Candy Jelly Love (Shoot 5)

Candy Jelly Love[16-58-20]

Jstnkrbll’s Storyline

Genre :
Family, Life, lil’ bit Brother-Sister complex, Comedy

Cast :
Oh Sehwi
Oh Sehun
Other find by yourself

Length :
Short Chaptered

Ratting :
G at all

Standard disclaimer applied. Non profits taken. It’s mine and absolutely mine! ‘3’

Author’s note :
Bissmillah dulu deh. Semoga barokah. Hehehe. Garing kriukk gurih nyess cem jeskul di cemplungin ke air tq.

Preview shoot 4 :

‘ Sehwi yang batas kesadarannya sedang diujung tanduk, samar-samar mendengar detak jantung Sehun yang memburu. Ia tersenyum lemah, dan setelah menyamankan kepalanya di dada Sehun, ia mengucapkan sesuatu dalam hatinya.
“Aku hanya ingin Sehun Oppa ada disampingku. Selamanya.” ’

Italic means flashback

Happy Reading, ppyeong!

Sehun menunggu dengan gelisah di depan ruang pemeriksaan Sehwi. Meski Sehwi berhasil bertahan selama perjalanan, Sehun tetap takut kalau ada sesuatu buruk yang terjadi.
Setelah setengah jam kegelisahan berlalu, akhirnya dokter yang memeriksa Sehwi keluar. Sehun buru-buru berdiri dan menyambut dokter itu.
“Bagaimana, Uisangnim? Apa Sehwi baik-baik saja?” tanya Sehun cemas. Ia terus memainkan kedua tangannya – kebiasaannya ketika cemas atau gugup. Dokter itu melepas maskernya.
“Syukurlah, alerginya belum masuk ke tahap yang mengkhawatirkan,” Sehun menarik nafas lega dan berusaha tersenyum mendengar ucapan dokter itu.
“Tapi, kami menemukan sesuatu yang mengejutkan.” Ujar dokter itu lagi.
“A-apa itu?” tanya Sehun. Sungguh, dia tidak mau Sehwi terkena apa-apa lagi.
“Bisa ikut saya ke ruangan saya? Saya rasa ini cukup privasi.” Ajak dokter itu. Sehun mengangguk, lalu mengikuti dokter itu ke ruangannya.

“MWO????”
Seyoung bangkit dari kursinya sembari menggebrak meja kerjanya. Bawahan yang ada di hadapannya menunduk takut-takut. Seyoung menggeram kesal.
“Dasar anak tak tahu diri,” geramnya.
“S-saya, permisi dulu, N-nyonya.” Ujar bawahannya lalu membungkuk dan bergegas pergi dari ruangan itu.
“Gain-a,” panggil Seyoung pada bawahannya itu. Gain menoleh dengan takut-takut.
“N-ne?”
“Beritahu Minkyung untuk mengunjungiku siang ini.” Gain mengangguk. Lalu cepat-cepat keluar dari ruangan yang auranya selalu tidak enak. Ia kembali menuju meja kerjanya sambil mengelus lehernya yang tiba-tiba merinding.
“Nyonya besar menyeramkan sekali,” gumamnya pelan.

Sehwi mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan kapasitas cahaya yang ada.
Putih.
Tidak, dia tidak koma. Sudah kujelaskan ia sudah sadar. Ia menoleh ke sekelilingnya yang berwarna putih – khas rumah sakit sekali. Sedikit mengingat apa yang telah terjadi, ia menghela nafas.
Ia mengedarkan kembali pandangannya. Harusnya ia melihat Sehun sekarang. Jika ia memang yang menyelamatkannya tadi. Oh, Sehwi meringis kecil. Kepalanya masih pening dan tubuhnya terasa lemas sekali. Gatal di tubuhnya mulai berkurang meski bercak kemerahan itu belum hilang.
SREKK
Sehwi menoleh pelan ke arah pintu yang digeser.
“Oh, syukurlah kau sudah sadar.”
Sehwi tersenyum kecil, meski otaknya agak tidak mempercayai penglihatannya sendiri.
“Apa masih terasa pusing? Atau mau ku panggilkan dokter?”
“Ani, gwenchana. Aku sudah mendingan.” Tolak Sehwi halus. “Appa… kenapa bisa ada disini?”
Minhyuk tersenyum, lalu mengusap rambut Sehwi pelan. “Suatu anugerah kau masih bisa memanggilku ‘Ayah’, setelah semua yang telah ku lakukan padamu.” Ucapnya.
“Gwenchana, aku tidak pelnah menyalahkan Appa.” Tukas Sehwi meyakinkan. MInhyuk tersenyum penuh haru. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.
“Maafkan Appa… gara-gara Appa, kau harus menghadapi semua ini… maafkan Appa…” Minhyuk menunduk sambil meneteskan air matanya. Sehwi menggenggam tangan Minhyuk kuat-kuat.
“Gwenchana, Appa uljima…” Sehwi berusaha menenangkan Minhyuk.
“Maaf, gara-gara Appa Seulgi jadi membencimu dan berbuat seperti ini padamu…” Minhyuk kembali berujar setelah bisa menguasai dirinya. Sehwi hanya tersenyum.
“Sudah aku bilang tidak-apa-apa. Aku tahu Seulgi pasti belum bisa menelima kenyataan.” Ujar Sehwi kembali.
“Kau memang anakku yang paling baik. Aku menyesal pernah meninggalkanmu dulu. Maaf…”
“Appa, sudahlah. Itu masa lalu. Lagipula, aku tidak melasa sendili. Ada Byunghun Appa dan Sehun Oppa yang menemaniku.”
“Byunghun???? Kau… di asuh oleh Byunghun??”
Sehwi mengangguk meski keheranan. “Ne. Waeyo?”
“A-ah, ani. Tolong sampaikan terima kasihku padanya,”
Sehwi tersenyum miris mendengar itu. “Nanti kita sama-sama mengunjungi makamnya ya, Appa…”
“M-mwo?? Maksudmu? Byunghun??” Sehwi mengangguk pelan. Ingatannya kembali melayang ke masa-masa terindahnya dengan Byunghun. Mau tak mau, air matanya kembali turun.
“Maaf, Appa tidak tahu. Sudahlah, jangan menangis. Sebaiknya kau banyak istirahat, ya?” Minhyuk menghapus air mata di pipi Sehwi. Sehwi mengangguk sembari tersenyum.
“Appa,”
“Hmm?”
“Jangan tinggalkan Seoya lagi, ya,”
Hati Minhyuk terenyuh mendengar ucapan Sehwi. Minhyuk lalu memeluk Sehwi dan mengusap kepalanya lembut. Sehwi kali ini tidak menolak dan balas memeluk Minhyuk.
“Setelah semua urusan ini selesai, aku janji, kita akan tinggal bersama lagi.” Minhyuk melepas pelukannya sebentar, lalu mencium kening Sehwi. Lalu kembali mengelus kepalanya.
SREKK
Keduanya menoleh ke arah pintu yang lagi-lagi di geser. Minhyuk dan Sehwi sama-sama mematung.
BUGHH
Sehun meninju rahang Minhyuk hingga ia jatuh tersungkur. Sehun lalu mencengkram kedua kerah jaket Minhyuk.
“Sudah kubilang. Jangan sentuh Sehwi!” seru Sehun tepat di hadapan Minhyuk. (wuih serem tuh, mundur dikit Minhyuk! Eh, readers ._. monggo baca lagi yaaa) Sehun lalu memukul perut Minhyuk beberapa kali.
“Oppa geumanhae!” Sehwi berusaha berteriak, namun suaranya masih serak. Ia berusaha menengahi mereka berdua, meski tubuhnya masih lemas.
“Appa! Oppa jebal geumanhae-Ugh!”
BRUGG
Sehun berhenti memukuli Minhyuk yang sudah lebam. Mereka berdua sama-sama menoleh ke ranjang Sehwi. Dan mereka melihat Sehwi sudah terjatuh dari ranjangnya.
“Sehwi-ya!!”

