[EXOFFI FREELANCE] MY POSSESSIVE HUSBAND (Chapter 5)

EXO - MPH

MY POSSESSIVE HUSBAND [Chapter 5]

 

Author : IFAngel  (Wattpad: @ifangel04)

Length : Chapter || Genre : Romance, Family, Drama || Rating : T – Teen

Cast : Oh Sehun, Park Hyunji, Park Hyunhee, Kim Jongin a.ka Kai.

Additional cast : Park Chanyeol as Hyunhee and Hyunji’s old brother || Kim Minseok a.k.a Xiumin as Sehun’s assistant || Kim Junmyeon a.k.a Suho as Kai’s old brother  || Do Kyungsoo a.k.a Dyo as Kai’s assistant || Byun Baekhyun || Etc.

Summary: Dengan semua trauma yang dialami olehnya terkait kekasihnya dimasa lalu, membuatnya menjadi pria yang posesif. Namun sekali lagi hal buruk menimpanya dan dia tak dapat menerima hal tersebut. Kira-kira bagaimana dia menjalani hidupnya jika kehilangan kekasihnya lagi?

Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3 || Chapter 4

Disclaimer: FF ini merupakan hasil dari pemikiran aku sendiri. Apabila ada kesamaan dalam alur, tokoh maupun latar itu merupakan unsur ketidaksengajaan. Maaf, atas adanya kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan

Don’t be silent readers! Please, leave comment after reading

Don’t copy without permission! Don’t plagiarize!

 This story is mine and my work

Setiap kritik & saran yang membangun sangat aku tunggu, butuhkan dan hargai guna membantu perbaikan aku dalam penulisan. Gomawo~

 

-ooOoo-Happy Reading-ooOoo-

Semilir angin laut menyapu kulit dan ombak yang bertabrakan dengan karang menghasilkan deru khas ditelinga, membuat seorang gadis tertidur di dalam sebuah buaian yang terikat pada dua poko kelapa, yang tak lain adalah Hyunji. Tak terasa hari mulai senja, perlahan suhu mulai menurun dan menjadi dingin, membuat tubuh Hyunji yang sedang tidur itu jadi meringkuk. Sebuah tepukkan pelan dibahu membangunkannya.

“Nona, hari hampir gelap. Sebaiknya kau kembali ke penginapanmu,” ucap seorang pria.

“Jam berapa sekarang?”

“Pukul tujuh.”

“Bisa kau antar aku ke penginapan? Penglihatanku sedikit buruk saat gelap,” tutur Hyunji.

“Baiklah.”

Akhirnya Hyunji kembali ke tempatnya menginap, bersama dengan pria yang membangunkannya tadi, entah siapa namanya.

“Kenapa kau bisa tertidur hingga larut disana?” tanya pria itu.

“Sepertinya tidurku pulas sekali,” jawab Hyunji.

“Tidak adakah yang membangunkanmu?”

“Ada …,” Hyunji menjeda ucapannya. “Kau,” lanjutnya bicara sembari menatap kearah pria itu. “Terima kasih sudah membangunkanku. Kalau tidak, mungkin aku akan tidur disana sepanjang malam.”

“Apakah kau datang sendiri? Menyedihkan sekali, biasanya orang-orang datang ke Jeju bersama teman, keluarga atau pasangannya,” ucap pria itu.

“Aku memang datang sendiri,” jawab Hyunji dan mendapatkan tatapan aneh dari pria itu. “Ngomong-ngomong, siapa namamu? Sedari tadi kita saling bicara, tapi tak mengetahui nama masing-masing. Aku Hyunji, Park Hyunji.”

“Baekhyun, Byun Baekhyun,” jawabnya singkat.

Hyunji mendehem panjang. “Kau tampaknya juga datang sendiri, Baekhyun –ssi.”

“Memang. Aku datang untuk mengisi waktu luang dan bekerja disini.”

“Pekerjaan apa yang kau lakukan disini?” tanya Hyunji.

