BETRAYAL [ONESHOOT]

Movie_Unknow

 __Betrayal@Zulaipatnam__

TIPE : Fanfiction RATED : R | G

LEGHT : OneShoot 3K+ GENDRE : Drama | Romance | Straight | AU

CAST : P. ChanYeol | Y. EunHye

SUMMARY : [Aku Ayahnya/ Secara hukum memang seperti itu, Chanyeol. ]

WARNING : ooc | crack pair

 

__Betrayal©Zulaipatnam__

Penghiatan.

Pantaskah Park Chanyeol mengatakan kalimat itu?

Sementara dahulu dia menegaskan mereka tak terikat apa pun. Mereka dua manusia asing. Bertemu untuk bersama namun tak selamanya. Seolah terkukung pada masa lalu. Chanyeol meruntuki segala perasaan rumit dalam dirinya, dia hanya ingin membantu, tak kuasa melihat perempuan itu menanggung segala susah dunia seorang diri. Tanpa sang suami. Bukannya Chanyeol sok, dia hanya manusia, punya rasa ibah.

“Aku yakin itu bukanlah anakmu, Park Chanyeol!” Kemantapan amat terasa pada kalimat tegas tuan Park, pria berambut keriting dengan tubuh jakung. Bentuk masa depan dari Park Chanyeol –mungkin.

Nyatanya, meski sang ayah berkata demikian, Chanyeol telah merangkai sebuah kebohongan. Dia tak kuasa. Yah, Chanyeol memang dididik untuk menjadi pria baik hati dan pemurah, semua itu berkat sang Ibunda yang mendedikasihkan hari-harinya –hanya- untuk membesarkan sang putra dengan baik. Mengajarkan budi pekerti, tenggang rasa, saling membantu, dan begitu banyak sifat baik yang harus diberikan pada sesama. Sayangnya, kali ini Ibunda Chanyeol hanya menarik nafas dalam-dalam, berkali-kali seperti itu tanpa ada kemauan untuk menatap mata serupa miliknya.

“Kami sudah menikah, appa.” Mempertegas yang ada. Chanyeol malah menarik jemari sang istri yang sedari tadi memilin ujung bajunya pertanda gugub. Memberikan bekas kusut disana.

“Persetan kau sudah menikah atau belum. Yang jelas aku sangat yakin bayi dalam perut perempuan itu bukanlah anakmu. Aku tahu kau luar dalam Chanyeol. Jadi, hentikan sandiwara tak lucu ini, sekarang!” Tak ada jalan untuk kembali, bagaimana bisa seorang Pria Park macam Chanyeol menarik semua perkataannya, janjinya pada sang istri untuk membesarkan si buah hati. Dia terlanjur jadi tameng, dan tameng itu harus melindungi sampai akhir cerita.

Semakin erat Chanyeol mengenggam jemari istrinya. Perempuan bernama Yoon Eun Hye yang masih diam dalam rasa takut. “Restui kami, appa!” Sedikit menaikkan nada bicaranya, menjadikan kalimat itu seperti sebuah perintah. Perintah yang tak akan pernah dipatuhi.

“Cih, apa kau bilang? Apa aku salah dengar? Merestui pernikahanmu sama dengan membawaku ke neraka, bocah.” Tak pernah Chanyeol bayangkan. Dimana keputusan yang diambilnya sungguh membuat sang Ayah meradang.

Ruang tamu keluarga Park itu sepi. Senyap tanpa suara dari masing-masing individu disana, terlalu sunyi untuk ukuran tempat yang didiami 4 manusia. Ibunda Chanyeol masih tak ingin memandang putranya, perasaan kecewa teramat dalam menggelayuti jiwa tua itu. Tak ada air mata, hanya mata lelah yang masih tak percaya pada situasi. Mereka duduk berhadapan, Eun Hye menarik jemarinya dari genggaman Chanyeol. Perempuan yang jadi obyek dari segala percakapan diatas menaikkan wajahnya, memberanikan diri untuk memandang pada sang empu rumah.

