarik dagu Hyojin dan menghadapkan wajah Hyojin yang bergetar kearah cermin dengan mencengkeram keras dagunya.

“uhh, kalau begini aku jadi ingin mempoles sedikit wajahmu dengan make up supaya terlihat lebih cantik. Yera, berikan padaku make up mahal itu, kita harus merias nerd kampungan ini menjadi putri yang sangat cantik jelita.” Hanseul memerintahkan salah satu teman gengnya, Yera yang sedari tadi membawa box make up. Ia kemudian tertawa sinis sembari berjalan menuju hanseul.

“ini Hanseul, kita memang benar-benar harus memoleskan make up ini kewajah si nerd kampungan tak tahu diri ini.” Hanseul menerima box make up dari tangan Yera lalu membukanya. Pertama ia memoleskan blush on berwarna merah muda ke seluruh wajah Hyojin. Setelahnya ia mengeluarkan lipstik berwarna merah menyala, lalu menggambari wajah Hyojin menggunakan lipstik tersebut.

Hyojin menjerit dan mencoba menghindar dari perlakuan Hanseul darinya, tapi apa daya ia hanya seorang wanita yang sangat lemah. Apalagi teman-teman Hanseul juga ikut andil membantu Hanseul.

“nah selesai, tinggal sentuhan terakhir….”

“Sora-ya bawa hadiah terakhir untuk putir cantik kita ini!”

Satu teman Hanseul muncul dari belakang Hyojin sembari membawa ember besar lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.

“byuuuuuurrrrr…..” malangnya nasib Hyojin, ia disiram satu ember penuh air.

“aigooo, baunya busuk sekali, sih. Apa yang kau masukkan dalam ember itu Sora?” Hanseul berpura-pura menutup hidungnya kala mencium bau tidak enak dari air yang disiramkan ke tubuh Hyojin. Teman-temannya pun ikut mengangguk sembari menutup hidung, ada juga yang belagak mau muntah.

“maaf, aku sudah merencanakan apa hadiah yang cocok untuk putri cantik kita hari ini. Jadi aku memberikan yang sangaaaat spesial yaitu, air pel dari toilet. Bagaimana? Mengejutkan bukan?” semua teman-teman Hanseul tertawa terbahak-bahak mendengar itu. Sedangkan Hyojin, ia menunduk dalam. Sungguh, ini sudah sungguh sangat keterlaluan.

“baiklah, teman-teman. Mari kita tinggalkan putri cantik kita ini, biarkan ia membayangkan hal yang tidak akan pernah mungkin akan ia dapatkan seumur hidupnya.”

Airmata Hyojin turun dengan derasnya. Dadanya terasa sesak, semakin lama semakin sesak. Ia tak tahu harus berbuat apa setelah ini. jika ia tak segera keluar maka ia akan ketinggalan pelajaran selanjutnya. Tapi, jika ia keluar dengan keadaan seperti ini ia pasti akan ditertawakan seisi sekolah.

Kepala Hyojin serasa berputar-putar. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Hatinya semakin bimbang memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah ini. Sementara bau busuk semakin menyengat hidung.

“apa yang harus kulakukan?” ucapnya dalam hati sambil sesekali mengusap airmata yang terus menerus turun.

“ya, aku harus tetap masuk karena aku tidak ingin nilaiku turun dan mengecewakan orang tuaku.” Hyojin mulai berdiri dan mengusap dengan kasar airmatanya, tentunya setelah membersihkan coretan Hanseul pada wajahnya dengan air.

Lututnya terasa melemas hanya untuk melangkah. Ia seperti tidak ada lagi tenaga untuk menuju kelas.

“ting…ting…ting..” bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah usai. Hyojin menguatkan tekad untuk apapun yang terjadi setelah ini.

Ia membuka pintu toilet lalu menegok ke kanan dan ke kiri. Mungkin, mereka sudah masuk kelas masing-masing.

Ia berjalan dengan perlahan menuruni tangga menuju kelasnya yang ada di lantai 2. Ia berjalan menunduk dalam, sembari mencengkeram keras ujung bajunya yang basah.

Beberapa menit kemudian ia telah sampai di depan ruang kelasnya. Tak tahu maksudnya, tiba-tiba jantungnya berdebar keras merasakan gugup yang melanda.

