I Got The Feeling (Chapter 9)

44444444

 

I GOT THE FEELING

 

Tittle                           : I Got The Feeling (Chapter 9)

Author                       : Jellokey

Main Cast                  :

Kim Jong In (Kai of EXO)

Oh Sehoon (Se Hun of EXO)

Kang Jeo Rin(OC)

Shin Min Young(OC)

Support Cast            :

EXO members (especially Byun Baekhyun)

Kang Seung Yoon

Kang Daesung (Daesung of Bigbang)

Kang MinHyuk (Minhyuk of CN Blue)

Choi Jun Hong (Zelo of B.A.P)

Lee Jae Joon (Maru of C-CLOWN)

Length                        : Chaptered

Genre                         : Romance, School Life, Family, Friendship

Rating                         : PG-17

 

 

Min Young punya kebiasaan baru sekarang. Ke atap sekolah. Hampir setiap pulang sekolah ia ke tempat itu, tidak jarang juga saat istirahat ia ke atap sekolah. Setelah mendengar penjelasan dari Sehun, ia merasa beban dalam hatinya hilang begitu saja. Lu Han tidak seperti yang ia pikirkan. Lu Han tetap namja yang baik, namja yang mencintainya. Dan karena kebiasaannya yang selalu ke atap sekolah ia menjadi dekat dengan Sehun. ‘Oppa benar. Tempat ini benar-benar menenangkan.’ Batin Min Young. Ia baru saja sampai di atap. Ia berjalan ke pagar pembatas. Hal yang ia sukai adalah bisa melihat taman belakang. Tempat yang benar-benar hijau dari semua sudut Universal High School.

“Kau sering datang kemari.” Min Young menoleh pada Sehun yang ada di sampingnya.

“Aku jadi punya saingan.” Min Young tersenyum pada Sehun.

“Sekolah ini bukan milik sunbae. Siapa pun boleh kemari.”

“Tapi hanya aku yang tahu tempat ini sebelumnya.”

“Ani. Lu Han oppa juga tahu tempat ini.” Sehun tersentak mendengar Min Young menyebut nama Lu Han. Sudah satu bulan sejak pertemuan pertama mereka di atap sekolah. ‘Apa Min Young belum melupakan Lu Han hyung?’

“Aku tahu tempat ini darinya.” Min Young terdiam sebentar.

“Aku berusaha menghubungi Lu Han oppa setelah sunbae memberitahuku yang sesungguhnya, tapi dia tidak pernah mengangkat teleponku. Bolehkah aku meminjam handphone sunbae? Aku ingin sekali menghubunginya.” Sehun tersenyum. Ia mengambil handphonenya, mencari kontak Lu Han, lalu menekan tombol hijau.

“Bayar pulsaku nanti.” Canda Sehun.

“Ne.” Jawab Min Young malas.

“Yeoboseyo..” Sapa Lu Han. Min Young diam. Akhirnya ia bisa mendengar suara Lu Han. Namja yang ia rindukan.

“Yeoboseyo..” Min Young masih diam.

“Sehun-ah, waeyo?” Suara Lu Han khawatir karena tidak ada sahutan dari Sehun.

“Jangan main-main denganku, Sehun.”

“Oppa, ini aku.. Min Young. Jangan tutup teleponnya, aku mohon..” Suara Min Young bergetar.

“Aku akan tutup teleponnya kalau kau menangis.” Min Young tersenyum mendengar kata-kata Lu Han. Sedangkan Sehun yang ada di samping Min Young terpaku memperhatikannya. Senyum Min Young selalu berbeda kalau menyangkut Lu Han. Ia sudah memperhatikan itu sejak lama.

“Kenapa oppa tidak memberitahuku yang sebenarnya?”

“Ne? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.”

“Oppa harus menikah demi eomma oppa yang sakit.”

“Apa Sehun yang memberitahumu? Mana anak itu? Minta dihajar dia rupanya. Min Young speakerkan handphonenya.” Lu Han heboh sendiri. Min Young melakukan apa yang disuruh Lu Han.

“Sehun pabo. Dongsaeng kurang ajar. Kenapa kau memberitahu Min Young?”

“Seharusnya hyung berterimakasih padaku. Min Young jadi tidak membenci hyung.”

“Aissh.. Young, kau baik-baik saja di sana? Mianhae, chagiya.”

“Oppa..”

“Jangan menangis atau aku tutup teleponnya.” Kata Lu Han karena menangkap suara Min Young bergetar.

“Ani. Aku tidak menangis. Kenapa oppa tidak memberitahuku?” Lu Han terdiam sebentar.

“Aku tidak bisa, Young. Mengatakan itu sama saja dengan aku melepasmu. Aku tidak bisa melakukan itu. Lebih baik kau yang melepasku daripada aku yang melepasmu. Sekalipun kau akan membenciku.”

“Pabo!” Hening.

“Apa oppa sudah menikah? Chukhaehamnida.” Min Young sebenarnya tidak rela.

