Just Smile, To Goodbye

cover.

Title: Just Smile, to Goodbye.

Author: Azure Ran

Length: Oneshoot

Genre: Romance, sad, married-life.

Rating: PG-P.

Cast: Oh Sehun (EXO), Cho Yoo Ran (OC).

Disclaimer: Pure from my mind.

Author’s Note: Alhamdulillah, atas Ridho-Nya FF ini terpublikasi 🙂

                           Jika ada kekurangan dalam FF ini,

                           silahkan tinggalkan komentar kalian, good readers  ^_^

                           Please, don’t be plagiarist!

Happy reading..

 

 

Malam sudah larut, dinginnyapun semakin terasa menusuk tulang. Namun aku masih duduk diam di bangku taman, sambil memandang satu carik kertas hasil pemeriksaan keluhanku selama ini.

Sungguh, aku tidak percaya. Oh Sehun, sesingkat inikah hidupmu?

Mengingat istriku, air matapun tidak bisa terbendung lagi.

“Sayang, maafkan aku.” aku semakin terisak.

. . .

Aku memarkirkan mobil di garasi, dan  berjalan cepat menuju pintu rumah. Karena aku tahu pasti istriku, Cho Yoo Ran. Dia pasti masih menungguku.

Clekk!

Kubuka pintu perlahan.

Oppa, kenapa kau pulang larut sekali?” ucapnya saat berjalan ke arahku.

Kututup pintu sambil memunggungi Yooran. Aku belum berani melihat ekspresi khawatirnya.

“Maaf, tadi aku diajak makan oleh Presdir dan yang lain.”

Maafkan aku Yooran, aku banyak berbohong padamu.

“Ponselmu juga mati.” Katanya sambil mengambil tas kerja ditanganku.

Kupeluk tubuh mungilnya yang hangat. “Iya, maafkan aku sayang.”

Yooran melepaskan pelukanku dan tersenyum manis.

“Lain kali hubungi aku. Aku sangat mengkhawatirkanmu.”

Aku hanya mengangguk kecil. Aku tidak tega melihat senyumnya itu. Apa harus ku katakan? Tidak!

Jika aku bayangkan senyum itu hilang, sungguh. Aku tidak mau.

Oppa, matamu sembab, kau menangis?” tanyanya polos.

“Tidak. Aku hanya mengantuk, sayang.” Bisikku.

Dan lagi, aku berbohong pada Yooran.

. . .

Aku membuka mataku perlahan, karena sinar matahari menyoroti wajahku.

Aku melihat sosok tak asing diantara sinar yang menyoroti wajahku dari jendela.

Cho Yooran. Istriku. Dia tersenyum diantara sinar itu, layaknya malaikat.

“Ayo, bangun. Apa kau akan tahan tidur dibawah sinar matahari seperti itu, huh?”

Yooran duduk disampingku sambil membuka selimut yang menutupi tubuhku.

“Aku sudah menyiapkan sarapan. Kau mandi dulu saja, aku akan menyiapkan pakaianmu.” Katanya sambil menatapku yang disusul morning kiss lembut darinya.

Dia membuka lemari dan menyiapkan pakaian untukku, saat aku berjalan memasuki kamar mandi.

Setelah aku selesai, aku menatap wajahku di cermin. Aku menatapnya kasihan dan kesal.

Inikah tampang suami yang baik?

Aku tidak bisa menjaganya sampai tua nanti! Kenapa aku begitu lemah?!

. . .

Yooran POV

Seperti biasa, aku sendirian dirumah. Setelah semua pekerjaan rumah kuselesaikan, aku masuk ke ruang kerja Sehun.

Aku menatap lekat-lekat sebuah foto dalam bingkai kayu berwarna coklat, yang sengaja Sehun pajang ditembok tepat didepan meja kerjanya. Di dalam foto itu, aku menyandarkan kepalaku dibahu Sehun. Kami duduk disebuah bangku taman dibawah pohon besar.