“Ya, kenapa kau malah mencegat para yeoja itu? Kenapa bukannya membantu Sehwi?? Kau ini bagaimana sih! Kami sudah menyuruhmu untuk menjaga Sehwi, bukannya meninggalkannya!”
Kyungsoo meringis pelan. Selain karena ucapan Minseok yang memang tepat menembak di hatinya, Minseok juga terlalu keras menekan luka di wajahnya dengan kapas antiseptik itu.
“H-hyung, pelan-pelan…”
“Kau ini cengeng sekali sih! Diam saja! Kau itu sudah salah kaprah, malah menambah pekerjaan kami!”
“Aww! H-hyung…”
“Sudah kubilang diam!”
Teman-teman Sehun yang lain bergidik ngeri melihat Kyungsoo. Bukan. Bukan karena lukanya yang banyak itu. Namun lebih kepada kasihan karena harus diobati oleh mantan anak gangster sekolah mereka.
“Min, biar aku saja yang mengobatinya. Kasihan juga dia, harusnya kamu obati, bukan nasihati.” Luhan mengambil kapas di tangan Minseok. Minseok mendengus kesal.
“Salah siapa, diberi tanggung jawab malah disalah gunakan! Kalau kau bukan Do Kyungsoo, si peraih medali emas di olimpiade matematika nasional, kau pasti sudah ada di kantor polisi karena tuduhan stalker!” Minseok masih saja berkicau. Luhan hanya menahan tawa.
“Maafkan dia, ya? Minseok memang sedikit sensitif…” ujar Luhan pada Kyungsoo. Kyungsoo hanya mengangguk kecil.
“Lagipula aku memang salah kok, hyung. Seharusnya aku menolong Sehwi, bukannya mencegat Seulgi dan teman-temannya. Jadi aku harus dipukuli oleh pejalan kaki yang lewat karena mereka berteriak stalker padaku,” Ujar Kyungsoo sambil sedikit meringis. “Aku sedikit trauma bullying, jadi aku tidak mau melihat keadaan Sehwi. Takutnya malah aku yang repot disana.”
“Atau jangan-jangan ini salah kalian? Kalian menyuruhnya menjadi stalker??” Minseok menunjuk Baekhyun dan Chanyeol yang mengkeret ngeri.
“T-tidak kok hyung! Anak itu sendiri yang bilang kalau dia harus jadi stalkernya-Aw! Berhenti memukulku Baekki!” Chanyeol mengelus kepalanya yang lagi-lagi di bogem manis Baekhyun.
“Tidak hyung! Zitao sudah memberitahu padanya kalau stalker dan penjaga itu beda! Tapi, kami tidak tahu kalau salah pahamnya akan berkelanjutan…” ucapan Baekhyun mengecil di akhir kalimatnya. Minseok lagi-lagi mendengus.
“Dasar! Kalian juga sama tidak becusnya!” ujarnya. Ia lalu memandang ke sekeliling kamar, dan pandangannya terpaku pada Jongdae yang sedang melamun.
“Ya, Jongdae-ya,” panggil Minseok. Tapi Jongdae tidak menghiraukannya. Ia malah bergumam kecil sambil kembali melamun.
“Kim Jongdae.”
“Maldo andwae, tidak mungkin itu dia…”
“Ya Kim Jongdae!!”
Seruan Minseok sukses membuat Jongdae terlonjak di kursinya.
“E-eh, ada apa hyung?”
“Apa yang kau lamunkan? Daritadi kau terus-terusan berbicara sendiri.” Tanya Minseok sedikit garang. Jongdae mengedarkan pandangannya.
“Jongin mana?” tanya Jongdae pada Joonmyun yang ada di sebelahnya.
“Sedang keluar, mengambil camilan dan minuman untuk kita.”
“Ya, jawab aku!”
Jongdae lagi-lagi terlonjak.
“I-itu hyung, apa kalian sadar, kalau wajah Kyungsoo mirip sekali dengan Jongsoo?”
“Majja! Kukira hanya aku yang merasakannya!” timpal Baekhyun tiba-tiba. Kyungsoo yang baru selesai diobati oleh Luhan keheranan karena namanya disebut-sebut.
“Siapa yang mirip denganku, hyung?”
“Ya, bahkan suaranya hampir sama!” bukannya menjawab pertanyaan Kyungsoo, Yixing malah mendukung pendapat Jongdae.
“Kyungsoo-ya, umurmu berapa?” Zitao juga malah bertanya.
“Empat belas.” Jawabnya dan semua hening. “A-aku tahu, harusnya aku masih kelas 2 SMP, tapi karena menurut guru-guru aku terlalu pintar, aku jadi loncat-“
“Kyungsoo-ya,”
“-kelas dan sekarang aku kelas 3. Ne, hyung?” Kyungsoo menimpali panggilan Yifan.
“Apa kau… pernah amnesia sebelumnya?”
Semuanya hening. Kepala Kyungsoo mendadak sakit.
“I-iya…”