“Ne. Gomawo, chagi. Aku boleh terus memanggilmu chagi kan? Kau sudah punya namjachingu?”

“Ne, oppa boleh memanggilku chagi. Aku belum menemukan pengganti oppa.”

“Jeongmal? Semoga kau menemukan namja yang lebih baik daripada aku.”

“Kapan oppa kembali ke Seoul? Bogoshipoyo..”

“Aku tidak akan kembali lagi ke Seoul.”

“Wae?”

“Kau tidak boleh tahu. Apa janji tujuh belas tahunmu masih berlaku? Aku akan pulang saat itu.” Di seberang sana Lu Han tersenyum evil.

“Mwo? Ya! Oppa, kau masih mesum. Janjiku tidak berlaku lagi.”

“Eem.. Young, jaga dirimu baik-baik. Aku akan sering menghubungimu seperti ini. Sudah dulu ya.”

“Oppa..

“Ne?”

“Ani.”

“Saranghae, Shin Min Young.” Sambungan terputus. Min Young tersenyum, hanya sebentar karena ada Sehun di sampingnya.

“Sunbae..” Min Young terkejut begitu menoleh ke samping. Dia baru sadar kalau Sehun merokok. Sehun tidak mempedulikan Min Young. Sehun memang sudah merokok sejak Min Young dan Lu Han tenggelam dalam dunia mereka. Membuat Sehun kesal. Padahal mereka sudah tidak punya hubungan apa-apa tapi mereka masih bisa mesra seperti itu. Ditambah lagi Lu Han yang tidak mengucapkan salam padanya. Ia melampiaskan kekesalannya dengan merokok.

“Bukankah di sekolah tidak boleh merokok, sunbae?” Min Young menyerahkan handphone Sehun.

“Gomawo.”

“Tidak ada yang tahu aku merokok di sini.” Sehun menghembuskan asap rokoknya pada Min Young. Min Young mengibas-ibaskan tangannya karena asap rokok Sehun.

“Kenapa sunbae merokok? Apa sunbae sudah lama merokok?” Sifat ingin tahu Min Young keluar.

“Aku sudah merokok sejak empat tahun yang lalu. Kenapa aku merokok? Untuk menenangkan pikiranku. Jangan beritahu ini pada siapa pun.”

“Tapi merokok tidak baik untuk kesehatan.” Sehun menekankan puntung rokoknya di lantai.

“Arra.”

“Kalau tahu kenapa masih merokok?

?Supaya keren. Lagipula aku baik-baik saja sampai sekarang.”

“Efeknya tidak sunbae rasakan sekarang tapi nanti.”

“Kenapa kau peduli?” Sehun menatap Min Young.

“Mwo? Aku hanya tidak suka melihat orang merokok.” Jawab Min Young sedikit gugup.

“Aku akan berhenti merokok..” Perkataan Sehun membuat Min Young menoleh padanya.

“Kalau kau mau menggantikan rokokku.”

“Mwo?! Jadilah yeojachinguku.” Sehun menatap Min Young dalam. Min Young terpaku. Tatapan Sehun seolah menghipnotisnya. Ia bahkan tidak sadar kalau Sehun sudah menciumnya sekarang. Sejak insiden Min Young mabuk, Sehun selalu memikirkan Min Young. Tidak. Sehun sudah memikirkan Min Young sejak ia menolong Min Young di cafetaria. Sehun melumat bibir bawah Min Young lembut. Ia menekan tengkuk Min Young, memperdalam ciumannya. Sehun tersenyum di sela-sela ciumannya merasakan Min Young yang membalas ciumannya. ‘Aku yang akan menggantikan posisi Lu Han hyung, Min Young.’ Sehun melepas ciumannya.

“Kau yeojachinguku sekarang.” Min Young mengelap bibirnya seperti orang yang baru selesai makan.

“Waeyo?”

“Aku tidak percaya kalau aku baru saja berciuman dengan namja yang merokok.” Sehun tersenyum.

“Kau punya permen?” Min Young mengambil permen dari saku blazernya.

“Igeo..” Sehun membuka bungkus permen itu lalu memakannya.

“Grape, not bad.” Dengan cepat Sehun menarik tengkuk Min Young lalu menciumnya, menggigit bibir bawah Min Young membuat Min Young membuka mulutnya. Sehun mentransfer permen itu. Dengan keras Min Young mendorong tubuh Sehun, membuat Sehun tertidur di lantai. Tapi perbuatannya itu membuat Sehun menariknya sehingga Min Young menimpa Sehun.

“Kau nafsu sekali, chagi.” Sehun menyeringai.

“Mwo?? Apa maksudmu? Kau yang..” Sehun mengecup bibir Min Young. Lalu memeluk Min Young.

“Tidak usah malu. Kita sama-sama sudah biasa seperti ini.” Bisik Sehun di telinga Min Young.

