Candy Sour

2013-06-23-21-11-46_deco

Tittle : Candy Sour

Author : chabaronim

Length : Oneshoot

Genre : Teenager Life, School Life, Comfort, Friendship, Romance(perhaps)

Rating : PG

Main Cast : Wu Yi Fan,  Song Eun Fei (OC)

Other Cast : Jo Ha Min (OC)

a/n heyooo~  jangan bosen bosen ya sama author ini ahihiw~

RCL yaawss~

ENJOY IT~~~

Seorang gadis tengah berlari menahan dan melawan hantaman arah mata angin. Tak peduli banyak pasang mata memandangnya, tak peduli seberapa cepat berlarinya, ia menerobos tanpa henti.

Apa yang ia lakukan?

Tentu saja menghindari amukan sang guru yang akan menyerupai siluman berwajah merah, bertelinga lebar dengan gelang kuningan kecil yang melekat di lubang hidungnya jika ia tak segera sampai di gedung tempatnya menimba ilmu, sekolah.

“Hhhhh… Hhhh…” Ia berhenti tepat beberapa meter di depan pagar gerbang bangunan itu. Hanya kurang sejengkal saja petugas keamanan yang bertugas sudah menutupnya dengan rapat. Hampir saja.

“ANDWAEEEEEEEE!!! GEUMANHAE AHJUSSI!!!”

Ia berlari berebut memegang dan menarik pagar gerbang sekolahnya.

“Aish. Kau lagi? Cepat masuk. Aku sudah muak melihat wajahmu setiap hari.” Tegur sang petugas yang hampir setiap hari berdengung di telinga sang gadis.

“Gomawo”  Ia pun tersenyum sumringah menunjukkan deretan giginya yang rapi dan berjalan sedikit melompat, tanpa wajah bersalah.

***

Ia berjalan mengendap endap layaknya seorang harimau kelaparan yang akan memangsa buruannya saat melewati gurunya yang sedang menulis di papan, kemudian ia berlari kecil menuju tempat duduknya.

Brek.

Fooh…

Ia melepaskan lelahnya sesaat ketika menjatuhkan bokongnya di bangkunya.

Baru ia bernafas lega, ketika tiba tiba nafasnya tercekat karna panggilan sang guru.

“Terlambat lagi, eoh?” Sindir gurunya masih setia menulis di papan.

“M-Mi-Mianhae Seongsaengnim” Gadis itu berdiri dari tempat duduknya kemudian membungkuk hormat walau sang guru masih membelakanginya.

Sang guru pun berbalik menatap lekat lekat manik mata gadis itu.

“Kali ini apalagi alasanmu, eoh?”

“Ah mianhamnida Jung seongsaengnim, tadi saya harus membantu nenek nenek di jalan menyebrang.” Ia menangkupkan kedua tangannya di depan wajahnya merasa bersalah akan yang diperbuatnya.

“Arrasseo. Kerjakan soal di papan, soal itu telah kusiapkan khusus untukmu.” Guru itupun memutar bola matanya kesal dan pandangan akhirnya tetap tertuju pada gadis itu.

“Jinjja? Ah~ gomawo Jung-ssi, tapi kau tidak perlu repot repot seperti itu” Gadis itu tersenyum menampakkan eyesmile khas hanya miliknya.

“SONG EUN FEI!!!!” Kedua tangan Sang guru itu telah dilipat di depan dada, menunjukkan bahwa ia sedang di antara ambang batas kesabarannya.

“Ah Ne Saeng, jweosonghamnida. Akan saya kerjakan.” Gadis itu mengucurkan keringat dingin di sekitar pelupuk pelipisnya.

‘Eothokkae?’ Batin gadis itu.

“Pssst… Psst… Kkamjong, eothokkae?” Gadis itu menghardik bahu namja sebelahnya hendak meminta bantuan.

“Eh? Mwolla.” Pria yang disebutnya kkamjong itupun mengangkat punggungnya tak mengerti.

“Nona Song! Apa yang kau lakukan?!” Bentak Tuan Jung dari kursi guru kehormatannya.

“Jweosonghamnida Jung seongsaengnim. Geundae, aku tak bisa mengerjakannya.” Gadis itu menggaruk garuk tengkuknya cengegesan tanpa ada rasa cemas sedikitpun.

“Keluar.” Lirih guru bermarga Jung itu menahan habis kesabarannya.

“Ne?” Gadis itu mempertajam telinganya.

“KELUAR KUBILANG!” Pekik gurunya yang telah habis kesabaran.

“Ah-Ne.” Jawab gadis itu santai kemudian melalui guru itu seolah tak pernah terjadi apa apa.

