( FF COMPETITION ) Hope

1

 

Title: Hope

Lenght: oneshoot

Ratting: PG 15

Genre: Romance

Author: Alifia Ridha Pratiwi

Main Cast:

EXO-M Kris Wu

Min Hyo Rin [OC]

 

 

 

HOPE

 

 

Untuk peri kecilku yang tidak akan bisa kusentuh lagi, salam sayang dariku selamanya…

Guangzhou, 10 Desember 2012

 

Dear Min Hyo-Rin,

Entah mendapatkan kekuatan dari mana hingga aku berhasil menulis surat ini untukmu. Aku tidak tahu apakah ini diizinkan atau tidak, tetapi aku benar-benar ingin mengatakannya sekali ini dan setelah itu aku akan benar-benar melepaskanmu. Peri kecilku Min Hyo-Rin, aku merindukanmu.

Hari ini hari Senin. Musim salju mencapai puncaknya, membekukan udara yang sudah dingin, termasuk membekukan hatiku yang telah lama kosong tanpa kehangatan darimu. Aku melihat salju turun dengan lembut dari jendela apartemen, memenuhi sepanjang jalan, menutupi pohon sakura yang seharusnya tumbuh indah di musim semi. Berbekal sebuah pena dan beberapa lembar kertas, aku mulai menggerakkan jemariku, menulis beberapa kalimat dengan kondisi tubuh menggigil karena suhu dingin, meskipun kenyataannya aku telah memakai jaket tebal, syal rajut abu-abu, dan menyalakan perapian.

Kau tahu sudah berapa kali aku mengulang untuk menulis surat ini? Empat kali kalau tidak salah. Pada awalnya aku menulis tanpa keraguan, namun ketika kubaca lagi, aku rasa kalimatnya terlalu berlebihan, dan kemudian aku menggantinya dengan yang baru, dan hal ini telah kuulang sebanyak empat kali hanya karena aku merasa kalimatnya kurang cocok untuk kuutarakan padamu.

Sudah setahun aku di Guangzhou. Itu artinya sudah setahun juga kita tidak bertemu. Dan rasanya waktu begitu cepat berlalu. Aku ingat benar saat kita pertama kali bertemu di Jeollabuk-do waktu musim semi 2011. Kamu memasang wajah bingung sambil bertanya padaku dengan bahasa Korea. Aksenmu aneh dan bicaramu begitu cepat. Aku tidak tahu apa-apa, hanya menggeleng dan tersenyum kecut.

 

“Aku tersesat,” katamu pelan-pelan, “aku tersesat, kau tahu? Tersesat. Aku butuh bantuan. Aku mau pulang.”

Keningku berkerut samar. “Pulang?” kataku terbata. Bahasa Koreaku parah. Aku hanya mengerti beberapa kata yang diucapkanmu dengan begitu hati-hati. “Mianhae, aku bukan orang Korea. I don’t understand about what you say. Can you just using english for our conversation?”

Kamu membelalakkan matamu yang bulat itu. Aku benar-benar hendak menjerit. Bola matamu lebar dan aku menyukainya. Kamu mengedipkan mata, membuatku menjerit lagi. Bulu matamu tidak lebat, tetapi entah mengapa aku menyukainya. Bola mata dan bulu mata yang seolah-olah oleh Tuhan telah diciptakan untuk saling melengkapi.

“Eoh?” gumammu tertahan, lalu meringis malu. “Exactly, mm… I can’t speak english fluently. Hihi…”

Matamu… Aku tersenyum. “It’s okay. Aku bisa berbahasa Korea, sedikit, dan tidak lancar. Aku mungkin bisa mengerti apa yang kamu katakan jika kamu memperlambat tempo bicaramu.”

“Oh, begitu?” sahutmu terdengar riang. “Ya, aku bisa memahaminya. Hehe…”

Aku—lagi-lagi—tersenyum kikuk sambil menggaruk bagian belakang kepalaku yang sama sekali tidak terasa gatal.

“Ah, ya, what’s your name?” tanyamu ramah.

Aku membiarkan kameraku menggantung di leher, kemudian mengulurkan tangan kanan dengan perasaan canggung. “Kris Wu. You can call me Kris. What about you?”

Kamu menyambut uluran tanganku hangat sambil tersenyum, menunjukkan pipi tembammu yang samar-samar merona berwarna merah jambu. “Min Hyo-Rin. You can call me Hyo-Rin.”