“Ya! Aku tidak sepertimu!” Min Young tidak terima.

“Kita lihat nanti. Aku akan segera mengenalimu. Mulai sekarang yeoja yang bernama Shin Min Young adalah milik namja yang bernama Oh Sehoon! Teriak Sehun.

 

———————-

 

“Minggir, sunbae.” Kata Jeo Rin yang baru saja mengambil buku pada Kai.

“Sunbae??” Kai tidak percaya. Jeo Rin mengabaikan Kai. Ia berjalan melewati Kai. Baru satu langkah ia melewati Kai, Kai menarik tangannya menuju sudut perpustakaan.

“Lepas, sunbae!” Kai semakin mengeratkan genggamannya di tangan Jeo Rin. Kai mengunci tubuh Jeo Rin di dinding. Ia menatap Jeo Rin tajam.

“Sunbae?? Panggilan macam apa itu, Kang Jeo Rin?” Jeo Rin memalingkan wajahnya ke samping.

“Tatap aku, Kang Jeo Rin!” Dengan kasar Kai menarik dagu Jeo Rin lalu mencium bibir Jeo Rin. Tidak ada ciuman lembut, Kai melumat bibir Jeo Rin kasar.

“Mmmph..” Jeo Rin memukul-mukul dada Kai karena ia tidak bisa bernapas. Kai melepas ciumannya. Jeo Rin masih belum mau menatap Kai. Ia lebih memilih melihat sepatunya.

“Kenapa kau bersikap seolah-olah tidak mengenalku? Jebal, Rin-ah. Katakan padaku apa yang membuatmu seperti itu.” Kai mengangkat dagu Jeo Rin.

“Kau selalu menghindari tatapanku, bahkan kalau kita berpapasan pun kau tidak mau melihatku.” Suara Kai pelan.

“Aku tidak punya waktu untuk melihat sunbae.”

“Berhentilah memanggilku sunbae. Kau membuat telingaku sakit!”

“Minggir, sunbae. Aku mau membaca buku.” Ucap Jeo Rin datar.

“Kim Jeo Rin, kita tidak sejauh itu!” Kai berusaha untuk tidak emosi.

“Namaku Kang Jeo Rin, sunbae. Sepertinya sunbae salah orang.” Jawab Jeo Rin santai.

“Kau membuatku gila, Rin-ah..” Kai memeluk Jeo Rin erat.

“Bogoshipo.. Jeongmal. Jangan menghindariku lagi.”

“Sunbae, lepas..”

“Berhenti memanggilku sunbae, Jeo Rin!” Bentak Kai.

“Oppa, kau membuatku takut.” Suara Jeo Rin bergetar.

“Mianhae.. Aku tidak bermaksud membentakmu. Aku tidak suka kau memanggilku sunbae. Lebih baik kau memanggil namaku.” Kai mencium puncak kepala Jeo Rin. Jeo Rin mendorong dada Kai.

“Oppa, kita tidak bisa seperti ini. Kita sudah putus.” Jeo Rin mengingatkan Kai.

“Tidak ada kata putus, Rin-ah. Selamanya kau milikku!”

“Ani. Aku bukan milik oppa.”

“Baby..” Kai menatap Jeo Rin sendu.

“Kita lebih baik seperti ini. Aku mengenal oppa hanya sebatas sunbaeku. Ini yang terakhir.” Jeo Rin berjinjit lalu mencium pipi Kai.

“Senang bisa mengenalmu, sunbae.” Jeo Rin berjalan melewati Kai.

“Apa kau mau membunuhku, Rin-ah?” Perkataan Kai membuat Jeo Rin berhenti. ‘Membunuh?’ Batin Jeo Rin tidak mengerti. Kai berbalik. Ia berjalan mendekati Jeo Rin yang membelakanginya.

“Jantungku menjadi lemah sejak kau tidak ada di sampingku, sejak aku tidak bisa menghirup oksigenku, sejak wangimu hilang dari tubuhku, sejak aku tidak bisa mendengar suaramu. Kau mau membuatku mati perlahan-lahan, Rin-ah?” Jeo Rin berbalik.

“Seharusnya oppa melakukan perawatan di rumah sakit kalau mau tetap hidup.” Jawab Jeo Rin polos.

“Aku tidak perlu melakukan itu kalau kau bisa langsung membuatku sembuh.” Tatapan Kai memohon pada Jeo Rin.

“Aku tidak suka jantungku yang berdetak lambat saat kau tidak ada di sampingku.” Kai menggenggam tangan kanan Jeo Rin, mengarahkan tangan kanan Jeo Rin menuju dada kirinya. Bisa Jeo Rin rasakan jantung Kai yang berdetak kencang.

“Apa kau bisa merasakannya? Aku suka dan aku ingin jantungku selalu berdetak seperti ini. Jantungku hanya bisa berdetak kencang saat kau berada di dekatku, saat aku bisa menghirup wangimu, saat aku bisa mendengar suaramu.”

