Over the Boundaries

Over the Boundaries

 

Title: Over The Boundaries

Author: Janey (@AuthorJaney)

Length: Oneshoot

Cast: EXO’s Kris, Jung Ah Rin (OC), B.A.P’s Bang Yong Guk

Dunia bukanlah apa yang bisa kau impikan. Dunia bukanlah karangan fiktif ataupun dongeng pengantar tidur yang selalu berakhir bahagia. Dunia juga bukan drama yang terlihat manis walaupun ada banyak peran antagonis di dalamnya. Tidak seindah itu. Dunia yang kita diami, dunia yang kita pijak ini hanyalah fatamorgana menuju kematian. Keindahan sesungguhnya. Keabadian.

Jung Ah Rin. Gadis itu tahu betul seperti apa dunia yang dipijaknya. Bahagia bukanlah suatu yang selalu ia impikan layaknya gadis muda seusianya. Bukan. Tidak, tidak sejak saat itu. 8 tahun lalu saat pria bertato naga itu menghabisi nyawa kedua orang tuanya. Kebahagiaannya hilang dan ia merubah analoginya tentang apa sebenarnya arti bahagia itu.

“Kau tidak lelah?” Kris menyelipkan helaian rambut yang jatuh di wajah cantik Ah Rin ke belakang telibga gadis itu.

Ia duduk disebelah gadis yang masih asik mencoret-coret buku catatannya sambil sesekali menyuapkan makanan yang sejak sejam lalu tidak banyak berkurang jumlahnya. Ia menarik nafas panjang sebelum menarik paksa buku catatan gadis itu dan menyuapkan makanan yang sudah dingin itu kemulut gadisnya——dengan sedikit dipaksa.

“Aku lelah melihatmu seperti ini. Kau benar-benar berubah. Kau bukan lagi Jung Ah Rin yang aku kenal. Aku lelah melihatmu seperti ini. Tidak kah kau peduli dengan dirimu sendiri?”

Ah Rin merebut kembali piring yang tadi sempat diambil Kris dan membawanya ke dapur.

Ia tahu apa yang dikatakan Kris benar. Ia berubah bahkan ia tak mengenal siapa dirinya lagi tapi bukankah dunia juga terus berubah? Bukankah dunia juga menjadi lebih kejam padanya?

Ia menyalakan keran air di bak cuci piring tanpa membuka penyumbatnya terlebih dahulu. Membiarkan kucuran air tersebut memenuhi baknya.

Kris yang dari tadi hanya diam menonton merasa tak tahan dengan tontonannya. Ia mematikan keran yang terbuka itu dan memeluk tubuh ramping Ah Rin.

“Berhentilah.” Ah Rin menjauhkan dirinya dari pemuda itu. Ia menatap lantai yang sama sekali tidak menarik.

“Kau tidak mengerti, Kris. Ini bahkan lebih sulit dari yang kau bayangkan.”

“Aku tahu aku memang tidak tahu persis bagaimana rasanya tapi tidakkah kau bisa mentolerirnya untuk dirimu sendiri? Hanya secuil saja kepedulian untuk dirimu sendiri. Tidak bisa kah?”

“Aku tidak tahu.” Kris kembali meraih tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Setidaknya ini lebih baik daripada harus membiarkannya tenggelam dalam kegelisahannya sendiri.

“Orang tuamu tak akan pernah suka anak gadisnya yang manis bertingkah seperti ini.”
******

Bukankah dunia begitu kejam membiarkan matahari tenggelam dan hilang dan membiarkan malam yang pekat, hitam dan gelap menggesernya. Mengganti cahaya yang harusnya membuat dunia nampak lebih terang dan terasa lebih hidup.

Kris berlari keluar dari gedung setengah jadi itu menuju mobil sedan hitam miliknya dengan darah yang terlihat mengering disudut bibirnya serta pelipis kirinya juga darah yang masih mengalir di lengan kanannya.

Seorang pemuda dengan jas berwarna abu-abu gelap terlihat mengejarnya sambil sesekali melepaskan tembakan kearah Kris yang beruntung belum sekalipun menyentuh kulit porselen pemuda itu.

Kris menyalakan mesin mobilnya dan segera melesat menjauhi gedung itu. Dari luar pemida yang mengejarnya tadi terus mengumpat kesal dan masih terus melepaskan peluru dari pistolnya.

“Kau pasti akan mati, Wu Yi Fan!”
******

“Apa yang kau lakukan?! Kau hanya kutinggal pergi ke supermarket sebentar saja sudah kabur dan berulah. Kau pikir kau ini apa hah? Superhero?!” Ah Rin sengaja menekan luka dipelipis Kris dengan kapas yang telah diguyur alkohol itu agak keras.

Kris meringis. “Setidaknya kau harus memberiku hadiah kali ini.”

“Untuk apa? Kau tidak melakukan hal berarti untukku saat ini.” Ah Rin mendengus kesal.

“Ck, kau ini. Kau pikir aku dapat luka ini dari mana hah kalau bukan dari pria itu dan aku telah menghabisinya.”

“Pria…. Kau?” Kris mengangguk dengan seringaiannya yang—agak—memuakan sekaligus memabukan terplester sempurna diwajahnya.