“Secepatnya kami akan bercerai. Jika Tuan Park tak menyetujui pernikahan kami, apa lagi yang bisa kami lakukan.” Bukan main kagetnya Chanyeol, dia menoleh cepat, mata bulatnya teramat tak percaya. Apa yang perempuan ini fikirkan? Sudah mati-matian Chanyeol memperjuangkannya. Bahkan dia sempat berfikir untuk –tak apa tak mendapat restu dari orang tua tapi, perempuan yang ia bela. Yang jadi obyek dari tamengnya malah berkata sebaliknya.

Seringai senang tergambar di sudut bibir Tuan Park. Ayah Chanyeol itu mengangguk takzim.  “Ternyata perempuan ini lebih pintar ketimbang kau, Chanyeol.” Selorotnya penuh kepuasan. Masih Chanyeol tak habis fikir.

Sang Ibunda turut angkat bicara. “Terimakasih, nak. Kamu sudah mau mengerti, terimakasih.” Jemari tua sang Ibunda merayap pada lutut Eun Hye, menggapainya dari sisi lain meja. Menunduk terimakasih sarat akan kelegaan. “Itu yang ingin kudengar darimu sedari tadi.”

__Betrayal©Zulaipatnam__

Chanyeol bertemu Eun Hye diruang prakteknya. Ia masih berseragam dinas, membaca literature tentang kehamilan ibu-ibu muda dan dampaknya. Secangkir air putih berada tak jauh dari mejanya, hari ini sepih. Suster yang biasa membawakan jadwal pasien tak kunjung datang, itu berarti tak ada antrian diluar. Maka dari itu, Chanyeol memilih menenggelamkan diri dalam buku-buku yang terjajar rapi dirak ruang praktek miliknya. Buku yang jarang tersentuh mengingat jadwal kerjanya biasa padat.

Ditengah asik tenggelam dalam bukunya, suara ketukan pelan mengintrupsi kerja syaraf mata Chanyeol. Ditariknya pembatas halaman, menutup buku dihadapan sebelum mempersilahkan masuk. Nampak kepala dari suster Geum, meminta izin terlebih dahulu sebelum membuka pintu lebih lebar.

“Ada pasien, dokter Park.” Umumnya dalam hormat. Chanyeol merapikan meja, menyimpan buku dan gelas minumnya diatas galon minum.

“Persilahkan!” Perintah Chanyeol dilaksanakan dengan cepat. Tak perlu menunggu lama, masuklah perempuan berambut hitam sepunggung, bergelombang penuh menutup wajahnya yang napak tirus. Matanya yang meninggalkan bekas tajam, sekarang nampak begitu sayu, pertanda ia teramat lelah. Langkahnya tak pasti untuk menuju kursi yang disediakan. Chanyeol mengekori langkah pasiennya, ia sedikit tak nyaman mendapati langkah yang terlalu lemah itu. Didorongnya kursi kebelakang, berjalan mantap untuk mendekap pundak perempuan itu.

“Mari saya papah. Anda terlihat tak enak badan.” Keterangan itu sontak menghilangkan tatapan tajam sang pasien. Digantikan dengan keluluhan untuk mengikuti arahan Chanyeol yang membimbingnya duduk di kursi. Merasa telah mendapatkan kenyamanan, Chanyeol kembali ketempatnya sendiri.

Sebuah cerita membuat Chanyeol tercengang. Banyak cerita bahagia dari pasien-pasiennya, perjuangan mendapatkan momongan, kesibukan saat mengalami blue baby, suka duka cerita perjalanan 9 bulan kala mengandung. Semua cerita itu seolah luluh kala Chanyeol tahu dari mana perempuan Yoon itu mendapat mata sayu dan wajah tirus.

7 kali percobaan pengguguran janin. 2 kali hampir mati dengan cara menenggak racun dan menyayat nadi. Kegiatan gila itu ia dengar tanpa permintaan, bukannya Eun Hye tak tahu malu untuk menceritakan aibnya pada orang lain. Dia hanya merasa itu perlu, lagi Chanyeol terlalu menelitiknya penuh rasa ingin tahu.

“Sekarang aku ingin anakku terlahir sehat didunia. Bisakah anda membantuku, dokter?” Terenyuh, itulah yang dirasakan Chanyeol kala itu. Dia mengangguk, memberikan anjuran apa-apa saja yang harus dikonsumsi Eun Hye dan berapa kali ia harus datang ketempatnya.