Ia bimbang untuk masuk ruang kelasnya. Terlintas bayangan teman-teman satu kelasnya mengejeknya habis-habisan. Dia memejamkan matanya rapat-rapat meyakinkan hatinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Ya dia harus masuk sekarang juga.

“ceklekkk…” pintu kelas terbuka, semua tatapan mata tertuju pada orang yang akan memasuki ruang kelas tersebut.

“1…2…3…”

“haha lihatlah itik buruk rupa sudah datang. Aish, sudah buruk rupa masih saja membawa bau busuk menyengat seperti air got. Dasar…” teriak seorang siswi dengan suara keras. Selanjutnya disusul suara gelak tawa yang memenuhi ruang kelas tersebut.

Hyojin berjalan perlahan menuju bangku miliknya yang berada di pojok belakan kelas sebelah kiri. Setiap langkah yang ditempuh Hyojin selalu disertai tatapan mengejek dari semua teman satu kelasnya.

“apa kau baru saja mandi dengan air got di toliet? Sungguh baumu sangat busuk, sana pergi dari sini!.” Seorang siswi yang berada di depan bangku Hyojin meneriaki Hyojin sembari menutup hidungnya karena mancium bau busuk dari tubuh Hyojin.

“deggg…” bukan hanya kali ini ia menerima cacian dari teman-temannya. ini sudah kesekian kalinya, ia mendapatkan kata-kata cemooh dari orang-orang. Namun, ia mencoba menguatkan hatinya dan tidak pernah berputus asa karena itu semua.

“ceklekkkk…” pintu terbuka kembali memunculkan seorang siswa berpakaian rapi dengan membawa satu lembar kertas.

“perhatian untuk semua teman-teman. Hari ini kita pulang lebih awal karena akan ada rapat guru. Jadi aku harap kalian dapat berhati-hati saat perjalan pulang. Gamsahamnida atas perhatiannya.” Kata Jinki, selaku ketua kelas tersebut lalu membungkuk sopan.

“yeyy….” semua bersorak kegirangan, saatnya hari bebas.

“fiuhh…” Hyojin membuang nafas lega. Mungkin ini salah satu keberuntungan yang di berikan Tuhan padanya. Hyojin memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, teman-temannyapun juga melakukan hal yang sama.

Satu persatu teman-teman Hyojin telah keluar meninggalkan kelas. Kini hanya tersisa Hyojin seorang yang sedang duduk melamun di bangkunya. Entah apa yang ia pikirkan, pikirannya melayang kemana-mana tanpa ada tujuan.

Tiba-tiba Hyojin teringat, hari ini ia harus membantu ibunya di Cafe. Maka, ia cepat-cepat menenteng tas punggungnya dan berjalan menuju toilet untuk berganti baju.

      Ia berjalan ke lokernya dengan langkah biasa. Semua murid telah pulang sehingga sekolah kini sepi. Ia membuka lokernya dan mengambil satu setel pakaian, celana jeans dan kaos putih beserta cardigan tak lupa sebuah topi berwarna abu-abu.

Kakinya berjalan mengitari koridor sekolahnya yang cukup panjang menuju toilet siswa di lantai 3. Sesekali pandangannya menelisik keberbagai tempat. Satu persatu tangga ia naiki hingga sekarang sampailah ia di depan toilet wanita.

 

 

Seusai kegiatan mandinya, Hyojin keluar dari toilet membawa pakaian kotornya yang sudah ia masukkan ke dalam kantong plastik. Langkahnya kembali ia rajut menaiki tangga terakhir dari sekolahnya, yaitu bangunan paling atas. Ia memang sudah biasa dengan kesendiriannya di sekolah ini, tidak ada satupun yang mau berteman dengannya, jangankan berteman mendekat saja tak mau.

Mereka mendekati Hyojin jika membutuhkan bantuan mengerjakan soal ataupun tugas. Itupun terpaksa karena sebagian besar memang selalu Hyojin yang telah menyelesaikan tugas, Hyojin adalah siswi berbakat. Ia menghela napas ketika mengingat kejadian hari ini, seberapa kuatpun ia, ia hanyalah wanita lemah.