“Jadi,” Sehun berdehem sebentar. “Aku harus memanggilmu ‘Appa’?”
Minhyuk terkekeh pelan. “Aku tidak menyuruhmu untuk memanggilku begitu.”
“Yeah, kau benar. Karena kita sama-sama tidak punya ikatan keluarga.” Ucap Sehun sambil membenarkan posisi duduknya.
“Kalau bukan gara-gara Seoya dan Byunghun, kita tidak akan pernah mengenal satu sama lain, Sehun.”
“Ah, dan mendapat kesalah pahaman ini. Maaf, aku kira Paman orang jahat,”
“Tidak apa, aku juga salah karena tidak bisa menjelaskan apapun padamu waktu itu.”
Sehun manggut-manggut. Keheningan kembali menyelimuti taman belakang rumah sakit tempat mereka duduk sekarang. Setelah Sehwi di periksa kembali dan beristirahat, Sehun memutuskan untuk mengobrol dengan Minhyuk, yang tadi Sehwi panggil ‘Appa’.
“Lalu,” Minhyuk menoleh pada Sehun yang kembali memecahkan keheningan.
“Apa hubungan Paman dengan Appa?”
Minhyuk tersenyum getir, lalu memandang langit CN Blue (author lawak dikit).
“Kami sahabat baik,” ujarnya. “Sampai aku berubah dan Byunghun menjauh.”

Byunghun baru saja pulang dari kerja part time nya, ketika ia melihat seorang wanita keluar dari flatnya yang ia tempati bersama Minhyuk. Parasnya elok, sepertinya ia masih sangat muda. Wanita itu menatap Byunghun datar, lalu segera berjalan melewatinya. Byunghun menahannya.
“Tunggu.”
Wanita itu berhenti. Byunghun menghampiri wanita itu.
“Siapa namamu?”
“Kim Seolhyun.” Jawabnya tegas.
“Maaf, kalau boleh aku bertanya, untuk apa kau datang ke flat kami?”
Seolhyun menatap tak suka pada Byunghun. “Menemui Minhyuk. Sesuatu yang sangat privasi. Maaf Tuan, tapi aku harus pergi.” Ucap Seolhyun, lalu segera pergi dari flat itu. Byunghun buru-buru masuk ke dalam dan melihat Minhyuk tengah terduduk di sofa dengan baju yang berantakan.
“KAU PIKIR APA YANG TELAH KAU LAKUKAN, HAH???!!” seru Byunghun pada Minhyuk. Minhyuk mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan.
“Santai saja, Hun. Kau juga sekali-kali harus refreshing, jangan terus-terusan bekerja.”
“KAU TIDAK SADAR?? KAU SUDAH PUNYA TUNANGAN!! APA KATA MINKYUNG NANTI KALAU DIA TAHU KAU PERNAH BERBUAT SEPERTI ITU??!!” Kesabaran Byunghun mulai habis. Ia meraih kerah baju Minhyuk dan meninju rahangnya (keluarga Oh demen banget mukul Minhyuk ye -__- maap nyempil /\ ). Minhyuk tersungkur.
“Aku sudah bilang akan bertanggung jawab padanya. Seharusnya aku yang khawatir, mengapa kau yang malah marah?”
“Aku sahabatmu, Hyuk…” ucapan Byunghun memelan. Ia meremas tangannya sendiri yang ia gunakan untuk memukul Minhyuk tadi.
“Lalu kenapa? Memangnya kau berhak untuk mengatur kehidupanku? Kalau kau sahabatku, mengapa kau menjadi penunda kebahagiaanku?”
“Kau salah Hyuk, kebahagiaan tidak dicapai dengan cara itu, kau harus bekerja keras ̶ “
“Bekerja, bekerja, bekerja, bekerja saja yang ada dalam pikiranmu!! Aku muak mendengar kata itu darimu! Aku lelah dengan cara hidupmu yang kaku dan terlalu penuh perjuangan! Kau tahu, jika aku tidak mengikutimu dari dulu, aku sudah bisa sukses sekarang! Sekarang aku menyesal!”
“Aku hanya memberitahumu agar tidak salah jalan, Minhyuk-a ̶ “
“Berhenti menceramahiku seolah-olah kau adalah orang paling benar disini!” Minhyuk menepis tangan Byunghun yang berusaha membantunya berdiri. Ia pergi ke kamarnya, mengemasi baju-bajunya, lalu keluar kembali.
“Aku pergi. Jangan cari aku atau mencari tahu tentangku lagi.” Ucap Minhyuk dingin lalu segera pergi dari flat itu.
“Silahkan! Aku juga tidak akan pernah mencarimu lagi! Dan jangan pernah mencampuri hidupku lagi!”
Dan itu adalah seruan terakhir Byunghun yang Minhyuk dengar.

