THE LOST PHRASE

The lost phrase- Baekhyun Taeyon

Author:     Crazyfinder

Cast: Baekhyun EXO, Taeyon SNSD

Length: Oneshoot

Genre: romance, friendship

.

Disclaimer: Me and my brain! ^^

.

DLDR!

>> 

“Tidak bisa Baekhyun, ini semua sudah fix.” Manager Sam berkata dengan setengah putus asa sambil menunjukkan semua outline music video yang sudah setengah jalan. Baekhyun melirik sekilas dan berdecak kesal. Matanya yang tajam memandang seluruh peserta rapat, PD dan juga seluruh kru kamera.

Ia segera menutup proposal yang tengah ia pegang.

“Saya tidak tahu dan tidak mau tahu. Pokoknya, casting harus dibuka mulai besok, terima kasih.” Baekhyun menutup ucapannya dengan berdiri pelan dan segera beranjak keluar meninggalkan ruang rapat.

Diiringi tatapan kebingungan para peserta rapat.

*~y~*

“.. Bagi anda yang merasa memenuhi syarat, silahkan kirimkan data anda. Jangan lupa kirimkan foto anda yang alami, bukan hasil editan, dari berbagai angel..”

Taeyon membaca artikel yang berbahasa korea itu pelan. Kepalanya ia tumpukan di atas lututnya yang sedang bertengger di atas kursi sementara tangannya terus saja menggerakkan mouse untuk melanjutkan bacaannya.

“Hmm.. untuk apa Baekhyun mencari bintang musik video lagi? Bukankah musik video untuk album keduanya sudah setengah jalan?” Taeyon bergumam dan menelengkan kepalanya, berpikir.

Tiba-tiba selintas ide cemerlang menghampiri kepalanya.

“Aha! Sebaiknya aku mencoba untuk ikut! Masih ada kemungkinan aku untuk terpilih, yakan?” ia tersenyum sendiri memuji idenya yang ia anggap terlalu bagus.

‘mungkin ini memang kesempatan yang aku tunggu.’

*~y~*

 “Okay yeorobun, kita saksikan antrean audisi dari kota pertama yang di kunjungi oleh penyanyi terkenal Byun Baekhyun meluap melebihi kapasitas…”

Baekhyun  mematikan televisi dan melemparkan remote ke samping tempat tidurnya. Hatinya mencelos mendengar berita itu. Seharusnya ia bangga, namun ia menjadi ragu akan niat awalnya mengadakan audisi ini. Apakah semuanya akan sesuai rencananya?

*~y~*

Taeyon menghela nafas, keringat sudah bercucuran di dahinya. Ia mendecak kesal, jika tahu banyak begini peserta yang hadir untuk audisi, ia sudah pasti akan berpikir dua kali untuk ikut. Tapi bagaimana lagi, formulirnya sudah diterima dan ia sudah dipanggil, tidak ada pilihan tersisa. Maju, atau mundur selamanya.

Ia meneguk air limunnya lagi. Sudah berbotol-botol limun es yang ia habiskan, mungkin pulang nanti ia harus menginap di toilet atau bahkan di bangsal rumah sakit dengan keluhan panas dingin.

‘Baekhyun, harus begini beratkah perjuanganku untuk bertemu denganmu? Masih ingatkah kau padaku?’

Gadis itu menggeleng pelan, kemungkinannya sekarang hanyalah tinggal 0,00001%, apalagi ditambah fakta bahwa Baekhyun sudah menjadi sangat terkenal, kemungkinannya kini berubah menjadi satu persatu miliar persen.

Ia mencoba mengingat sosok Baekhyun kecil yang egois dan manja dulu ketika mereka awal bertemu di panti asuhan yang telah menjadi rumah mereka. Karena ia memang lebih tua dari Baekhyun maka ia yang harus bertindak dewasa, namun ia tak pernah mengeluh. Ia justru merasa senang bisa menjadi pegangan seseorang.

*~y~*

 “Dari dua ratus ribu calon model, yang cocok dengan kebutuhan music video ini hanya ada beebrapa puluh orang.” Ujar manager Sam sambil menyodorkan sebuah kertas ke arah Baekhyun. Pria dengan mata sipit itu menerimanya dengan malas-malasan. Ia pesimis untuk mendapatkan model dengan begitu cepat.

Setelah membuka-buka perlahan, matanya terpaku sejenak, rahangnya mengeras. Ia merasakan tangannya bergetar ketika menyerahkan kembali kertas itu.

“Panggil dia untuk wawancara.” Perintah Baekhyun langsung. Manager Sam melongo.

