[IDN] My Foster Guardian Lu Han (Chapter 7 – Twists)

my foster guardian lu han

All rights reserved, Pakwanii’s storyline©

Don’t take out my translations without permission!

Translated by fydiamond

Don’t plagiarize! Please respect the real author for her briliant idea

Real story click HERE

Whole Translations click THIS

▪▪▪

Twists

Lu Han & Kim Jaera (OC)

Theme Song : CNBlue – Imagine

▪▪▪

“Kau tinggal dengan pria muda yang kaya dan tampan ini?!”

Kedua mata Jaera melebar selebar piring sambil menatap Baekhyun dan Chanyeol dengan ekspresi ngeri. Sementara Lu Han, mengerutkan alisnya sambil berpikir keras. Ia yakin ia pernah melihat mereka berdua di suatu tempat tapi ia tak tahu di mana.

Dan tiba-tiba ia ingat. Baekhyun dan Chanyeol adalah dua orang pria yang tinggal di apartemen sebelahnya, ruangan 419.

“Oh Jaera, kau kenal mereka?” Tanya Lu Han sambil menatap gadis di sebelahnya dengan tenang.

Jaera mengangguk dengan ragu sebelum menelan salivanya. “A-aku bekerja di restoran Italia mereka.”

Lu Han tetap terlihat tenang sementara Baekhyun dan Chanyeol berjalan mendekati mereka.

“Hey Jaera, jawab kami.” Ujar Baekhyun, ia menatap Jaera dengan tatapan curiga sebelum menatap Lu Han dengan tatapan tidak percaya. “Kau tinggal dengan pria ini?”

Jaera menelan salivanya lagi. Hanya ada dua pilihan yang bisa diambilnya; antara menjawab tidak atau berbohong. Pilihan pertama sedikit mencurigakan mengingat kedua orang ini telah melihat mereka berjalan menuju elevator. Sebaliknya, pilihan kedua, adalah jawaban yang lebih baik. Ia bisa saja hanya berbohong kepada mereka berdua tentang Lu Han yang merupakan sepupunya lagipula mereka berdua tak tahu yang sebenarnya.

Tapi perjanjian mengatakan, bahwa Jaera takkan membuat Lu Han berakting di depan orang lain. Ia hanya meminta Lu Han untuk berakting di depan wali kelasnya, Suho. Memintanya lebih jauh hanya akan menjadi beban bagi Lu Han, dan Jaera tak ingin membebani Lu Han lebih dari apa yang telah ia lakukan.

Jaera ragu-ragu menggelengkan kepalanya dan tersenyum aneh. “T-tidak, aku hanya―”

“Ya, benar, kami tinggal bersama.”

Baekhyun, Chanyeol, dan Jaera menganga begitu mendengar Lu Han, namun Lu Han hanya tersenyum. Kemudian diam-diam Lu Han menyenggol Jaera sambil tetap tersenyum pada Baekhyun dan Chanyeol.

Y-yeah, dia adalah… sepupuku.” Kata Jaera dengan enggan sebelum memperkenalkan ketiga pria itu satu sama lain. “Baekhyun oppa, Chanyeol oppa, ini Lu Han oppa, sepupuku. Lu Han oppa, mereka adalah Baekhyun oppa dan Chanyeol oppa, pemilik restoran tempatku bekerja.”

“Jadi, Jaera bekerja di tempat kalian,” ujar Lu Han, ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. “Terimakasih karena telah menjaga Jaera selama ini.”

“Ah, ya,” kata Chanyeol sambil menjabat tangan Lu Han. “Bukan masalah.”

Siapa yang tahu bahwa Jaera punya sepupu kaya dan tampan? Tapi, selama mereka bertetangga dengan Lu Han, mereka tidak pernah melihat Jaera mengunjungi Lu Han.

“Kami jarang bertemu satu sama lain sebelumnya karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku dan Jaera sibuk dengan sekolahnya.” Kata Lu Han, pura-pura terlihat kecewa sementara Baekhyun dan Chanyeol saling menatap satu sama lain, masih merasa curiga.