Tangannya memegang knop pintu lantas membukanya. Ia berjalan dengan tangan menenteng baju seragam kotor. Plastik berisi baju kotor itu ia letakkan di dekat pintu dan kembali berjalan kearah pagar atap sekolahnya. Ia memejamkan matanya menikmati angin semilir yang membelai wajahnya serta menerbangkan beberapa helai rambutnya.

Sungguh menyegarkan pikirannya yang saat ini panas. Ia tersenyum, saat seperti inilah ia merasakan sebuah kehidupan yang nyata. Tangan kurusnya menyagga tubuhnya, lama ia meresapi kesegaran angin semilir yang baginya membawa sedikit rasa hidup dalam dirinya.

Tidak ada kata bahagia dalam dirinya, semua begitu membuatnya tertekan dan blank akhir-akhir ini. Dimulai dari ayahnya yang menelantarkannya dan ibunya demi wanita muda itu, istri baru ayahnya. Cemoohan teman-temannya, dan masih banyak lagi. Ya, dulunya ia memang bukan gadis cupu seperti ini, namun sekarang ia telah berubah, ia bukan siapa-siapa lagi.

Ayahnya telah mengusir ia dan ibunya tanpa belas kasih, ia bahkan sepeserpun tak memberinya uang. Alhasil ia dan ibunya harus terlunta-lunta menjalani hidup, dengan sisa tabungan yang ibunya miliki itu hanya cukup untuk menyewa sebuah rumah kontrak plus Cafe kecil di pinggiran kota.

Ia menghela napas cukup kali ini ia berhubungan dengan orang-orang, ia trauma. Sekarangpun ia menjadi antisosial, dan tidak mau berhubungan dengan siapapun kecuali ibunya. Ia hendak turun dari pagar itu, namun seseorang menahannya dari belakang. Ia lantas menoleh kearah orang itu dan terbelalak.

“sunbae?” ia tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Kris dengan tampang datar nan dinginnya mengikuti kegiatan Hyojin barusan. Hyojin tidak percaya jika yang berdiri di sampingnya kini adalah Kris, sunbae yang ia kagumi.

“tidak salah. Udara disini memang menyegarkan.” Entah apa yang dipikirkan Kris saat ini, namun ia merentangkan tangannya sembari memejamkan mata. Melihat itu Hyojin ikut kembali pada kegiatannya semula. Setelah berdiam begitu lama, Kris membuka suara diikuti helaan napas.

“kenapa kau tidak melawan mereka?” masih dengan nada dingin, namun kali ini ia menoleh kearah Hyojin. Hyojin menatapnya tak mengerti dengan maksud Kris, lantas mengernyitkan dahi bingung.

“aku melihat kau di Bully oleh Hanseul dan teman-temannya.”

“tidak, aku tidak ingin berurusan dengan mereka. Terserah mereka mau apa, bahkan jika mereka mau membunuhku aku tak apa-apa.”

“kenapa kau seperti menyerah pada kehidupan?”

“hem, tidak. Hanya saja aku merasa aku sudah tidak hidup lagi.”

“jadi kau pikir dirimu itu mati?” Hyojin mengangguk pelan. Tatapannya tak teralihkan dari langit biru dan putih di atasnya.

“pikiran macam apa itu? Kau pikir hanya dirimu yang menderita di dunia ini?”

“tidak tahu, mungkin aku salah satunya yang paling menderita.” Mereka terdiam cukup lama hingga suara Hyojin menginterupsi.

“sepertinya aku harus pergi sunbae, permisi.” Hyojin hendak melangkah meninggalkan Kris, namun tangannya ditahan. Ia menatap Kris bertanya, apa maksud dari Kris.

Kris mendekatkan wajahnya pada Hyojin, melihat itu Hyojin gugup dan entah kenapa jantungnya berdebar keras. Ia bahkan mencium bau mint dari nafas Kris yang mengenai kulit wajahnya, sudah ia pastikan kini wajahnya memerah padam. Semakin dekat, mungkin hanya sekitar 1cm jarak yang tercipta.

 

‘cupp….’

Entah dorongan darimana, kini bibir Kris telah benar-benar menempel di bibir tipis Hyojin yang membelalakkan mata bulatnya. Sepersekian detik hanya menempel namun beberapa detik kemudian bibir Kris bergerak menyapu bibir Hyojin dengan intens dan lembut.