Cuaca dingin di bulan Januari itu membuat siapapun tidak tahan dengan udaranya, termasuk Minhyuk. Ia baru saja akan masuk ke rumahnya, ketika seorang wanita memanggilnya.
“Minhyuk-ssi.”
Meski cukup pelan, tapi Minhyuk bisa mendengarnya. Ia menoleh.
“Seolhyun?!”
Seolhyun berjalan menghampiri Minhyuk dengan naungan payung biru di genggamannya. Melindunginya dari hujan salju kecil di sekelilingnya.
“Aku menagih janjimu.”ucap Seolhyun. Minhyuk terdiam. Melihat respon yang tidak bagus, Seolhyun mengeluarkan sesuatu dari saku coat coklatnya. Sebuah testpack dengan dua garis.
“Dokter bilang, umurnya baru satu bulan. Aku sudah menceritakan semua kepada orang tuaku, kecuali fakta kalau kau sudah menikah. Kalau kau setuju, kita bisa menikah diam-diam tanpa restu orang tuamu.”
Minhyuk terdiam. Di dalam rumah, istrinya juga sedang hamil 7 bulan.
Perlahan, Minhyuk menatap Seolhyun.
“Orang tuaku sudah meninggal. Kurasa, aku akan menemui orang tuamu akhir minggu ini.” Ucapnya. Seolhyun tersenyum kecil. Minhyuk ikut tersenyum. Ia mencium bibir Seolhyun pelan, lalu kembali berujar.
“Maaf, seharusnya kau tidak usah berjuang di usia yang semuda ini.” Seolhyun hanya tersenyum kecil.
“Tak apa. Lagipula, aku yakin kau akan menepati janjimu.”
Dan siapa yang tahu, kalau istri Minhyuk yang sedang mengandung itu, melihatnya dari jendela rumah?

“Dan setelah itu, aku dan Seolhyun menikah. 2 bulan setelahnya, Minkyung melahirkan, dan lahirlah Seulgi. Sedangkan Seoya lahir 5 bulan setelahnya. Semua berjalan lancar, sampai suatu waktu, aku menemukan Seolhyun tewas di rumah kami berdua. Saat itu, usia Seoya baru 3 tahun. Karena desakkan Minkyung yang terus-terusan memintaku diam di rumah, aku akhirnya menitipkan Seoya pada salah satu tetangga. Setelah itu, aku tak pernah melihatnya lagi.” Ujar Minhyuk mengakhiri ceritanya. Sehun hanya terdiam mendengar ceritanya.
“Jadi, bisa kau simpulkan sendiri. Disisi lain, aku bersalah karena sudah menduakan Minkyung. Tapi disisi lain, aku tidak salah karena aku hanya menepati janjiku. Aku hanya berusaha menghidupi Seolhyun dan Seoya, meski aku tahu posisi Seoya sebagai anak simpanan, akan dibenci oleh Seulgi dan Minkyung. Aku tak tahu kalau sekarang mereka malah bersahabat.” Lanjut Minhyuk lagi.
“Tunggu, siapa itu Seoya?” tanya Sehun.
“Anakku dari Seolhyun, tentu saja. Memangnya kau pikir siapa?”
“Maksud Paman Sehwi?” Minhyuk mengernyit kebingungan.
“Sehwi itu adikku. Ah, alasan mengapa kita ada disini. Sekarang namanya Oh Sehwi. Paman tidak menyadarinya?”
Minhyuk terdiam, lalu kemudian terkekeh geli.
“Pantas saja, saat aku memanggilnya Seoya, ia tidak merespon perkataanku.”
Hening kembali. Ketika matahari mulai terlihat terbenam, Minhyuk buru-buru bangkit.
“Ah, kurasa aku harus segera pulang. Minkyung akan marah kalau ia tahu aku ada disini,” ucapnya. “Sehun, bisa Paman minta tolong padamu?”
Sehun mengangguk. “Tentu.”
“Tolong jaga Seoya, oh maksudku, Sehwi. Setelah semua ini selesai, aku janji, aku akan mengurusnya kembali. Dan juga kau, tentunya. Jika kau tak keberatan.”
Sehun tersenyum. Ia menepuk bahu Minhyuk pelan.
“Itu sudah kewajibanku, Appa.”
Minhyuk memandanng Sehun tak percaya. Sehun terkekeh geli, lalu merentangkan tangannya. Dan Minhyuk pun memeluk Sehun. Dan Sehun suka itu. Sudah lama ia tidak dipeluk sosok seorang ayah.
“Ah, aku rindu sekali Byunghun. Lain kali, bisakah kita melihat makamnya?” tawar Minhyuk saat ia melepaskan pelukannya. Sehun mengangguk.
Dan kali ini, setidaknya, keduanya bisa merasa tenang.
Karena setidaknya Sehwi tidak akan terlalu merasa sendirian kali ini.