***

Suasana di Sekolah Menengah Atas itu gaduh sesaat setelah bel istirahat dibunyikan.

Dari sana sini di sekitar kantin sekolah itu terdengar dengungan para gadis maupun lelaki remaja yang sedang sibuk dengan urusannya masing masing. Beberapa dari mereka ada yang bergosip ria, bercanda gurau, tak terlewat percakapan antar sahabat seperti…

“Sekarang apa lagi Fei? Apa kau tak jenuh keluar masuk kelas terus? Aku tak habis pikir. Nilai ujianmu selalu berada di peringkat teratas, tapi kelakuanmu… Ah! Bahkan kau tak bisa menjawab soal di papan setiap kali seongsaengnim menghukummu.” cerocos seorang gadis tanpa henti saat menasihati sahabat karibnya, namun sang sahabat hanya menghardikkan bahunya tak peduli.

“Kau masih menjadi loper koran?” Tanya gadis yang merupakan sahabat dari seorang yang disebut sebut ‘Fei’ itu.

“Hm.” Gadis bernama Fei itu hanya menjawab sekenanya dengan deheman.

“Aigoooo… Kau ini! Aku tak habis pikir, Kau ini seorang Song Eun Fei. Pewaris tunggal Song corporation mau menjadi loper koran? Memangnya kau mencari apa? Bahkan aku yakin uang sakumu lebih banyak berkali kali lipat daripada gajimu sebagai loper koran selama setahun.” Omel sahabatnya dengan kedua tangan di pinggang.

“Ah. Sudahlah Jo Ha Min. Aku akan menraktirmu jika kau diam. Kau ini cerewet sekali.” Gadis itu hanya merespon dengan mengaduk aduk orange juicenya yang sudah tak dingin lagi.

“Jinjja? Ah. Kau selalu tau kelemahanku Fei. Tapi belakangan ini kulihat kau sering murung. Wae?” Tanya gadis bernama Min itu meneliti wajah sahabatnya.

“Apakah wajahku sebegitu mudahnya ditebak?” Balas gadis bernama Fei itu singkat dan dijawab dengan anggukan singkat oleh Min.

“Kau tau berapa hari lagi sunbaenim kita semua lulus?” Tanya Fei menatap Min sendu.

“Tentu saja! Aku kan anggota organisasi siswa, mana mungkin tak tau. 17 hari lagi kan? Aish kau ini. Memangnya kenapa?” Balas Min panjang dengan hanya satu tarikan nafas.

“Wu Fan Sunbae…” Gumam Fei tak jelas, namun dapat di dengar dengan jelas oleh Min.

“Apa?! Wu Fan? Kau serius? Jadi selama dua tahun ini kau masih menyukainya?! Kau gila?! Dia bahkan tak mengenalmu!” Ujar Min retoris.

“Hm. Aku bukan seorang gadis cantik dan stylist sepertimu Min. Kau cantik, baik, anggota organisasi, dan kau memiliki segalanya.” Ujar Fei tulus dengan kedua telapak tangan di dagunya dan bibir yang masih mengulum sedotan serta fikiran yang kemana mana.

“Oh, ayolah Fei. Berdandanlah sedikit, kau ini cantik, pintar bahkan lebih baik dariku.” Ujar Min meneliti wajah Fei dengan telunjuknya.

“Tapi Min—Wu Fan sunbae?” Ucapan Fei terhenti. Pandangan gadis bernama Fei itu berpaling dan menangkap sosok siluet Wu Fan yang berjalan berdampingan dengan kumpulannya.

“Ayolah Fei~ ini sudah dua tahun. Paling tidak berkenalanlah dengan dia~” Gadis bernama Min itu memutar bola matanya kesal, sambil menyeruput hot choconya.

“Tapi dia… Dia populer Min, sama sepertimu.” Fei kembali memutar mutar sedotan orange juicenya, membuat es es didalamnya melebur sempurna.

“Aniya, bahkan hoobae jarang ada yang mengenalinya. Mereka lebih tertarik pada Luhan sunbae dan Kai walau beberapa dari mereka ada yang menyukai Wu Fan, tapi–Oh, hanya berkenalan Fei! Ber-ke-nal-an!” Gadis bernama Min itu kembali memutar bola matanya, mungkin itu menjadi hobinya sekarang saat bertemu dengan Fei, Sahabatnya.

“Shireo. Aku takut. Aku tak pantas.” Kali ini gadis bernama Fei itu menelungkupkan wajahnya dan menempelkan pipinya pada meja kantin yang dingin.

***

-Song Eun Fei Apartment-

“Yeoboseyo, eomma? Musun iriya?”