“Sialan kau!,” Ah Rin meninju pelan lengan kiri Kris dan mengecup ringan pipi pemuda itu. “Terima kasih. Dan.. Siapa pria brengsek itu?”

Kris diam. Seriangaiannya luntur begitu saja dari wajahnya. Ah Rin menatapnya heran. Ada apa? Mengapa ia seolah tak ingin Ah Rin mengetahui siapa pria brengsek itu? Ah Rin tetap menatapnya penuh tanya.

Ada rasa lega dan penasaran yang sama besar di dalam hati hadis itu. Ia lega akhirnya ada imbalan setimpal pada pria itu atas kejadian 8 tahun lalu namun ada rasa pebasaran akan identitas pembunuh itu. Wajarkan jika ia ingin tahu?

“Mungkin kau akan mengetahuinya sebentar lagi.” Baru saja Kris menyelesaikan kalimatnya bel apartemen gadis itu berbunyi.

“Sebentar.” Ah Rin berjalan cepat menuju intercom untuk melihat siapa tamunya. Bang Yong Guk. Sepupunya. Anak tunggal adik dari ayahnya.

Kris sudah dapat menduganya sejak awal dan ia tak menyukainya. Yong Guk dan dirinya memang bukan dua individu yang bisa hidup berdampingan. Bahkan untuk sekedar hubungan pertemanan. Tidak. Bahkan rasa benci mereka meluap saat ini.

“Oppa wa-”

“Aku ada perlu dengan Wu Yi Fan. Aku tahu si brengsek itu ada di dalam.” Pemuda itu masuk tanpa di persilakan oleh pemiliknya dan langsung mengacungkan pistolnya tepar di hadapan Kris yang juga sudah siap dengan pistol yang ada dalam saku celananya.

“Aku tak mengerti ada apa ini.” Ah Rin yang sydah berdiri di samping kekasihnya menatap Kris dan Yong Guk bergantian dengan tatapan penuh tanya.

“Ayahnya yang telah membunuh orang tuamu dan juga ayahku.” Ujar Kris dingin

“Yong Guk…”

“Keparat kau Wu Yi Fan!” Yong Guk sudah siap dengan pelatuk pistolnya yang akan di lepaskan.

“Kenapa?”

“Apa kau benar-benar berfikir ibunya adalah adik kandung ayahmu? Cih, bahkan ibunya tak ada hubungan darah apapun dengan keluarga Jung. Ditambah ayahnya yang serakah yang menginginkan semua aset keluarga Jung jatuh ketangannya sendiri dan aku yakin anaknya yang berdiri di hadapan kita sekarang tidak lagi melihatmu sebagai sepupunya walupun memang bukan.”

“Lantas apa masalahmu jika aku menginginkan Ah Rin untukku hah?!” Yong Guk melepaskan pelatuk pistolnya yang ia arahkan kearah Kris namun Ah Rin mendorong jatuh tubuh Kris kesamping dan peluru yang Yong Guk tujukan untuk Kris malah mengenai tubuh Ah Rin dan mengenai dada kiri gadis itu.

Yong Guk menjatuhkan pistolnya seiring dengan tubuh Ah Rin yang jatuh terkulai ke tanah dengan darah yang mengalir deras dari tempat dimana peluru Yong Guk bersarang.

“MATI KAU BANG YONG GUK!”

Yong Guk jatuh tersungkur dengan darah yang mengalir deras dari keplanya. Kris menembakan pelurunya tepat sasaran dan seolah enggan melawan Yong Guk membiarkan peluru Kris menembus kepalanya.

“Ah Rin-a..” Kris meraih tubuh Ah Rin keatas pangkuannya. Ah Rin menyentuh pipi kanan Kris dan menatap wajah kekasihnya dalam seakan ia takan pernah melihatnya lagi.

“Aku mencintaimu, Kris” Kris mengecup punggung tangan Ah Rin dan menggeleng perlahan. Gadis itu hanya tersenyum melihat kekasihnya.

Kris mencium bibir Ah Rin, melumatnya seperti orang yang tak butuh oksigen. Ah Rin melepaskannya perlahan.

“Ini bukan akhir cerita yang kau inginkan..”

Ah Rin menggelwng lemah. “Aku tak pernah mengharapkan akhir apapun. Aku tak pernah merangkainya bahkan memikirkan akan bagaimana akhirnyapun tak pernah terlintas di pikiranku.”

“Kau harus hidup dengan baik setelah ini. Kali ini aku yang akan menyuruhmu berhenti. Hiduplah dengan bahagia, Kris.”
*****

“Kau lebih terlihat cantik dengan gaun terusan putih ini.” Kris menyematkan mahkota yang ia rangkai menggunakan ranting kering dan bunga-bunga liar di padang rumput tempat mereka duduk saat ini.

“Kau bahkan terlihat lebih tampan dengan kemeja putih itu.” Gadis itu tersenyum.

“Jadi ini akhirnya?” Ah Rin mengangguk.

“Keabadian.”

*************END**************

Top of Form

Bottom of Form

 

3 tanggapan untuk “Over the Boundaries”

Pip~ Pip~ Pip~