“Oppa.. Kembali padaku, Rin-ah. Aku tidak bisa hidup tanpamu..” Mata Kai berkaca-kaca.

“Peluk aku, Rin-ah. Jebal..” Jeo Rin menatap Kai tepat di matanya. Kai sungguh-sungguh. Jeo Rin memeluk Kai.

“Gomawo, baby.” Kai mencium puncak kepala Jeo Rin. Air matanya jatuh begitu Jeo Rin memeluknya.

“Apa oppa sakit?” Jeo Rin mengelus-elus punggung Kai.

“Aku sudah sembuh. Kau sudah menyembuhkanku.” Seolah tersadar, Jeo Rin melepas pelukannya.

“Aku mau baca buku. Oppa, carilah buku. Sebentar lagi oppa akan menghadapi ujian akhir.”

“Aku mau menemanimu membaca saja.” Kai mengikuti Jeo Rin menuju meja untuk membaca. ‘Aku tidak mau kau meninggalkanku, Rin-ah.’

 

——————–

 

“Oppa..” Min Young mengguncang tubuh Sehun. ‘Buat apa dia menyuruhku kemari kalau dia tidur.’ Batin Min Young.

“Oppa, irreona!” Perlahan Sehun membuka matanya.

“Chagi, kau sudah sampai?” Sehun tidak menyangka Min Young bisa sampai secepat ini mengingat jarak rumah Min Young yang jauh dari apartemennya. Ini pertama kali Min Young ke apartemen Sehun. Sehun langsung memberitahu password apartemennya saat ia meminta Min Young ke apartemennya tadi. Min Young yeoja pertama yang tahu ia tinggal di apartemen. Selama ini yeoja yang kenal dengannya hanya tahu kalau ia tinggal dengan ajjushinya, Lee Soo-man.

“Kenapa oppa tidur lagi?” Kata Min Young yang melihat Sehun memejamkan matanya.

“Aku lelah, chagi. Dari pagi sampai siang aku bermain basket dengan anak EXO-K.”

“Jadi, oppa memintaku kemari hanya untuk melihat oppa tidur?” Sehun membuka matanya. Ia tersenyum pada Min Young.

“Aku ingin kau menemaniku di sini.” Mata Sehun beralih pada beberapa kantong plastik yang ada di atas tempat tidurnya.

“Itu apa?”

“Ini permen. Oppa ingin berhenti merokok kan? Kalau oppa ingin merokok, oppa tinggal makan permen ini. Ke mana pun oppa pergi, oppa harus membawa permen. Saran Min Young.

“Kenapa permen? Kan sudah ada kau, chagi.” Min Young berjalan menuju sofa, meletakkan kantong plastik dan tasnya di situ.

“Oppa mau tetap tidur?” Min Young menghampiri Sehun. Sehun menepuk tempat kosong di sebelahnya.

“Tidur di sini.” Min Young merebahkan diri di samping Sehun.

“Makin hari kau makin cantik.” Kata Sehun setelah menarik Min Young ke dalam pelukannya.

“Jangan bertele-tele, oppa. Oppa pasti ada maunya berkata seperti itu.”

“Pintar. Bagaimana kau tahu?” Sehun tersenyum penuh arti.

“Issh.. Katakan apa maumu, Sehun.”

Chu~

“Tidak sopan memanggil namaku seperti itu.”

“Sunbae mau apa? Tanya Min Young sangat sopan.

“Ya! Youngie, panggil aku oppa, arraseo?” Sehun mencubit pipi Min Young.

“Jadi, oppa mau apa?”

“Menginaplah di sini. Besok baru kita kencan. Kau mau kan?” Sehun memainkan jari-jari Min Young.

“Tunggu dulu. Bukankah oppa tinggal di rumah? Kenapa oppa tinggal di apartemen sekarang?”

“Rumah itu rumah ajjushiku.”

“Ajjushi? Orang tua oppa? Min Young penasaran.

“Ajjushi adalah orang tuaku. Aku sudah tinggal bersamanya sejak duduk di bangku kelas 5 SD. Kau mau menginap di sini kan?” Ini pertama kalinya Sehun mengajak yeoja ke tempatnya. Dan juga dengan Min Young hubungannya bisa bertahan lama. Satu bulan sudah ia pacaran dengan Min Young.

“Pakaianku?”

“Kau bisa memakai pakaianku. Kau mau?”

“Ne. Gomawo, chagi.”

“Oppa tidurlah. Oppa pasti lelah.” Kata Min Young sambil merapikan poni Sehun.

“Sepertinya aku punya rencana.” Sehun bangun dari tidurnya.

“Apa?”

“It’s a secret.” Sehun mengambil kunci mobilnya yang ada di meja samping tempat tidur.

“Kau di sini sebentar, eo?” Sehun mencium bibir Min Young.

“Oppa mau ke mana?”

“Ada yang harus kulakukan.” Sehun mencium Min Young lagi.