“Penjaga pantai,” jawab Baekhyun santai dan mendapat tawaan dari gadis itu.

“Kau penjaga pantai?” tanya Hyunji lagi sembari masih tertawa. “Tak dapat kupercaya. Tidakkan kau merasa terlalu imut untuk menjadi penjaga pantai?” goda Hyunji. Namun disela tawanya, terdengar suara bergemuruh dari perutnya. Seketika Hyunji terdiam, karena merasa malu, mungkin.

“Ternyata suara perutmu lebih nyaring dari tawamu, Nona,” goda Baekhyun kali ini. “Mau makan di cottage –ku? Aku bisa membuatkan sesuatu untukmu,” tawar Baekhyun, tapi Hyunji tampaknya masih tak percaya. “Aku ini cukup handal dalam memasak, kalau tak percaya maka ikut dan lihat sendiri.”

Hyunji diam sejenak. “Baiklah,” jawabnya. “Kau menarik juga, Baekhyun –ssi. Penjaga pantai, pemilik cottage dan koki. Adakah hal lainnya lagi?” tanya Hyunji. Baekhyun menanggapinya dengan senyuman. “Jangan tersenyum seperti itu. Apa kau sedang mencoba menggodaku?”

“Eoh … aku ketahuan.” Baekhyun terkekeh.

-oOo- IFA -oOo-

Sebuah televisi sedang menyala bersama dua orang yang sedang menyaksikannya sembari memakan snack. Yang tak lain adalah Hyunhee dan kekasihnya, Jongin. Mereka berdua sedang asyik menonton sebuah film kartun, dan ini sudah film ke -3 yang mereka tonton hari ini.

“Apa kau tidak bosan menontonnya? Ini kartun lama dan sudah berkali-kali kita tonton,” ucap Jongin lalu merubah posisi duduknya menjadi berbaring di pangkuan Hyunhee.

“Tidak ini menyenangkan,” jawab Hyunhee masih dengan mata terpaku pada layar TV, jemarinya memainkan rambut Jongin yang ada di pangkuannya.

“Bagaimana kalau kita jalan-jalan keluar?” tawar Jongin, dia masih berusaha.

“Tidak, nanti Oppa lelah,” tolak Hyunhee.

“Apa kita hanya akan dirumah saja? Aku sengaja mengambil cuti beberapa hari, kupikir kau mau jalan-jalan.”

“Kenapa Oppa repot-repot mengambil cuti, kembalilah bekerja. Bagaimana jika Junmyeon oppa marah padamu?” ucap Hyunhee terdengar seperti sedang memerintah.

Jongin beranjak dari tidur di pangkuan Hyunhee dan bangun. “Sekarang kau menyuruhku untuk bekerja? Padahal aku sudah meluangkan waktu untuk mu,” ucap Jongin terselip nada kesal.

“Tunggu sebentar Oppa, aku ada telepon,” ucap Hyunhee menyela Jongin. “Yeoboseyo. Eum … ada apa, Oppa?” Hyunhee mendengarkan dengan seksama lawan bicaranya ditelepon. “Ya, aku mengerti,” ucap Hyunhee lalu mengakhiri teleponnya.

“Siapa?” tanya Jongin penasaran.

“Chanyeol oppa,” Hyunhee menghela nafas. “Jongin oppa, aku harus bagaimana? Sepertinya aku baru saja menimbulkan masalah.”

“Memang Chanyeol hyung bilang apa?”

“Sehun menelepon Chanyeol oppa, dan menanyakan Hyunji yang tak bisa dihubungi,” jelas Hyunhee. “Aku harus bagaimana? Hyunji memintaku untuk tak mengatakan keberadaannya pada siapapun.”

Jongin menangkupkan tangannya pada wajah Hyunhee. “Jika kau ada di posisi Sehun dan sedang bingung mencariku, apakah kau akan diam saja? Lalu saat ada seseorang yang tau keberadaanku. Apa yang kau inginkan dari orang itu?”