__Betrayal©Zulaipatnam__

Menikahi perempuan yang kau kenal tak lebih dari seperempat hidupmu memang adalah kesalahan. Kau tak tahu apa-apa mengenainya, tak tahu alasan dibalik kata ‘iya’ kala ia kau lamar, tak mengenal siapa dia kala kau berpaling, kau tak tahu apa-apa mengenainya. Dan kau –Park Chanyeol. Tetap menikahinya.

Didalam mobil kala perjalanan pulang. Chanyeol bersikeras untuk tetap melanjutkan pernikahannya yang seumur jagung. Belum genap 1 bulan dan mereka akan bercerai. Apa kata petugas sipil yang kemungkinan masih mengenali wajah mereka. Chanyeol menggeram kesal. Dia sudah menggadaikan segalanya, rela dihina sang Ayah hanya untuk Perempuan disampingnya. Seorang perempuan asing.

“Seperti ini yang kau mau?” Desis Chanyeol, laju mobilnya begitu pelan. Jalanan malam begitu lenggang. Hanya satu – dua mobil lalu lalang.

“Cukup kau berbaik hati padaku, dokter Park. Itu sudah cukup, tak perlu kau berselisih faham dengan keluargamu.” Rayu Eun Hye berharap Chanyeol mengerti akan posisinya. Orang asing yang tiba-tiba memporak-porandakan hidup seorang park Chanyeol.

Seandainya Eun Hye mengerti apa yang ada dalam hati Chanyeol. Pria ini sudah menggadaikan hidupnya, bersedia jadi tameng. Rasa untuk melindungi jabang bayi dalam kandungan Eun Hye begitu besar. Tak dapat ia cari apa alasannya, Chanyeol mencoba membuat prosentase. Mungkin 99 % adalah rasa kasihan dan 1% lagi ia tak dapat menemukan jawaban.

“Kita akan tetap membesarkan bayi ini bersama-sama. Tak usah kau hiraukan mereka, anggaplah semua ini untuk bayi kita.” Bayi kita? Chanyeol terdiam menyadari kalimatnya. Untuk apa ia menyebut-nyebut bayi kita? Dia hanya orang asing. Tak ikut andil dalam pembuahan.

“Dokter Park.. kumohon…, aku tak mau kau ikut menderita. Keluargamu lebih berarti ketimbang mempertahankan ku.” Masih tak menyerah rupanya, Eun Hye tak ingin Chanyeol salah ambil langkah. Chanyeol bukan Ayah biologis bayi dalam kandungannya. Ada orang diluar sana yang menempati posisi itu. Dan Eun Hye tak mau suatu ketika mereka bertemu.

“Sudahlah Eun Hye. Jangan kau kira ini tentang perasaan, suatu saat nanti keluargaku pasti dapat menerima. Entah kapan itu tapi, aku yakin mereka pasti dapat menerimanya. Aku tak mau bayi itu lahir tanpa ayah dan keluarga yang lengkap. Fikirkan semua ini untuk bayi… mu. Kelak jika ia lahir dan tumbuh, aku akan berusaha untuk berperan sebagai Ayah yang baik, menyayanginya seperti anak kandungku sendiri. Jadi, bisakah kau tak mempermasalahkannya?”

__Betrayal©Zulaipatnam__

Chanyeol membeli sebuah rumah didekat bukit, tempat yang asri untuk membesarkan buah hati mereka nantinya. Ada halaman luas didepan rumah. Eun Hye bukan tipe lady yang suka berkebun atau pun merajut. Ia seorang yang bebas, setidaknya dulu saat tak mengenal Chanyeol. Saat ini Eun Hye tengah mencoba menata kembali hidupnya, belajar menjadi seorang wanita untuk suami dan Ibu bagi anaknya kelak.

