( FF COMPETITION ) CRIMINAL

CRIMINAL2

 

 

 

DALANG : ZULAIPATNAM

JUDUL : CRIMINAL

GENRE : ROMANCE

RATED : [PG 15+]

LEGHT : ONESHOOT

CAST : Xi Luhan | Luhan EXO M

             Byun Baek Hyun | Baekhyun EXO K

             OFC | Original Female Character | You

INSPIRASI : Dari lagunya Britney Spears yang judulnya Criminal, tapi anehnya di dalam cerita ini malah gag ada nyambung-nyambunya sama tu lagu (Otak bochor).

WARNING : Cerita absurd dan alur kecepetan.

DISCLAIMARE : FF ngalaga ing ZULAIPATNAM.  Dulu ku post di blog pribadi tapi berupa cerpen bukan FF.

 

 

 

+++++++

 

STORY START HERE > > >

SEOUL 2010

“Mulai sekarang menjauh dari Chanyeol!.”

Gertakku. Aku benci jika harus melakukan hal seperti ini. Itu akan membuat image baikku hancur dan banyak orang yang akan membenciku nantinya. Apalagi yang lebih parah adalah aku akan di CAP sebagai gadis yang sok. Aku tidak mau semua itu menimpaku, tapi aku harus bagaimana lagi. Turnamennya berlangsung 3 hari kedepan dan bocah ini selalu datang untuk mengganggu anak buahku. Tidak akan kubiarkan.

“Kau punya hak apa untuk melarangku mendekati sahabatku sendiri, hah?. Cih, dasar yeoja sok.”

Oh Nooo. Baru saja aku mengkhawatirkan tentang sebutan ini dan sekarang sudah ada yang mengucapkannya.

“Kau.”

Aku menunjuk-nunjuk muka bocah dihadapanku. Dia lebih tinggi dariku sekitar 10 cm dan aku harus mendongak keatas untuk melihat tampangnya yang bodoh itu.

“Dengar yah bocah…, tidak bisa kau lihat jika SA-HA-BAT-mu itu sekarang sedang sibuk berlatih untuk turnamen 3 hari kedepan. Jadi bisakah kau berhenti menganggunya agar dia bisa lebih berkonsentrasi. Bukankah itu yang kau harapakan agar temanmu berhasil dan sukses. Benarkan?.”

Kataku menggurui dengan nada yang kucoba untuk sangat-sangat halus.

“Kau Yeoja sok yang egois.” Ucapnya cepat.

“Apa kau bilang?.”

“Kau Yeoja sok yang egois. KAU YEOJA SOK YANG EGOIS.”

Dia bahkan mengulangnya dengan sangat keras. Aduuuh…aku sudah tidak punya muka lagi didepan pelatih dan anggotaku sekarang. huh kenapa bocah ini harus menyulut emosiku sih tadi.

“Diamlah!.”

Bentakku tidak kalah keras. Kurasakan hiruk pikuk arena latihan menjadi sunyi, pasti mereka berhenti dan menatapku semua.

“Okey (kutarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kuat.  Wuuusssh) begini saja. Aku mohon padamu. Kau bisa bebas menggunakan Chanyeol sebagai sahabatmu lagi dengan bagaimana adanya. Tapi, untuk sekarang ini, bisakan kau membuat Chanyeol untuk berkonsentrasi dan focus pada turnamen. Oke?.”

Tawarku bersabar. Jika saja saat ini hanya kita berdua, barang tentu kau akan menerima pukulan dari sepatu rodaku ini. Geramku mencoba menahannya.

“Chanyeol!.”

Teriakku membahana. Beberapa detik kemudian Chanyeol datang dengan tampang pucat pasih.

“Kenapa mukamu?. Kau terlihat pucat?.”

Tanya bocah tengik di depanku sok perhatian.

“Benarkah?.”

Chanyeol meraba-raba wajahnya.

“Apa kau berlatih dengan keras?, kau disiksa di sini oleh Nuna sok dan egois ini?, kau dijadikan mesin untuk mendapatkan piala bagi mereka?. Aduuh kenapa nasibmu sangat kasihan sobat…”

Dia bahkan sekarang meracau tidak jelas. Hah. Kesabaranku sudah habis.

“Bawa pergi temanmu ini dari arena latihan!. Pastikan dia tidak akan pernah kembali sampai kau berhasil lolos di turnamen. Mengerti?.”

Titahku pada Chanyeol . Dia mengangguk dan mulai menarik temannya keluar arena. Kekuasaanmu sekarang yang menjadi taruhannya.

 

++++++

 

“Kau pindah rumah lagi?.”

Tanyaku tidak percaya, ini sudah ketiga kalinya Namja Chinguku, Pria keturunan Cina bernama Xi Luhan ini berpindah tempat tinggal dalam kurun waktu 6 bulan.

“Iya. Habisnya tempat tinggalku yang dulu kurang nyaman. Fasilitas airnya sering macet.”

Keluhnya sambil menata buku-buku tebal berbahasa inggris di rak buku barunya. Aku hanya memandanginya dari atas sofa sambil menghabiskan jatah makan bulanannya di kulkas.

“Kau itu terbelenggu zaman purba.”

Komentarku setelah menghabiskan satu kantung kripik kentang,  Luhan menautkan kedua alisnya memandangku menunggu penjelasan.