Sehun pergi ke rumah Jongin, atas permintaan Minseok.
“Annyeonghaseyo, Kim Eommonim.” Sapa Sehun pada ibu Jongin yang sedang menutup pintu pagar rumahnya.
“Oh, Sehun-a! Kajja masuk, yang lain sudah di dalam dari tadi sore.” Ibu Jongin kembali membukakan pintu pagarnya. Sehun tersenyum, lalu segera masuk ke rumah Jongin yang sudah ia hafal benar.
Ia segera naik ke lantai dua, tempat kamar Jongin berada. Sambil mengunyah permen karet, ia membuka pintu kamar Jongin.
BRUKK
Sebelum mencapai knop pintu, pintu sudah terlebih dahulu terbuka dan membuat pintu itu mengenai wajah Sehun.
“Aigo! Sehun-a!” Minseok membantunya berdiri. Sehun mengusap wajahnya kesal sambil meringis.
“Maaf, aku sedang buru-buru, kau masuk saja ke dalam!” ujar Minseok, lalu segera pergi. Sehun mengusap-usap dahinya yang memerah. Ia lalu melihat ke dalam kamar. Semuanya ada disana – kecuali Minseok. Oh, dan Jongin juga tidak ada.
“Sehun-ah! Ayo kemari!” seru Yifan sambil menepuk kursi di sebelahnya yang kosong – tadinya terisi Minseok. Sehun pun duduk disana. Semuanya terlihat bahagia, tapi Kyungsoo tidak. Ia nampak berbaring di kasur Jongin, sesekali mengurut pelipisnya.
“Ada apa? Kenapa kalian semua tersenyum seperti idiot?” tanya Sehun. Yifan mendorongnya.
“Yaa, kami tidak idiot,” ujarnya. “Tebak siapa yang sudah kami temukan,” lanjutnya pada Sehun. Sehun hanya menatap bingung.
“Aisshh, kau tahu Jongsoo? Kim Jongsoo?” tanya Chanyeol. Sehun mengangguk.
“Adik angkat Jongin sewaktu masih di panti asuhan, kan?” jawab Sehun. Yang lain mengangguk semangat.
“Itu aku, hyung,” ucap Kyungsoo sambil mengacungkan sebelah tangannya.
“Hah?”
Kyungsoo bangkit dari kasur, lalu tersenyum pada Sehun. “Aku Jongsoo,” ujarnya sambil memberikan senyuman termanisnya. “Salam kenal, hyung.”
Sehun menganga, tidak percaya. “Tapi… bagaimana bisa?”
“Oh, aku saja! Aku saja yang menceritakannya!” tiba-tiba Zitao mengacungkan tangannya heboh.
“Hey, dengan bahasa Korea mu yang belepotan? No. Joonmyun hyung, bisa kau ceritakan?”
Joonmyun yang sedang melamun tersentak.
“O-oh iya, tentu saja.” Ia membenarkan posisi duduknya, sebelum kemudian bercerita.
“Simple saja. Saat Jongsoo diadopsi oleh keluarga Do dan Jongin diadopsi keluarga Kim, Jongsoo mengalami kecelakaan yang membuatnya mengalami amnesia dan melupakan semua kenangannya bersama Jongin. Bahkan namanya sendiri. Oleh sebab itu dia mengganti namanya menjadi Do Kyungsoo dan memulai hidup baru.” Jelas Joonmyun.
“Awalnya aku tidak mau mengganti namaku, karena aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Ada yang tidak beres. Namun dokter yang menanganiku selalu meyakinkanku,” Kyungsoo mengambil alih cerita.
“Tidak apa. Kau tidak akan pernah bertemu lagi dengannya. Jadi tak apa bila kau melupakannya.”
“Dan itu selalu ku pegang teguh sampai aku bertemu dengan kalian. Dengan Jongin hyung.” Lanjutnya seraya tersenyum lemah.
“J-jadi, kau Jongsoo????” tanya Sehun tak percaya. Kyungsoo hanya mengangguk kecil. Kepalanya masih pening akibat disuruh menceritakkan semua ingatannya tentang amnesia yang di deritanya.
“Geurae, apakah acara mendongengnya sudah selesai?” ujar Minseok yang tiba-tiba muncul di pintu. “Karena sang pemeran utama ada disini sekarang.” Ucapnya lagi. Ia menyingkir sebentar dari pintu, membiarkan Jongin masuk. Kyungsoo membeku.
“Soo? Kau benar-benar Jongsoo?” tanya Jongin tak percaya. Berterimakasihlah pada Minseok, ia jadi tahu semuanya. Juga dari cerita Joonmyun tadi makin membuatnya yakin.
“Jongin hyung, annyeong,” ucap Kyungsoo seraya tersenyum dan merentangkan tangannya lebar. Jongin segera menghampiri Kyungsoo dan memeluknya erat. Kyungsoo membalasnya.
“Oooohhhhhh….” Yang lain meniru backsound acara-acara tv saat menampilkan adegan mengharukan. Kalian tidak tahu? Baiklah, tak usah dipikirkan.
“Ya, mwohae… seorang Kim Jongin menangis?” ejek Chanyeol. Kyungsoo melepaskan pelukannya dan menatap Jongin yang memang sudah menangis.
“Hyung, menangis???” tanya Kyungsoo tidak percaya. Jongin terkekeh sembari menghapus air matanya. Well, aku sering mengalaminya, dan ini bukan menangis. Ini lebih dari sekedar tangisan cengeng yang membuatmu terlihat seperti anak kecil. Ini tangis kebahagiaan.
“Hey lihat! Seorang Kim Jongin pertama kalinya menangis!!” seru Baekhyun.
“Ya! Ini bukan yang pertama…” kata Jongin sambil terkekeh. Semuanya terbelalak. Jongin dikenal sebagai orang yang dingin dan tidak berekspresi. Tapi ucapannya barusan mengubah pandangan mereka semua.
Setelah beberapa menit adegan mengharukan, mereka kembali tenang.
“Sehun-ah, bagaimana keadaan Sehwi? Apa alerginya parah?” tanya Yixing sambil memainkan gitar milik Jongin yang tidak pernah disentuh oleh pemiliknya.
“Ani. Untung saja aku cepat. Kalau tidak, aku tidak tahu nasib Sehwi seperti apa,” jawab Sehun.
“Kalau begitu, hyung, aku minta bayaranku,” ucap Kyungsoo pada Jongin yang sedang tiduran diatas pahanya (OMFG KAISOO MOMENT!!! ><). Jongin mengernyit.
“Bayaran? Siapa yang menjanjikannya?” tanya Jongin.
“Baekhyun hyung.” Ucap Kyungsoo. Semua langsung menoleh pada Baekhyun. Baekhyun gelagapan.
“Baekhyun, apa ku bilang…” ucap Chanyeol sambil memandangnya iba.
“Jangan bilang kau meminta bayarannya padaku?” tanya Joonmyun ketus. Baekhyun menenggak ludah.
“Kyungsoo-ya,” semuanya menoleh pada Sehun yang memanggil Kyungsoo.
“Ne, hyung?”
“Bagaimana kalau bayarannya….” Sehun menggigit bibir bawahnya – sedikit tidak yakin dengan apa yang akan ia ucapkan.
“kau berpacaran dengan Sehwi?”
“N-nde?”