 

Perkenalan itu cukup singkat dan setelahnya kita menjadi begitu akrab seperti teman yang sudah kenal bertahun-tahun. Aku dan kamu berjalan beriringan, menyusuri padang cole flower yang begitu indah menjelang pukul tiga sore. Dan sepertinya kamu sudah benar-benar lupa bahwa sebelumnya kamu hendak meminta bantuan padaku karena tersesat dan ingin pulang.

Kita bercerita banyak selama hampir satu jam sambil berjalan-jalan di padang cole flower. Kamu tampak sangat ceria. Rambut ikalmu bergoyang-goyang. Kamu tampak manis dengan t-shirt putih dan rok hitam selutut. Kupikir sepatu kets kita kembar, tetapi kenyatannya tidak. Kamu melompat-lompat kecil. Kedua tanganmu terentang lebar. Matamu terpejam, sesaat menikmati hembusan angin musim semi yang menyejukkan. Klik! Aku memotretmu saat bibirmu melengkung membentuk senyuman sekalipun matamu terpejam erat ketika itu. Tubuhmu yang mungil seakan meminta perlindungan yang lebih nyaman. Kamu benar-benar seperti peri kecil yang penuh kedamaian.

Kamu bercerita tentang sekolahmu, keluargamu, sampai hal-hal yang tidak terlalu penting, yang seharusnya tidak perlu kauceritakan. Tetapi kamu malah menceritakannya dan tampak sangat antusias untuk menjelaskannya dengan lebih detil lagi.

Aku tertawa melihat ekspresimu. Aku mengabadikannya dengan kamera. Aku tidak mau sampai melewatkan hal-hal sepele yang justru membuatku tertawa terbahak-bahak.

 

“Kau tertawa?” tanyamu dengan mata yang membulat lebar sambil berkacak pinggang, seperti majikan yang hendak menginterogasi bawahannya.

Aku menggeleng. Klik! Aku mendapatkan fotomu lagi untuk yang kesekian kalinya.

“Berhenti memotretku!” jeritmu kesal.

“Memangnya kenapa?” tanyaku, lalu menjulurkan lidah ke depan. Aku melihat hasil potretku di layar kamera sekilas dan kemudian kembali menatapmu. “Lucu,” tambahku, lalu tertawa lagi.

“Tidak ada yang lucu padahal,” katamu ketus seraya memutar badan dan berjalan pergi.

Aku terkikik sambil membungkam mulut. Klik! Aku memotretmu lagi dari belakang. Rambut ikal cokelatmu bergoyang-goyang diterpa angin sore. Aku tersenyum sekilas. Tuhan sepertinya telah menurunkan  seorang peri kecil untukku, yaitu kamu.

 

Hari mulai beranjak malam, tetapi kamu masih saja bersemangat untuk menatap langit gelap gulita yang terhias bulan sabit dan bintang-bintang. Kamu merebahkan tubuh di sampingku. Aku hanya sempat memotret tiga kali, karena baterai kameraku mendadak sekarat. Kamu menoleh padaku, tersenyum, dan bertanya, “Apa tujuanmu kemari? Berlibur? Sekolah?”

Aku menggulung lengan kemeja kotak-kotakku, lalu merebahkan tubuh di sampingmu. “Berlibur,” jawabku singkat. “Aku hanya seminggu di sini, dan setelah itu…”

“Kau mau kembali ke Cina? Kapan?” tanyamu sebelum kalimatku selesai.

“Mmm, lusa,”

Wajahmu seketika menjadi kusut. “Cepat sekali,” katamu lirih, “padahal kita baru bertemu, kau sudah mau kembali.”

Aku tersenyum kecut. “Aku bisa kemari lagi kalau kau menginginkannya.”

“Benar?” tanyamu antusias.

Aku mengangguk. Entah bagaimana ceritanya aku bisa mengucapkan kalimat itu, tetapi ketika melihat wajah ceriamu kembali bersinar, aku merasa sangat baik. Sangat baik malah.

 

Esoknya, kamu mengajakku jalan-jalan. Kita pergi belanja di Dongdaemun. Aku tidak paham apa saja yang kaukatan pada penjual-penjual itu, tetapi aku tahu kalau saat itu kamu sedang menawar. Kita makan tteokbokki. Aku tidak suka makanan ini karena pedas. Aku tidak suka pedas. Maaf. Kau ingat wajahku waktu itu bukan? Mengerikan sekali.