“Tapi kan.. masih ada prosedur yang…”

“Panggil saja dia.” Ia memotong ucapan manager dengan tergesa. Pada akhirnya manager hanya mengangguk dan pamit keluar ruangan.

Baekhyun memijit pelipisnya.

Bukan , pasti bukan dia, ini kesalahan. Tapi… kenapa tadi aku yakin sekali? Kenapa hatiku yakin bahwa itu adalah ia? Kenapa?

Baekhyun menggeleng lagi, wajahnya yang selalu terlihat cerah itu mendadak pucat, ia pasti salah lihat. Pasti gadis itu hanya mirip. Tapi sudahlah, lebih baik ia berhenti memikirkan itu semua. Cukup.

Ia berjalan menuju telepon kantor dan menghubungi kantor agensinya.

“Umumkan ke seluruh kota, casting untuk music video sudah ditutup.”

*~y~*

 “Taeyon, ada surat untukmu itu!” suara eomma membuyarkan lamunan Taeyon. Gadis berwajah mungil itu segera berlari menuju lantai bawah dengan tergesa.

“Iya eomma! Eomma sudah lihat siapa yang mengirimnya?” Taeyon masih berteriak memanggil karena ternyata ibunya sudah beranjak ke dapur.

Anieyo, belum. Tapi kalau tidak salah itu dari sebuah perusahaan… eomma tidak yakin.” Ibunya terus mencerocos sedangkan Taeyon sudah berjalan menuju meja ruang tamu dengan cepat, ia penasaran apakah itu surat penolakan atau penerimaan?

Taeyon menimang amplop surat itu bimbang, buka atau tidak? Ia takut jika seandainya surat itu surat penolakan dan ia tidak mau hal itu terjadi. Bukankah… dia sudah capek berjuang.

“Sudahlah Taeyon, lagipula ini hanya coba-coba, tidak usah takut.” batinnya menenangkan diri.

Setelah berkutat bermenit-menit, akhirnya ia membuka juga surat itu. Setelah membaca beberapa saat, matanya terbelalak, mulutnya membuka tak percaya, jantungnya melompat riang.

“Aku lulus casting!!” teriak Taeyon tiba-tiba. Tak di perdulikannya suara ibunya yang mengomel di bawah, yang ada di pikirannya sekarang adalah bertemu dengan Baekhyun-nya yang manja.

@@@

Taeyon menoleh ke kanan dan kiri, ia sibuk mencari di mana ruang wawancara yang sebenarnya. Kantor agensi itu cukup luas dan ramai, ya iyalah, namanya juga kantor agensi yang sedang naik daun. Bagaimana mau sepi?

Ketika ia sudah menyerah mencari, tiba-tiba ia melihat sosok Baekhyun yang ramping tinggi keluar dari sebuah pintu yang ternyata merupakan toilet pria.

Perlahan Taeyon berjalan di belakang Baekhyun, ia tak ingin menyapa. Ia hanya ingin melihat ruangan yang akan di tuju oleh Baekhyun. Tapi ternyata Baekhyun sadar dan segera berbalik, Taeyon terkesiap dan hanya bisa mematung.

“Ada apa?” Baekhyun bertanya heran. Sebelah alisnya terangkat, gaya yang sangat di kenal oleh Taeyon.

“Maaf, saya sedang mencari ruang wawancara untuk calon model musik video.” Taeyon berbicara dengan pelan namun tegas. Baekhyun menunjuk ruangan berpintu besi yang ada di sebelah mereka.

Taeyon mengangguk dan melangkah, dongkol.

*~y~*

Baekhyun merasa ada yang mengikutinya tepat ketika ia tela keluar dari toilet. Ia berbalik dan menemukan seraut wajah yang tidak asing menurutnya. Alisnya terangkat.

“Ada apa?” tanyanya. Gadis di depannya tampaknya juga terpana.

Ternyata benar, gadis itu adalah calon lawan mainnya di musik video baru. Gadis itu bertanya letak ruang wawancara. Setelah menjawab pertanyaannya, Baekhyun termangu.

Tatapannya, suaranya, cara bicaranya, mirip, mirip dia. Batinnya.

Ia menggeleng dan berjalan menjauh. Hatinya galau, kalau benar itu dia kenapa ia tak mengenali dirinya? Ia menggeleng resah. Ia haus kebenaran.

“Baekhyun, sebentar lagi ada jadwal pemotretan di…” suara manager Sam mendadak muncul tepat di depannya.

“Batalkan!” perintah Baekhyun tanpa mendengar kelanjutannya.

“Tapi Bae..”