“Nomaden. Berpindah-pindah dan tidak puas dengan apa yang ada dan diberikan di satu tempat. Itu pemborosan uang, tempat, tenaga dan waktu. Kau melakukan ke-4 hal tersebut 3 kali dalam 6 bulan terakhir.”

Jelasku akhirnya. Luhan tersenyum saja. Yah, itulah dia, Pria berkebangsaan Cina yang sangat memikat bagiku, tubuhnya kecil namun sangat kuat, matanya tajam dan sangat mahir membidik hasil jepretan saat bertemu dengan kamera digital dan CRLnya. Luhan bekerja sebagai guru prifat di komunitas photograph di Seoul. Dan ditempatnya itu pula kami dulu bertemu, dia salah satu tutorku dan aku terpikat dengannya, apalagi sejak kegiatan lomba Nasional Photograph untuk kalangan komunitas.

Kuturunkan kakiku kelantai, dengan berkaos kaki kulajukan mendekatinya yang masih sibuk menata buku di rak. Luhan termasuk kalangan kutu buku dan aku suka itu, dia terlihat seksi saat memakai kaca mata dan berkonstrasi membuka lembar-perlembar bacaannya. Kupungut buku-bukunya di dalam kardus besar. Hingga ku temukan satu buku yang kulihat cukup menarik berjudul “TARGET’, ehm…sepertinya itu buku album. Kubuka perlembar album tadi dan mendapatkan sesuatu yang menarik didalamnya. Foto-foto itu sangat indah, diambil dari segala sisi. Tempat yang selama ini kulihat sebagai tempat yang biasa saja didalam foto ini disulap menjadi tempat yang penuh dengan seni, keunikan, keagungan, dan karisma dari bangunan yang menjadi tempat rapat dan kantor Dewan

“Kau yang mengambil semua gambar ini?.”

Tanyaku sambil memamerkan buku album tadi padanya, Luhan mendekatiku dan mengambil buku ditanganku. Hembusan nafasnya begitu berat terasa. Kuperhatikan saja dia yang terlihat sedikit aneh saat menyaksikan foto-foto di dalam album tadi.

“Kau yang mengambil semua gambar ini?.”

Ulangku merasa tidak nyaman saat jawaban yang kuinginkan tak kunjung ia berikan. Luhan menatapku cepat, seolah baru tersadar dari lamunan, dia mengangguk kecil dan lesu.

“Tae Ra-ah…”

Desahnya memanggilku, aku berdehem sebagai jawaban.

“Aku punya sesuatu untukmu.”

Cetusnya random, dia segera beranjak dari posisi, menutup buku album tadi dan membawanya keatas rak. Langkahnya cepat menuju tumpukan kardus yang belum dibereskan, disana dia berjongkok di depan salah satu kardus. Memilah-milah sesuatu yang membuatku penasaran.

“Hadiah?.”

Tanyaku sambil mendekat, Luhan mengangguk dan aku suka itu. Aku suka hadiah.

 

+++++++

 

~TOP NEWS~

Sudah diputuskan oleh pihak pengadilan. Xi Luhan akan difonis hukuman penjara seumur hidup karena merencanakan pem-Bom-an di gedung Dewan. Dia sudah menyiapkan miniatur pesawat garuda boing 737 yang telah dimodifikasi (aku gak tahu tipe pesawat korea) . Pesawat tersebut sudah diisi dengan bahan peledak seberat 2,26 kilogram. Dia bakalan melancarkan serangan mautnya ke gedung Dewan dari sebuah taman di dekat gedung melalui ponsel yang sudah di modifnya menjadi remote control jarak jauh. Aksinya benar-benar sangat rapi. Dia menyamar sebagai foto grafer dan hampir setiap akhir pekan pergi kesana untuk sekedar memotret dari berbagai sudut, hal itu dilakukannya untuk memuluskan rencana. (Daily Seoul. Ad/def)

 

Kutekan tombol remote dengan cepat, memindahnya pada chanel lain dan tetap brita Breaking News seperti tadi yang kudapat, kugelengkan kepalaku tidak percaya.

Omma….!!.”

Pekikku dari kamar, dadaku bergemuruh tidak karuan hingga remote ditangan terjatuh.

“ada apa, Tae Ra-ah?.”

Kudengar suara omma dari ambang pintu, kutolehkan kepalaku pada beliau sambil menunjuk layar Tv. Tepat dimana peliputan Luhan tengah diringkus tadi malam di apartemen barunya, apartemen yang baru saja kutinggalkan beberapa jam sebelum penggerebekan terjadi. Omma berlari kecil menghampiriku, memungut remote di lantai dan membesarkan volumenya. Mata omma terbelalak tidak percaya, aku hanya mampu menatap lesuh pada omma.

“Dia Luhan?.”

Tanya beliau tidak percaya, aku menggeleng menahan desakan air mata.

“Bagaimana bisa Luhan menjadi seorang teroris?.”

Aku menggeleng kembali, dadaku benar-benar sesak menyadari fakta dihadapan mataku. Bagaimana bisa selama ini aku tidak mengetahuinya?.

“Luhan pasti hanya memanfaatkanmu selama ini.”

Tegas omma menceloskan, kutatap beliau tidak percaya.

“Apa maksud, omma?.”

Tanyaku getir, omma mematikan Tv dan memandangku lurus.

Appamu seorang anggota dewan, Luhan merencanakan pengeboman disekitar gedung Dewan. Dia memanfaatkanmu, Tae Ra..”