“Aku ingin orang itu memberi tahuku dimana Oppa berada,” jawab Hyunhee.

“Nah … itu kau tau. Hyunhee –ya, sebuah masalah dalam hubungan haruslah diselesaikan. Apa kau ingin hubungan Hyunji dan Sehun berakhir?” tanya Jongin.

“Sejujurnya, iya,” jawab Hyunhee dengan lancarnya.

Jongin tampak terkejut dengan jawaban Hyunhee. “Kenapa kau berpikir begitu?”

“Hanya merasa begitu saja, akan lebih baik jika Hyunji berpisah dengan Sehun. Sebenarnya aku juga tak terlalu menyukai Sehun.”

“Tentu saja kau tidak menyukai Sehun, kau hanya menyukaiku,” ucap Jongin dengan PD –nya. Hyunhee mencubit pinggang Jongin dengan gemasnya. “Tapi setidaknya biarkan Hyunji dan Sehun mengakhiri hubungan mereka secara baik-baik, jika mereka merasa sudah tak ada kecocokkan lagi.”

Hyunhee menghela nafasnya dalam, sebelum mengambil ponsel untuk menghubungi Sehun.

Xiumin mengantar Sehun hingga ke dalam apartemennya dan menggiringnya ke kamar, menyuruhnya untuk tidur.

“Sekarang kau istirahatlah, besok baru kita mencari Hyunji,” ucap Xiumin lalu mematikan lampu kamar Sehun dan pergi.

Sepeninggalan Xiumin, Sehun bergegas mengganti pakaiannya jadi lebih kasual, kaos lengan pendek yang dipadukan dengan jaket. Dia juga mengemasi beberapa pakaian dan memasukkannya dalam ransel. Selanjutnya dia beralih pada ponselnya, mulai mencari tiket pesawat menuju Jeju termasuk akomodasi dan menyewa mobil.

Sehun berdecak kesal. Penerbangan ke Jeju baru ada lagi pada pukul empat pagi, pikirnya dia tak dapat menunggu selama itu. Sehun mulai berpikir lagi, namun pada akhirnya dia memutuskan untuk menunggu sembari menghilangkan efek mabuknya.

___ ___ ___

Hanya dengan bermodalkan feeling –nya, Sehun pergi mencari Hyunji. Sehun mendatangi sebuah tempat wisata pantai di Jeju dan mulai mendatangi tiap penginapan untuk mengecek keberadaan Hyunji.

Reservation atas nama Park Hyunji,” ucap Sehun pada seorang petugas di meja serepsionis.

“Tunggu sebentar Tuan, akan saya cek dulu,” ucap seorang wanita penjaga meja serepsionis lalu mulai melakukan pencarian pada daftar tamu di komputer. “Maaf Tuan, Anda siapanya Ny. Hyunji?”

“Calon suaminya,” jawab Sehun cepat.

Sejenak, wanita penjaga resepsionis itu memandang aneh ke arah Sehun. “Bisa tolong tunjukkan kartu identitas Anda,” pinta kali ini. Sehun merogoh saku celananya untuk mengambil dompet, lalu memberikan kartu identitasnya. “Terimakasih,” ucap wanita penjaga meja serepsionis itu lalu mengembalikan kartu identitas Sehun kembali. “Reservation atas nama Park Hyunji, ada di kamar nomor tujuh.”

Sehun segera meninggalkan meja resepsionis dan pergi mencari kamar Hyunji. Sesampainya didepan kamar, Sehun terdiam sejenak sebelum menekan bel. Cukup lama Sehun menunggu di depan pintu, hingga seorang gadis dengan tampilan acak-acak layaknya seseorang baru bangun tidur membukakan pintu untuk Sehun.

“Sehun oppa!” seru gadis itu terkaget saat melihat sosok pria yang berdiri didepannya. “Bagaimana bisa kau ada disini?”

