LEPASKAN!

LEPASKAN

DALANG : ZULAIPATNAM

JUDUL : LEPAS

GENDRE : ANGST | ROMANCE

LEGHT : VIGNETTE

RATED : PG 15 | Parents Strongly Cautioned

CAST :

KIM JONG DAE | Chen EXO M

OFC | Original Female Character

INSPIRASI : UNGU – BILA TIBA (Ost Film Sang Kyai) | Saya lagi ngefens berat sama DEE (Dewi Lestari) jadi kalau menemukan kesamaan yah maklumilah.

ALAMAT RUMAH : ZULABIGBANGFANFIC

DISCLAIMERE : NGALAGA ING ZULAIPATNAM (Atas Segala Zulaipatnam)

NB: Jangan bertanya apa sebab dan akibat dari FF ini, saat kalian membacanya bukanlah jawaban yang akan keluar. Melainkan pertanyaan lain yang belum terselesaikan dalam ceritanya. /aneh/

 

RESAPI, HARGAI, dan KENANGLAH FF SAYA INI.

>>> STORY START HERE <<<

 

Bagaimana jika nafas telah tiba di ujung hala, manusia tidak bisa pergi dan mengelaknya, mau tidak mau, suka tidak suka.

“Terimalah!.”

Tubuhku terhempas pada dinding abstrak tak bertepi.

“Lepaskan!…, apapun itu lepaskan!.”

Semakin kuat tubuh ini terhempas, entah pada dinding abstrak atau dasar jurang tak berdasar. Yang kulakukan menutup mata, merasakan udara yang menerpa tubuhku dengan menyakitkan, meninggalkan nyeri kecil disekujur yang telah ia jamah. Gravitasi tak dapat di ubah, tak dapat di hentikan. Itulah yang kali ini kurasakan, benda pasti jatuh kebawah dan itu aku. Terjatuh kedalam jurang tak berdasar yang disebutnya. Perasaan.

Pekikan tangis memecah gendangku, semakin rapat kututup mata ini. tidak ada yang bisa diajak untuk diam memahami situasi jika nafasnya telah di ujung hala.

Jangan lepaskan aku!.”

Desiran suara halus itu membelai gendangku yang dipenuhi pekikan tangis dan jerit.

“Kalau begitu pegang tanganku erat!.”

Sahutku melalui lubuk hati.

Jangan lepaskan aku, berhentilah sejenak dari lari yang kau tempuh.”

Tidak bisa kuterima perintahnya. Aku bukan semut pekerja yang patuh pada semut tentara, atau anak buah yang seperti tikus saat bertemu komandannya. Aku tidak mau menjadi patuh, aku punya nafas sendiri.

“Bagaimana jika aku memerintahmu untuk diam?”

Kuberikan pilihan kecil padanya. Tak ada desiran lembut lagi di telingaku, dia mengalah karena nafasnya telah di ujung hala.

Tubuhku masih terasa jatuh semakin dalam pada jurang tak berdasar, mataku tak berani kubuka, masih setia untuk memejam erat dan merasaakan terpaan udara yang semakin memeluk tubuhku. Tertarik gravitasi ternyata lebih menyakitkan ketimbang jatuh dari sketboard.

“Bangunlah!, apapun itu, lepaskan!.”

Bukan desiran halus. Melainkan suara bernada menuntut, di barengi tarikan jemari kasar yang seolah memaksaku bangkit dari gravitasi bumi.

Lepaskan?

Apa yang sebenarnya suara itu inginkan?. Lepaskan apa?. Bahasa mereka tak dapat kumengerti, nada mereka menuntut seolah aku mempunyai hutang berjuta-juta padanya. Ingin kutampar bibir dari sumber suara itu namun tak bisa. Tubuhku lemas tersedot gravitasi.

Berhentilah di tempat ini!.”

Desiran lembut itu kembali. Mataku yang sedari terpejam kini membuka lebar. Aku menuruti si pemilik desiran lembut. Tubuhku tidak di tarik gravitasi lagi, tak ada udara yang memelukku dengan menyakitkan. Kali ini aku berhenti, kakiku memijak tanah. Lagi.

Aku memintamu untuk berhenti, jangan melepaskanku dan pergi kemana-mana karena aku akan datang!”

Ini seperti mimpi.

Kutatap lamat busana yang menyelimuti tubuh. Gaun putih yang tak pernah kupakai setelah pemakanan nenek 6 thn yang lalu. Tak ada sepatu untuk melindungi telapak kaki, kugerayai rambut hitam keriting sepunggungku, tak ada hiasan dan terurai bebas begitu saja.

Dimana aku?

Kenapa kau menyuruhku untuk berhenti?

Segelumit pertanyaan menyeruak di otakku. Sekarang aku lebih memilih tertarik gravitasi meski itu menyakitkan ketimbang berdiri di tempat asing.

Hello.”

Desiran lembut itu, aku menoleh cepat.

Kau?

Bagaimana bisa?

Ia merentangkan kedua tangan, memeluk tubuhku yang beku karena kedatangannya. Nafasmu telah di ujung hala.