 

++++++++

 

3 BULAN KEMUDIAN

Kutarik nafas berat saat sipir bertubuh tinggi gembul itu menuntunku masuk kedalam ruang jenguk, hanya ada satu buah kursi disana dan telephone untuk berkomunikasi dengan narapidana yang ditemui. Semakin mendekat dengan pintu jenguk, dadaku terasa sesak. Ini pertama kalinya bagiku setelah penggerebekan di rumah Luhan. Aku akan kembali bertemu dengannya.

“Silahkan, waktu jenguk anda hanya 15 menit.”

Terang si sipir di depan pintu, aku mengangguk mengerti dan dia membukakan pintu, memberikan akses padaku untuk masuk tanpanya.

Kutatap dia, duduk sambil terlihat gusar, mengenakan baju tahanan dan anehnya tangannya tidak di borgol seperti bayanganku.

Anyeong.”

Sapaku tanpa mengangkat telephone, menjadikannya terpaksa membaca pergerakan bibirku. Tangan kurusnya mengangkat gagang telephone, memberiku isyarat untuk ikut mengangkatnya. Aku duduk di kursi besi disana dan berhadapan dengan Luhan, wajahnya pucat, terlihat kerut lelah dan kantung mata lebar.

Anyeong.”

Sapaku lagi, dia membalas dengan suara serak.

“Aku merindukanmu.”

Ungkapku tanpa terfikir sebelumnya, Luhan terhenyak sambil memalingkan wajah, membuatku merasa sedih.

“Kau tidak merindukanku?.”

Tebakku getir tanpa melepas kontar darinya, terlihat jika Luhan tidak ingin menatap mataku.

“Apa kita masih sepasang kekasih?.”

Berat bagiku untuk mengatakannya, aku takut. Takut jika perkataan omma adalah benar, Luhan hanya memanfaatkanku sebagai putri dari seorang anggota Dewan.

“Tae Ra-ah…”

Desahnya menjambak rambut merah lembutnya.

“Aku akan menerima semua jawabanmu, jika kau tidak lagi menganggapku sebagai kekasihmu. Tak apa bagiku…”

Luhan mengangkat kepalanya, dia menatapku nanar dan aku tidak suka itu. Aku ingin melihat senyumnya seperti dahulu.

“Kumohon Tae Ra-ah!. Kau membuat yang kualami semakin rumit.”

Tekannya menjadikanku bingung, apa maksud kalimat Luhan?. Apa perkataan omma benar.

“Serumit apa yang kau alami?. Setiap hari para reporter datang kerumahku, bahkan beberapa anggota kepolisian mendatangi rumah dan memintaku untuk datang ke kantor, mereka bilang jika aku harus di periksa. Apa salahku dan apa yang kuketahui?. Semua hidupku menjadi rumit setelah kebohonganmu padaku terbongkar, Luhan!.”

Geramku menaikkan nada, Luhan kembali menunduk frustasi. Yah, meski hidupku kini rumit, namun hidupnyalah yang lebih rumit. Berkali-kali lipat rumit dan aku tidak bisa menerimanya.

“Tae Ra-ah…”

Desahnya lagi.

“Jangan hanya kau panggil namaku!. Katakan yang sebenarnya padaku, Luhan!. Aku bukan manequin mati, aku manusia. Bahkan jika kau mengakuinya, aku adalah kekasihmu. Kenapa kau sembunyikan semuanya dariku?. Wae?.”

“Kau suka hadiahmu?.”

Kurasakan dadaku tercabik, Luhan…, kenapa kau mengalihkan pembicaraan.

“Apa berita penggerebekanmu itu sebuah hadiah?.”

Luhan semakin menundukkan kepalanya, bahkan gagang telephone ditangannya hanya bertengger tidak berdaya di sudut kepala. Kuketuk kaca dihadapanku pelan tepat di depan mukanya. Aku tahu maksud pertanyaannya adalah mengani hadih yang ia berikan dahulu, sekotak penuh barang-barang kenangan kami saat 1 thn berpacaran. Segala foto yang pernah kami ambil dan segalanya. Aku suka dan sangat menyukainya.

“Sahranghae…”

Lirihku. Luhan mengangkat kembali kepalanya dengan cepat, matanya yang indah menatapku lurus, seolah meminta pernyataan lebih akan kalimat yang kukeluarkan.

“Kurasa aku harus membiarkanmu tetap disini, kau bahkan tidak berkata apapun saat aku bertanya. Aku pergi…”

Kututup sambungan telephone, Luhan bergerak cepat mendekati kaca, telapak tanganya menapak disana, kepalanya menggeleng memintaku tetap ditempat awal.

“TAE RA…!! TAE RA…!!”

Bibirnya bergerak-gerak memanggil namaku.

“Bye…”

Jawabku tidak acuh, meski di dalam hati ingin sekali berada didekatnya. Untuk selamanya kurasa. Kulengoskan tatapanku dari Luhan yang mengetuk-ketuk kaca pembatas.

 

++++++

 

“Pakai sepatu roda kalian dan cepat pergi ke lapangan!. Pelatih sudah menunggu, Cepat…!!, Cepat…!! Cepat…!!.”

Perintahku pada 3 yeoja berperawakan mungil yang manja-manja. Mereka adalah tiga anggota baru yang akan segera di seleksi dan pantas masuk ke grup apa. A,b,c, atau d.