Tanpa bicara, Sehun langsung menerobos masuk ke kamar inap Hyunji. Sebuah ruangan yang hanya terdapat kamar tidur dengan single bed dan kamar mandi ukuran 1×1 meter. Sehun langsung membereskan barang bawaan Hyunji dan memasukkan ke koper miliknya.

Oppa, apa yang kau lakukan?” ucap Hyunji setengah berteriak. Sehun masih tak menjawabnya, lantas Hyunji menarik koper miliknya yang hendak dibawa Sehun.

Entah apa yang ada dipikiran Sehun saat ini, dia seperti seseorang yang tak terkendali. Kali ini Sehun menarik tangan Hyunji bersama dengan kopernya dan pergi meninggalkan kamar inap tersebut. Hyunji masih berontak, hingga Sehun melepaskannya tepat di depan sebuah mobil. Selanjutnya Sehun mendorong Hyunji untuk masuk ke dalam mobil. Jika saja ada orang yang melihat tingkah Sehun saat ini, mungkin dia akan diseret karena disangka penculik. Tapi ini masih terlalu pagi untuk memancing keributan.

Sehun menyalakan mesin mobil, setelah itu dia segera tancap gas dan meninggalkan tempat itu, tujuannya adalah membawa pulang kekasihnya.

“Oh Sehun, hentikan mobilnya sekarang juga!” ucap Hyunji dengan sedikit berteriak. “Kalau tidak, aku akan turun. Tak peduli aku akan mati sekalipun,” ancam Hyunji kali ini.

Sehun tak lantas menuruti perkataan Hyunji. Sebaliknya, Sehun menekan tombol kunci otomatis untuk pintu mobil.

“Baiklah … kalau itu maumu. Kita mati bersama saja kalau begitu.” Hyunji bertindak impulsif dengan melepas sabuk pengamannya, beranjak dari tempat duduknya dan menarik kemudi kearah pinggir jalan. Jika kalian mengingatnya, ini bukan kali pertama Hyunji bertindak demikian.

Sehun hanya dapat menahan agar stir mobil tak lepas kendali, jalan yang sedang mereka lalui cukup berbahaya; jalan berkelok dan laut lepas di salah satu sisinya. Memutuskan untuk bicara dengan Hyunji tak akan membuatnya diam, gadis itu sedang di ambang kesadarannya. Namun disisi lain, Sehun tak ingin menyakiti kekasihnya itu hanya untuk membuatnya diam.

Braakkk!!!

Byuurrr!!!

Mobil itu menabrak pembatas jalan dan terjun ke laut bebas.

….-ooOoo-IFA-ooOoo-….

Tampak seorang gadis tengah menelusuri lorong supermarket, sesekali dia memasukkan beberapa barang kedalam troli. Cukup banyak barang yang dia ambil, hingga trolinya penuh.

“Hyunhee –ya,” panggil seorang pria yang mendorong troli di belakang gadis itu. “Berapa banyak lagi yang akan kau beli?”

“Baiklah, aku berhenti,” jawabnya tak bertenaga. “Padahal aku beli ini semua untuk Oppa.” Perkataan Hyunhee barusan, menimbulkan perasaan tak enak di hati pria bernama Jongin. “Itu karena aku khawatir dengan Oppa, kau cuma punya roti tawar dan kopi.”

“Benarkah? Kalau begitu, beli semua yang kau mau,” ucap Jongin terdengar berat untuk mengatakannya.

“Tidak, aku kira ini sudah cukup,” ucap Hyunhee semari mengecek daftar belanjaannya. Jongin bernafas lega, senyumnya kembali terbit. “Sekarang kita beli pakaian untukmu, Oppa,” sambung Hyunhee.

Tampaknya acara shopping pasangan itu akan berlangsung lama. Mari kita skip saja.

___ ___ ___

Jongin menghempaskan tubuhnya ke sofa panjang, membuat seseorang yang ada di ruangan tersebut berlonjak kaget.