Kau mendengarkan perintahku untuk berhenti.”

Nadanya gembira, aku masih membeku. Hangat tubuhnya di pelukan begitu memabukkan namun tak sanggup melelehkan beku di hatiku saat ini.

“Apapun itu lepaskan!.”

Nada menuntut menemani desiran lembutnya. Mungkinkah yang harus kulepaskan adalah pelukannya ini?, pelukan hangat dan memabukkan. Aku tak sanggup.

“Lupakan bisikan itu, jangan kau lepaskan aku!.”

Tanpa kusadari, kedua telapak tanganku bergerak kedada bidangnya yang hangat, mendorong tubuhnya dariku secara perlahan. Memaksaku memandang mata hitamnya lamat-lamat.

“Aku tidak mau melepasmu, juga tak mau mengidahkan bisikan itu.”

Ucapku egois karena tak mampu menentukan pilihan.

Ia tersenyum lebar, kedua tangannya terangkat untuk membingkai wajahku. Kepalanya mendekat dan sedetik kemudian dapat kurasakan hangat di kulit bibirku. Dia menciumku ringan.

“Berikan jiwamu untukku dan kembalikan ragamu pada mereka. Dengan begitu impas sudah.”

Dia memintaku untuk tidak melepaskannya. Pilihan berat bagiku.

“Aku melepasmu.”

Kukatakan kalimat tersebut setelah menarik nafas dalam. Dia tersenyum kecut, jemarinya terlepas dariku, dia mundur dan aku tak mau bergerak menggapai.

Bye…”

+++++++

Keringatku bercucuran, kuusap dengan punggung jari. Kutatap tanggal di kalender, sudah 2 hari berlalu dan aku masih terbaring di ranjang reot bersama seragam hijau dengan infuse menempel.

Aku melepaskannya. Memilih untuk berhenti namun hanya sejenak agar dia tidak merasa kecewa.

Jantungku berdetak kencang, udara dingin di kamar rawat membuatku menggigil untuk sejenak sebelum menyambar jaket di ujung ranjang. memakainya dan turun dari ranjang, menyeret tiang infuse agar dapat kubawa mendekati jendela. Kusibak gordennya dan mendapati cahaya bulan remang menerobos, dibarengi bintang kecil yang bertaburan hingga milyaran di langit hitam. Rembulan tak pernah kesepian.

Aku melepasmu, untuk mendapat hidup yang lain.

Aku melepasmu demi kau tenang di sana.

Dan kini, aku berada di ambang jendela, merasa cemburu pada si rembulan yang meski sendiri tetap di barengi oleh bintang tanpa diminta.

Aku disini. Menyibak korden dan mengingat jika telah melepasmu yang sudah di ujung hala.

>>> TAMAT <<<

28 tanggapan untuk “LEPASKAN!”

  1. Agak bingung sebenarnya, mencari” maksud yg tersibak didalamnya…
    Hanya od bagian kedua, br diriku sedikit memahami, bahwa seseorang itu haruslah melepaskan org yg dikasihinya u/ meninggalkan dunia yg fana ini, dunianya, n u/ nya ttp bertahan dgn tdk mengikuti org yg dikasihinya itu~
    Hhh dirimu saeng, demen bgt buat ff yg berat” hahhaha tp aku cukup suka kok, ini sungguh menantang #apadah

    Sippo! Keep writing n fighting aja deh!!^^

    1. Waow… sulit berekspektasi yaa…? hemmm ini gara-gara efek baca prosa karangannya Dee. bener bangeet, intinya seseorang itu belajarlah ikhlas. udah gitu aja intinya jangan diperpanjang lagi. heheheheh

  2. Wakss mntap fanficnya thor ,, fanficnya author yg udah aku baca bgus2 smua , penceritaannya keren n berbeda ..

    1. makasih ya udah di bilang keren.

      tenang aja, aku bakalan bikin FF si Chen karena doi biasku.

  3. yah, sepertinya memang chen udh meninggal dan berusaha membawa si cewe itu lewat ‘dark side’ pas masa2 si cewe itu yg ‘mungkin’ lg terbaring krna sakit2an ato stengah dianggep hampir sekarat..
    Apapun itu, No Question..
    Ff mu emang slalu membawa kata ‘surprisingly different’
    hehe^^

    1. bener bangeet…

      seneng deh kalau ada yang mengerti FF saya dalem kayak kamu.

      makasih pujian dan udah baca ff saya…

    1. DEMI JONG DAE…!!!! /arya wiguna wannabe

      makasih udah komen plus menyukai ff saya. /seneng bangeet

  4. Jongdae sudah pergi, tetapi si gadis berat utk melupakannya dari hatinya. Lubuk hatinya menjerit utk terus mengikat Jongdae di hatinya, tapi dia harus menerima bahwa lebih baik melepaskannya demi kebaikannya sendiri.
    Itu interpretasiku. Mungkin Jongdae meninggal ya.

    1. Jong Dae udah Ending umurnya disini /kejam….

      bener banget interpretasnya. aku acungin jempol dah, trimakasih udah baca ff saya

Pip~ Pip~ Pip~