Kegiatan itu berlangsung lama, Hyojin telah menutup matanya begitupun juga Kris. Tidak ada niatan sama sekali untuk melepas kontak itu baik dari Kris maupun Hyojin. Mereka masih tetap pada posisi Kris menghimpit Hyojin pada pembatas pagar, tanpa ada pergerakan.

      Beberapa menit kemudian Kris melepas kontak mereka dengan menjauhkan wajahnya dari wajah Hyojin. Hyojin tersadar dan sedikit menjauh dari Kris. Ia tak percaya akan apa yang Kris lakukan padanya, ia menatap Kris dengan senyum kecut. Ia tahu Kris hanya ingin membuatnya melambung lalu kemudian menjatuhkannya tanpa penyesalan, ia tahu semua itu.

      Ia hendak pergi meninggalkan Kris lagi namun Kris menahannya dengan memeluknya dari belakang, Back hug. Ia kaget, apa maksud ini semua? Apakah Kris ingin mempermainkan perasaan Hyojin?. Ia berniat melepaskan pelukan Kris namun dengan keras Kris semakin mengeratkan pelukannya.

Ia tidak tahu, apa arti dibalik ini semua. Setetes air mata meluncur dari mata bulat Hyojin, entah ia juga tak tahu alasannya. Tubuh tinggi Kris menyender pada Hyojin, bahkan Kris menciumi leher Hyojin.

Ia membalikkan tubuh Hyojin untuk menghadap kearahnya. Ditatapnya wajah Hyojin yang tak berbalut kacamata seperti biasanya dengan dalam seolah menyalurkan ketulusan di dalamnya. Ibu jarinya membersihkan airmata Hyojin dengan lembut. Melihat itu Hyojin terkesiap, jantungnya tak terkendali. Kris benar-benar menghancurkan niatannya untuk menjauhi Kris mulai saat ini, ia tak mau lagi diganggu siapapun.

“aku juga mencintaimu.” 3 kata itu meluncur dari bibir Kris dan dengan kesan tulus tanpa ada nada main-main. Hyojin belum mencerna apa arti kalimat barusan, ia hanya menatap kosong kearah Kris. Kris mengambil sesuatu dari saku celananya dan memberikannya pada Hyojin. Mawar merah, persis seperti bunga yang telah Hyojin berikan padanya. Sedetik kemudian ia merengkuh Hyojin kedalam pelukan hangatnya setelah Hyojin menerima bunga itu.

Hyojin berdiri kaku, masih belum menyadari ini semua. Tangannya masih diam disisi tubuhnya dengan setangkai bunga mawar. Tak berselang lama tangannya ikut membalas perlakuan Kris. Kris melepaskan pelukannya namun sedetik kemudian ia kembali menempelkan bibirnya pada bibir tipis Hyojin, dan tangan kirinya memegang tengkuk Hyojin sedangkan tangan kanan ia letakkan pada pinggang ramping Hyojin.

Kali ini Hyojin membalas ciuman Kris dengan mengalungkan tangannya pada leher Kris. Menyalurkan perasaan terbalas yang selama ini ia pendam sendirian, seorang diri. Ia tak peduli jika Kris hanya mempermainkannya, dengan begitu jika Kris benar-benar mempermainkannya ia akan pergi sejauh mungkin dari jangkauan Kris untuk selamanya.

Kris melepaskan kontak itu dan memandang Hyojin dengan lekat. Meneliti setiap inci wajah Hyojin, tak bisa dipungkiri dibalik kacamata besar yang selalu menghiasi wajah Hyojin di sekolah, tersimpan wajah cantik nan indah yang belum terjamah siapapun kecuali Kris dan orang-orang yang Hyojin kenal sebelumnya.

Bibir merah muda alami, mata bulat, hidung mancung, dan pipi tirusnya. Kris tersenyum untuk pertama kalinya, dan hanya untuk Hyojin seorang. Bahkan mungkin hanya Hyojin yang pernah melihatnya, karena ia selalu menampilkan wajah datar super dinginnya pada setiap orang. Tangannya terulur untuk membelai wajah Hyojin lembut, Hyojin menghentikan perlakuan Kris dan menatapnya.