“Sudah kukatakan, batalkan! Aku tidak mau di ganggu!” lagi-lagi Baekhyun berbicara seenaknya. Ia segera beranjak menuju ruangannya dengan langkah cepat, sedangkan manager Sam membuka flap telepon genggamnya untuk menelepon agensi yang bersangkutan. Ia sudah tidak terlalu kaget lagi, begitulah Baekhyun.

*~y~*

Taeyon menghitung waktu yang telah terlewati di ruang agensi Baekhyun, tapi sayangnya dia tak pernah sekalipun bertemu Baekhyun. Ia mendesah, menatap telepon genggam yang di berikan perusahaan.

Seminggu yang lalu ia di beritahu manager Sam bahwa ia lulus dengan sempurna tanpa saingan yang berarti. Awalnya ia curiga, ‘segampang itu kah?’ tapi ia melihat sisi baiknya saja, yaitu dia dengan mudah dapat menemui Baekhyun, yang sialnya belum menampakkan diri hingga saat ini.

Ia takut, bagaimana kalau ia tidak mampu mengimbangi acting Baekhyun, bagaimana kalau ia justru memperlambat jalannya syuting?

Hua… ternyata tidak segampang itu menjadi artis. Harus begini dan begitu, seperti mau ujian saja. Gerutunya dalam hati.

Tiba-tiba telepon genggam yang sedari tadi ia pegang bergetar tanda ada telepon masuk. Ia membuka flap telepon itu dan menempelkannya ke telinga. Sesaat ia menghela nafas kecewa karena ternyata yang meneleponnya manager Sam, bukan Baekhyun seperti yang ia harapkan.

“Ya manager.. apa? Oh baiklah, saya akan segera ke sana. Tunggu, saya ambil agenda, oh.. ya,  park center city? Oh.. oke, terima kasih, sampai jumpa.” Sambungan terputus.

Taeyon segera mengambil tas dan memperbaiki make-up nya, ia harus segera berada di taman kota untuk pemotretan dan take gambar, persiapan music video. Ia tak mengeluh, karena ia sudah menyiapkan diri untuk hal yang terumit sekalipun.

Akhirnya setelah menaiki taksi dalam waktu beberapa menit ia mencapai central park. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari tenda yang biasanya berdiri di lokasi pemotretan.

“Taeyon! Apa yang sedang kau lakukan di sana? Ayo kemari!” tiba-tiba terdengar suara Hana, penata riasnya- dari belakang.

Taeyon melambaikan tangan dan berjalan menuju tempat yang di arahkan.

“Kenapa kau lama sekali?” Hana mulai mengomelinya tepat ketika Taeyon sudah duduk manis di kursi rias, tenda para artis.

Taeyon hanya tersenyum menanggapinya, karena ia tahu walaupun Hana mengomel, tapi orangnya sebenarnya tidak pemarah, ia hanya senang berbicara.

“Maaf, taksi sekarang jalannya pentium satu.” Gurauan Taeyon membuat Hana tertawa.

“Oh iya, katanya untuk video klip kali ini, kau langsung berhadapan dengan Baekhyun lho..” Hana menjelaskan sambil tetap sibuk merapikan rambut Taeyon. Taeyon tersentak.

“Wah.. aku sama sekali belum bertemu dengan Baekhyun, kenapa langsung berhadapan?” protes Taeyon. Masalahnya untuk adegan kali ini ia harus berperan melankolis bersama Baekhyun, adegan di bawah hujan yang memang sudah menjadi kewajiban music video mellow. Sedangkan ia belum ada chemistry sama sekali dengan Baekhyun.

“Eh.. dia datang..” bisik Hana.

*~y~*

 “Yak.. sekarang istirahat lima menit!” teriak produser Kwang, sutradara muda berbakat yang juga menggarap album pertama Baekhyun.

Taeyon duduk di tepi kolam, ia bingung bagaimana harus berhadapan dengan Baekhyun. Tadi berkali-kali ia harus di teriaki dan diminta untuk mengulang adegan yang di anggap kurang pas. Ia mendesah kesal, capek dan pusing.

Ia penasaran kenapa tadi Baekhyun terlihat linglung sekali, seakan ia memiliki banyak pikiran. Atau mungkin ia tak menyukai Taeyon sebagai pasangan barunya? Entahlah, segalanya sekarang serba gelap bagi Taeyon.

Ia menoleh ke belakang dan mendapati Baekhyun tengah berdiri tepat di belakangnya, menatapnya. Taeyon terdiam bingung. Apa yang harus ia lakukan? Pura-pura akrab? Atau bersikap sebagai partner?