Setelah satu jam pergi, Sehun kembali ke apartemen dengan dua paper bag di tangannya. Ia langsung menuju kamar tapi tidak melihat Min Young di sana. Ia menuju sofa, meletakkan paper bagnya.

“Tasnya masih di sini.” Sehun keluar dari kamar dan menuju dapur. Ia mendapati Min Young sedang memasak. Sehun memeluk Min Young dari belakang. Ia benar-benar dibuat kagum oleg Min Young. Zaman sekarang, ia yakin sangat jarang yeoja yang mau ke dapur.

“Oppa dari mana?” Min Young menolehkan kepalanya ke samping, melihat Sehun sebentar.

“Aku membeli pakaian untukmu.”

“Oppa tahu ukuranku?”

“Aku hanya mengira-ngira. Semoga pas di tubuhmu. Apa saat aku pergi tadi kau membeli bahan makanan ini? Sehun memperhatikan Min Young yang sedang mengaduk sup.

“Ani. Aku sudah membeli ini sebelum kemari. Aku sudah mengira namja seperti oppa kulkasnya berisi bahan-bahan yang tidak sehat. Aku sudah mengganti bir dengan buah, susu, jus kemasan, coke, dan beberapa cemilan.” Kata Min Young setelah mencoba supnya.

“Bir-ku kau apakan, Youngie?”

“Buang.” Jawab Min Young santai.

“Mwo?!”

“Apa oppa minum juga?” Sehun berdeham.

“Hanya sesekali.”

“Ubah kebiasaanmu itu, oppa. Aku tidak mau punya namjachingu yang merokok dan peminum.”

“Ne. Tapi kau harus tetap di sisiku.” Sehun mengecupi pipi Min Young.

“Kalau oppa bisa berubah aku takkan ke mana-mana. Oppa duduklah di kursi. Sebentar lagi aku selesai.”

“Ne, chagi.” Sehun melepas pelukannya lalu duduk di kursi memperhatikan Min Young memasak. ‘Kau yang terakhir, Youngie.’ Sehun membatin sambil tersenyum.

 

—————-

 

“Ini pakaianmu untuk tidur, chagi.” Sehun menyerahkan sebuah kaos dan trening miliknya yang paling kecil.

“Lalu pakaian yang oppa beli?”

“Aku hanya membeli beberapa dress. Sekalian dicoba, ne?” Min Young mengambil pakaian dan paper bag yang diberikan Sehun. Ia lalu menuju kamar mandi. Tiga puluh menit kemudian Min Young keluar dari kamar mandi.

“Kau tidak mencoba dress yang kubeli?”

“Sudah, oppa. Semuanya pas. Jjang!”

“Kenapa kau tidak tunjukkan padaku? Sehun ingin melihat Min Young mencoba dress yang ia beli.

“Besok saja.” Min Young melihat lima dress yang ia pegang.

“Aku akan pakai yang warna baby blue.”

“Kenapa tidak yang pink?” Sehun berusaha menutupi kekecewaannya. Dari lima dress yang ia pilih, hanya yang warna baby blue yang berlengan. Selainnya tidak.

“Karena aku suka warna biru. Aku mau tidur. Gomawo dressnya, oppa.”

“Youngie, kau tidak memakai trening?” Tanya Sehun yang melihat Min Young hanya memakai kaos putihnya.

“Aku sudah cukup tenggelam dengan kaos oppa ini. Bisa-bisa aku tidak terlihat karena trening oppa. Jaljayo, oppa.” Min Young menarik selimut lalu memejamkan mata. ‘Berarti dibalik kaos, Min Young hanya memakai underwear? Aku ingin bermain.’ Batin Sehun nakal. Sehun berjalan menuju pintu, hendak memadamkan lampu. Tapi niatnya terhenti.

“Satu lagi. Jangan padamkan lampunya. Aku tidak bisa tidur kalau lampunya mati.” ‘Sempurna’. Sehun menyeringai. Dengan pelan ia menekan saklar lampu agar tidak menimbulkan bunyi.

“Oppa! Kau mematikan lampunya!” Teriak Min Young.

“Ani. Sepertinya memang mati lampu, Youngie. Sebentar, aku akan mengambil lilin. Eh? Tapi aku tidak punya lilin. Aku akan membeli lilin. Sebentar, chagi.” Sehun menahan tawanya.

“Oppa, jangan pergi.. Oppa di mana?” Min Young mulai terisak karena tidak ada jawaban dari Sehun.

“Hhh..” Min Young menahan nafas karena kaget. Seseorang memeluknya dan itu Sehun.

“Oppa.. Aku takut.” Min Young memeluk Sehun erat.

“Oppa tidak membohongiku kan? Lampunya benar-benar mati kan?” Mendengar Min Young yang ketakutan, Sehun jadi tidak tega.

“Sebenarnya aku mematikan lampu.”

“Oppa! Kau jahat!!” Min Young memukul dada Sehun.

