The Blood Chapter 4

the-blood1

Tittle                :           The Blood chapter 4

Author             :           beta

Length             :           Chapter

Genre              :           Thriller, School life, Romance, Fantasy

Rating             :           PG-15

Main Cast        :           Oh Sehun (The Blood Gang Leader)

Park Jinyi (Park Chanyeol lil Sister)

Support Cast   :           Park Chanyeol (Park Jinyi Big brother)

Kai (Member of The Blood Gang)

Luhan (Member of The Blood Gang)

Byun Baekhyun (Member of The Blood Gang)

Disclaimer       :           FF ini adalah req dari Sung Gaeul. Eksekusi ide cerita menjadi cerita utuh 100% saya yang buat.

Author note     :           Terima kasih kepada Sung Gaeul yang sudah memberikan ide dan jalan cerita yang menarik.

Terima kasih kepada JYJ.art Design (http://tyasandamari.wordpress.com/) atas poster yang super kece.

Terima kasih kepada pengarang code breaker yang menginspirasi saya untuk membuat ide menarik Sung Gaeul menjadi ff yang utuh.

Terakhir, terima kasih pada readernim yang bersedia membaca.

Semangat baca sampai akhir yaa 🙂

 

“Dia anak monster.”

 

“Pergi sana dasar anak sial.”

 

“Pergi!”

 

Bunuh

 

Bunuh

 

Bunuh

 

“Aaah, kemana suara berisik tadi?”

 

Bocah lelaki berambut pirang menempelkan telapak tanggannya dibalik kuping kirinya. Gerakan yang dilakukannya seolah berusaha menajamkan pendengarannya. Tanggan lainnya yang bebas memegang kantung darah yang berdetak.

 

TAP

 

Satu tekanan dan darah memancar keluar dari dalam kantung darah itu. Bocah itu duduk diatas bukit, bukit yang dibangun dengan beberapa pongan tubuh manusia. Bocah itu tersenyum-merasa menang karena berhasil menyetop suara buruk dari radio rusak. Kantung darah itu ia lemparkan cukup kuat sehingga tubuh yang terhubung dengannya ikut bergeser ke bumi.

 

“Kai!”

 

Bocah berambut pirang itu memanggil bocah sebayanya yang berambut hitam. Bocah berambut hitam itulah yang membantu si bocah pirang bermain-main dengan kantung darah ditangannya. Berbeda dengan sibocah pirang yang hanya diam ditempat, sang bocah berambut hitamlah yang memotong tangan dan kaki tubuh-tubuh tak lengkap yang menjadi bukit kecil itu.

 

“Ya, Tuan Oh.”

 

“Bukankah sudah kukatakan panggil Aku Sehun saja. Kau temanku.”

 

“Ya, Sehun.”

 

Sehun-si bocah berambut pirang tersenyum. Tangannya yang pucat mengisyaratkan Kai-bocah berambut hitam untuk mendekat kearahnya. Kai yang paham segera melompati beberapa mayat dan mengangkut tubuh Sehun pada punggungnya. Setelah sampai di tanah, Kai menurunkan Sehun dari punggungnya.

 

PLAKKK

 

Tamparan nyaring diterima Kai pada pipinya. Sehun-bocah itu tersenyum dengan hasil karya nya pada pipi Kai. Kai tidak membalas, Ia hanya membungkukkan badannya seolah meminta maaf.

 

“Jangan perlakukan Aku seperti orang buta.”

 

“Maafkan Aku Sehun.”

 

Kai mencium tangan Sehun dan Sehun balas menarik dagunya keatas sehingga Kai dapat melihat wajah tuannya yang menatap kearahnya. Kai tahu bola mata yang menatapnya tidak benar-benar melihatnya. Namun Ia akui Sehun-Majikannya terlihat seperti manusia normal. Ia mengaku salah sudah meremehkan tuannya. Didikan sadis kakeknya memang tidak pernah gagal-termasuk pada tuannya.

 

“Kau tau kan bagaimana Jiji melatihku.”

 

“Ya, Sehun. Aku paham.”