Setiap sore ia akan pergi ke halaman depan, menggelar tikar untuk tempat duduk. Memandangi langit sambil mendengarkan lagu dari ponselnya. Pilihannya jatuh pada lagu jazz yang katanya berdampak positif untuk bayi dalam kandungan. Tak ayal kadang Eun Hye mengajak bayinya bercengkrama. Dan disetiap percakapan tunggal itu. Selalu terselip nama asing yang tak Chanyeol kenal. Sebuah nama yang membangkitkan gemuruh didadanya. ‘Itukah nama sang ayah?’ telisik Chanyeol dalam diam dikala petang.

Kehamilan Eun Hye masuk trimester ketiga. Chanyeol lebih sering pulang awal, membelikan vitamin dan makanan sehat tanpa obat pengawet sebagai asupan lebih bagi sang jabang bayi. Ia memberikan perhatian lebih, mengurangi jadwal sepak bola bersama Kim Jun Su yang selalu dijadwalkan 3 kali dalam seminggu. Sekarang hanya menjadi 1 kali dalam seminggu, itu pun jika Chanyeol berkenan. Kadang pria itu sering mangkir dari janjinya dikarenakan mengantar Eun Hye pergi ke kelas senam ibu hamil.

__Betrayal©Zulaipatnam__

“Chanyeol..!! kau kemanakan ponselmu?!!” Jun Su masuk tanpa permisi, melabrak Chanyeol yang asik membaca buku anatominya. Mencari dimana keberadaan ponsel, Chanyeol tentu menyakukan tangan di jas dinas. Menatap layar gelap dan menekan tombol kunci berkali-kali.

“Ponselku mati. Ada apa?” Tanyanya terlampau tenang. Jun Su mengumpat sebal.

“Istrimu akan melahirkan. Ambulance sudah pergi menjemputnya barusan, aku yang memutuskan hal itu saat Eun Hye bilang telponnya tidak kau angkat.” Tanpa ba bi bu lagi. Chanyeol keluar dari ruang praktek. Berlari menuju parkiran dengan Jun Su mengekori.

“Ambulance sudah menjemputnya, Chanyeol. Kau tunggu saja dia di UGD!” Peringat Jun Su ikut khawatir.

__Betrayal©Zulaipatnam__

Eun Hye turun dari ambulan dibantu oleh petugas, Chanyeol buru-buru mendekat, memapah sang istri yang terlihat kesakitan, darah segar mengaliri pahanya, merembes keluar dari rok yang dipakai. Seorang suster datang bersama kursi roda, mendudukkan Eun Hye dengan hati-hati. Chanyeol tak pernah melepaskan genggaman tangan mereka, saling bertaut seolah membagi rasa sakit. Eun Hye menggeram dalam siklus 2 menit sekali. Nafasnya naik turun tak stabil. Masuk kedalam lift bersama suster dan Jun Su. Mereka seolah gugub dalam keadaan tak menentu.

__Betrayal©Zulaipatnam__

“Tinggal sedikit lagi Nyonya…, kepalanya sudah terlihat.” Seru dokter yang menangani persalinan Eun Hye, Chanyeol terlalu lemah untuk mengatasi. Dia hanya berada disana, mengawasi sambil berdo’a berharap istri dan anaknya akan selamat.

Eun Hye mengerutkan dahi, dia mengerahkan seluruh otot bawahnya, menekan sang bayi yang terasa memaksa untuk keluar.

“Ayo.., Nyonya…!! Sedikit lagi.., ya… ya…

__Betrayal©Zulaipatnam__

Eun Hye malahirkan premature. Baru 7 bulan setengah usia kandungannya. Proses bersalin yang membutuhkan 5 jam, sedikit terkendala karena pintu rahimnya tak kunjung terbuka. Setelah dipacu oleh suntikan barulah semua berjalan lancar. Eun Hye sedikit lemas, tubuhnya yang sedari awal yang tak prima merasa benar-benar lemah.

“Dia laki-laki.” Jun Su mengintip bayi dalam gendongan suster, Chanyeol berada didekat Eun Hye, mengelus kening berkeringat istrinya. Perasaan tumpah ruah kala menyambut kelahiran sang buah hati. Yah, buah hati Chanyeol.

“Bagaimana keadaannya?” Desah Eun Hye terengah, ia mengumpulkan tenaganya untuk sekedar mengucapkan sepatah kata itu.