‘Kudengar eomma diminta ke sekolahmu karna terlambat lagi?’

“Hmmm… Begitulah.”

‘Ya! Fei! Kubilang jangan tinggal di Korea! Lagipula kau sendirian disana. Besok ku kirim Lee ahjussi dan ahjumma untuk menemanimu. Pulanglah ke rumah, jangan tinggal di apartemen kecilmu lagi!’

“Arraseo. Sudah?”

‘Ne. Saranghae honey.’

“Saranghae eomma.”

Klik.

***

16 Day later…

“Fei, bukankah besok hari kelulusan?” Tanya Min lirih.

“Ne~” Jawab Fei parau.

Sebenarnya gadis bernama Min itu merasa sedih melihat sahabatnya bertingkah seperti itu, berbeda seperti biasanya. Seorang Fei yang urakan penuh keceriaan dan sekarang sendu rapuh seakan di dunia ini ia hidup sendirian.

Tanpa diketahui, Min sedari tadi menatap wajah Fei yang sedang ber-angan angan sesuatu.

“Fei, kau memikirkan apa?” Ujar Min sudah tak tahan dengan rasa penasarannya.

“Min, aku boleh meminta tolong padamu?” Fei melongokkan kepalanya yang sedari tadi menempel di meja cafe, kemudian menatap Min berbinar.

“Mwo? Jangan seperti itu aku takut.” Min memundurkan kepalanya, takut takut jika Fei tiba tiba menyerangnya karna hatinya yang sedang labil seperti permainan lego yang mudah sekali hancur berantakan dan di tata lagi kemudian.

“Aku akan membantumu jika aku bisa.” Ucap Min pada akhirnya.

“Hhhh… Kau sahabatku!” Ujar Fei sedikit berteriak dan berdiri memeluk Fei singkat.

“Fei… Jangan seperti ini. Ini tempat umum, mereka semua disini akan berpikir yang tidak tidak.” Ucap Min tak nyaman sambil memukul mukul lengan Fei.

“Ah. Mian. Aku terlampau senang.” Fei kembali duduk di kursinya.

“Sebentar lagi temani aku kembali ke rumah ne? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan.” Fei menyeruput habis lemon teanya.

“Rumah?” Bingung Min masih dengan Hot Choco di tangannya yang terhenti di udara.

“Ne, eomma melarangku tinggal di apartemen dan ia mengirim Lee Ahjussi dan Ahjumma untuk tinggal bersama. Ini menyebalkan! Aku berhenti menjadi loper koran.” Fei menggembungkan pipinya dan mengerucutkan bibirnya sebal.

“Bukankah itu bagus? Pantas kau tak pernah terlambat lagi.” Min menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya.

“Bagus apanya?! Aku tak bisa mengawasi Wu Fan sunbae lagi tiap pagi! Bagaimana jika ia terbangun dengan seorang wanita di samping tempat tidurnya?! AHHHH ANDWAEEE!!! MICHINKAAA!!!–eh? Ups.” Mata Fei membulat seketika. Fei menutup mulutnya dengan punggung telapak tangannya karna tak sengaja ia membeberkan rahasianya pada sahabatnya sendiri.

“Jadiiii~ uri Fei selama ini rela jadi loper koran karna….Wu Fan sunbae? Ahhh~ seperti itu~” Min tersenyum misterius hingga akhirnya menyeringai menggoda Fei.

“Ahhh!!! Mollayo!” Wajah Fei tiba tiba memanas dan semburat warna merah menyebar seketika melalui hidung Fei hingga merambah ke kedua pipinya.

“Lihatlah! Wajahmu lucu sekali! seperti kepiting rebus mendidih! HAHAHA!” Tawa Min meledak seketika.

***

Fei masuk kedalam counter dapurnya, merogoh rogoh lemari pendinginnya mencari apa yang dicari.

“Kau mencari apa?” Tanya Min mengikuti Fei dari belakang, namun pertanyaannya tak di acuhkan oleh Fei.

“Ketemu!” Fei mengangkat sekotak kecil permen warna warni di tangannya lalu memamerkannya pada Min.

“Bantu aku Min, berikan ini pada Wu Fan sunbae, tolong nyatakanlah perasaanku. Aku akan bersembunyi di belakangmu esok. Kau anggota organisasi siswa, kau pasti mengenalnya. Jebal~ Aku membuat itu dengan susah payah.” Fei menangkupkan kedua tangannya di depan Min memohon sambi sedikit membungkuk.

“Arasseo. Geundae, jangan jauh jauh saat bersembunyi.” Ujar Min pasrah.