“Jongin –ah, tidak bisakah kau datang dengan tenang!” sentak Kyungsoo.

“Aku lelah, Hyung. Kenapa para gadis selalu memiliki stamina luar biasa saat mereka berbelanja?”

“Sudah, terima saja. Kau jarang-jarang bisa jalan berdua dengan pacarmu, nikmati saja selagi dia masih di London.”

“Tetap saja Hyung,” bantah Jongin.

“Kalau begitu, tutup mulutmu dan tidurlah. Beberapa jam lagi aku akan membangunkanmu untuk rapat,” ucap Kyungsoo.

“Ne ~ Gomawo Hyung,” jawab Jongin lalu memejamkan matanya.

Setelah sebelumnya Chanyeol menerima telepon dari Xiumin, dia segera pergi ke Jeju, tepatnya ke lokasi tempat terjadi kecelakaan. Sesampainya disana, Chanyeol melihat Xiumin dengan seorang petugas, lantas dia menghampirinya.

“Bagaimana? Apa Hyunji sudah di temukan?” tanya Chanyeol dengan nafas tersenggal-senggal.

“Belum,” jawab Xiumin berat.

Berdasarkan penjelasan dari petugas, mereka datang kelokasi karena mendapat pengaduan dari warga yang melihat Sehun terdampar di bibir pantai tadi pagi. Sementara itu, tak ditemukan keberadaan Hyunji. Dugaan saat ini, Sehun terseret arus dari lokasi jatuhnya mobil hingga terbawa ke pantai dan Hyunji dinyatakan hilang karena tenggelam.

Chanyeol jatuh berlutut di tanah berpasir. Memikirkan situasi yang menimpa Hyunji membuat kakinya begitu lemas, dadanya sesak dan air mata tak dapat dibendungnya lagi. “Sehun … bagaimana keadaannya?” tanya Chanyeol penuh emosi. Baginya, hanya Sehun harapannya saat ini. Dia satu-satunya yang tau mengenai kejadian tersebut dan Hyunji.

“Aku tidak tau, sesampainya di Jeju aku langsung kesini dan keluarganya yang menunggu Sehun di Rumah Sakit,” jawab Xiumin.

Atas permintaan Chanyeol, Xiumin mengantarnya ke Rumah Sakit tempat Sehun dirawat. Setibanya di Rumah Sakit, Chanyeol langsung menuju kamar rawat Sehun. Diruangan ada Tuan dan Nyonya Oh sedang duduk di sebelah ranjang Sehun. Chanyeol mendekat ke ranjang Sehun, dilihatnya pria itu tak sadarkan diri. Kondisinya tak cukup baik, lehernya di gips, dia juga menggunakan alat bantu bernafas dan terdapat beberapa luka yang tampak membiru di tubuhnya. Chanyeol mundur perlahan, dia hanya dapat menunggu saat ini.

___ ___ ___

Malam tiba, Tuan dan Nyonya Oh sudah kembali ke Seoul beberapa saat lalu. Menyisakan Xiumin dan Chanyeol yang menunggu Sehun di luar kamar rawatnya. Xiumin menepuk Chanyeol yang tengah tertidur dengan posisi duduk, membangunkan pria dengan postur tubuh jangkung itu.

“Chanyeol –ah, kau juga pulanglah. Orang tuamu juga pasti sedang cemas, Sehun biar aku yang tunggu. Saat dia sadar, aku akan segera mengabarimu,” ucap Xiumin.

Chanyeol menerjapkan matanya, dia terlebih dahulu mengembalikan kesadarannya. “Sepertinya aku menginap saja,” jawab Chanyeol.

“Baiklah, kalau itu maumu.” Xiumin beranjak dari duduk dan masuk ke kamar rawat Sehun.