“Sebentar, aku nyalakan.” Sehun kembali ke tempat tidur. Ia memeluk Min Young yang membelakanginya.

“Chagi, jangan marah, eo? Aku pikir kau hanya tidak bisa tidur karena gelap. Mianhae. Kenapa kau takut gelap? Aku malah sulit tidur kalau lampunya menyala.” Min Young tidak menjawab.

“Chagi, jeongmal mianhae. Aku tidak bermaksud membuatmu takut.”

“Aku pernah terkunci di gudang sekolah selama satu hari.” Kata Min Young pelan.

“Mwo?” Sehun tidak menyangka kalau Min Young memiliki trauma.

“Saat itu aku kelas empat SD. Aku dan beberapa temanku bermain petak-umpet di sekolah. Aku mencari tempat sembunyi. Saat aku melewati gudang sekolah aku langsung masuk ke situ karena berpikir mereka takkan menemukanku di sana. Dan benar, mereka tidak menemukanku. Sambil menunggu temanku, aku tertidur di gudang. Aku terbangun di sore hari dan memutuskan untuk pulang. Tapi aku tidak bisa membuka pintu gudang karena sudah terkunci.” Min Young menangis mengingat itu, dia berada di tempat gelap sendirian. Sehun membalikkan tubuh Min Young lalu memeluknya.

“Mianhaeyo..” Sehun mencium kening Min Young lama. Ia menghapus air mata Min Young.

“Tapi kau harus menghilangkan trauma-mu, Youngie. Lampu tidak selamanya menyala. Ada saat di mana kau akan terjebak di tempat yang gelap. Jangan ingat kejadian itu lagi.”

“Mothae. Memori buruk itu tidak mau pergi.” Min Young menggeleng keras.

“Kalau memori itu muncul, kau harus segera mengingatku. Aku cukup terang untuk menghilangkan memori itu.” Sehun menahan tengkuk Min Young agar tidak bergerak.

“Oppa..”

“Tidurlah. Jangan ingat itu lagi. Jaljayo, chagiya.” Sehun mengecup bibir Min Young. Ia juga memejamkan matanya seperti Min Young.

 

——————

 

Pagi tiba, perlahan Min Young membuka matanya. Ia mendapati wajah tidur Sehun begitu menoleh ke samping. Min Young mengamati wajah Sehun. Ia tidak menyangka bisa sedekat ini dengan namja yang ia benci di sekolah. Niat Min Young yang hendak mencium pipi Sehun terhenti karena ia mencium bau rokok. Min Young mengambil tangan kanan Sehun, ia mencium bau rokok di jari telunjuk dan tengah Sehun.

“Eodi?” Kata Sehun yang merasakan pergerakan Min Young, masih dengan memejamkan matanya.

“Aku mau mandi.”

“Tidurlah lagi.” Sehun menahan Min Young dengan pelukannya.

“Oppa merokok?” Min Young menyentuh bibir bawah Sehun dengan telunjuknya.

“Ani.” Sehun bohong. Ia merokok di balkon saat Min Young terlelap semalam.

“Tapi tangan oppa bau rokok.”

“Aku tidak merokok, Youngie.” ‘Masih tidak mengaku.’ Mata Min Young menangkap sekotak rokok di meja samping tempat tidur.

“Oppa, lepaskan pelukanmu.”

“Kau mau ke mana? Kau tidak boleh turun dari tempat tidur, Youngie.”

“Aku tidak akan turun dari tempat tidur. Lepas.” Min Young meronta dalam pelukan Sehun.

“Jangan coba-coba turun dari tempat tidur karena aku akan tahu.”

“Issh..” Masih berada di samping Sehun, Min Young berusaha menggapai rokok yang ada di meja, tapi tidak bisa. Ia menghela nafas, lalu menindih Sehun dan mengambil rokok itu.

“Youngie, apa yang kau lakukan?” Sehun membuka matanya.

“Ini apa? Oppa merokok kan?” Min Young menatap Sehun tajam.

“Aku memang merokok semalam.” Sehun mengaku.

“Chagi, kau mau menggodaku?” Sehun mencium leher Min Young yang sedang berusaha membuka laci meja.

“Oppa, apa kau serius mau berhenti merokok?” Tanya Min Young yang mendapati banyak rokok di laci.

“Ne.” Jawab Sehun sambil menciumi leher Min Young. Tangan nakalnya masuk ke dalam kaos, mengelus punggung Min Young.

“Tapi rokok oppa banyak sekali.” Min Young menjatuhkan satu per satu kotak rokok dari laci meja ke lantai.

“Oppa tidak akan bisa berhenti kalau punya rokok sebanyak ini.” Min Young menarik wajah Sehun yang menciumi lehernya. Ternyata Sehun tidak mendengarkannya.

“Oppa, rokokmu banyak sekali.” Ucap Min Young datar.

“Mwo?” Min Young mengedikkan dagunya ke lantai.