***

“Itu dia itu dia!” Seru Fei menunjuk nunjuk sosok Wu Fan dari kejauhan.

“Aku sembunyi sekarang ne?” Fei gugup, ia menepuk nepuk punggung Min kemudian berlari ke balik tembok tak jauh dari tempat Min berdiri.

“Tuan Wu!!!” Teriak Min sambil mengangkat tangannya dan menggerakkannya ke tangan dan ke kiri.

“Kesini sebentar!!! Aku ingin bicara!!!” Ia melambai lambai ke arah Wu Fan sunbae.

Entah saat berteman, Min dengan mudahnya berkenalan dengan seseorang berbeda dengan Fei yang bisa dibilang seorang penganut antisocial.

Langkah kaki Wu Fan yang menderap kian di tangkap oleh pendengaran jeli Fei. Fei tersenyum membayangkan ekspresi Wu Fan.

“Wu Fan sunbae, selamat atas kelulusanmu.” Min tersenyum berbasa basi.

“Ne. Aigoo, apa kau masih lama? Aku ada urusan.” Wu Fan melihat jam tangannya tak sabaran.

“A-Aniyeo. Aku hanya memberikan ini.” Min menyodorkan sekotak permen.

“Huh?” Wu Fan memincingkan alisnya kemudian menatap Min bingung.

Glek.

Min meneguk ludahnya, menguatkan bagaimana strateginya agar ia dapat mengatakannya?

Hhh… Ia menghela nafas.

“Ne. Tolong di terima. Itu dari karibku, Fei. Ia sangat menyukaimu -eh mencintaimu, bahkan ia rela menjadi loper koran hanya untuk memandangmu di pagi hari.” Min menghela nafas kembali, lega akan tanggungannya yang telah berakhir.

Wu Fan mengembalikan kotak itu di tangan Min.

“Min-ssi, katakan pada temanmu permohonan maafku, aku tak tau ia siapa, tapi katakan maafku sebesar besarnya.” Wu Fan membalikkan badannya dan berjalan dengan santainya melalui Min.

“Wu!!! Hei!!! WAE?!” Teriak Min.

Min menghampiri tempat persembunyian Fei.

“Fei… Mianhae… Gwaenchana?” Min mendekatkan langkah kakinya pada Fei yang terduduk meringkuk dan menangis sesenggukan.

“Apanya yang baik baik saja, huh? Hiks. Aku memang bodoh! Laki laki sialan itu! Lihat saja! Hiks. Mana permenku?! Kembalilah ke mobil. It’s gonna be okay.” Fei merebut permen yang dikembalikan Wu Fan tadi.

Fei mengejar Wu Fan yang sudah jauh melewati gerbang sekolah.

Dengan masih menyeka air mata yang terus mengaliri kedua pipi tembam Fei, Fei berlari tak peduli.

Jedarr.

Suara petir menyambar nyambar dan rintik rintikkan hujan pun berebut menciumi tanah kawasan itu.

Fei terhenti saat ada kerikil yang menyegat kakinya berlari

“Auch.” Beberapa goresan luka pun menghiasi lutut Fei.

Hujan semakin deras seakan tau bahwa Fei tengah menangis sendu tanpa ada yang menemani.

“Wu!!! Chankamman!” Langkah Wu Fan terhenti. Dari belakang datanglah Chen yang membawa payung dari belakang.

Chen dan Wu Fan berjalan berdampingan hingga mereka sampai di depan mobil Wu Fan.

Fei melanjutkan aksi berlarinya hingga hanya berjarak beberapa meter dari pintu mobil Wu Fan.

Wu Fan menghentikan kegiatannya membuka mobil ketika mendengar teriakan seorang gadis meronta, beberapa meter dari mobilnya.

“WU FAN!!! DENGAR AKU!!! Aku tak peduli kau siapa! Aku tak peduli Wu corporation Akan menghukumku mati sekalipun. Persetan dengan ketampananmu yang membuatku gila! Persetan dengan segalanya yang kau punya! Aku mencintaimu Wu! Aku-Song-Eun-Fei men-cin-tai-mu! Tapi apa yang kau lakukan?! Kau tau Wu? Di dalam kotak ini, aku mencurahkan hatiku, segala yang tak dapat terucap. Tapi sekarang, aku tau siapa kau! Aku muak! Aku heran, dosa apa yang telah ku perbuat hingga dengan hinanya aku mencintaimu. Aku tak peduli jika kau menolak cintaku, tapi setidaknya terima kotak ini. Atau mungkin itu hanya ada dalam mimpiku?” Fei tersenyum pahit menatap kosong ke arah Wu Fan.

“Haha. Lucu sekali. Aku… Aku… Aku membencimu Wu.” Fei tertawa hambar.