Namun pada akhirnyapun ia tidak memilih satupun. Ia kembali menunduk dan memainkan air yang berada di bawahnya dengan kakinya yang telanjang.

“Kau bisa sakit, kau tahu?” Baekhyun membuka pembicaraan, kemudian ia duduk tepat di samping Taeyon. Taeyon terperanjat dan menoleh, namun tak ada yang keluar dari bibirnya yang mungil.

“Kalau kau mengenalku, kenapa kau tidak mengatakannya?” lagi-lagi Baekhyun berbicara.

“Apa yang sebenarnya sedang kau bicarakan?” akhirnya Taeyon bisa berbicara juga, walau masih bingung apa arti yang di maksud Baekhyun.

“Kau pasti tahu maksudku.” Mata Baekhyun langsung menusuk pandangan Taeyon. Mata yang penuh harapan dan kelegaan.

“Maksudmu, kau sudah tau siapa aku sebenarnya?” Taeyon balik bertanya. Baekhyun mengalihkan pandangan dan menatap kedepan. Ia menghela nafas.

“Ya, aku sudah tau dari seminggu yang lalu, awalnya aku tidak yakin bahwa engkau adalah dia. Tapi, minggu lalu aku pergi ke panti asuhan yang dulu kita tempati, mereka mengatakan kau berada di rumah keluarga Kim, jadi aku langsung tau, bahwa kau adalah dia.” Jelas Baekhyun panjang lebar, matanya masih menatap lurus ke depan.

Taeyon tersentak mendengar penuturan itu, ia menunduk dan berusaha menahan air matanya.

Ternyata ia masih mengingatku..’ bisiknya. Ia tak sanggup berkata-kata. Ia begitu terharu dan gembira.

“Taeyon..” Baekhyun memanggil. Taeyon mengangkat kepala perlahan, menunggu Baekhyun melanjutkan ucapannya.

“Sebentar lagi shooting di mulai.”

Taeyon mendengus.

*~y~*

 “..Penjualan album dari artis muda berbakat Byun Baekhyun meroket. Dari anak muda hingga dewasa mengincar album keduanya tersebut, bukan hanya karena isu yang merebak akhir-akhir ini, tentang kekasih yang sedang ia sembunyikan. Tapi juga karena suara emas miliknya layak untuk di dengar.

Mari kita lihat urutan chart minggu ini…”

*~y~*

Taeyon mematikan televisi, ia tersenyum senang, tidak sia-sia usahanya berjuang selama sebulan dengan perilaku Baekhyun yang masih egois, musik videonya sukses besar. Dengan begini Baekhyun mungkin tidak akan membutuhkannya lagi.

Ia menggeleng sedih, apakah Baekhyun hanya menganggapnya partner kerja? Tidak adakah…

Ah!! Pikiran macam apa itu? Taeyon memukul kepalanya sendiri, aneh.

Tiba-tiba teleponnya berdering, ia melihat jam yang tertempel di dinding kamarnnya. Ia menaikkan alis matanya heran, siapa yang menelepon tengah malam begini?

Ada perasaan takut di hatinya.

Tapi ia segera menepis pikiran buruk tersebut, siapa tau itu telepon penting. Perlahan ia mengangkat telepon genggamnya, dan kemudian ia mendesah lega ketika tau pemilik nomor itu.

“Baekhyun, kau mau membuatku kaget.”

“Ssst.. diam dan dengarkan…” potong Baekhyun, terdengar suara gemerisik, seakan telepon di jauhkan dari telinganya. Taeyon diam menunggu, ia mengira Baekhyun akan mengatakan sesuatu.

Taeyon menahan nafas ketika mendengar suara intro suara musik yang ia dengarkan, petikan gitar yang khas. Baekhyun sedang memainkan sebuah lagu untuknya, tapi untuk apa?

*~y~*

 

….
..It’s like an angel came by, oh and took me to heaven
Like you took me to heaven, girl
‘Cause when I stare in your eyes it couldn’t be better
I don’t want you to go, oh no, so

Let the music blast, we gon’ do our dance
Bring the doubters on, they don’t matter at all
‘Cause this life’s too long and this love’s too strong
So baby, know for sure that I’ll never let you go…
*(Never Let You Go, Justin Bieber)*

 

Petikan gitar berhenti, Taeyon mulai bernafas perlahan, ia begitu terbuai oleh suara yang di nyanyikan Baekhyun. Ia baru menyadari satu hal, yang kini seakan ingin mendesak keluar dari hatinya. Ia terisak tanpa sadar. Sesak, dadanya sesak. Ia segera berlari ke arah jendela dengan telepon genggam yang masih menempel di telinganya.