Selain itu, jika Jaera benar-benar sepupu Lu Han lalu mengapa Jaera bekerja mati-matian hanya untuk membayar sewa? Mereka benar-benar tidak tahu mengapa Jaera menyewa sebuah apartemen untuk dirinya sendiri, tapi mereka tahu bila Jaera bekerja untuk itu. Jika itu adalah masalahnya, bukankah Lu Han bisa memberinya uang ketimbang membiarkannya bekerja?

“Aku sudah mengatakan pada Jaera jika ia tidak perlu melakukan pekerjaan paruh waktunya itu dan aku bisa memberinya uang bulanan, tapi ia tetap menolak penawaranku.” Lu Han tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. “Dan sekarang ia diusir dari apartemen lamanya, biar suka atau pun tidak, ia harus tinggal di tempatku. Orangtuanya telah memercayakannya padaku dan aku tak ingin mengecewakan mereka, aku juga tak ingin sepupu kesayanganku menderita.”

Baekhyun dan Chanyeol kembali bertatapan, namun kali ini, dengan tatapan takjub. Lu Han seperti membaca pikiran mereka dan segera menjelaskan situasinya pada mereka. Bukan hanya kaya dan tampan tapi ia juga lumayan cerdas―bukan berarti ia bisa membaca pikiran. Kini kekaguman mereka pada Lu Han tumbuh secara dramatis.

“Dasar anak licik, kau tak memberitahu kami kalau kau punya sepupu yang kaya dan tampan.” Bisik Baekhyun sambil mendekat pada Jaera dengan senyum licik. “Kau bahkan tidak mengenalkannya pada kami sebelumnya.”

“Banyak hal yang…. baru terjadi..” Jaera terdiam, ia memaksakan senyum pada Baekhyun sebelum menoleh pada Lu Han yang sedang mengobrol dengan Chanyeol tentang beberapa hal―mungkin tentang bagaimana Chanyeol dan Baekhyun bertemu dengan Jaera atau yang lainnya.

Jaera memerhatikan Lu Han yang sedang tertawa kecil sambil mengobrol dengan Chanyeol dan bersikap penuh martabat. Ia terlihat sangat pengertian dan aura yang menguar darinya praktis merupakan lambang tipe ideal seluruh wanita. Semua orang pasti tertarik padanya. Caranya membuat kontak mata pada orang yang sedang mengobrol dengannya, cara bicaranya yang lembut, dan caranya menanggapi kata-kata lawan bicaranya―semua itu menunjukkan seberapa sopan dan terhormatnya Lu Han nanti.

“Benarkah? Jaera sangat beruntung bisa jadi sepupumu.” Komentar Chanyeol sambil tersenyum.

Lu Han tertawa kecil  dan menoleh pada Jaera, menangkap tatapannya. Kemudian ia tersenyum lembut dan menepuk kepalanya. “Sebenarnya, itu sebaliknya. Akulah orang yang beruntung karena bisa menjadi sepupu Jaera.”

Begitu mendengar ucapan Lu Han, rona merah muncul menghiasi wajah Jaera. Ia tidak tahu apakah Lu Han benar-benar bermaksud mengucapkan itu, tapi ia harus mengakui bahwa Lu Han punya keterampilan dalam bidang akting.

Ketika pria itu tertawa, membuat Jaera lebih merona.

Ey, Jaera kita ternyata malu!” Ujar Chanyeol sambil mengacak rambut Jaera sementara Jaera terus menatap lantai, menghindari tatapan semua orang.

“Tapi serius, kau bisa menceritakan pada kami jika dia adalah sepupumu. Kami khawatir Jum’at lalu, kau tahu?” Kata Baekhyun sambil tersenyum bodoh. “Jangan tersinggung Lu Han-ssi, tapi kami benar-benar berpikir bahwa sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada kalian karena Jaera tidak kembali, atau pun dia tak memberitahu kami apa yang terjadi.”

Mendengar perkataan Baekhyun, Lu Han dan Jaera membeku di tempat sedangkan kedua pasangan itu tertawa. Ini seperti mereka telah dibawa kembali tepat pada malam itu dan bayangan tentang apa yang sebenarnya terjadi tiba-tiba melintas di benak mereka. Keringat dingin menetes dari dahi Jaera, tidak yakin harus berkata apa. Ia menoleh pada Lu Han dengan malu-malu dan terkejut kala mendapati Lu Han tersenyum dengan begitu naturalnya, tak terpengaruh oleh ucapan Baekhyun.