“Itu.. Itu..” Sehun bingung harus menjawab apa. Dia memang punya banyak stok rokok.

“Aku akan membuang rokok-rokok itu.”

“Andwae! Jangan dibuang, Youngie. Aku butuh rokok itu.” Min Young mengangguk.

“Aku mau pulang.” Ancam Min Young. Sehun langsung memeluk Min Young yang hendak beranjak dari atasnya.

“Kau tidak boleh pulang. Kita masih harus kencan.”

“Kencan? Oppa kencan saja dengan rokok-rokok itu. Lepas.” Min Young menatap Sehun tajam.

“Aku memang mau berhenti merokok. Tapi aku butuh proses untuk itu, Youngie.” Sehun memelas.

“Apa oppa butuh proses untuk merokok? Tidak kan? Oppa langsung ketagihan begitu mencobanya.”

“Chagiya..”

“Lepas. Aku mau pulang.” Min Young meronta dalam pelukan Sehun.

“Geurae. Kau boleh membuang rokok-rokok itu.” Sehun menyerah, daripada kencan mereka batal.

“Ingat kata-kataku, oppa. Saat oppa ingin merokok, oppa langsung makan permen.” Min Young mengingatkan.

“Ne.” Jawab Sehun lesu.

“Aku mau mandi.”

“Nanti saja. Kau masih wangi.”

“Ini sudah jam sembilan pagi.”

“Aissh.. Sudah, ikuti saja kata-kata suamimu ini.”

“Oppa..” Sehun menempatkan Min Young di sampingnya lalu memeluk Min Young layaknya guling.

“Sering-sering menginap di sini, chagi. Tidurku jadi nyenyak.” Sehun memejamkan matanya. Min Young menyerah. Ia pun mengikuti Sehun yang tidur kembali.

 

—————-

 

“Oppa lihat jam berapa ini? Jam dua siang, oppa.” Kata Min Young pada Sehun yang baru keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian rapi.

“Memang kenapa kalau jam dua, chagi?” Sehun duduk di samping Min Young.

“Aku melewatkan sarapanku. Aku jadi mengikuti pola tidak sehat oppa. Aku lapar.” Min Young memegangi perutnya.

“Aku sudah pesan makanan. Sabar, eo?” Sehun mengelus rambut Min Young. Min Young beranjak dari sofa menuju meja rias. Ia mengeluarkan ikat rambut dan alat make up-nya. Sehun hanya memandangi Min Young dari sofa.

“Jangan bilang dia mau menjadi yeoja berkacamata saat kencan nanti.” Sehun berbisik pada dirinya sendiri. Ia pun menghampiri Min Young.

“Youngie, apa kau akan berpenampilan seperti ini?”

“Ne. Lu Han oppa bilang aku cantik seperti ini.” Ucap Min Young riang.

“Kau belum melupakan Lu Han hyung?”

“Aku tidak akan melupakan Lu Han oppa. Dia orang yang spesial untukku dan dia masih menjadi pemilik hatiku.” Sehun terkejut.

“Pemilik hatimu? Lalu apa aku di hatimu?”

“Tidak ada.” Sehun menatap Min Young kecewa dari cermin.

“Jangan sedih seperti itu. Apa oppa ingin berada di hatiku?” Sehun mengangguk.

“Biarkan waktu yang menjawab, oppa.” Min Young sibuk dengan make up-nya. Sehun tidak bisa berpikir sekarang. Penampilan Min Young setelah pakai make up lebih buruk daripada tidak. Menor. Satu kata yang tepat untuk Min Young. Min Young memakai kacamatanya.

Ting nong!

“Oppa, pesanannya sudah datang.”

“Aku menunggu di rumah makan.” Kata Sehun setelah mencium puncak kepala Min Young.

 

—————–

 

Selesai sudah Min Young dan Sehun nonton. Kini mereka berada di sebuah kafe. Sehun hanya diam. Ia mencerna apa yang terjadi padanya saat ini. Entah kenapa ia tidak bisa menerima Min Young yang berpenampilan jelek seperti itu. Masih ia ingat dua yeoja yang berbisik di belakang bangku mereka saat nonton tadi.

“Namja itu tampan sekali. Betapa senangnya kalau bisa punya namjachingu seperti dia. Aku akan mendekatinya nanti.”

“Sepertinya dia sudah punya yeojachingu.” Kata teman yeoja itu.

“Yeoja yang tertidur di sebelahnya maksudmu? Tidak mungkin. Dia pasti hanya penonton yang tertidur. Aku yakin namja sepertinya punya selera yang tinggi dalam memilih yeoja.” Yeoja itu tidak percaya.

“Tapi tangan mereka saling menggenggam dari tadi.”