“Sempurna.” Bisik Chanyeol penuh bangga. “Kau perempuan yang luar biasa, Eun Hye…” Pujian itu terus mengisi telinga perempuan yang tergolek lemas diatas ranjangnya.

__Betrayal©Zulaipatnam__

“Dia putramu? Tapi kalian sama sekali tak terlihat mirip.” Komentar seperti itu akrab didengar Chanyeol. Terlebih kerabatnya kala mereka bertemu. Chanyeol tersenyum lebar, dia terbiasa dengan hal itu. Dan Jae Hoo. Nama bocah yang berada digendongannya entah mengapa menuruni cara tertawa Chanyeol.

“Mereka buta atau apa? Tak melihat jika keduanya terlihat begitu mirip satu sama lain seperti ini. Dasar kalian.” Gerutu Jun Su pada gerombolan suster magang yang selalu cekikikan saat praktek. “Aku benci melihat mereka, jangan kaget jika kelak rumah sakit ini ada kasus mal praktek.” Kembali Junsu mengutarakan ketidak senangannya. Chanyeol tak ambil pusing, toh memang benar jika dia dan Jae Hoo sama sekali tak memiliki kesamaan, hanya Jun Su yang bilang mereka mirip. Ah, hiburan seorang teman. Apa salahnya?

Ap-ppa.. Attu mau pelmen..” Jae Hoo merengek dalam dekapannya, ia lemparkan boneka jerapah yang sedari tadi dimainkannya. Jun Su membungkuk untuk memungut Jerapah malang dibawah kakinya. Memberikan pada Chanyeol yang nampak bingung.

“Dimana aku bisa dapat permen?” Tanyanya cemas pada Jun Su.

“Pergilah ke mini market didepan. Pasti ada.”

“Aku tidak bisa. Sebentar lagi jam praktekku. Kau mau menolongku, kan?”

“Ck, kemana sih Eun Hye? Sering sekali dia menitipkan Jae Hoo padamu?”

“Ia ada urusan.”

Yah. Akhir-akhir ini Eun Hye memang memiliki urusan lain, perempuan itu selalu meminta ijin pergi sebentar dan menitipkan Jae Hoo pada Chanyeol. Saat waktu istirahat, Eun Hye akan datang kerumah sakit, membelikan sekotak bento untuk mereka bertiga, menyantapnya bersama dikantin rumah sakit sambil menikmati pertumbuhan putra mereka.

“Urusan apa?” Jun Su seolah mengejar sesuatu, dia penuh rasa ingin tahu. Chanyeol nampak riwuh dengan rengekan Jae Hoo. Bocah itu menarik-narik baju Ayahnya, pertanda inginnya harus segera dikabulkan.

“Entahlah. Aku belum bertanya.” Jawaban itu semakin menimbulkan rasa ingin tahu Jun Su yang terlalu besar.

“Tanyakan!” Chanyeol ikut merengut seolah Jae Hoo. Dia tak habis fikir kenapa Jun Su begitu mengikut campuri urusan rumah tangganya. Chanyeol kepala rumah tangga, dia yang berhak mengatur diri dan keluarganya sendiri.

“Untuk apa kau ikut campur?” Desis Chanyeol masih menenangkan putranya. Jun Su mendesah sebal, ia tahu temannya ini tak suka terlalu diikut campuri tapi, situasi untuk saat ini berbeda, Jun Su tahu itu.

Appa Jae Hoo masih berada diluar sana. Kau tak tahu siapa dia dan apa yang tengah ia lakukan, bertanyalah pada istrimu, itu kewajibanmu sebagai kepala rumah tangga bukan? Sekedar memberi peringatan Chanyeol, bukannya aku menakut-nakutimu.” Rengekan Jae Hoo masih tak berhenti, namun Chanyeol sama sekali tak memperdulikan putra dalam gendongannya. Ia diam, memikirkan setiap kata dari Kim Jun Su.

“Terimakasih atas sarannya. Aku permisi mau membelikan putraku permen.” Seolah mengelak dari kalimat Jun Su. Chanyeol melengos keluar dari ruangannya tak peduli beberapa menit lagi jam prakteknya akan dibuka, meninggalkan bungsu Kim yang kembali menghela nafas.