Kecuali untuk telinganya, yang memerah semerah tomat.

“Tapi tentu saja, itu takkan terjadi. Kau adalah Lu Han-ssi.” Ujar Baekhyun lagi, ia tertawa kecil dengan Chanyeol dan Lu Han ikut tertawa.

“Oh, bolehkah kami memanggilmu hyung?” Tanya Chanyeol sambil berseri-seri menatap Lu Han. “Kau dua tahun lebih tua dari kami, kan?”

“Tentu, lagipula kita adalah tetangga.” Kata Lu Han sambil tersenyum kecil. Lalu ia merangkul Jaera dan menarik Jaera mendekat padanya. “Teman Jaera adalah temanku juga.”

Chanyeol berseri dengan semangat. “Bukankah ini hebat? Kita akan menjadi tetangga sekarang!”

“Aw, sebenarnya aku ingin memanggil Lu Han dengan oppa.” Ujar Baekhyun yang menghasilkan tatapan terkejut dari Lu Han dan Jaera sementara Chanyeol meenatapnya dengan tatapan tak percaya. “Apa? Aku hanya bicara.”

Berjalan menuju apartemen mereka, Lu Han tetap bersikap tenang sementara Jaera bersikap gugup. Baekhyun dan Chanyeol kembali ke toko untuk mencari kantung plastik yang mereka lupakan, jadi mereka buru-buru mengucapkan selamat tinggal pada Lu Han dan Jaera. Jaera dan Lu Han bersikap normal setelahnya meskipun atmosfer di sekeliling mereka begitu hening, ini tak terlalu aneh―setidaknya, untuk Lu Han.

Hanya saja Jaera merasa malu pada Lu Han. Ia bukan hanya perlu berpura-pura di depan Suho, namun ia juga harus berpura-pura di hadapan Baekhyun dan Chanyeol. Belum lagi ia diingatkan pada apa yang terjadi Jum’at lalu―Jaera berhutang banyak pada Lu Han.

Ia bahkan berpikir bahwa Lu Han adalah orang yang narsis sementara sebenarnya Lu Han adalah seorang Malaikat. Jaera hanya tak mengerti kenapa Lu Han mau membantu gadis yang tak berguna seperti dirinya, tak ada untungnya bagi Lu Han. Lu Han kaya, tampan, dan pintar. Selain itu, hanya dengan melihatnya saja Jaera tidak bisa tidak kagum karena orang seperti dia benar-benar ada. Ia benar-benar baik.

“Apa yang kau tunggu?”

Jaera mengerjap saat melihat Lu Han menunggunya untuk masuk. Mereka telah tiba di apartemen mereka tapi sepertinya pikiran Jaera sedang melayang entah ke mana sehingga ia tak memerhatikan Lu Han.

Jaera masuk dengan ragu dan mengunci pintu di belakangnya sebelum melangkah ke arah Lu Han yang sedang duduk nyaman di sofa, sambil memindah-mindahkan saluran televisi. “Lu Han-ssi―”

Oppa.” Kata Lu Han. “Lu Han oppa.”

“Lu Han o-oppa..” Tutur Jaera sembari menggigit bibir bawahnya. “Aku minta maaf.”

“Kenapa meminta maaf? Apakah kau telah melakukan sesuatu yang salah?” Tanya Lu Han tanpa menolehkan pandangannya dari layar televisi.

“Tidak, maksudku, aku minta maaf atas kejadian tadi… dengan Baekhyun dan Chanyeol oppa.”

Setelah gagal mencari tayangan yang bagus, Lu Han mematikan televisinya dan bangkit, ia menatap Jaera dengan ekspresi tenang. “Kita telah bersepakat bahwa aku akan berpura-pura sebagai sepupumu dan kau sebagai sepupuku, kan? Jangan berpikiran bila aku terganggu oleh masalah ini, karena aku sama sekali tak merasa terganggu. Biasa saja bagiku untuk mengenalkan diriku sebagai sepupumu pada teman-temanmu, itu bagian dari kesepakatan kita dan aku selalu menepati kata-kataku.”

Mendengar respon Lu Han, Jaera tak bisa tidak tersenyum berterimakasih. Ia tak bisa membayangkan perbuatan baik apa yang pernah ia lakukan di masa lalu sehingga ia bisa bertemu dengan orang sebaik Lu Han.