 

Mendengar jawaban tersebut, senyum penuh kepuasan segera menghiasi wajah Sehun. Saat ini Kai berani bertaruh Sehun terlihat tanpa cacat.

 

“Kai apa kau serius sedang melatihku?”

 

Jinyi bertanya dengan ragu. Tangannya sibuk memainkan pulpen. Kai yang berdiri disampingnya hanya menggangguk mengiyakan. Jinyi merasa gerah karena konfirmasi Kai. Gadis itu cukup bosan berkutat dengan beberapa garis kontur dan coding yang dari dua jam lalu Kai sodorkan padanya.

 

“Apa kau sudah menanamnya dalam pikiran terluarmu?”

 

Kai bertanya pada Jinyi yang menatapnya tak paham. Alis mata Jinyi terangkat dan Kai hanya tersenyum geli. Kai mengembalikan kertas berisi gambar kontur dan beberapa kode yang berhasil Jinyi pecahkan. Jinyi menatap tak mengerti pada Kai.

 

“Simpan semua yang kau tulis hari ini dalam pikiran terdalam mu, letakan Ia dalam permukaan terluar alam bawah sadarmu.”

 

Jinyi mengerutkan kembali alisnya, namun Ia tidak bertanya lebih jauh saat melihat ada simbol lain pada salah satu kertas yang Kai sodorkan. Simbol itu terlihat saat Kai tidak sengaja-atau sengaja mengarahkannya pada lampu meja.

 

“Kai, apa kau mengenal numbers?”

 

Mata Kai membulat untuk beberapa detik, tak mengira herbivore-perempuan disampingnya ternyata tidak sepolos penampilannya. Kai tertawa geli karena Ia baru mengerti kejeniusan yang dimiliki herbivore itu berasal dari mana. Kai benar-benar sudah dipermainkan Sehun.

 

“Wah, Aku tidak perlu segan melatihmu. Kau sudah memiliki dasarnya.”

 

‘Memiliki dasar-Salah dia lebih handal dari cacing keriting Park kemarin.’

 

Jinyi menegakkan posisi duduknya. Wajah Kai berada begitu dekat dengan wajahnya. Air wajah Kai yang menyebalkan berubah serius dan membuat Jinyi sedikit menahan nafasnya. Mata Jinyi terjebak pada mata Kai yang terlihat menggodanya.

 

“Park Jinyi itu adalah nama mu. Kau adalah putri kedua keluarga Park.”

 

Seorang pria paruh baya yang berdiri dibantu sebuah tongkat merendahkan tubuhnya pada seorang gadis kecil berusia sepuluh tahun. Gadis kecil di depannya mengenakan dress dan sebuah jepitan berwarna hitam pada rambut sebahunya. Gadis kecil yang sekarang bernama Jinyi merubah ekspresi datarnya menjadi ekspresi gadis kecil polos yang tersenyum manis.

 

“Kau mendapat luka di kepala bagian kanan, gegar otak ringan dan menjadi phobia terhadap mobil. Kau mengerti?”

 

“Ya, Jiji.”

 

Setelah mengatakan itu Jinyi keluar dari ruangan Jijinya. Mengikuti sleeper lain yang menunggunya di balik pintu. Sleeper itu berpenampilan seperti seorang supir. Ditangan Sleeper tergandeng sebuah koper berwarna cokelat ebony. Jinyi menatap bosan pada Sleeper disampingnya.

 

‘Dasar Jiji setan.’

 

Jinyi-gadis itu membungkukkan tubuhnya dan masuk kedalam koper yang telah dibuka oleh Sleepernya. Jinyi membuat tubuhnya berada dalam posisi berbaring mirip batu yang ia sesuaikan dengan volume yang disediakan koper tersebut. Jinyi bersyukur menuruti instingnya untuk membuat dress dengan bahan yang tidak mudah kusut sehingga meskipun ia berada dalam posisi melipat tubuh, dress selutut yang digunakannya tidak akan terlalu rusak. Sleeper itu menutup koper dan menentengnya memasuki mobil yang terparkir di belakang bangunan pintu dagang Lee-Lung.