Sesaat kemudian Fei mendengar deru mobil melaju.

“Dia… Dia pergi? Dia memang tak berperasaan!” Fei terduduk masih dengan hujan yang tak hentinya mengguyur, ia menangis. Ia meremas kotak berisi permen warna warni yang ia buat.

Tiba tiba Fei merasa rintikan hujan yang mencambuk cambuk punggungnya mereda.

‘Inikan masih hujan.’ Pikir Fei.

Ia menengadah, sosok berwajah rupawan itu kini ada di hadapannya.

“Hai.” Sosok itu tersenyum pada Fei.

Fei menatap heran wajah pria itu.

Pria itu menyodorkan gagang payungnya pada Fei.

“Pakai ini. Jika kau terlalu lama kehujanan, kau akan sakit.” Fei menerima payung itu masih dengan wajah kaget.

“Wu… Kenapa kau kembali?” Fei berbicara lirih.

“Itukan maumu?” Wu Fan tersenyum lagi pada Fei.

“Mianhae, bukan aku tak suka dengan hadiahmu, tapi aku sudah menolak puluhan kotak seperti itu hari ini. Tapi kuakui kau yang paling berani. Sejujurnya aku ingin. Bahkan sangat ingin menerimanya. Tapi aku tak bisa.” Ujar Wu Fan menjelaskan.

“W-wae?” Tanya Fei tergagap.

“igeo. Aku tak boleh membawa barang banyak, dan aku harus check in sekarang.” Fei menerima brosur yang disodorkan Wu Fan padanya.

“Tetap menungguku. Berlarilah, jangan berhenti. Jika kau berhenti, maka kau akan terluka. Aku akan menunggumu dan mengejarmu suatu saat nanti. Percayalah. If nothing goes right, go left. Dan aku sunbaemu, panggil aku sunbae atau oppa arrachi? Kau sangat tidak sopan.” Wu Fan kembali tersenyum pada Fei.

Fei balas tersenyum pada Wu Fan.

Wu Fan berlari menerobos hujan, sedang payungnya kini beralih tangan pada Fei.

“Oppa! Payungnya!” Panggil Fei.

“Ambil saja! Aku duluan!” Wu Fan terburu buru memasuki mobilnya dan mobil itu melesat begitu saja di depannya.

Fei melempar ke belakang permen yang dengan jerih payahnya ia buat dan menatap brosur itu senang.

Fei berjalan sedikit berjingkat ke arah mobilnya.

***

Blam.

Fei menutup pintu mobilnya dan Min menatapnya heran.

“Wae? Kau hujan hujanan? Aigoo” Tanya Min.

“Aniyeo.” Fei tersenyum.

“Kau senyum senyum sendiri.” Ujar Min jujur.

“Lee ahjussi, kajja pulang. Aku ingin bersiap siap.” Kata Fei riang.

“Eh? Bocah ini mau kemana?” Tanya Min.

“Kedua orang tuamu menetap di Taiwan kan? Kau mau ikut aku kan?” Tanya Fei.

“Ne. Aku akan mengikutimu kemanapun kau akan pergi. Kaukan sahabatku” Jawab Min mantap.

“Jinjja? Igeo.” Fei menyerahkan brosur yang diberikan Wu Fan pada Min.

‘University of Toronto’

“Lee ahjussi, pesankan 4 tiket ke Toronto, keberangkatan paling awal, ne? Ajak Lee ahjumma. Kita berangkat besok. Katakan pada eomma,ne? Aku mengajak Min.” Titah Fei.

“MWOYA?!” Pekik Min menyeruak dalam mobil.

‘Tetap menungguku. Berlarilah, jangan berhenti. Jika kau berhenti, maka kau akan terluka. Aku akan menunggumu dan mengejarmu suatu saat nanti. Percayalah. If nothing goes right, go left.’

Aku percaya Wu. Aku percaya. I’ll go left right now.

-THE END-

a/n terima kah sudah menyempatkan membaca~ but cherry blossom bakal di post secepatnya~ semoga minggu ini~ bye~~~

22 tanggapan untuk “Candy Sour”

  1. aku rasa ini lucu.. tapi, kenapa aku malah nangis
    huaaaaa.. aku nangis, tapi aku bingung kenapa aku nangis ㅠ,ㅠ

  2. uwaaa~ ini problem teenager bgt. apalagi cewek psti nunggu diajak kenalan #plakk *jadicurhat*
    ff mu kereeeeeeen bgt! bahasanya ngalir. bagus kok 😀
    oiya ada sequel gak? bikinin sequel donggg~

Pip~ Pip~ Pip~