Ketiga gadis tadi pergi melewatiku menuju pelatih yang sudah bersiap-siap dengan jurnal latihan dan kertas penialaian untuk mereka di tengah lapangan. Karena lelah aku duduk di bekas tempat ketiga gadis tadi.

“Bukankah kau gadis yang dulu sering masuk Tv karena memiliki pacar seorang criminal?.”

Tanya salah satu dari tiga gadis mungil tadi. kuangkat kepalaku dari lembar-lembar data peserta hari ini.

“Kalian sudah selesai menjalani tes?”

Tanyaku megalihkan pertanyaan.

“Kau gadis yang menjadi pacar dari si criminal Xi Luhan itu kan?.”

Ulangnya lebih spesifik. Aku tersenyum kecut lalu beranjak dari tempat duduk.

“Bagaimana?. Kalian bertiga masuk grup apa, a,b,c, atau d?.”

Tanyaku balik dan beranjak pergi melewati mereka. Tidak ingin aku membahas mengenai pria sialan itu. beberapa langkah aku menjauh sayup kudengar percakapan mengomentariku.

“Aku yakin nuna itu kekasihnya Xi Luhan, dulu sering sekali kulihat gambarnya di TV.”

“Benarkah?.”

“Iya.”

“Waah jika ibuku tahu kalau ketua club ini adalah yeoja itu, pasti aku tidak diperbolehkan ikut club ini lagi.”

Rengeknya.

Bagaimana bisa mereka memandangku seperti itu, kadang ada yang mengatakan jika aku keren karena sudah berpacaran dengan seorang criminal, ada pula yang menyebutku gadis berbahaya.

“Jika dia berpacaran dengan seorang criminal. Aku yakin dia sudah terkontaminasi. Kenapa polisi tidak ikut menangkapnya?.”

Telingaku semakin panas mendengarnya, mereka kira aku ini apa?, seenaknya mengatakan hal seperti itu. Kau fikir criminal itu adalah virus apa?.

“Sudah jangan hiraukan.”

Pelatih merangkulku.aku tersenyum membalasnya, dia seorang yang perhatian dan bijaksana.

“Ehm, trimakasih.”

Ucapku.

“Cepat kondisikan anggotamu. Kita akan latihan secara lengkap. Dari pemanasan sampai belajar teknik baru yang baru kudapatkan.”

Titah pelatih. Aku mematuhi dan mengumpulkan semua anggota yang berjumlah sekitar 20-an.

“Apa kau belajar sepatu roda agar nanti jika menjadi buronan kau bisa kabur dengan cepat?.”

Sebuah pertanyaan yang membuaku marah, pertanyaan itu datang dari seorang bocah sahabat Chanyeol. Aku tidak percaya jika bocah itu akan mengikuti club ini. Alasannya dulu sangat sederhana. Supaya tidak berpisah dengan Chanyeol. Apa bocah ini homoseksual?.

Kembali aku tersenyum menanggapi pertanyaan bocah itu.

“Tentu saja. Aku sudah berlatih dengan keras sampai menjadi pemain tercepat di club ini selama 9 thn. Semua itu untuk apa?. Tentu saja untuk hal yang kau tanyakan tadi.”

Jawabku mengiyakan.

“Jadi itu semua benar?.”

Tambahnya.

“Ya.”

Jawabku lugas dan singkat. Semua disini terdiam. Pelatih bahkan hanya mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

“Ada apa denganmu?.”

Tanya pelatih saat melihatku yang tengah menyendiri di ujung arena latihan.

“Entahlah. Sejak tadi aku terus-terusan memikirkan tentang Luhan, kemarin aku menemuinya untuk pertama kali.”

“Tae Ra-ah…”

Panggil pelatih. Aku menyahut dengan berdehem.

“Jangan terlalu memikirkan hal ini. Kau gadis yang kuat dan memiliki masa depan cerah. Jangan buat masa lalu menghambatmu.”

Hibur pelatih.

“Trimakasih pelatih.” Ucapku.

 

 

+++++++

SEOUL 2013

 

Kau suka hadiahmu?.”

Ya, aku sangat menyukai hadiah darinya, kusarukkan tanganku pada kardus yang berisikan berbagai hal menyenangkan dahulu. Aku menatap beberapa bingkai foto didalam kardus yang sudah berdebu tebal yang kutarik dari kolong tempat tidur. Sengaja kusimpan kardus ini disana agar Appa tidak menemukannya.

Mungkin benar juga yang dikatakan pelatih. Jangan buat masa lalu menghambatmu. Perlahan-lahan kukeluarkan bingkai-bingkai foto tadi dari dalam kardus, menatanya berjajar di lantai. Ini adalah hasil jepretanku saat les prifat dengan Luhan. Memajangkan beberapa foto narsis gila kami berdua. Foto saat berlibur, sekedar makan es cream, berjalan di trotoar, saat aku menjuarai turnamen sepatu roda, saat Luhan lulus dari universitasnya. Semua kenangan itu terlalu indah untuk kulupakan. Tapi jika tidak kulupakan semuanya akan membuatku sakit. Aku harus bagaimana?. Sudah 3 thn semuanya berlalu, dan  aku masih tak sanggup untuk menerima beban ini. Setiap malam fikiranku melayang pada Luhan yang meringkuk di sel khusus, dia kedinginan, apa dia disiksa oleh polis-polisi disana sebagai pelampias amarah. Bagaimana tersiksanya Luhan didalam sana. Kisah ini sudah menyiksa batinku.