Aku selalu tertawa apabila aku mengingat kejadian dibalik foto itu. Karena, Sehun sampai meminta tolong pada paman-paman yang sedang memotong rumput di taman itu untuk memotret kami dengan kamera milik Sehun.

Oppa..” air mataku terjatuh.

. . .

Sehun POV

Siang ini terasa begitu melelahkan. Rasa sakit itu datang lagi.

Keringatku bercucuran. Kudengar suara pintu ruanganku diketuk. Namun, aku tidak menjawabnya.

Sampai akhirnya si pengetuk pun masuk tanpa jawaban dariku.

“Astaga! Direktur Oh? Kau kenapa?!” sekretaris Kim langsung berlari ke arahku.

“Ru-rum-rumah sakit.” Pintaku pada sekretaris Kim dengan sekuat tenaga.

“Baiklah, Direktur!”

Sekretaris Kim membawaku menuju Rumah Sakit.

“Direktur, perlu kuhubungi istrimu?” tanya sekretaris Kim panik sambil mengemudi.

“Ja-jangan. A-ku tidak ingin membuat dia khawatir.” Jawabku dengan tenaga terakhir sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri.

. . .

Yooran POV

Jam dinding di ruang tamu sudah menunjukkan pukul 08:00 malam.

Tapi, Sehun suamiku belum juga pulang. Biasanya dia sudah pulang jam 06:00 sore.

Setelah kejadian waktu itu, dia tidak pernah pulang larut malam tanpa menghubungiku.

Tapi, sekarang bahkan Sehun tidak menjawab panggilan dan pesan dariku.

Apa yang terjadi padanya? Tak perlukah aku tahu?

Sekretaris Kim juga tidak bisa dihubungi, karena ponselnya sedang tidak aktif.

Putaran jarum jam masih terus berjalan. “Oppa, apa yang sedang kau rasakan sekarang?”

Aku terduduk diam di sofa ruang tamu, ditemani air mata yang selalu ada saat seorang Oh Sehun tidak bersamaku.

. . .

Sehun POV

Pukul 10:00 malam, waktu yang ditunjukkan jam yang membelit tanganku. Sepanjang perjalanan menuju rumah, tak henti-hentinya aku teringat Yooran. Untung saja dokter mengijinkanku pulang, walau dengan sedikit paksaan.

Baru saja aku menginjakkan kaki didepan pintu, tapi Yooran sudah membuka pintu lebih dulu.

Dia langsung memelukku sambil menangis.

“Kau kenapa?” tanyaku sambil mempererat pelukan.

Yooran tetap diam dan masih terisak dipelukanku, tepatnya didadaku.

“Sayang, apa ada yang menyakitimu?” aku melepaskan pelukan dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Ne, memang ada yang menyakitiku.” jawabnya sambil menatap mataku dengan lembut.

“Siapa orang itu?” dia berhasil membuatku penasaran. Bagaimanapun, aku tidak akan pernah membiarkan Yooran sampai seperti sekarang ini.

“Kau orangnya, Oh Sehun.”

Ternyata akulah orang yang membuatnya seperti ini. Maafkan suamimu ini, Yooran.

“Sudahlah..”

Yooran menjatuhkan kepalanya dibahuku.

Sungguh, aku masih penasaran dengan caranya memperlakukanku seperti ini. Selama aku menjadi suaminya, baru kali ini dia menyambutku dengan sebuah tangisan. Apa ada sesuatu yang tidak aku tahu?

“Aku minta maaf, sayang. Sebagai gantinya, bagaimana jika besok kita pergi ke pantai?” bujukku.

“Benarkah, Oppa?” tanyanya masih dengan posisi yang sama.

Aku mengangkat kepalanya pelan, dan membuat tubuhnya tepat didepanku.

Ne, akan kulakukan apapun untukmu besok. Saranghae.”