“Sekarang aku telah menyelesaikan pekerjaanku, kau juga harus melakukan hal yang sama.” Ujar Lu Han sambil tersenyum. Kemudian ia kembali duduk nyaman di sofa dan mengangkat kakinya, mengistirahatkannya di atas meja kopi dengan arogan. “Lu Han oppa tersayangmu lapar, jadi kau harus menyiapkan makanan.”

“Oh, oke.” Jawab Jaera, tak yakin harus bereaksi apa tapi ia berjalan ke arah kulkas. Setelah membuka kulkas tersebut, pemandangan mengecewakan menyapanya. “Lu Han oppa, tak ada apapun di kulkas, jadi―”

“Maka belikan aku makan malam. Ramyeon di lantai bawah boleh-boleh saja untukku.”

Jaera hanya menatap Lu Han dengan mata yang melebar seolah tak percaya dengan apa yang baru saja Lu Han katakan. “Apa?”

Lu Han mengambil remot lagi sebelum menoleh pada Jaera. “Kau mendengarku, belikan aku semangkuk ramyeon.”

Jaera menatap Lu Han dengan mulut menganga, memastikan bahwa ia tak salah dengar. Lu Han benar-benar memintanya untuk membeli semangkuk ramyeon. Itu bukanlah masalah besar baginya untuk melakukukan permintaan simpel semacam ini―setidaknya ini yang bisa ia lakukan setelah menerima banyak bantuan dari Lu Han―hanya saja, Lu Han terlihat lembut dan baik beberapa saat yang lalu tapi sekarang ia terlihat seperti… well… seorang sialan. Benar, Jaera pernah berpikir bila Lu Han sedikit sombong dan sebagainya tapi Lu Han yang bersikap seperti ini tak pernah sama sekali terlintas dalam benaknya.

Dan Lu Han tak memberinya uang sepeser pun.

“Oke, aku akan kembali.” Kata Jaera sambil mengecek uang dalam kantungnya sebelum keluar dari apartemen.

Kemudian Jaera memasuki elevator dan setelah beberapa pemberhentian, akhirnya ia tiba di depan sebuah toko serbaada tempat ia pertama kali bertemu dengan Lu Han. Jaera bergegas memasuki toko tersebut dan mencari Kyungsoo. Namun berita buruk bagi dirinya, Kyungsoo ternyata sudah pulang.

Meskipun demikian, Jaera segera menuju konter dan menatap berbagai jenis ramyeon. Favoritnya adalah Shin ramyeon namun itu hanya untuknya. Bagaimana jika Lu Han suka yang lainnya? Kembali ke pertemuan pertama mereka, Lu Han memesan jenis ramyeon yang berbeda yang sepertinya adalah Jin ramyeon. Berbekal firasat, akhirnya, Jaera membeli Jin ramyeon, berharap semoga Lu Han menyukainya.

Setelah membayar ramyeon tersebut, Jaera bersegera kembali ke apartemennya dan melihat Lu Han telah menunggu di meja makan dengan pakaian yang telah diganti. “Akhirnya.”

“Maaf, tadi ada sedikit antrean.” Ujar Jaera sambil menaruh paper bag di atas meja.

Begitu menyadari bahwa hanya ada semangkuk ramyeon di dalam tas tersebut, alis kiri Lu Han terangkat. Kemudian ia membuka tas itu sebelum menoleh pada Jaera. “Jin?”

“Itu adalah ramyeon yang kau pesan waktu itu.” Ujar Jaera sementara Lu Han mengangguk tanda mengerti.

“Jadi kau suka ramyeon jenis ini?”

“Tidak terlalu.”

“Aku tahu dan aku juga tidak menyukainya.” Tutur Lu Han sambil mendorong mangkuk itu menjauh darinya. “Aku ingin Shin ramyeon.”

Mulut Jaera kembali menganga dan ia menatap Lu Han dengan tercengang.

Baiklah, ia memang banyak berhutang budi pada Lu Han tapi setidaknya Lu Han mengapresiasikan usahanya. Ia juga belum makan malam. “Oke Lu Han oppa.”

Lu Han tersenyum manis padanya. “Cepatlah, aku sangat kelaparan.”