“aku tidak tahu jika ini semua hanya permainan sunbae atau memang tulus. Namun, jika ini hanya sebuah permainan yang sunbae buat, lebih baik sunbae melepaskanku dan membiarkan aku pergi dari sisi sunbae untuk selamanya karena….” belum sempat Hyojin melanjutkan kata-katanya Kris sudah menghentikannya dengan meletakkan jari telunjuknya pada bibir Hyojin, lantas berkata.

“apa aku terlihat main-main dengan semua ini?” Hyojin menggeleng entah menjawab jika Kris tidak terlihat sedang main-main atau tidak tahu maksud dari perbuatan Kris.

“apapun yang terjadi, kau akan tetap menjadi kekasihku!” dengan mantap Kris meyakinkan Hyojin dengan ucapannya. Hyojin seperti terhipnotis hanya menganggukkan kepalanya mengerti.

“aku menerimamu apa adanya. Bahkan aku mencintaimu jauh sebelum kau menyatakan perasaanmu padaku waktu itu.” Kris memegang bahu Hyojin lalu menarik tangannya. Mereka keluar dari atap sekolah menuju keluar sekolah.

      Mereka telah sampai di parkiran yang hanya terdapat sebuah motor sport hitam milik Kris. Hyojin menunduk, ia takut jika ada yang melihat ia digandeng Kris seperti ini. Kris berhenti dan memberikan sebuah helm pada Hyojin yang langsung memberinya tatapan bingung.

“kuantar ke Cafe. Pakai dan naiklah ke motorku!” tidak ada nada dingin dari ucapan Kris yang ada hanya kelembutan disetiap kata. Tanpa menunggu jawaban Hyojin Kris telah siap menaiki motornya disusul Hyojin yang berdiri kaku.

“ayo!” mendengar suara Kris, Hyojin langsung menurutinya. Tidak merasakan apapun pada pinggangnya, Kris menebak jika Hyojin tidak berpegangan. Tangannya menggapai tangan Hyojin dan melingkarkannya pada pinggangnya.

Hari sudah malam, sekarang waktu telah menunjukkan pukul 9 malam. Hyojin sudah membantu ibunya membereskan barang-barang dan berniat untuk pulang. Seusai Kris menghantarnya sampai di depan Cafe dengan senyuman, ia tak berhenti memikirkan semua perlakuan Kris. Bahkan ia hanya melamun sampai di kegetkan ibunya yang heran melihatnya melamun tak jelas.

Ia sudah keluar dari Cafe dan menunggu ibunya menggembok pintu Cafe. Ia menarik lengan ibunya lantas mengutarakan kebahagiaan yang baru saja hinggap pada hidupnya.

“eomma, hari ini aku sungguh bahagia.” Ia memulai curhat, ibunya tersenyum melihat senyum bahagia menghiasi wajah putirnya yang selama ini selalu murung.

“eomma tahukan? Sunbae yang kukagumi itu mengatakan kalau ia juga mencintaiku. Namun hatiku bimbang, aku takut jika ia hanya mempermainkanku seperti appa mempermainkan eomma.” Ibu Hyojin mengelus kepala Hyojin yang telah bersandar pada bahunya.

“setidaknya aku ingin merasakan kebahagiaan setelah semua penderitaan ini eomma. Jika pun Kris sunbae hanya mempermainkanku, aku akan dengan ikhlas pergi darinya.”

“apa yang kau katakan? Itu bukan sebuah permainan Hyo, aku melihat ketulusan dimatanya.”

“eomma pernah bertemu dengannya?”

“pernah, sering malah. Tanpa kau ketahui ia sering datang ke Cafe dan menanyaiku tentangmu, ia menyuruhku merahasiakannya darimu. Dan aku tidak melihat sama sekali sebuah ketidak jujuran darinya saat ia mengatakan padaku bahwa ia juga mencintaimu.” Perkataan ibunya membuat Hyojin tertegun. Jadi selama ini Kris sunbae benar-benar sudah mencintainya jauh-jauh hari?.

“dan ibu mengatakan semuanya tentangku padanya?” ibunya mengangguk mengiyakan.

“ia bahkan tak terlihat begitu datar dan dingin seperti yang kau katakan sebelumnya. Ia pendengar yang baik dan ya seperti itulah.” Ibu Hyojin berhenti tepat di depan sebuah pintu, pintu rumah mereka. Memang rumah Hyojin dan Cafenya tidak terlalu jauh, jadi hanya butuh beberapa menit untuk menempuhnya.