Setelah sekitar 3 hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Sehwi bisa pulang dan kembali bersekolah. Namun entah karena apa, Seyoung jadi overprotective padanya. Bahkan ia sampai harus diantar ke sekolah. Sehwi tidak tahu harus berbahagia atau bersedih – karena dekat dengan Seyoung membuatnya tidak bisa memakan permen jelinya.
“Pulang sekolah jangan pergi kemana-mana. Kau harus langsung pulang.” Ucap Seyoung saat mereka sampai di sekolah Sehwi. Sehwi mengangguk sambil membuka sabuk pengamannya.
“Allasseo,” ucap Sehwi malas lalu keluar dari mobil. Seyoung berdecak malas, lalu mulai memajukan mobilnya ke kantornya.
“Sehwi-ya!” Sehwi menoleh dengan malas, lalu berusaha tersenyum. Kyungsoo menghampirinya sambil tersenyum lebar.
“Kau sudah sembuh? Maaf, aku tidak bisa datang. Aku sedikit trauma dengan rumah sakit,” ucap Kyungsoo sambil menggaruk tengkuknya kecil. Sehwi menggeleng kecil.
“Gwenchana, lagipula aku juga tidak tellalu suka lumah sakit,” ucapnya. Ia menghela nafas kasar. “Jeno pindah sekolah ya…” lanjutnya dengan lesu. Kyungsoo jadi ikut menghela nafas.
“Benar. Padahal aku baru kenal dengannya, tapi kenapa rasanya kami sudah akrab sekali…” ucap Kyungsoo. Sehwi mengangguk.
“Padahal aku masih mau pelmen jeli… kalau Jeno tidak ada, siapa yang akan membelikanku (memberikanku, red) pelmen jeli lagi?” ucapnya sambil menendang kerikil kecil di hadapannya. Kyungsoo terkekeh.
“Jadi kau menyukainya hanya karena ia sering memberimu permen jeli?” ucap Kyungsoo menggoda Sehwi. Sehwi segera menggeleng.
“Ani, ani, bukan begitu maksudku–“
“Kalau aku menirunya, mungkin kau juga akan menyukaiku.”
“–eh?” Sehwi tidak melanjutkan ucapannya yang terpotong. Kyungsoo buru-buru menutup mulutnya dan mengeleng cepat. Sehwi menunduk. Wajahnya memerah.
Kyungsoo hanya menatapnya malu-malu.

Sehwi berjalan pulang dengan gusar. Keadaan di sekolah tidak lebih baik daripada di rumah. Seulgi terus-terusan menjauhinya, bahkan saat pergi ke kantin, makanannya dijatuhkan begitu saja oleh Seulgi dan teman-teman barunya. Sehwi tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya sendiri sekarang. Bahkan Kyungsoo tidak selalu ada di sampingnya.
Lagipula, untuk apa mengharapkan orang lain akan melindunginya? Mereka ‘kan tidak seperti Sehun yang dengan rela melindunginya tanpa imbalan apapun.
Ah iya. Sehun.
Setelah di rumah sakit, Sehwi tidak pernah melihatnya lagi. Sehun benar-benar lenyap. Tapi Sehwi tidak berusaha mencarinya. Ia sadar, seharusnya ia tidak harus selalu bergantung kepada Sehun. Seharusnya ia bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak merepotkan orang lain, sehingga orang lain tidak mendapatkan kesialan gara-gara dirinya.
Sehwi berhenti berjalan. Lalu mengambil nafas berat.
Benar, ia anak sial.
Bahkan Minhyuk saja mencampakkannya. Bahkan Seyoung membencinya. Bahkan Seulgi membully-nya. Bahkan Jeno meninggalkannya.
Semua orang di dunia ini tidak ada yang benar-benar menyayanginya. Sehwi bahkan ragu kalau Sehun benar-benar tulus menyayanginya atau hanya akal-akalan saja agar Sehun bisa menjadi pewaris perusahaan Byunghun.
Ia mengambil nafas berat lagi, lalu menggigit bibir bawahnya. Berusaha menahan air matanya. Sangat tidak lucu jika ia menangis di tempat umum seperti ini – walaupun tempatnya sepi, well.
Sehwi lalu kembali memandang lurus ke depan. Berusaha tersenyum, meski air matanya menggantung di pelupuk matanya.
“Geulae, gwenchana. Aku memang halus beljuang sendilian. Aku lahil (lahir, red) sendilian, kenapa aku butuh bantuan olang lain untuk melindungiku? Toh, kalau aku mati pun, tak akan ada yang menyadalinya. Nisanku akan sepi dali pelayat. Kenapa aku halus menghalapkan olang-olang yang bahkan meleka saja tidak menghalapkanku ada di dunia ini?” ujarnya pada dirinya sendiri. Ia kembali tersenyum meski bibirnya bergetar. (this is actually my fcking real feeling if u want to know 😂)
Sehwi menutup matanya, lalu berusaha mengambil nafas. Semuanya terasa lebih tenang sekarang. Seolah ia tidak harus menunggu Sehun untuk melindunginya. Seolah Seulgi tidak melakukan apapun padanya. Seolah Jeno tidak meninggalkannya. Seolah Kyungsoo… benar-benar menyukainya. Sehwi terkekeh kecil, lalu kembali membuka matanya. Semuanya benar-benar terasa nyaman sekarang.
Sehwi baru saja berjalan beberapa langkah, ketika sebuah mobil datang dan menurunkan 2 orang wanita berpakaian aneh dan menghampirinya. Mereka memegangi kedua lengan Sehwi dan menyeretnya ke dalam mobil.
“Ya! Kalian siapa?! Lepaskan aku!” Sehwi meronta-ronta. Namun kedua wanita itu tampaknya lebih besar tenaganya. Semuanya begitu cepat, sampai Sehwi merasakan sesuatu yang membekap hidung dan mulutnya dan ia tidak ingat apa-apa lagi.