Tanpa menoleh ke belakang, Jaera kembali ke elevator dengan aura kegelapan mengelilinginya. Ia bersegera memasuki toko serbaada itu dan membeli Shin ramyeon sambil menggerutu. Sang kasir memberinya tatapan aneh namun ia tak peduli.

Kala kembali ke apartemen, Jaera ternganga kembali kala melihat Lu Han telah menghabiskan Jin ramyeon. Bahkan tadi ia pun sedang menyeruput mienya, dan Jaera bersumpah bahwa Lu Han terlihat imut namun itu bukanlah poin utamanya. Lu Han memintanya membeli semangkuk ramyeon lagi sedangkan hal itu sama sekali tak penting.

“Kau begitu lamban sehingga aku harus memakan ini.” Kata Lu Han sembari menaruh sumpitnya di atas mangkuk. “Bersihkan ini untukku.”

Jaera memerhatikan Lu Han yang mengelap mulutnya dari sisa-sisa makanan sebelum menggertakkan giginya diam-diam. Ia bahkan belum berganti pakaian dari seragamnya dan kini Lu Han memintanya untuk membersihkan kekacauannya. Setidaknya Lu Han harusnya mengatakan tolong.

“Tolong.” Ujar Lu Han sambil tersenyum kecil.

Sambil mendesah berat, Jaera menaruh tas yang baru itu di atas meja. “Oke―”

Jaera baru akan mengangguk ketika tiba-tiba ia teringat pada jaket yang dipinjamkan Lu Han sebelumnya. Dengan cepat ia pergi ke kamarnya dan mengambil jaket yang terlipat rapi di atas tempat tidurnya sebelum kembali ke ruang makan dengan Lu Han yang menatapnya penasaran. “Apa itu?”

“Ini jaket yang kau pinjamkan waktu itu.” Jaera mengulurkan jaket hitam itu pada Lu Han sambil membungkuk. “Terimakasih.”

“Oh, itu.” Ujar Lu Han datar, ia berdiri dari duduknya. “Kau bisa menaruhnya di lemariku setelah kau selesai mencuci pakaianku yang lain.”

“Mencuci pakaianmu? Apa maksudmu?” Tanya Jaera dengan alis yang terangkat.

“Bukankah itu adalah pekerjaan seorang adik untuk mencuci pakaian kakaknya?”

“Kapan hal itu pernah terjadi?”

“Entahlah, jangan tanya aku.” Kata Lu Han sambil mengendikkan bahu. “Yang aku tahu adalah, kau harus melakukan bagianmu sesuai kesepakatan dan bersikap seperti adikku yang sebenarnya.”

“Tapi…”

“Tapi apa?” Tanya Lu Han dengan alis terangkat. “Kau tak ingin melakukannya?”

Jaera terdiam selama beberapa saat, ia ragu tentang hal itu. Ia membuka mulutnya dan hampir menjawab ketika Lu Han menyelanya.

“Tidak apa-apa jika kau tidak ingin melakukannya, tapi kita telah membuat kesepakatan. Aku bahkan mengambil inisiatif untuk membantumu, memberimu kamar gratis dan bahkan berpura-pura di depan banyak orang tanpa meminta sesuatu yang berat sebagai balasannya,” kata Lu Han sambil menggelengkan kepalanya dengan kecewa. “Tapi tak apa jika kau memang tak ingin melakukan―”

“Oke, aku akan mencuci!” Sela Jaera dengan alis berkerut tanda frustasi.

Bibir Lu Han segera memerlihatkan senyum jahil karena tahu bahwa Jaera telah jatuh ke dalam kata-katanya. “Bagaimana dengan menyetrika?”

“Oke.” Kata Jaera ragu.

“Sarapan dan makan malam?”

“Oke….”

“Membersihkan kamar mandi?”

“Uh….”

“Membereskan kamarku?”

“…….”

“Bagaimana dengan―”

“Oke, aku akan melakukan semuanya! Aku akan mencuci, menyetrika, membuatkanmu sarapan, makan siang dan makan malam, membersihkan kamar mandi, merapikan kamarmu, dan membersihkan seluruh apartemen!” Teriak Jaera dengan matanya yang melebar dua kali lipat sambil menatap Lu Han. “Bukankah itu cukup bagimu?!”