Ia menatap keluar, dan kemudian ia terperanjat, Baekhyun ada di bawah jendela rumahnya. Ia sedang termangu dengan gitar akustik di pelukannya. Ia menunduk di atas bangku taman rumah Taeyon yang asri.

Taeyon menggigit bibir, matanya mulai basah, besok ia mungkin tak akan bertemu Baekhyun, ia melirik koper-koper yang ada di samping tempat tidurnya.

Ia lulus di sebuah universitas di eropa yang menyebabkan ia mendapatkan beasiswa. Dan kemungkinan Ia tak akan bertemu dengan Baekhyun lagi karena keluarganya juga memutuskan untuk tinggal di eropa mengikuti ayah angkatnya yang sudah lebih dulu menetap di sana. Tapi kenapa Baekhyun bisa kemari?

Sudah tahukah ia?

Setelah menimbang beberapa saat, ia memutuskan untuk turun kebawah.

Ternyata ia lebih takut akan kehilangan bayangan Baekhyun.

Ketika kakinya melangkah keluar ia bergidik, ia baru sadar udara malam itu terlalu menggigit.

Perlahan ia mendekati Baekhyun yang masih menunduk di hadapannya. Ketika tangan Taeyon hendak menyentuh pundaknya, Baekhyun bergerak.

 

“Kenapa kau harus pergi besok?” tanyanya langsung.

 

Taeyon menarik tangannya perlahan dan menggigit bibir, tak menyangka akan di tembak langsung begitu.

 

“Aku tak bermaksud meninggalkanmu.. kau kan.. kan proyek music video kita sudah berhasil, sudah selesai..”

“Jadi hanya itu arti diriku bagimu? Partner  berkerja?” Baekhyun memotong dengan gusar, ia seperti tidak suka dengan ide itu.

Keheningan berhembus di sekitar mereka, hingga Taeyon memecahnya.

“Baekhyun, kau tahu tidak berapa tahun aku mencarimu? Ha! Kau juga tak pernah tahu itukan? Jangan bersikap seperti ini.. Aku tidak suka.” Taeyon akhirnya terlepas, lelah jika harus menahannya terus dari Baekhyun. Sifat Baekhyun tak pernah berubah, egois.

 

“Tapi.. kenapa kau tak memberi tahuku? Jika kau masih ingin menemuiku, kenapa kau harus pergi?” Baekhyun masih keras kepala, walaupun volumenya sudah menurun.

Taeyon mendesah, ia bingung harus menjawab apa. Setalah menimbang, akhirnya ia memutuskan untuk jujur saja.

“karena aku tidak ingin kau terluka, aku tidak ingin kau marah, dan aku tak ingin menangis di hadapanmu. Karena…” Taeyon menghela nafas panjang, “karena aku menyayangimu..” air mata Taeyon sudah tidak terbendung lagi, ia sudah tidak kuat lagi, ia hendak masuk ke dalam rumahnya, namun tangan kokoh Baekhyun menahannya.

Baekhyun menarik gadis itu kepelukannya. Ia tersenyum senang, bahagia.

“Aku juga.” Bisik Baekhyun tepat di telinga Taeyon.

Dan saat itu juga, Taeyon sadar, tidak ada di dunia ini yang lebih ia rindukan, kecuali senyum Baekhyun.

*~y~*

Taeyon bersandar di bahu Baekhyun, mereka sudah begitu berjam jam yang lalu hingga sekarang jarum pendek di depan rumah Taeyon sudah menunjukkan pukul dua malam.

“Bagaimana pendapatmu jika kita menyanyi saja, aku bosan menunggu pagi hanya dengan berdiam diri.” Baekhyun bertanya pada Taeyon yang masih menatap langit.

Mereka memutuskan menanti waktu keberangkatan Taeyon dengan bergadang berdua, tanpa melakukan apa-apa. Taeyon menoleh dan menatap Baekhyun, ia mengernyit.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Baekhyun.

“Seperti apa?” Tanya Taeyon balik. Baekhyun mulai memainkan senar gitarnya.

“Seperti kau lupa bahwa aku dari tadi duduk di sampingmu.” Canda Baekhyun. Taeyon tertawa kecil dan menatap mata Baekhyun.

“Nah.. lagu apa yang akan kita nyanyikan?” Tanyanya.

Baekhyun tampak berpikir dan kemudian tersenyum.

“Bagaimana dengan What is love?” Taeyon mengangguk setuju.

Baekhyun mulai membuka intro.

~TEHEE~

5 tanggapan untuk “THE LOST PHRASE”

Pip~ Pip~ Pip~