Aku mencium bibir lembutnya sebagai pelampiasan sakitku. Maafkan aku.

. . .

Suasana pantai di pada sore hari memang indah sekali. Tapi, keindahannya kalah oleh seseorang yang saat ini ada disampingku sambil memasang senyum manisnya. Aku dan Yooran berjalan santai menyusuri bibir pantai.

Yooran menulis sesuatu di pasir pantai menggunakan ranting kayu yang entah darimana dia mendapatkannya.

Oppa! Coba kau lihat ini.” Teriaknya padaku yang sedang menatap lepas pantai.

Aku berjalan menuju Yooran, dan kulihat tulisan “Sehun Love Yooran”. Memang biasa saja, tapi aku menyukainya.

Ombak yang bergulung mengantarkan air laut ke bibir pantai, dan menghapus namaku pada tulisan itu.

Mwo? Ombak itu menghapus namamu.” Yooran menunjuk tulisan itu.

Ya, mungkin aku akan menghilang darimu. Tapi, cintaku tidak. Ombak itu juga tidak menghapus tulisan “Love”nya kan?

Tiba-tiba, tubuhku dingin. Sungguh dingin. Apa karena angin pantai?

“Sehun Oppa?” Yooran berjalan mendekat padaku.

“Kau kenapa? Wajahmu pucat sekali.” Tangannya menyentuh pipiku. Hangat.

“Tidak apa-apa, aku baik-baik saja sayang.” ujarku menyakinkannya.

“Benarkah?”

“Sungguh, aku baik-baik saja.” Aku memeluknya.

“Kau tidak berbohong, kan?” katanya sambil melepas pelukanku.

Aku tersenyum padanya, dan membungkukan tubuhku.

“Aku tidak akan berbohong. Selagi aku baik-baik saja.” Bisikku pahit.

Aku menepuk-nepuk punggungku. “Naiklah, aku akan menggendongmu.”

Yooran hanya menuruti perintahku. “Benar, tidak apa-apa?” tanyanya lagi.

“Kau lihat, kan? Buktinya aku masih bisa menggendong malaikatku ini.”

Yooran tertawa kecil. Ya ampun, akhirnya tawa kecil itu terdengar lagi.

Ya Tuhan, aku mohon di detik terakhirku nanti Yooran menyertakan tawa kecilnya itu mengantarku pulang.

“Apa kau akan menggendongku lagi, nanti?”

Aku menghentikan langkahku. Kenapa kau menanyakan ini?

Aku melanjutkan langkahku, dan membiarkan Yooran lupa dengan pertanyaannya.

Aku menggendongnya menyusuri jalan, menuju mobilku yang cukup jauh dari tempat kami tadi.

Hingga akhirnya, Yooran sudah lemas dipunggungku. Dia tertidur.

“Kau lelah? Maafkan aku, sudah membuatmu lelah.” Desisku.

. . .

Pagi ini, aku sudah siap untuk pergi ke kantor dimana aku bekerja. Yooran merapihkan kemeja yang kupakai, dan memasangkan dasi berwarna merah dengan garis-garis biru sebagai motifnya. Aku menatap wajahnya lekat-lekat.

Tuhan, kenapa? Kenapa Kau mempertemukanku dengannya? Kenapa Kau biarkan aku menjadi suaminya? Itu semua memang mauku. Tapi, jika harus seperti ini lebih baik Kau cabut nyawaku sebelum aku bertemu dan jatuh cinta padanya.

Kepalaku sakit. Sakit sekali. Tubuhku dingin. Lemas.

Oppa? Wajahmu pucat lagi. Apa yang kau rasakan?”

Tubuhku? Tubuhku.

Brukk!

Aku terjatuh tak kuat menyangga tubuhku. Tangannya cepat-cepat merangkulku.

Oppa?!” Yooran mengangkat tubuhku, menyandarkan kepalaku dibahunya, dan memelukku.