Kyungsoo yang melihat itu membelalakkan matanya.
Ia kemudian keluar dari tempat persembunyiannya – ia sedari tadi mengikuti Sehwi (sekali lagi, bukan stalking) – dan segera mengejar mobil yang membawa Sehwi. Sembari berlari, ia mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Jongin.
“Yoboseyo?”
“Hyung! Cepat pergi ke tempatku sekarang!” seru Kyungsoo sambil terengah.
“Mwo? Memangnya ada apa? Apa ada sesuatu yang buruk terjadi–“
“Sehwi diculik hyung! Cepatlah! Aku tahu kalian sedang berada di sebuah mobil di ujung jalan! Cepatlah hyung! Sebelum aku kehilangan jejak mere–“
“Kyungsoo-ya! Cepat naik ke mobil dan jangan banyak bertanya!”
Kyungsoo menoleh dan mendapati Jongdae ada di sebelahnya – dengan mobil yang pintunya terbuka lebar, seolah tidak akan mengganggu pengendara lain, oh, maaf, jalanan itu sepi – dan mengulurkan tangannya. Kyungsoo menyambut tangan Jongdae dan segera meloncat ke dalam mobil. Atau van lebih tepatnya. Karena mobil ini ternyata bisa menampung lebih dari 12 orang. Kyungsoo bisa menebak kalau ini milik Joonmyun.
“Apa kau mengenali penculiknya, Kyung?” tanya Minseok sambil memberinya tempat duduk di sampingnya. Kyungsoo menggeleng sambil terengah. Lumayan lelah mengejar mobil itu.
“Ada… hosh… dua orang… hosh… berpakaian seperti… hosh …”
“Sudahlah, kau istirahat dulu,” ujar Jongin sambil memberikan sebotol air mineral. Kyungsoo tersenyum dan bergumam terima kasih lalu meneguk minuman itu.
“Tunggu, Sehun kemana?” tanya Luhan setelah ia selesai menghitung orang yang ada di mobil itu. Semuanya mendadak hening. Joonmyun yang berada di kursi depan membuka kaca jendelanya.
“Astaga, Sehun-ah!!!!!” serunya saat melihat Sehun berlari mengejar mobil yang membawa Sehun.
“Sehun-ah! Cepat naik!” seru Yifan yang menyetir mobil.
“Kalian pergi saja ke kantor polisi dan urus semuanya!!” seru Sehun, lalu ia berlari mendahului mobil mereka. Yifan memelankan laju van mereka.
“Ya, kenapa jadi pelan? Cepat kejar mereka!!” seru Joonmyun pada Yifan. Joonmyun mendadak jadi mudah marah disaat-saat seperti ini. Dan melampiaskannya pada Yifan. (doh, kangen krisho  )
“Sehun benar, sebaiknya sebagian dari kita melapor polisi.” Ucap Yifan. Ia menginjak rem dan menaikkan rem tangan.
“YA BODOH JANGAN BERHENTI!!” teriak Joonmyun pada Yifan. Tapi Yifan tidak mendengarkan. Ia berbalik ke belakang dan menatap semua teman-temannya.
“Kyungsoo, Minseok, Yixing, Baekhyun, dan Luhan, kalian cepat pergi ke kantor polisi dan laporkan penculikan ini. Sisanya ikut denganku, untuk menghadapi situasi terburuk,” ucap Yifan memutuskan.
“Tidak bisakah aku ikut kalian? Bahasa Korea ku kan jelek,” pinta Yixing. Yifan menggeleng.
“Aku tidak mau kau berkelahi dan terluka, lalu hemofiliamu–“
“Tidak ada yang akan berkelahi disini dan juga tidak ada yang pergi! Cepatlah susul mereka Yifan!” Joonmyun memotong ucapan Yifan.
“Dan kau pendek, kau pergi bersama mereka. Kau tak punya bakat berkelahi.” Lanjut Yifan.
“APA??? PENDEK??? KAU BELUM PERNAH MERASAKAN PUKULANKU, HAH???!!!!”

Mobil itu akhirnya berhenti di sebuah gudang tua di pinggir kota yang benar-benar sepi. Sehun berhenti sebentar untuk menstabilkan deru nafasnya. Lelah juga mengejar mobil itu. Ia memperhatikan mobil itu lekat-lekat.
Ia bisa melihat dua orang wanita membopong Sehwi keluar dari mobil itu. Sehun menyembunyikan tubuhnya di balik rumput ilalang tinggi yang tumbuh di sekitar gudang. Berharap mereka tidak menyadari dirinya. Dan setelah pintu gudang itu tertutup, Sehun buru-buru mengeluarkan ponsel lalu mengetikkan sesuatu.
‘Gudang tua. Pinggir kota. Ilalang. Cat merah.’
Setelah itu, ia menyimpan kembali ponselnya dan mengendap menuju gudang itu.