Kita pergi ke Myeongdong setelah itu. Di sana lebih ramai daripada Dongdaemun dan aku nyaris kehilangan jejakmu karena begitu banyaknya orang yang berkunjung ke sana. Kita membeli gelang couple. Kau ingat? Ah, kau sudah lupa mungkin. Itu setahun yang lalu. Mungkin gelangmu juga sudah hilang. Tetapi tenang saja, aku tidak akan marah sekalipun gelang itu hilang. Yang penting bukan kenangan kita yang hilang. Well, aku masih menyimpannya baik-baik, sebagai kenangan bahwa aku pernah jalan-jalan ke Myeongdong bersamamu.

Malamnya, kamu mengajakku ke Namsan Tower. Sumpah, tempat ini sangat keren. Aku meninggalkan gembok kecil berwarna merah jambu di sana, tertulis namaku dan namamu. Kamu bilang siapapun yang menaruh gembok di sana, perasaannya akan abadi. Maka aku melakukannya. Kau tidak tahu, karena aku tidak bilang-bilang. Haha ^^v

Aku sedih karena keesokan harinya aku harus kembali ke Cina. Kamu memelukku erat. Air matamu tak berhenti menetes. Aku lebih tegar daripada kamu, meskipun sebenarnya aku tidak kuat lagi menahan tangis yang nyaris menggenangi pelupuk mataku. Pertemuan yang sangat singkat sekali bukan? Tetapi entah mengapa, itu tidak berlaku untuk perasaanku. Aku merasa nyaman berada di sampingmu, Hyo. Kau tidak akan tergantikan. Peri kecilku tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Meski aku tahu bahwa kini kau sudah punya orang lain.

Ibumu menelepon sore itu, mengabarkan bahwa pernikahanmu akan dilaksanakan dua hari kemudian. Dia memintaku untuk datang. Dia bilang aku masuk ke dalam daftar orang penting yang harus datang ke acara pernikahanmu. Tetapi karena sesuatu hal, aku tidak bisa datang. Maaf, bukan karena aku tidak mau, tetapi aku sedang di Kanada saat itu. Aku menyesal tidak bisa datang. Sebagai tanda permintaan maafku, aku mengirimkan buket mawar merah jambu untukmu. Kau menerimanya bukan?

Well, selamat. Aku ikut bahagia atas pernikahanmu. Aku berharap semoga kamu bahagia selalu bersamanya. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik.

 

Seandainya Tuhan mengabulkan doaku, aku berharap laki-laki yang berdiri di sampingmu saat di altar waktu itu adalah aku, bukan dia. Aku berharap laki-laki yang membuatmu tersenyum sepanjang hari sejak kamu bangun tidur sampai hendak terlelap adalah aku, bukan dia. Tetapi Tuhan berkata lain. Dia hanya mengizinkanku untuk memilikimu di dalam hati saja. Tidak lebih. Dan dia, aku yakin akan bisa menjagamu lebih dari saat aku menjagamu.

 

Peri kecilku, tersenyumlah. Karena hanya itu yang bisa membuatku tegar dan kuat untuk merelakanmu bersamanya.

 

Salam sayang,

Kris

 

Min Hyo-Rin menutup beberapa lembar kertas yang sudah basah oleh air matanya itu dan melipatnya dengan rapi, memasukkannya kembali ke dalam amplop berserta gelang yang dibelinya bersama Kris di Myeongdong setahun yang lalu, dan memasukkannya ke dalam laci. Dan setelah itu, tangisnya semakin mengeras.

Luhan memeluk gadis mungil di sampingnya itu erat-erat dan mencium puncak kepalanya, mendekapnya begitu hangat, membiarkannya menangis.

Kris, seandainya kau tahu…………

 

9 tanggapan untuk “( FF COMPETITION ) Hope”

  1. Kyaaaaa… Sedih amattt!!>~<….. Aduh kriss sih klamaan mw dtng… Kasian kan? Ya ampun …. Yg pkok kduanya sama2 salah… Why? Krna tdk mngungkapkn persaan msng2 alias jujur… Omoooo… Keundae critax ckup'mnrikk.. Nan choa^^v

Pip~ Pip~ Pip~