“Aku akan segera menghubungi rumah sakit. Bertahanlah, sayang.” Ucapnya panik.

Yooran mengambil ponsel dari dalam sakunya.

“Tidak perlu.” Aku mengambil ponselnya, dan menatap matanya yang sedari tadi mengalirkan air mata.

“Tidak oppa! Kali ini aku akan memaksamu, jika kau terus menolak!”

“Kenapa?”

“Maafkan aku, sebenarnya aku sudah tahu tentang keadaanmu.” Katanya sambil tertunduk.

“Keadaanku?”

“Kau kanker otak kan, oppa?” Yooran menatapku dengan air mata yang semakin deras.

“Ka-kau tahu dari mana?” tanyaku penasaran.

“Maaf, beberapa hari yang lalu aku menemukan surat pemeriksaanmu dalam tas kerjamu.”

-Flashback-

Yooran POV

Setelah semua pekerjaan rumah kuselesaikan, aku masuk ke ruang kerja Sehun. Aku membereskan meja kerjanya. Aku melihat tas kerja Sehun yang kemarin dia pakai, dan membereskan yang ada didalamnya. Sebuah amplop putih persegi panjang, bertuliskan nama salah satu rumah sakit membuatku penasaran.

Perlahan kubuka amplop itu. Mataku menyusuri satu per satu cetakan pada kertas dalam amplop. Mataku mulai berkaca-kaca. Aku duduk di kursi yang digunakan oleh Sehun untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Aku mencoba tidak percaya.

“Kenapa kau menyimpan masalah ini sendirian?” air mataku berhasil terjatuh dan membuatku sesak.

Semoga data ini hanya sebuah kesalahan.

-Flashback End-

Yooran POV

Sudah 4 hari Sehun di rumah sakit, dan aku belum pulang ke rumah sama sekali. Aku ingin terus memantau  perkembangan keadaan suamiku. Serta tak henti-hentinya aku berdo’a agar Sehun cepat sembuh dan kembali memelukku.

“Maaf oppa, aku bukan istri yang baik. Aku membiarkanmu seperti ini, aku bodoh!” air mataku jatuh tepat dipipi manis Sehun saat ku kecup keningnya.

Aku terduduk kembali dan menatap wajahnya yang sangat pucat. Jari-jari tangannya yang panjang terlihat semakin mengecil. Jari-jarinya? Jari-jari tangan Sehun bergerak? Dan perlahan matanya terbuka.

Oppa?

Aku menekan bel, yang kemudian disusul seorang dokter dan beberapa perawat. Setelah dokter memeriksa keadaan Sehun, aku langsung menggenggam tangannya dan meneteskan air mata senang.

“Yooran?” bisiknya dengan suara serak dan lemas.

Ne, oppa?” aku mengelus rambutnya pelan.

Mianhaeyo..

Sehun menghapus air mataku lembut sekali.

“Kenapa kau minta maaf? Aku yang salah. Aku sudah tahu, tapi diam saja.”

“Tidak. Sama sekali bukan salahmu.”

Oppa, kau mau di operasi?” tanyaku yang hanya dibalas senyuman manisnya.

“Maaf sayang, aku terlambat mengatakan itu.”

“Tidak.”

Oppa?”

Sehun mencoba mengambil posisi duduk dengan bantuanku.

“Aku tidak mau di operasi. Aku tidak mau mati di meja operasi.” katanya dengan tatapan kosong.

Oppa! Jangan seperti itu.”

“Aku juga tahu. Seandainya operasi berjalan lancar, kemungkinan aku hidup hanya beberapa bulan..”

Sehun menatapku lembut.

“..dan dengan keadaan seperti itu, aku hanya akan merepotkanmu dan banyak orang.”

Aku menggelengkan kepalaku cepat. “Kau menyerah?”

“Mungkin.” Jawabnya sambil mengalihkan pandangannya dariku.