Saat Xiumin masuk, kondisi Sehun masih sama seperti sebelumnya. Xiumin menghela nafasnya dalam. “Sehun –ah,” panggil Xiumin pelan. “Seandainya kau mau mendengarkanku dan tidak bertindak gegabah, mungkin kau tidak akan terluka seperti ini,” ucap Xiumin terdengar parau. Xiumin berbalik meninggalkan kamar tersebut dengan sisa-sisa air mata.

-oOo- IFA -oOo-

 

Seorang gadis tampak turun dari sebuah taksi dengan koper, dia berlari memasuki pekarangan rumah. Saat tiba di muka pintu, dia tergesa-gesa untuk masuk dan selanjutnya meninggalkan kopernya begitu saja di teras.

“Hyunhee –ya,” panggil seorang wanita paruh baya.

Gadis itu menoleh. “Eomma,” jawabnya sembari menghampiri wanita paruh baya itu. “Eomma, Hyunji bagaimana?” tanya gadis bernama Hyunhee itu menanyakan kabar perihal saudara kembarnya pada sang Ibu.

Ibu menggelengkan kepala, membuat keseimbangan Hyunhee runtuh tiba-tiba. Ibu menahan Hyunhee dalam pelukkannya agar tidak jatuh. Hyunhee menumpahkan seluruh air matanya dalam pelukan sang Ibu, sementara Ibu hanya menepuk-nepuk punggung putrinya.

Beberapa belas menit telah lewat, tampaknya keran air mata Hyunhee sudah kering, sekarang dia sudah benar-benar berhenti menangis. Hyunhee mendongakkan kepalanya. “Appa dan Oppa, kemana?” sepertinya gadis itu baru menyadari ketidak hadiran Ayah juga Kakaknya.

“Mereka pergi ke Rumah Sakit menjenguk Sehun, dia baru dipindahkan kemarin,” jawab Ibu. Hyunhee melepaskan pelukannya. “Dan sebaiknya kau juga siap-siap, kita juga akan pergi ke Rumah Sakit.”

“Tidak, aku dirumah saja. Aku masih lelah,” jawab Hyunhee.

“Tidak bisa, kau harus ikut,” ucap Ibu tak menerima penolakkan. “Eoh … lihat, sepertinya Eomma juga harus ganti baju juga. Kau membasahi baju Eomma, Hyunhee –ya,” ucap Ibu sembari menunjuk kearah bagian basah pada bajunya bekas air mata Hyunhee.

“Aku malu. Lihat, mataku bengkak.”

“Apa perlu Eomma guyur dulu, baru kau lekas bersiap?” ancam Ibu kali ini. Akhirnya Hyunhee menurut dan masuk ke kamarnya.

°°°

Hyunhee tak masuk, dia lebih memilih menunggu di depan kamar rawat Sehun, sedangkan Ibunya lebih dulu masuk. Tak lama, datang sang kakak dan asisten dari Sehun, Xiumin. Saat Xiumin melihat Hyunhee, dia tampak terkejut juga bingung.

“Hyunji?” tebak Xiumin.

Hyunhee langsung berdiri. “Bukan, dia kembarannya. Hyunhee,” koreksi Chanyeol.

“Eoh … kalian mirip sekali, aku tak dapat membedakannya,” ucap Xiumin masih bingung.

“Terakhir kali, Sehun juga tak dapat membedakan Hyunji dengan Hyunhee saat datang kerumah. Dan dia malah memeluk Hyunhee,” jelas Chanyeol. “Wajar saja kalau Hyung juga tak dapat membedakannya.”

Semoga aku tak berbuat kesalahan,” gumam Xiumin sembari menatap Hyunhee.

“Kau sedang apa disini? Tidak masuk?” tanya Chanyeol pada Hyunhee. Lalu dia merangkul bahu adiknya dan masuk bersama.

Keadaannya tidak jauh berbeda saat Hyunhee memasuki kamar inap Sehun, Tuan dan Nyonya Oh pun sama bingung dan terkejutnya dengan Xiumin tadi saat melihat Hyunhee. Bahkan Nyonya Oh –pun memeluk Hyunhee. Chanyeol yang melihat dari belakang, hanya dapat gelagapan.