Tok…!! Tok…!! Tok…!!

Ketukan di jendela. Aku mengernyit ketakutan, ada sosok berdiri disana. Kudekati dengan gugup jendela kamar dan membuka tirainya.

Bukan main terkejutnya aku saat itu, Luhan berdiri dihadapanku dengan tampangnya yang lelah dan kotor. Dia mengenakan jaket kulit hitam dan celana pendek khas penjara. Sesaat setelah dia memasuki kamarku. Kupeluk dia erat-erat. Aku merindukan lelaki ini. Criminal ini. Apakah yang kualami saat ini adalah mimpi?.

“Kenapa kau lakukan ini padaku?.”

Tanyaku tidak bisa membendung keingintahuanku.

Luhan memelukku erat. Dia merengkuh tubuhku didalam dada bidangnya.

“Izinkan aku memelukmu saja untuk saat ini!.”

Pintanya. Aku semakin terisak mendengar ucapannya. Bagaimana hal ini terjadi disaat aku berusaha untuk melupakannya. Luhan,  Seandainya waktu dapat kuputar dan mencegahmu melakukan hal bodoh itu, aku bisa memastikan hidup kita akan bahagia.

“Bagaimana bisa kau melakukan hal seburuk itu padaku?.”

Aku masih terisak saat mengatakannya. Luhan megelus puncak kepalaku.

“Ceritanya panjang. Jika kuceritakan padamu kau juga tidak akan mengerti.”

Jawabnya.

“Kau menganggapku bukan siapa-siapa?. Kau menganggapku hanya sekedar seseorang disampingmu saja. Iyakan? Oleh sebab itu kau tidak pernah mengatakan tentang ini semua kepadaku.”

Amarahku tidak bisa terkendali. Kupukuli dada Luhan dengan membabi buta.

“Lakukan sepuasmu, sayang.”

Ucapnya menahan sakit.

Reza kabur dari selnya, dia sudah merencakan ini lebih dari 2 thn dan baru saat ini waktu yang pas. Dengan sedikit kekayaannya, Luhan menyuruh pengacara memberi sedikit uang pada petugas dan berhasil keluar dari sel dengan cara melompati pagar setinggi 7 meter. Dia dijemput oleh beberapa temannya yang satu misi, lalu diantar menuju rumahku.

“Kenapa kau memajang foto-foto kita dilantai?.”

Tanyanya sambil mengambil salah satu foto saat kami berjalan bersama di trotoar.

“Kau terlihat sangat cantik di foto ini.”

Pujinya. Sudah lama aku tidak mendengar gombalan khas Luhan. Yah..sejak kejadian itu.

“Tentu saja. Aku akan selalu terlihat cantik di manapun. Bahkan di trotoar.”

Sombongku. Luhan memelukku kembali dan kami bersandar di ranjang.

“Nanti pagi negeri ini akan gempar. Semua brita akan memberitahkan aku yang berhasil kabur dari sel penjara.”

Dia tersenyum sinis dengan mata yang menerawang. Mendengar itu, kesedihan dihatiku kembali menyeruak. Malam semakin larut dan aku tertidur dalam pelukannya. Reza memelukku sepanjang malam.

 

+++++++

 

~TOP NEWS~

Xi Luhan benar-benar telah menggemparkan negeri kita. Setelah 3 thn yang lalu hampir berhasil menge-bom gedung Dewan dengan alatnya yang canggih. Sekarang, pria yang kini berusia 24 thn itu resmi menjadi buronan polisi. Bahkan Kepala Polisi Korea Selatan sengaja meminta pemerintah negara Thailand, Cina, Jepang, dan negara disekitar Korea Selatan untuk siaga serta siap menangkap Xi Luhan. Kepala Polisi mengambil langkah cepat agar Luhan tidak kabur keluar negeri. Diperkirakan akan terjadi hal mengejutkan dalam jangka waktu kedepan jika Xi Luahn tidak kunjung ditemukan dan ditangkap. (News Line /Yus/Pot).

 

Benar sekali apa yang dikatakan Luhan, saat aku terbangun dia sudah tidak berada disampingku. Dia meninggalkanku begitu saja. Hatiku terasa hancur kembali. Foto-foto yang terserak dilantai sudah tidak ada, kucoba mencarinya di dalam kardus tapi kardus itu juga tidak ada. Apa mungkin Appa membuangnya. Segera aku berlari kepintu. Terkunci. Berarti ayah tidak mengambilnya. Apa Luhan yang mengambilnya?

 

++++++

 

Di tempat latihan sepatu roda. Bocah yang mengaku sahabat Chanyeol mendekatiku.

“Hei. Aku dengar pacarmu kabur dari penjara. Apa itu benar?.”

Dia bertanya dengan gayanya yang sok.

“Aku tidak tahu. Kalau kau mengetahuinya dari Tv lebih baik kau tanya saja pada Tv.”

Jawabku ketus.

“Hah. Dasar gadis bodoh. Bagaimana bisa Tv menjawab pertanyaanku. Imajinasimu itu tinggi sekali.”

Dia mencibirku.

“Pergilah!.”

Titahku. Aku tidak ingin diganggu untuk saat ini.

“Kurasa kau butuh refresing.”

Sarannya sambil melangkah menjauh.

Refresing?. Entahlah. Semalam aku sudah refresing dengan bertemu Luhan. Itu lebih untuk membuatku bersyukur dan tenang. Tapi pagi ini setelah aku mendengar brita dan membaca Koran. Kembali cemas dan gundah yang kurasakan.