Lu Han menatap Jaera selama beberapa detik sebelum mengerucutkan bibirnya. “Kau marah.”

Dengan tatapan tak percaya, Jaera berteriak. “Aku tidak marah!”

“Lihat, kau berteriak.”

“Lu Han-ssi, aku tidak―”

Oppa.”

Jaera menutup matanya dan bernapas berat, mencoba untuk menghentikan dirinya yang ingin menggertak. “Oppa, aku tidak marah atau pun berteriak. Aku akan melakukan seluruh pekerjaan rumah seperti yang kauminta. Apakah itu cukup?”

“Nah, kau memang gadis yang baik!” Lu Han tertawa kecil sembari menepuk kepala Jaera dengan gembira.

Lalu Lu Han merogoh sakunya dan menarik tangan Jaera sebelum memberinya amplop putih.

“Sebaiknya kau memakan Shin ramyeon kesayanganmu saat masih panas.” Kata Lu Han sambil menatap paper bag di atas meja dengan senyuman. Jaera menatapnya dengan linglung namun ia hanya mengabaikannya dan melangkah menuju kamarnya. “Selamat malam!”

“Paman itu…..” Desis Jaera, tak peduli jika Lu Han baru berusia dua puluh dua tahun.

Bingung dengan apa yang baru saja Lu Han berikan padanya, perlahan Jaera membuka amplop tersebut dan terkejut ketika melihat nota sepuluh lembar 50,000 Won di dalamnya. Lantas ia melipat amplop itu ke sisi yang lain dan melihat tulisan tangan yang tidak rapi bertuliskan: ‘Uang Bulanan’.

Hari ini adalah hari yang buruk bagi Jaera. Pertama, ia berlatih menari dengan musuh nomor satunya Oh Sehun dan itu bukanlah lagu random, lagunya trouble maker―lagu terkutuk bagi tiap pria dan wanita. Kedua, Baekhyun dan Chanyeol mengetahui tentang hubungan pura-puranya dengan Lu Han, dan bukan hanya itu, ternyata mereka tinggal di apartemen sebelah. Terakhir, Lu Han yang selama ini ia fantasikan sebagai pria baik hati berubah menjadi seorang sialan yang memiliki sikap selayaknya seorang pangeran, dan ia bahkan belum menghabiskan seminggu bersama Lu Han.

Meskipun begitu, mungkin tinggal dengan seseorang yang mempunyai kepribadian yang mudah berubah secara tiba-tiba tidaklah seburuk itu. Malah orang yang tidak realistik justru terlihat unik.

Jaera menyimpan amplop tersebut di sakunya dan berjalan menuju meja makan. Lalu ia mengeluarkan mangkuk ramyeon itu dari tasnya dan memisahkan sumpitnya dengan seulas senyum. “Terimakasih atas makanannya.”

Makan Shin ramyeon tak pernah sepuas ini sebelumnya.

To Be Continued

Translator’s Note : Hello my dearly readers, long time no see! Anyone miss this translated fanfiction? Seperti biasa aku mau minta maaf atas kesuperterlambatan updatenya huhu. You can blame me, really. Tapi di sinilah fanfic ini! Skill englishku mengalami slacking, duh. Maaf translate yang ini berantakan banget. Bantu aku koreksi kalau ada typo ya^^ Aku janji akan perbaikin pemilihan katanya untuk next chapter. Aku translatenya buru-buru karena beberapa penggemar FF ini sudah ngebet(?) Makasih atas antusiasme kalian ya hehe! I really appreciate it! Don’t forget to leave some comments and likes, okay? See ya next chapter lovelies!<3

82 tanggapan untuk “[IDN] My Foster Guardian Lu Han (Chapter 7 – Twists)”

  1. keren…. aku terus nunggu chap next ff ini.

    sebelumnya mian, krna ru komen sekarang.

    aku penasarN kpribadian luhan sebenarnya. dan ku harap roman roman cinta antara luhan dan jaera makin terasa.

    fighting untuk translitenya ya.., 😀

  2. keren…. aku terus nunggu chap next ff ini.

    sebelumnya mian, krna ru komen sekarang.

    aku penasarN kpribadian luhan sebenarnya. dan ku harap roman roman cinta antara luhan dan jerin makin terasa.