“Hyunji –ya, kau kemana saja? Kau baik-baik saja bukan? Eomeoni sangat mencemaskanmu,” ucap Nyonya Oh sembari menelisik keadaan Hyunhee.

“Saya Hyunhee, Eomeoni,” ucap Hyunhee pelan.

Nyoya Oh langsung tertegun dan perlahan pelukkannya pada Hyunhee mulai melonggar. “Ya?” ucapnya tak percaya. “Maafkan aku, aku tak mengira jika kalian akan semirip ini.” Nyonya Oh berlalu, dia kembali duduk di sebelah ranjang Sehun.

Sungguh situasi yang sangat canggung, terlebih bagi Hyunhee. Akhirnya Hyunhee memutuskan untuk keluar dari kamar itu dan memilih berjalan-jalan di pelataran rumah sakit.

Setelah lama berjalan tanpa arah, Hyunhee mengistirahatkan kakinya dan duduk di salah satu bangku rumah sakit. “Sejak awal, datang kesini memang salah. Yang mereka harapkan bukan aku,” ucap Hyunhee terdengar sedih.

Dia menangkupkan kepalanya ditangan, tiba-tiba ada yang mengetuk kepalanya. Hyunhee mendongak. “Kau hendak menangis lagi, Nona?”

“Chanyeol oppa!”

“Es krim,” tawar Chanyeol sembari menyodorkan es krim pada Hyunhee, dia mengambilnya dengan senang. Chanyeol duduk di sebelah Hyunhee. “Kenapa tiba-tiba pergi? Nyonya Oh mencarimu.”

“Bukannya tadi yang ditanyakannya Hyunji,” ucap Hyunhee sedikit ketus sembari terus memakan es krimnya.

“Kau ini, sensitif sekali … baru seperti itu, sudah merajuk dan langsung pergi. Tidak sopan tau.” Chanyeol menyentuh ujung bibir Hyunhee dengan ibu jarinya untuk membersihkan sisa es krim yang berantakan disana. “Sudah, segera habiskan es krimnya dan kita kembali kesana,” titah Chanyeol.

“Sudah habis kok. Oppa tak melihatnya?” ucap Hyunhee sembari mengangkat kedua tangannya, menunjukkan tangannya yang kosong sekarang. Chanyeol melongo.

___ ___ ___

Saat Hyunhee masuk kembali ke kamar inap Sehun, Nyonya Oh menghampirinya dan menuntun Hyunhee kedalam. Hyunhee baru tahu, jika kamar inap itu sangat besar. Disini, Nyonya Oh dan Hyunhee berdiri, di samping ranjang milik pria bernama Oh Sehun. Terbesit rasa iba di hati Hyunhee untuk pria itu, padahal sebelumnya dia masih kesal.

“Dia putraku satu-satunya,” ucap Nyonya Oh bicara dengan pelan dan terdengar pilu. “Di hari biasanya aku bahkan sudah kesepian, karena dia sibuk bekerja dan tinggal terpisah dariku. Lalu sekarang, dia tepat di hadapanku, terbaring dengan lemah.” Nyonya Oh menggenggam tangan Hyunhee, membuatnya menatap kearah wanita paruh baya itu. “Hyunhee –ya, bolehkah aku minta tolong padamu?”

[TBC]

 

Kira-kira apa yang hendak Nyonya Oh mintai tolong pada Hyunhee?

 

○○○○○○○○○

 

Pojok Istilah>> Impulsif : Istilah dalam psikologi yang menunjukkan sifat seseorang yang bertindak cepat dan secara tiba-tiba menurut gerak hati. Jadi, orang yang impulsif cenderung bertindak/bereaksi duluan sebelum berpikir (spontan). –Google.

Cottage : pondok. –Kamus.

 

[Preview Chapter 6]

Seluruh keluarganya duduk mengelilingi Hyunhee dan menatapnya penuh cemas.