Latihan hari ini aku benar-benar gila. Mereka sengaja mendiamkanku, kuanggap itu sebagai tanda penghormatan karena aku memang membutuhkan prifasi hari ini.

“Pergilah jalan-jalan untuk refresing!.”

Pelatih memberikanku air mineral botol. Aku menerimanya.

“Aku lihat Baekhyun tadi menyarankan agar kau refresing. Tidak ada salahnya bukan?.”

Aku mengangguk.

“memang benar.”

 

+++++++

 

Minggu sore di kawasan pertokoan padat. Toko-toko disini memiliki lebar yang tidak lebih dari 6 meter perseginya. Jangan dilihat dari ukuran, tapi lihat dari barang dan keunikan tokonya. Barang disini sangat murah. 5% lebih murah dari barang di pasaran, dan bentuk toko yang unik dengan segala keanekaragaman budaya yang dibawa dari masing-masing pedagang yang berasal dari luar pulau. Mereka menghiasi toko-toko tersebut dengan banyak barang unik dari daerahnya. Satu yang paling aku tidak suka yaitu toko roti dari orang Papua Indonesia. Mereka memajang koteka dan itu membuatku mual setiap kali temanku membelikan roti dari toko tersebut.

Saat tengah santai menyusuri pertokoan dengan menenteng kamera digitalku untuk memotret pemandangan dan gambar yang secara tidak sengaja terlihat mata. Entah mengapa kebiasaan memotretku kembali muncul?. Baekhyun berjalan di belakangku dengan malas.

“Hei. Berhentilah memotret. Itu memalukan.”

Pintanya. Aku hanya melengos tidak menghiraukan. Saat asik memotret aku menemukan masker penutup wajah warna hitam. Karena sayang kupungut masker tersebut dan memperhatikan.

“Kau memungut masker itu. Iuh..menjijikkan.”

komentar Bekhyun. Aku muak mendengar komentarnya dari tadi.  Ingin sekali kurobek mulutnya.

“Diamlah. Apa kau mau aku merobek mulutmu?. Hah.”

Sentakku. Baekhyun mengatupkan mulutnya membuatku senang.

“Maaf.”

Dia menjadi bersalah dan aku sangat suka dengan keadaan ini.

Kami melanjutkan berkeliling, Baekhyun membeli tukpokki banyak sekali. Makanannya sangat enak, tapi yang tidak kusuka adalah bentuknya. Pipih dan lembek. Yiekss.

Kami duduk di bangku panjang pertokoan sambil menikmati tukpokki yang di borong oleh Baekhyun. Sambil makan tukpokki aku memotret disanan sini. Mendapatkan gambar yang bagus, tidak lupa aku sedikit narsis dengan bergaya akan melahap satu bungkus plastik semua Tukpokki ini. Baekhyun ikut-ikutan narsis, dia memotret dirinnya bergaya patung liberti dengan Tukpokkinya. Aku lumayan terhibur dengan refresing ini.

“Maaf. Itu punya saya.”

Tiba-tiba seorang pria dengan kaos hitam pendek dan memakai topi yang sengaja di mampatkan kekepalanya mendekatiku, suaranya serak dengan kepala terus menunuk. Pria tersebut menunjuk pada masker yang kutaruh di samping tempat dudukku. Segera kuberikan masker tersebut.

“Ini. Tadi jatuh dan aku memungutnya.”

Kataku memberi penjelasan terlebih dahulu. Takut nanti dia menuduhku sebagai pencuri.

“Kalau begitu terimakasih.”

Ucapnya seraya meninggalkanku.

“Kau tidak mau memberi kami imbalan?. Kami kan sudah menemukan maskermu.”

Tanya Baekhyun membuat  langkah pria tadi terhenti. Kusodokkan sikutku ke perutnya, berani-beraninya dia mengatakan hal memalukan seperti itu.

“Diam kau!.”

Printahku. Baekhyun meringis kesakitan. Pria itu berperawakan kurus dan tidak terlalu tinggi. Dia membawa dua tas jinjing besar dan jaket hitam yang di cangking pada tangan kanannya. Pria ini sepertinya tidak asing bagiku, aku sepertinya mengenali pria ini. Dia sekarang pergi menjauh, meninggalkanku dengan Baekhyun yang terpekur melihatnya.

Tapi entahlah. Seiring perginya pria itu fikiranku tentangnya masih tidak bisa hilang. Sampai akhirnya aku melihat sebuah toko baru disekitar sini. Tokoh yang menggantikan sebuah distro kecil bangkrut. Tertulis jelas di depan toko itu ‘Tatoo” ternyata tempat pembuatan tatoo. Ehm…, aku tertarik dan mendekat. Siapa tahu toko itu memiliki tattoo tidak permanen sehingga aku bisa dibuatkan tato bergambar ular yang melingkar di lengan kananku. Siapa tahu?.

Akhirnya kami mencoba memasuki toko tadi. berdiri seorang pemuda gundul berperawakan kurus kecil yang hanya menyisahkan daging yang membalut tulang saja. Aku menyapa pria tadi dan mulai bertanya-tanya tentang tattoo. Baekhyun menelitik seisi toko dengan tatapan yang terpesona. Dia melihat dan terpana akan beranekaragaman jenis tattoo yang di sediakan di dinding-dinding toko.