Sehwi mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan cahaya minim yang masuk ke matanya. Oh tidak. Ini buruk sekali.
“Menikmati perjalananmu, anak sial?”
Sehwi terbelalak. Tubuhnya yang diikat membeku seketika.
“Ahn Eommonim????” ujarnya tak percaya. Wanita di hadapannya menyeringai.
“Berhenti memanggilku seperti itu. Kini aku bukan seorang penjual kue beras pedas lagi.” Ucapnya dingin.
“T-tapi… eommonim…”
“KUBILANG BERHENTI MEMANGGILKU SEPERTI ITU!!”
PLAKK
Wanita itu menampar Sehwi. Keras sekali, sampai pipi Sehwi memerah dan bibirnya mengeluarkan darah. Sehwi menggeleng tidak percaya. Orang yang selama ini sudah ia anggap sebagai ibunya, ternyata memperlakukannya seperti ini?
“Jangan dihabiskan sekarang, Minkyung-a,” seorang wanita lain muncul. Sehwi bisa melihatnya meski cahaya di ruangan ini minim sekali. Seyoung.
“Permainan baru akan dimulai kalau anak-anak pengacau itu sudah datang. Jangan terburu-buru.” Ujarnya sambil menepuk bahu wanita itu. Wanita itu menyeringai kembali.
“Geurae, jadi Sehun bisa melihat saat kau di eksekusi nanti,” ujarnya sambil melipat tangannya. Sehwi menangis. Ia tak peduli pada ucapan Seyoung ataupun wanita itu lagi. Ia hanya berharap, Sehun kali ini tidak benar-benar datang. Siapapun itu. Sehun, Kyungsoo, atau siapapun itu. Ia lebih baik membusuk di gudang ini daripada harus membiarkan mereka terluka lagi karena dirinya.
“Ngomong-ngomong,” wanita itu mencengkram dagu Sehwi agar ia tidak bisa berpaling dan menyeringai kembali. “Namaku Minkyung. Ahn Minkyung. Aku tidak setua yang kau pikirkan. Dan aku ibu kandung Seulgi.”
BRAKKK
“Lepaskan tanganmu dari Sehwi.”
Minkyung menoleh. Dan mendapati Sehun yang menatapnya marah.
“Annyeong, Sehun-a,” diluar dugaan, Minkyung malah menyambut Sehun. Sedangkan Seyoung terbelalak. Ia tidak menyangka kalau Sehun benar-benar datang untuk Sehwi. Sehun sama terkejutnya. Ia tidak menyangka kalau Ahn Eommonim adalah dalang dari semua ini.
“Semoga kau tidak lupa memanggil teman-temanmu, karena…” Minkyung menepuk tangannya dua kali. Dan ruangan itu langsung penuh oleh orang-orang berbaju hitam yang Sehun yakini bermaksud menyerangnya. “akan ada pesta kecil-kecilan hari ini.” Ucapnya sambil menyeringai.
Sehun mundur beberapa langkah. Sial, teman-temannya belum datang. Apa bisa ia menghadapi mereka sendirian?
“Serang dia.”
“HYAAAAAAAAA!!!!!”
Sehwi menutup matanya. Ia menggeleng-geleng dan terus menangis. Ia benar-benar tidak mau ada orang lain yang terluka lagi gara-gara dirinya.
Apalagi kalau orang itu adalah Sehun.
“Sehwi-ya, bertahanlah!”
Sehwi ingin sekali menutup kedua telinganya dan tidak mendengar semua erangan Sehun yang bercampur dengan suara benda dipukulkan.
Tidak.
Sehun berkata padanya untuk bertahan. Maka ia harus melakukannya.

The story endings isn’t here yet…

Shoot 5, ended!

Too sassy for checking another typo. Sorry /\
Mendadak ilang feel buat ngelanjutin. Jadinya abstrak gini duh. Isinya jadi curcolan gue semua ini kenapa 😂
Gak deng. Boong. Shoot depan juga udah tamat kok.
Okay, that’s enough.
Thanks for reading! Mind to leave a comment?

Regards,

Jstnkrbll.

44 tanggapan untuk “Candy Jelly Love (Shoot 5)”

  1. Yaampun ini kalo aku baca berulang-ulang tiap hari bisa ngatain ‘ibunya’ Sehun sama ibunya Seulgi.

    Semangat aja Sehun, Sehwi, dan kawan-kawannya!!! Semoga mereka beruntung!!!
    Dan jangan jangan ibunya Sehwi yang bunuh ibunya Seulgi ?

    Tunggu aku di chapter 6!!

  2. aku reader bru dsni prkenalkan sr handayani imnida heheheh….waaaahhhhh ceritaya deabakkkk aku suka tpi kenapa ommaya sehun jahat banget ya yang sabar ya sehwi…… btw shoot 6 ya kapan di post

    1. Hai sri^^ kamu sampai komen dua kali yah duh:’) Shoot 6 menyusul yaaaa

      Anw Terima Kasih!^^

  3. aku reader bru dsni prkenalkan sr handayani imnida heheheh….waaaahhhhh ceritaya deabakkkk aku suka tpi kenapa ommaya sehun jahat banget ya yang sabar ya sehwi…… btw shoot 6 ya kapan di post 🙂 kamsa ^^

  4. aku reader bru dsni prkenalkan clara imnida heheheh….waaaahhhhh ceritaya deabakkkk aku suka tpi kenapa ommaya sehun jahat banget ya yang sabar ya sehwi…… btw shoot 6 ya kapan di post 🙂 kamsa ^^

  5. Keren bgt thor!! Daebak!!!…. jadi gk sabar nunggu yang ke enam.
    Ceritanya jadi mengharukan 😭…jadi pengen nangis… gimana yaa nasib sehun sm sehwi selanjutnya?
    Cepet lanjutin ya thor…

    1. Unem kamu… londress, longdress maksudnya? Yang kzl kzl kzl gitu/? /apalahgue

      Anw Terima Kasih!^^

  6. Pengen ngasihtau nih ke author, ketika pertama baca sih ngga baper, plus lupa fakta exo sekarang ot10. Jadi selama baca semangat banget, pengen tahu kelanjutannya, ketika udah beres, ternyata bapernya 2 kali, baper gara gara ending di setiap shoot plus baper gara gara udah ga ada kris sama luhan di exo 😦 😦 😣😣😭😭😭😭😭
    Maaf kalo jadi curhat, beneran kok. Author fighting!

    1. Waktu ngetik scene luhan yg kemarin aku sampe hampir mewek, inget luhan sama gak tega bikinnya/tapi akhirnya dibikin juga. Should i make some ‘kris focus’ later?

      Makasihh^^

  7. Itu dua orang nenek lampir jahat banget
    Yakk,,,jdi greget sendiri
    Untung yifan pinter lapor polisi
    Semangat ya sehun,sehwi bertahan
    Bnyak kok yang perhatian ke kamu
    Author smangat buat lanjutin ya,jngan lama lama

  8. Huwooo….
    Cerita nya berkembang banyakkk….
    Suka sama sehun dan kyungsoo ^_^
    Kasian sehwi nya…,
    Ih…hikssss…
    Ga sabar nunggu chap depan…hehehe…
    Gomawoyo…

  9. Huaaaa cehun kecakitan kan kacian
    Oke ini lebay
    Authol lanjut yg cepet yaa….aku penacalan coalnya
    Dan lagi” lebay

Pip~ Pip~ Pip~