Ia membuka pintu dan berjalan memasuki rumah diikuti Hyojin di belakangnya lantas menutupnya. Ia memakai sandal rumahan dan menuju ke kamarnya yang tidak terlalu besar, rumah itu hanya rumah sederhana yang dikontrakkan sepupu ibu Hyojin.

Ia memasuki kamarnya dan menutupnya pelan. Kakinya berjalan menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya disana. Ia menatap langit-langit kamarnya menerawang, jadi Kris benar-benar mencintainya jauh sebelum Hyojin mengungkapkan perasaan padanya?.

–Keesokan harinya di Hanguk Highschool–

 

      Hyojin berjalan dengan menunduk menuju kelasnya. Ia heran, tumben sekali sekolah masih sepi tidak seperti biasanya. Biasanya banyak siswa-siswi yang belalu lalang di setiap koridor entah bergosip ataupun membicarakan soal pelajaran. Mata Hyojin tak teralihkan dari lantai, takut-takut jika bertemu senior seperti geng Hanseul yang selalu membulinya di setiap waktu.

      Langkah kakinya terhenti ketika mendengar keramaian, kalau tidak salah di mading sekolah. Ia mendongak, sedikit penasaran dengan apa yang terjadi pagi-pagi begini. Seseorang melihat Hyojin yang berdiri tak jauh dari kerumunan.

“lihat! Nerd tak tahu diri datang!” orang itu berteriak sontak membuat pandangan kerumunan itu menoleh kearahnya dengan berbagai macam ekspresi. Mereka menghujani Hyojin dengan tatapan membunuh sekaligus jijik, Hyojin juga tak terlalu peduli karena sudah makanan sehari-hari baginya.

Gerombolan itu terpecah menjadi dua setelah beberapa siswi keluar dari gerombolan itu. Hanseul dan teman-temannya menatap Hyojin seperti tatapan Psycopat yang siap membunuh maupun menguliti Hyojin. Dengan langkah lebar mereka Hanseul, Yera dan Sora menghampiri Hyojin.

‘akhhh..’ teriak Hyojin kesakitan kala Hanseul dengan sadisnya menjambak rambutnya kasar.

“sakit sunbae!” Hyojin memohon pada Hanseul untuk melepaskan jambakannya namun yang didapat malah kebalikannya, Hanseul menarik rambut Hyojin lebih kasar.

“terima ini jalang, kau penggoda menjijikan!” seolah merebut miliknya yang berharga, Hanseul meneriaki Hyojin tepat di depan wajahnya.

“kau berani-beraninya merebut Kris dariku. Kau menggoda Kris dengan tubuhmu? Dasar jalang!” Hanseul melepas kacamata Hyojin dan kucir yang dipakai Hyojin dengan kasar. Semua menatap Hyojin tekagum, ternyata dibalik kacamata Hyojin tersimpan wajah cantik nan indahnya.

‘plaaakkkkk……..’ tak terima hanya dengan menjambak Hanseul juga menampar Hyojin hingga pipi Hyojin memerah padam. Hyojin tidak melawan, ia hanya meringis menatap mereka. Tidak ada satupun yang berbicara, Hyojin berharap ada yang menolongnya namun itu sebuah kemustahilan.

Tangan Hanseul terkepal dengan wajah memerah padam, cemburu. Ia tak mengerti mengapa Kris menolaknya dan malah memacari nerd jalang seperti Hyojin. Kembali lagi, tangan Hanseul sudah hampir mendarat untuk kedua kalinya dipipi Hyojin namun,…

“hentikan!!” seseorang menahan tangannya dan mencengkeramnya kuat. Dengan tatapan marah dan dinginnya orang itu menatap Hanseul dengan napas tak beraturan.

“Kris!” Hanseul membeku, Kris berada di depannya dengan kilatan marah. Kris menghempaskan tangan Hanseul kasar lalu menarik Hyojin untuk berdiri, Hyojin tersungkur kala Hanseul menamparnya tadi.