“Hyunhee –ya,” panggil Ayah sembari menepuk-nepuk pipi Hyunhee, agar gadis itu membuka matanya. “Bangun, Nak.”

Hyunhee tak kunjung sadar.

Hal tersebut membuat Chanyeol segera mengambil tindakan dengan melakukan pertolongan pertama pada Hyunhee. “Hyunhee –ya, tolong sadarlah,” ucap Chanyeol lirih.

°°°

Terima kasih pada para pembaca, atas apresiasinya. Dalam beberapa chapter terakhir, aku sudah membaca komentar kalian. Dan aku senang sekali, gak nyangka kalo My Possessive Husband akan dapat apresiasi sebaik ini (karena FF ini, pertama kalinya aku post). Rasanya semacam mendapat suntikan semangat sejuta volt untuk terus menulis lanjutan ceritanya. J J J  Saranghaeyo~ ❤ Setelah ini aku juga tetap menantikan setiap kesan/pesan pengalaman kalian setelah membaca FF –ku ini. Dan tentunya aku membalas tiap komentar yang kalian tulis.^^

Sekian xD

 

See you next chapter

#XOXO

 

36 tanggapan untuk “[EXOFFI FREELANCE] MY POSSESSIVE HUSBAND (Chapter 5)”

  1. Nyuruh hyunee jadi istri sehun??? Lalu gimana sama kai. Kai ketemu hyunji??
    Aku lihat covernya hyunee liris dengan sehun, kai dengan hyunji.
    Lalu baekhyun? Hanya lewat?

    Jjang kak author. Ini lumayan bikin aku greget. Apalagi sama si sehun. Pengen nimpuk rasanya.

    1. Nah … Hayo~ gimana coba nasib pasangan itu? Pantau terus ya..
      Hohoh.. kira-kira cover itu ada hubungannya gak ya sama akhir dari hubungan mereka akan berlabuh pada siapa.. 😄😄
      Tapi cover itu sebenarnya murni bawaan dari sononya .. *aku nyomot di google dan cuman di collage 🤣🤣
      Baekhyun? Liatin aja dia, bakal muncul lagi apa gak..

      Terima kasih atas apresiasinya ..
      Karakter posesif itu emang nyebelin.. dan di sini Sehun ..

  2. Sehun sembrono banget sih..pagi2 udah nyeret hyunji untuk pulang..padahal kan bisa ngajak jln2 dulu gitu dijeju biar masalah kelar.si nyonya oh minta tolong apa tuch..jangan bilang hyunhee suruh jadi hyunji selama sehun belum sadar..ribet dah..urusan. semangat author..

    1. Maklum, si abang yang satu itu emang gak sabaran.. Oh iya, liburan bareng gitu kan di jeju? pasti romantis tuh kayaknya..
      Semoga aja ya, Nyonya Oh gak nyuruh aneh-aneh ke Hyunhee.. >_<

  3. hyunji ilang..sehun tak sadar…terus habis itu previewny hyunhee lagi yang tak sadar…:(
    kesian amat..asal ntr jangan jongin ;g yg tiba tiba ga sadar ya thor hahahahahahhahaha
    itu si cabe ngapain jadi penjaga pantai?ga cocok…terlalu mungil dia mending disimpan dikamarku aja huahahahahaha
    fighting thor 🙂

    1. Kenapa tiba-tiba Jongin juga gak sadar? 😀 kkk~
      Baekhyun kan manly, cocok aja kok jadi penjaga pantai. Apa lagi jadi penjaga hati kamu.. Uoh~ >o<

    1. Wah … aku terkejut baca komentar kamu >.<" So amazed :') Aku jadi penasaran, kenapa kamu bisa mikir Baekhyun yang selamatin Hyunji? O.o
      Ya~ semoga Hyunji cepet ketemu dan dalam kondisi baik2 saja..

Tinggalkan Balasan ke Eimira 'Ind Batalkan balasan