    fighting untuk translitenya ya.., 😀

  3. kereeeennnnn kek nya gk ada typo ini bagus begeteh…
    sumpah aku gk tau chap kemaren udah ninggalin jejak ato gk soalnya udah lama deh jadi lupa hehe
    update soos please ini translate bagus dan ceritanya menarik banget… jadi selalu bikin gk sabar nunggu tiap chap nya…
    aku sendiri maaf soalnya baru baca sekarang… hehe ^^

  4. Aigoo aku suka ceritanya. Lucu kelakuan Luhan bikin ketawa, ga kebayang ekspresi Jaeri pasti kesel setengah mati .. wkwk 😀
    ditunggu chapter berikutnya eonni… ^^

  5. Tuh kan bawaannya mau ketawa mulu wkwk xD, ih ni si luhan cuma jail doang apa beneran sih? Sumpah ngeselin banget, kepinteran akting kali ya wkwk 😀

  6. Aaa keren!! ><
    Luhan oppa keren! Wkwk
    tapi kasian juga sama si jaera, dia emg udah nggak kerja part time di banyak tempat.. Tapi disuruh bersih2 apartemennya luhan haha.. But it's ok.. Wkwk
    ditunggu next chap ^^

  7. akhirnya ditranslate lagi wahh seneng
    maaf baru sempet baca wkwk
    luhan jail banget sama jaera sampe jadi pembantu gitu wkwk tapi gapapa lucu kalo gitu

    ditunggu translate next chapternya

    keep translate and fighting

  8. wahhh jinja jeongmal daebak wkwkw ^0^
    aduhhh penasaran bngt sma chapter selanjutnya .__. nah udh gtu luhan sma jaera gmna tuh jadi nya ? ‘-‘
    ya sekarang menurut aku udh mendingan ._. yg chapter sebelumnya ada kata kata yg kurang dimengerti tpi skrng udh ga ada lg kok wkwkw ^0^
    oke fighting author ^0^9

  9. Sumpah kalo gw jadi jaera pasti gw marah2 terus gara2 luhan nyebelin:v
    Kalo mau update jgn lama2 keburu paketan gw abis:3 wkwkwk
    Cuma becanda(?)

  10. Kata siapa berantakan? Translatenya rapi kok. Bener deh. Aku juga ngebet banget sama ff ini 🙂 Berhubung chapternya lumayan banyak aku khawatir nanti kamu gak nglanjutin translatenya 😦

  11. Kok Luhan jadi nyebelin yah? 😀 Jaera,, kau harus sabar menghadapi rusa nyebelin itu.. Haha… Pilihan katanya udah baik kok thor, tp kalo diperbaiki lagi pasti akan lebih baik lagi..
    Ditunggu kelanjutannya
    Keep Writing^^

  12. Uuu akhir ny yang di tunggu2 pke bangett..di fost juga..ahh rasa kangen aku sama luhan terbayarkan juga..walaupun cuma dikit..hihihi
    nggak masalah ko soal bahasa..hehe menurut ku bagus2 aja..hehe..di chapter ini luhan jadi orang yang berubah2 sipat..hehe tapi lucu..apa lagi yang di buat kesel ny jaera.. haha
    di tunggu chap next ny..!!hehe
    .

  13. Uuu akhir ny yang di tunggu2 pke bangett..di fost juga..ahh rasa kangen aku sama luhan terbayarkan juga..walaupun cuma dikit..hihihi
    nggak masalah ko soal bahasa..hehe menurut ku bagus2 aja..hehe..di chapter ini luhan jadi orang yang berubah2 sipat..hehe tapi lucu..apa lagi yang di buat kesel ny jaera.. haha
    di tunggu chap next ny..!!hehe

  14. ga sabarrr nungguin kelanjutan na… thor buruan upload y thor hehhe^^ luhan:D or sehun brharap dy bisa ma jaera.. ga sbarrr ngguin part yg lain na.. maksih udah mw translate ni FF thor^^ #keepwrite

  15. anyeong…aku readaer baru disini…
    aku suka ff ini….makasih l udah terjemahin….ditunggu next chapternya

    KEEP WRITING&FIGHTING
    ^_^

Pip~ Pip~ Pip~