“tutup mulutmu! Aku tak mengerti dengan isi otakmu itu, kau menyebut Hyojin jalang? Sedangkan kau sendiri apa? Hyojin tak pernah menggodaku seperti yang kau katakan..” Kris mencoba meredam amarahnya yang rasanya sudah mencapai ubun-ubun.

“kau tidak lihat? Kau sendiri mengemis padaku memintaku menjadi pacarmu dengan iming-iming kau akan menyerahkan segalanya padaku, termasuk tubuhmu.” Semua mata menatap Hanseul tak percaya, jadi disini yang jalang penggoda itu Hyojin atau Hanseul?.

“apa? Jangan mengada-ada Kris, aku tidak semurahan itu. Dan kau dengan begitu menjijikannya memacari nerd ini, sungguh tak bisa dipercaya.” Berkata seolah yang dikatakan Kris adalah suatu kebohongan, ia dengan sombongnya melipat tangannya sembari menatap Hyojin sinis.

“baiklah, kau perlu bukti apa? Seseorang selain aku yang melihat kelaukanmu itu? Oke, Kai kemarilah!” Kris memanggil Kai, temannya.

“malas juga aku berurusan dengan jalang tak tahu diri ini. Jadi kau mau bukti kalau kau menggoda Kris dengan begitu murahannya? Baiklah.” Kai mengeluarkan ponsel dari kantong celananya lantas menunjukkan sebuah video pada Hanseul. Hanseul melotot begitu juga dengan gerombolan itu, mereka menatap Hanseul lebih jijik ketika melihat video Hanseul menggoda Kris dengan baju yang hampir ia buka.

Video itu diambil diam-diam oleh teman-teman Kris di club malam tempat janjian Hanseul dan Kris, tentu tanpa sepengetahuan Hanseul, ini semua adalah rencana Kris. Dengan geram Hanseul membanting ponsel itu lalu menginjak-injaknya dengan sadis. Ia malu, terlihat dari wajahnya yang memerah bercampur malu dan marah. Melihat tatapan intimidasi dari setiap orang disana, ia berniat balas dendam.

“hah, aku hanya akan menanyakan ini sekali. Apa kau benar-benar mencintai nerd ini atau hanya mempermainkanya? Jawab Kris!” ia berteriak kearah Kris namun Kris tak gencar sekalipun.

“apa kalian butuh bukti, jika aku benar-benar mencintai Hyojin? Baiklah aku akan membuktikannya, dan camkan baik-baik, jika ada yang berani mengganggu Hyojin lagi kalian akan merurusan denganku!”

Semua pasang mata membelalakkan matanya melihat adegan itu, sedangkan mulut mereka menganga lebar. What The Hell? Kris mencium Hyojin tepat di depan mereka. Bahkan Kris menarik tengkuk Hyojin untul memperdalam ciuman mereka. Jadi benar, jika foto-foto yang ada di mading itu adalah Kris yang tengah mencium nerd, Hyojin. Beberapa siswi disana seperti tidak terima dengan semua ini, tapi dikembalikan lagi pada Hyojin yang tidak seburuk rupa yang mereka pikirkan. Perasaan bersalah mulai bersarang, mereka terlalu jahat memperlakukan Hyojin seperti itu.

–END—

 

      Akhirnya end juga Oneshoot ini. Huh, butuh perjuangan juga, oneshoot ini sudah terbengkalai ditengah jalan selama berbulan-bulan gara-gara ideku tersumbat. Namun dengan segenap jiwa dan raga, aku selesaikan dalam sekali napas. Hari ini, pas aku lanjutin Oneshoot ini aku juga lanjutin Drabble aku yang juga mogok ditengah jalan. Entah mimpi dari mana dan selesailah Oneshoot ini, tepuk tangan dong!#apalah#. Tak mau berbasa-basi cukup lama, sekian persembahan dari saya. Mohon Komennya untuk semua readers yang baca, aku sangat menantinya dengan segala kelapangan dada.

–Thank You—

–See You Later–

 

7 tanggapan untuk “[EXOFFI FREELANCE] Beautiful Nerd – Oneshot”

  1. Wahhh bagus kak, aku suka
    Huft..ternyata kris juga mencintai hyojin
    Tpi knapa waktu d lapangan basket dia malah lari and knapa gx dsitu aja klo dia trima bunganya?

Pip~ Pip~ Pip~