“Yah. Belikan putramu permen sebelum ada pria lain yang membelikannya.”

__Betrayal©Zulaipatnam__

Jae Hoo dijemput oleh Eun Hye tepat seperti biasanya. Kali ini perempuan Park itu tak membawakan bento seperti biasanya, yang ada adalah ramen instan dengan cola dan botol susu bagi Jae Hoo.

“Tadi toko penjual bentonya tutup, karena itu aku mampir ke mini market didepan dan membeli ramen instan. Tidak apa-apa kan?” Lapor Eun Hye sebelum menyuguhkan makan siang mereka, mendapat anggukan dari Chanyeol. Perempuan itu meminta air panas untuk menyeduh ramen.

Usai menyeduh ramen, Jae Hoo berpindah kepangkuan Ibunya, mereka tampak bahagia. Jae Hoo tertawa mendapati Eun Hye menggelitiki tubuhnya, saling bercengkrama dalam bahasa lain. Chanyeol merasa ia terasingkan.

“Belakangan ini kau pergi kemana?” Pertanyaan itu lolos dengan sendirinya, nada yang ia gunakan sungguh tak seperti seorang Park Chanyeol. Terlalu dingin.

Eun Hye mengangkat wajahnya, ia sedikit memandangi wajah diam Chanyeol. Bola mata Eun Hye bergerak tak pasti. Chanyeol merasakan bogem pada perutnya. Apakah istrinya tengah berbohong? Apa yang Eun Hye sembunyikan darinya?

“Jika boleh kutahu, belakangan ini kau pergi kemana?” Mengulang pertanyaan, dan sedikit imbuhan kalimat yang lebih halus. Chanyeol mencoba menetrasi rasa tak nyaman pada perutnya. Ia berdo’a agar semua praduga dalam otaknya adalah salah.

“Aku khursus merajut.” Merajut? Bukankah Eun Hye sama sekali tak berminat pada hal-hal seperti itu?

“Kuharap dengan itu orang tuamu kelak akan sedikit suka padaku.”

“Jadi, itukah alasannya? Merajut?”

“Ya.”

__Betrayal©Zulaipatnam__

Kebiasaan Chanyeol dipagi hari adalah minum kopi. Pagi itu ia tak mendapati Eun Hye didapur, istrinya sibuk memandikan Jae Hoo. Oleh karenya, Chanyeol berinisiatif membuat kopinya sendiri, membuka pintu pantry mencari bubuk kopi dan gula. Sebuah Koran terselip disana, berada terjepit antara kaleng susu Jae Hoo. Ada rasa penasaran, untuk apa Koran berada disana? Pantry bukan tempat yang tepat untuk sebuah Koran. Mengambil benda itu, Chanyeol membuka halaman-halamannya. Sebuah headline mengenai penangkapan buronan pengedar mariyuana terpampang jelas disana.

[Park Jung Soo, buronan yang hampir 3 tahun menjadi target kepolisian Korea Selatan akhirnya berhasil diciduk saat hendak berlayar dengan kapal diesel menuju Jepang bersama 4 kawannya.]

Park Jung Soo?

Chanyeol pernah mendengar nama itu…..

‘Park Jung Soo….

Dicengkramnya erat Koran tadi, membawanya ketempat sampah dan membanting benda itu tepat kedalamnya. Chanyeol tahu siapa Park Jung Soo. Nama yang dulu kerap ia dengar saat Eun Hye membisikkannya kala hamil. Itukah nama asing itu? Park Jung Soo? siapa dia?

Niatan membuat kopi segera ia urungkan. Ia berjalan menuju kamar buah hati mereka, Jae Hoo terlelap dalam rengkuhan sang Ibunda. Chanyeol hanya melongok dari ambang pintu, ia sakit. Sakit melihat seorang Jae Hoo dalam rengkuhan Eun Hye. Selama ini alasan kebersamaan mereka adalah Jae Hoo. Chanyeol menikahi Eun Hye beralaskan rasa ibah tak ingin seorang bocah tak berdosa lahir kedunia tanpa keluarga. Benarkah itu alasannya? Lalu apa jawaban dari rasa 1% yang tak ia ketahui apa namanya.