“Waow.., ini sangat luar biasa.”

Puji Baekhyun. Aku tersenyum saja kepada si pemilik.

“Trimakasih. Apa kalian mau ditattoo atau hanya mengagumi tokoku?.”

Tanya si pemilik sambil tertawa lebar di akhir kalimatnya. Kami berdua ikut tertawa.

Saat tengah mengerjakan aku melihat keluar lewat jendela. Pria bermasker hitam itu menatap kedalam toko. Entah menatap siapa?. Aku atau pemilik toko. Dia sudah mengenakan maskernya dan masih menutupi kepala dengan topi dan mengenakan jaket hitamnya. Sekitar 3 jam lebih proses pembuatannya. Aku cukup puas dengan hasilnya. Bagus, rapi, dan  hampir terlihat asli.

Tangan kananku sekarang bertatoo seekor ular sanca yang melingkar dan hendak mematok tanganku. Sedangkan Baekhyun, dia menatoo tengkuknya dengan gambar yang terlihat menjijikkan. Gambar seorang wanita bugil dengan panah yang menusuk dadanya.

“Kau yakin dengan tattoo mu itu?.”

Tanyaku ragu. dia mengangguk mantap.

“Ini kan hanya sementara. Bukan permanen. Benarkan bos?.” Dia mantap si pemilik toko yang bernama Ji Young, Ji mengangguk sambil tersenyum.

“Terserah kaulah.”

Aku mengedikkan bahu dan membayar biaya pentatoan. Aku kembali meneteng camera digital dan meminta seseorang yang baru saja masuk kedalam toko tattoo untuk membantuku memotret hasil tattook bersama Baekhyun dan Ji Young. Dia memberikan kamera dan menunjukkan hasilnya. Bagus.

“Trimakasih.”

Kataku. Baekhyun mengerutkan dahi memandangi hasil jepretan.

“Kenapa hasil fotoku sangat jelek. Seharusnya aku tersenyum. Lihat!, mukaku jadi berkerut karena mengerutkan dahi. Argg…, hapus fotonya.”

Dia mencoba merebut kameraku.

“Hey. Kau ini apa-apan sih.”

Bentakku. Kami bergulat di dalam toko, membuat kami diusir karena menganggu pengunjung lainnya. Aku masih marah dan kesal. Itu tadi sangat memalukan dan Baekhyun menanggapinya seperti angin lalu.

“Kita pergi ke sana!.”

Ajak Baekhyun menarik tanganku. Ada tempat yang menjadi faforit pengunjung. Tempatnya tidak jauh dari toko tattoo. Aku duduk dibawah temaran lampu kerlap-kerlip café out door. Ternyata selama aku berada di dalam toko tattoo sore sudah menjadi malam. Aku menikmati keindahan malam di pertokoan ini. Lampu flip-flop menghiasi setiap tangkai pohon yang berbaris lurus di tepi trotoar. Pesananku hari ini special karena itu yang dikatakan si weaters padaku.

“Kau punya uang sampai memesan makanan special seperti itu?.”

Ejeknya. Aku mendengus kesal.

“Sekali lagi kau mengacau refresingku hari ini. Tamat riwayatmu.”

Ancamku bergaya memotong leher. Kami menikmati santapan dengan lahap. Hingga di suapan terakhir aku teringat dengan kameraku. Sebaiknya aku memotret saat-saat ini.

“Bisa ambilkan fotoku dengan pemandangan disekitarnya!.”

Pintaku pada si wearters yang baru mengisikan gelas dengan air putih.

“Tentu.”

Angguknya dan menerima kameraku.

“Aku ikut…”

Rengek Baekhyun. Dia tiba-tiba merangkul pundakku dan bergaya narsis. Aku berpose seolah menikmati santapan dan menatap lurus kearah kamera. Ciissss…

“Trimakasih.”

Ucapku seraya menerima kameraku.

“Waah. Kalau yang ini aku suka. Aku terlihat tampan. Iyakan?.”

Sombongnya degan cengengesan.

“ya ya ya ya.”

Anggukku kesal. Huh, kurasa refresing seperti inilah yang kubutuhkan sedari dulu, sejenak melupakan kerumitan akan Luhan dan hidupku.

“Uh. Bukankah pria itu pria yang maskernya kau temukan?.”

Baekhyun menunjuk sisi kecil didalam baground foto kami. Pria itu masih duduk di tempat yang sama saat aku mentato kulitku. Bedanya dia sekarang menatap kearah kami. Wajahnya tidak terlihat jelas karena masker dan topinya. Kusipitkan mata untuk lebih jelas memperhatikan si pria dan menzoom foto.

“Kelihatannya familiar.”

Fikirku menfokuskan pada pria tadi.

 

++++++

 

~TOP NEWS~

Kembali setelah brita kaburnya Xi Luhan dari penjara mengejutkan rakyat Korea Selatan. Tadi malam Luhan melancarkan bom bunuh diri dengan bahan peledak yang sama yang ditemukan di dalam pesawat mainan 3 thn silam. Luhan menghancurkan tubuhnya sendiri dan 3 toko yang berada di samping kanan kiri toko tattoo yang ia ledakkan. 7 korban luka-luka dan 19 orang meninggal di tempat kejadian. Ternyata Luhan tidaklah sendiri dalam rencana penge-bom-annya seperti yang sedari dulu di lansir. Tadi pagi, polisi dan tim gegana berhasil melumpuhkan sekitar 5 orang yang baru keluar dari pelabuhan. Mereka membawa tiga gerhanat, enam senapan otomatis, 2 refolfer caliber 44, dan bahan peledak plastic seberat 11,4 kilogram. Mereka adalah orang dibalik keberhasilan kaburnya Luhan dari penjara 2 hari yang lalu. (Daily Seoul /erw/ti)

 

Segera kuraih kamera digitalku diatas ranjang, mencari-cari foto dimana pria bermasker ada didalamnya. Sejenak kuperhatikan pria yang terlihat familiar tersebut. Kubekap mulutku rapat, tidak terasa tetesan air mata melinang tanpa diminta. Dia Luhan, dadaku terasa sesak.