Oppa!! Aku tidak pernah dibuat repot olehmu, tidak akan pernah.”

“Maafkan aku, aku banyak berbohong padamu. Aku menyembunyikan ini darimu. Maafkan aku. aku tidak bisa menggendongmu lagi.”

Oppa…” Sehun memelukku. Tubuhnya tidak sehangat biasanya.

“Jika aku bertemu dengan Tuhan disana, aku akan memohon agar Dia mengirimkan malaikat untuk menjagamu.” tuturnya dengan senyum kecil.

“Jangan seperti itu. Aku mohon..” air mataku makin deras.

“Sayang.. Aku ingin mendengar tawa kecilmu, boleh?”

“Apa maksudmu, oppa?

“Ayolah, aku berjanji tidak akan meminta apapun lagi darimu.” Ucapnya lembut.

Oppa! Kenapa kau ingin aku tertawa dalam keadaan seperti ini?!” bentakku sambil berusaha melepaskan pelukan. Tapi, Sehun menahanku walau dengan tenaga seadanya.

“Ayolah.. Aku mohon.”

“Tapi..”

“Aku mohon.”

Aku melepaskan pelukanku dan menuruti perintahnya dengan terpaksa.

Sehun tersenyum dengan wajah layunya.

Gomawo, jeongmal gomawo.

Dia menggenggam erat tanganku.

“Yooran, terima kasih sudah menjadi istri yang baik untukku. Terima kasih, sudah menjadi alasan aku bertahan hidup. Maaf, aku bukan suami yang baik. Mianhae.. Gomawo..

Sehun bersandar didadaku, dia menggambarkan bentuk hati di udara dengan telunjuknya. Tangannya terjatuh dan perlahan matanya tertutup.

Aku ingin menjerit, tapi mulutku seakan dikunci. Aku hanya bisa menjatuhkan air mata, saat Sehun pergi jauh dan tak akan pernah kembali lagi. Selamanya.

Terima kasih. Kau sudah menjadi orang yang sangat berarti dalam hidupku. Sampai kapanpun, kau tetap milikku. Dan aku, tetap milikmu.

END

31 tanggapan untuk “Just Smile, To Goodbye”

  1. sedih bangettt….
    dari awal udah disuguhin rasa sedih,,hiksss…
    romance nya di tengah bikin miris soalnya udah ketahuan kalo sehunnya bakal mati 😦
    ceritanya jelas thor, enak dibaca kok,,,
    keep writing ya 🙂
    gomawoyo…

  2. Huaaaaa.. kau membuat hatiku menangis 😥
    feelnya dapet banget. Singkat jelas dan padat.
    Keep writing ya azure ran! SEMANGAT!!!

  3. T^T huhuw kasian. Ide ceritanya bagus thor cuma menurutku alurnya agak kecepetan aja tapi gpp bagus deh ngfeel juga. Ditunggu ya ff lainnya=))

  4. Ih merinding ih 😦 sedih lhooo :’)
    Bagus ff nya menyentuh bangeet, alurnya, karakter, sm ceritanya bagus ! ^^

  5. terima kasih banyak buat yang udah baca, dan nyempetin menggoreskan komentarnya. hehe
    iya, insya’Allah author bikin lagi dehh..
    yg sad lagi? siap..
    sekali lagi, terima kasih banyak ya good readers 😀

  6. sad ending.. author ffnya daebak. aku sampai nangis baca part endingnya. huwee T.T oke. ditunggu ff keren-keren selanjutnya dari author. hmm yang sad ending lagi juga boleh. hehe ^^ hwaiting untuk karya selanjutnya!!

  7. Ni ff sumpah bikin nagnis aja T^T
    Ga bisa bayangin kalo sehun beneran pny kanker otak ._.
    Feeling nya dapet sampe bikin nyesek 😥
    Daebak thor ff nya ^^

Pip~ Pip~ Pip~