“Oh, apa yang kaulakukan disana?” Berapa lama Chanyeol berdiam ia tak faham. Yang jelas Eun Hye menghampirinya, Jae Hoo telah pulas diatas ranjang.

“Menunggumu.” Seru Chanyeol akhirnya. Alis Eun Hye terangkat, tak pernah suaminya ini bertingkah seperti ini.

“Untuk?”

“Ada yang ingin kubicarakan.”

“Oh.”

Keduanya pergi, duduk dalam diam disofa empuk dan saling berhadapan, menunggu satu dari keduanya memulai percakapan. Chanyeol dirundung duka, ia masih bersikeras mendoktrin diri jika ia tak ada cinta bagi Eun Hye. Nyatanya, mengapa ia marah mengetahui Eun Hye mendapat informasi mengenai ayah biologis Jae Hoo. Chanyeol terjebak dalam pemikirannya sendiri, sampai Eun Hye mengelus pundak pria itu, memaksa Chanyeol untuk menatap istrinya dalam duka.

“Ada yang salah? Kau terlihat tak baik hari ini.” Eun Hye khawatir, ia tak mau suaminya sakit.

Chanyeol menggeleng lemas, dijatuhkan jemari Eun Hye pada pundaknya, memberi isyarat ia taka pa-apa. “Kau yakin?” Kejar Eun Hye masih tak percaya.

“Ya. Aku baik-baik saja, semuanya baik-baik saja.” Namun tidak pada otakku, Eun Hye… Jika saja Chanyeol berhendak melanjutkan kalimatnya. Nyatanya tidak, Chanyeol memilih memendamnya dalam hati. Diam dan diam.

Eun Hye mengangguk faham, dijauhkan tangannya, ia masih setia duduk bersanding sembari menghadap suaminya. Menunggu apa yang akan diucapkan sang suami tentunya.

“Kau benar-benar pergi khursus merajut?” Eun Hye nampak salah tingkah, Chanyeol sudah menetapkan hatinya. Dia harus mengorek informasi dari bibir Eun Hye sendiri.

“I-yya.” Getaran itu tertangkap sempurna ditelinga Chanyeol. Istrinya tengah berdusta.

“Bukannya pergi menemui Park Jung Soo disel tahanan?” Begitu tercengangnya Eun Hye…

“Darimana kau…

“Itu benar?”

Eun Hye bangkit dari duduknya, ia hendak pergi menuju dapur tapi, langkahnya tercekat kala Chanyeol menarik tubuh itu dalam dekapan erat. Eun Hye menggerang tak ingin, dikerahkan tenaganya untuk lepas dari dekapan Chanyeol.

“Apa kehadiranku masih tidak cukup selama ini?” Desah Chanyeol penuh rasa frustasi, merasa dirinya begitu tak diinginkan dari sosok yang begitu ia jaga.

“Lepaskan aku Chanyeol…!! Lepaskan aku..!!” Masih Eun Hye meronta, tak ingin dirinya berada dalam satu dekapan bersama Chanyeol nyatanya.

“Jae Hoo putra kita! Aku Ayahnya.” Rontahan tubuh Eun Hye melemas, tak tahu lagi harus bertindak apa. Chanyeol teramat baik padanya, rela pergi dari keluarga hanya untuk dirinya. Hanya saja Eun Hye tak pernah menjadi milik Chanyeol. Perempuan itu bebas.

“Secara hukum memang seperti itu, Chanyeol.” Balas Eun Hye bernada tajam, saking tajamnya hati Chanyeol sampai tertanam teramat dalam.

“Berhentilah menemui pria itu! Kumohon…” Eun Hye menggeleng, ia tak ingin berhenti bertemu dengan Park Jung Soo. Tak akan pernah.

“Aku tidak bisa.” Sesal Eun Hye begitu dalam, tubuhnya lemas dalam dekapan Chanyeol. Perempuan itu ingin lepas, lepas dari segala kukung. “Sedari awal pernikahan kita memang tak seharusnya terjadi. Dan lebih baik jika pertemuan kita tak pernah ada, semua itu akan lebih baik dari pada seperti ini. Kita tak pernah menawarkan cinta Chanyeol, tak pernah! Oleh karena itu, biarkan aku!”