Xi Luhan…, kenapa kau melakukan semua ini padaku?.

Tangisku pecah sembari memeluk kamera didada.

BRAK

Pintu kamarku terbuka, langkah cepat terdengar diikuti beberapa disana, kutolehkan kepalaku dan mendapati 3 anggota kepolisian berjalan dibelakang punggung appa.

“Tae Ra-ah. kau harus ikut dengan mereka untuk saat ini!.”

Pinta appa mendekatiku, beliau mengelus puncak kepalaku dengan lembut dan membantuku berdiri. Aku menatap 3 polisi dihadapanku jengah. Apa mau mereka?.

“Nona, Kim Tae Ra, untuk saat ini anda harus kami bawa ke markas. Ada barang tinggalan Luhan yang bersangkutan dengan anda.”

Aku tercengang, barang yang bersangkutan denganku?, apa mengenai kardus hadiahnya yang hilang beberapa hari lalu. Aku mengangguk lemas dan mengikuti langkah 3 polisi tadi dibantu appa yang membopongku.

Sesampainya di kantor polisi, appa terlihat berbicara serius dengan atasan mereka. Sementara seorang polisi muda membawa kardus milikku keatas meja dihadapanku.

“Barang-barang ini kami temukan di markas para teroris. Dari penyelidikan kami, semua barang di dalam kardus tidak ada yang berbahaya. Kami rasa barang-barang ini milik, nona.”

Terang polisi tadi sambil menyodorkannya, kutengok kedalam kardus, tidak ada yang kurang sama sekali. Malahan sepucuk surat yang tak pernah kulihat tergeletak diatas sendiri. berbalut amplop putih dengan segel tinta hati berwarna merah.

“Bisa tinggalkan saya sebentar saja.”

Pintaku dan disetujui. Kini hanya aku seorang di ruangan kecil interogasi, kubuka segel amplop dan mengeluarkan sepucuk surat darinya.

Your Love

Xi Luha

 

                  Dear, Tae Ra. maafkan aku. Kau tetaplah kekasihku, karena cinta kita tak membutuhkan kenyataan. Hanya membutuhkan perasaan, jika masih salah satu diantara kita memilikinya, maka sampai pada itulah cinta kita akan tetap menggantung di pohon keabadian. Kau dan aku, kita bersama.

Kututup surat singkatnya, seraya dunia berputar lebih cepat. Ruangan ini berkunang dan dadaku sangat sesak.

 

>>> TAMAT <<<

31 tanggapan untuk “( FF COMPETITION ) CRIMINAL”

  1. dammit min! gue nangis bacanya min . hueeeee… sumpah keren , gue suka . ♡ keep writing ya min , sedih liat akhirnya sad . pas baca bagian cwok masker (luhan) itu ngikutin kmana tae rah pergi , saling sayang dan cintanya . pkoknya keren min , gue suka banget . fighting ya min nulisnya!! ^^

  2. Aihhh.. ceritanya berakhir kah? Luhannya beneran tewas? Ahhh.. gak nyangka luhan teroris.. tapi keren sih.. coba ada squel tentang kenapa luhan jadi teroris hihihi.. btw luhan kaya banget ya sampai bisa nyiapin semua itu.. daebak deh sama luhan oppa kekekeh.. keren banget thor ff nya sumpah aku suka kekekekh.. good joob^^ 24 jempol mimjem member exo Xp

  3. ada Reza disini,wah siapa itu Reza,hehe,tadi ada typo ya,
    overall,bagus ceritanya,pasti sulit banget kalok udah cinta berat eh kita nggak dikasih tahu,Luhan jadi teroris T_T,keren lah,jarang ya yang kayak gini,unik imajinasinya.

  4. ugghh…
    nyesek bcnya..
    br ini bc ffnya luhan yg jd teroris..
    keren bgt thor..
    gak bs byngin karakternya luhan jd seorang teroris..
    bnr2 keren abies…

  5. Nyesek TT-TT
    Feelnya berasa banget, thor~ (y)
    Tapi tadi ada nama Reza xD kkk… mungkin itu maksudnya Luhan :3
    Daebak! Jjang! Sugoii! FFnya beda dari ff ff Luhan pada umumnya :3
    Like like like 🙂

    1. amin, terimakasih yah do’anya.
      beneran nama kamu Tae Ra? moga aja nasibnya gag sama kaya OFC ku.

      trim uda komen

  6. Luhan…. teroris? bom bunuh diri? penjara? gilagilaaa tumben banget dapet peran begini dia wkwk
    Tapi jadi keren, beda banget! ;;)
    Taera nya tulus banget lagi udah tau Luhan kriminal masih tetep saling sayang aaaaa ><

Pip~ Pip~ Pip~