Dan sekarang saat di cafe pun orang-orang memperhatikan mereka. Sehun merasa harga dirinya turun. Dalam kamusnya, yeoja adalah mereka yang memiliki wajah cantik dengan bentuk tubuh yang sempurna. Penampilan Min Young saat ini tidak bisa dikatakan kalau Min Young adalah yeoja. Bahkan saat di sekolah pun, Sehun tidak pernah menemui Min Young di tempat ramai, cafetaria misalnya. Ia selalu menemui Min Young di atap sekolah. Alasannya karena penampilan Min Young. Sehun tidak mengerti kenapa Min Young menutupi kecantikannya.

“Chagi, bisakah kau tidak berpenampilan seperti ini saat jalan denganku?”

“Wae? Apa oppa malu?” Min Young menatap Sehun heran.

“Ani. Aku hanya ingin menunjukkan pada dunia betapa cantiknya yeojachinguku.”

“Ne. Aku takkan berpenampilan seperti ini lagi.” Sehun tersenyum mendengar jawaban Min Young. Mereka sibuk dengan makanan dan minuman di depan mereka. Sampai seseorang datang mengusik ketenangan mereka.

“Mana yeojachingu-mu yang cantik itu, Oh Sehoon?”

“Yoo Ra?” Sehun menatap yeoja itu.

“Aku dengar kau menyandang status single cukup lama. Apa yeoja itu memutuskanmu?” Yoo Ra menyeringai. Ia lalu menatap Min Young.

“Dia yeojachingumu? Cantik sekali, Sehun. Seleramu benar-benar tinggi.” Cibir Yoo Ra. Min Young menatap Sehun. Tidak ada yang Sehun lakukan. Ia menunduk, diam. Sehun tidak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kali ia dihadapkan dengan kondisi yang tidak ia rencanakan.

“Apa yang kau lihat darinya, Sehun? Cheese cake itu bahkan lebih enak dilihat mata daripada dia.” Masih tidak ada respon dari Sehun.

“Ya! Yeoja jelek! Apa kau tidak panas duduk di situ? Kau sadar dirimu seperti apa? Kau tidak pantas dengan Sehun!” Min Young tidak menanggapi Yoo Ra. Ia hanya menatap Sehun yang menunduk.

“Ya! Apa kau tidak punya mulut? Atau jangan-jangan kau bisu? Jawab aku!!” Min Young tidak menjawab Yoo Ra. Ciri-ciri orang sok cantik, ya seperti Yoo Ra itu.

Byur!

Lagi. Kejadian seperti di cafetaria terulang. Sekarang Yoo Ra menyiramnya dengan ice cappucino. Dan Sehun masih diam. Dari tadi mereka sudah menjadi pusat perhatian orang. Sehun tidak membela Min Young sama sekali.

“Kau benar-benar bisu ternyata!” Min Young berdiri lalu melempar cheese cake ke wajah Yoo Ra.

“Ya! Yeoja jelek! Beraninya kau,”

Plaak!

“Jaga mulutmu, Yoora-ssi. Sebelum mengatai orang, lebih baik kau berkaca. Dan kau mau tahu sesuatu? Kau tidak cantik sama sekali!”

“Ya!!” Yoo Ra tidak terima. Min Young mengabaikan Yoo Ra. Ia menatap Sehun dan tersenyum sinis.

“Pengecut! Penilaianku padamu tidak berubah, Oh Sehoon. Selamat tinggal!”

 

 

TBC…

 

Vote aku di Award fever chingudeul. Gansahamnida ^^

144 tanggapan untuk “I Got The Feeling (Chapter 9)”

  1. authorr..pliss..mintak pw chapter 7 nya dongg..kirim ke twt aku @antipadilah atau ke no 085270135296..kalok nggak minta nama twt author deh

  2. kai pantang menyerah pkonya sama jeorin..semangat trus bang demi cinta
    sehun diem aja ada cwenya di kasarin sama cwe lain..ckckck sehun gmn sih..ko kamu nggak laki bgd gtu

  3. Rada kesel juga sama MY dandan gitu terus :3 besok kesekolah jangan pake kacamata + make up menor lagi :3 aduh padahal aku HunMin Shipper tapi malah kritik MY abis”an… mianhae 😀

  4. Aduh aku lebih ngefeel ke sehun minyeong nih lebihh err gitu hehe✌️

    Dan neo sehun naepun namja! Masa iya ngeliat cewek dari penampilannya aja?😏

  5. sehun keterlaluan banget. masa cuma diam aja digituin sama siyura.pantasan minyoung gaknmau ama sehun!sehun pengecut banget..sehun bangkit dong sebelum minyoung ninggalin lu sehun 😥

  6. huwaaaaaaa…
    sehun knp kau diam sajaa, omg heloowww wkt min young sm luhan ajj dia ngga semalu itu utk jlan sm minyoung pas min young berpenampilan seperti itu…
    sehunnnn kau kejamm pke bgtzzz…
    utk kai sm jeo rin sll bersama yaaa..
    jgn putus hny gara2 kakaknya jeo rin….

Tinggalkan Balasan ke nonmooduto Batalkan balasan