__Betrayal©Zulaipatnam__

Musim panas 3 tahun kemudian.

Jun Su mengocek bola bersama Chanyeol, dua pria itu sedang menikmati akhir pekan ditaman kota. Menghirup udara bersih dan menikmati pemandangan asri. Jun Su menendang bola begitu jauh, dan pria pendek itu selalu malas untuk berlari mengambil bola. Karena itu Chanyeol jadi mangsa. Setengah hati ia berlari mencari bola, bola standart yang tadi ditendang oleh Jun Su kali ini tengah didekap oleh bocah yang berdiri sendirian didekat semak-semak. Bocah itu tertawa, tertawa senang kala mendapatkan bola. Sebuah tawa yang mengingatkannya pada tawa miliknya. Tawa Park Jae Hoo.

__Betrayal©Zulaipatnam__

Sekian Fanfiction saya, Chanyeol disini OOC banget, gag kebayang kalau dia bakalan jadi pria gentle yang mau nikahin anak orang. Kim Jun Su yang ada diatas itu Xiah-nya TVXQ, kenapa saya pakek dia, karena didalam FF ada main bola, si abang Xiah-kan suka banget main sepak bola bareng Eun Hyuk. Hehehehe /Jadi inget formasi lima dewa dari timur T.T kangen…../Abaikan!

Terimakasih sudah berkenan membaca Fanfiction saya. Matur nuwun, njeh.

40 tanggapan untuk “BETRAYAL [ONESHOOT]”

  1. kenapa ya Chanyeol selalu menjadi orang baik? 😀 sekali-kali jadi jahat donk *nawar. tapi wajahny emang cocok kok buat jadi orang baik. maju terus THOR!! *Alay dikit. Keep Going ya~ Tetep buat FF yang bagus ya. Im Waiting… 😀
    mampir dulu ya ke blog kami di http://zastoryline.blogspot.com/
    kamsahamida 😀 😀 😀

  2. Kesel sih sama ceweknya-_- itu akhirnya mereka cerai? Trs chanyeol ktemu anaknya itu? Agak ga ngerti’,’)a hehehe. Tp bagus ff-nya. Klau bisa dilanjut thor. Soalnya agak gantung menurutku, sayang bgt muehehe:D

    1. dengan berat hati saya katakan. mereka cerai.
      yup, tuch bocah yang bawa bola adalah anaknya si chan.

      wah, ini oneshoot, gag ada rencana untuk sequel..

  3. entahlah…. baca ff ini barengan sama lagu sm the ballad yang breathe, bayangin. aku nangis author! T.T feelnya dapet bgt yaampun. suka bgt sama karakter chanyeol disini. astagah dia kan ‘idiot’ bisa banget diubah jadi serius. daebakkk lah pokoknya!<3

    1. makadari itu dia OOC bangeeet disini, tapi jujur aku gag suka sikap Chanyeol yang out of control gitu. lebih suka yang kek gini, heheheh. tuch lihat fotonya, kalau serius dia ganteng.

  4. Boleh minta sequel 😀 . Pemilihan katanya udh baku, tapi nemu 1 aku ‘riwuh’ mungkin maksudnya sibuk atau repot kali yah . Berasa rabu nyunda ‘abi riweh pisan ini teh’ . Haha ngaco . Bagus kok tpi feel dapet, dan nyesek!

    1. kenapa aku pakek riwuh? soale menurutku itu keren bangeeet dan tidak ada yang bisa menggambarkan lagi. heheheh, padahal cuma reflek ngetik aja.

      riwuh bahasa sunda yaaa… baru tahu.

  5. sumpe gila thor.. aq bacanya nohok bgt rasanya ni hati.. kasian banget si baby chanyeol nan unyu2.. mending ma aq ajah,, hahaha #plakk! tp overall bagus, keren, lanjutkan..
    sm mo numpamg nanya, d sni buka lowongan author freelance kagak?

    1. unyu-unyu yang gimana gitu……..
      makasih udah bilang FF aku bagus. heheheh

      kalau freelance kayak ada deh. kau cek aja di foam.

Pip~ Pip~ Pip~