 

Sleeper itu mengemudikan porche hitam. Setelah menemui keluarga yang akan dijemputnya Ia kemudian melaju santai kekediaman keluarga park. Dua puluh menit dan majikan yang dibawanya sudah tertidur pulas. Sleeper itu mengeluarkan Jinyi yang berada didalam koper. Menukarnya dengan Jinyi sebenarnya yang berada dalam pelukan nyonya besarnya. Jinyi sebenarnya yang sudah dipastikan tidak akan pernah membuka mata lagi dimasukkan kedalam kopor dan diberikan pada Sleeper lain yang menyatu dengan beberapa cabaret yang disewa tuanya. Gas beracun sudah bekerja seutuhnya pada keluarga park. Semuanya mati kecuali anak tertua yang sudah diberi antibody saat ia menerima pena dari tuan besar. Permukaan pena itu dilapisi dengan antibodi yang pembuatannya menggunakan prinsip tinta tak terlihat yang mengandung partikel seukuran platelets namun dapat terserap kedalam membrane kulit. Tuan besar yang memberikan pena-nya tidak tahu sama sekali mengenai antibody itu, sebab ia mendapatkannya dari professor muda di Cannada dalam keadaan tersimpan rapi di kotak kayu. Sleeper itu hanya perlu meletakkan mayat yang sudah disiapkannya dan mendudukkannya dibalik kemudi. Mengambil sample darah dari keluarga Park dan menabrakkan mobil seperti perintah yang diterimanya. Hal sisanya tinggal dilakukan oleh Jinyi palsu yang menyamar.

 

“Jinyi!”

 

Pemuda berambut ikal tampak terkejut melihat gadis yang lebih muda darinya siuman. Pemuda berambut ikal itu segera menekan tombol perawat karena adiknya-gadis lebih muda dihadapannya tersadar. Setelah menekan tombol pemuda itu segera memeluk adiknya. Pelukannya erat dan ada sensasi basah di tengkuk Jinyi akibat air mata yang dikeluarkan oleh pemuda berambut ikal yang Jinyi kenali sebagai Park Chanyeol-Kakaknya.

 

“Maaf.”

 

Suara lemah berasal dari Jinyi yang berada dalam pelukan Chanyeol. Chanyeol mengendurkan pelukannya dan menatap Jinyi heran. Adiknya terlihat ketakukan dan terkejut. Chanyeol sadar luka yang diterima adiknya di kepala pasti menyebabkan gegar otak ringan. Ia tidak boleh lemah, adiknya pasti ketakutan karena kecelakaan naas yang baru dialami keluarganya. Chanyeol dengan canggung tersenyum sehangat yang ia mampu. Ia menghapus air mata yang tak sadar telah mengalir menuruni pipinya. Ia mengusap kepala adiknya sayang. Gadis itu terlihat bingung namun segera tersenyum membalas senyuman Chanyeol. Hati Chanyeol sakit melihat senyuman tulus adiknya. Lidahnya kelu jika ia harus membeberkan kenyataan yang menimpa keluarganya. Jinyi gadis yang tersenyum tanpa dosa mengingat pesan Jiji-nya.

 

‘Kau gegar otak, polos, phobia dengan mobil. Kau sekarang Park Jinyi putri kedua keluarga Park.’

 

END of Chapter 4

8 tanggapan untuk “The Blood Chapter 4”

  1. Wahhh… Aku sh bc chap 4 nya yg 1nya.. Tp chap 5nya mn y ko blm ada sihhh.. 😩😩😩😩
    Pnasaran dehhh….!!!! Hiks,hikssss

  2. Astaga. Bisa dibilang kalo jinyi yg sekarang ini juga sama aja dong kayak sehun? Woaaa. Jadi tambah penasaran nih. Ditunggu banget next chapnya thor. Kekeke ^^

  3. So jinyi yang asli meninggal dan sekarang malah ditukar ia bisa maauk ke dalam koper woah keren ya kakeknya sehun jiji itu.
    Apa chanyeol tau ya kalau adiknya itu bukanlah adik kandungnya .
    Semakin menarik next chapternya ya thor.
    Seru dan menegangkan apalagi sehun begis dan ah lupakan seperti psikopat .

Pip~ Pip~ Pip~