SADISTIC NIGHT -CH. 10 A : First Snow P.2- by AYUSHAFIRAA

PicsArt_09-20-10.46.19

`SADISTIC NIGHT`

A fanfiction by AYUSHAFIRAA |

Starring Baekhyun, Kim Yoojung as Kim Yoora, Chanyeol, Sehun, Suho | Supported by D.O, Tao, Xiumin, Kai, Chen, Lay, Lee Pace |

AU, Drama, Fantasy, Romance, Violence |

PG-17/M | Chaptered |

Disclaimer

Keseluruhan cerita merupakan hasil murni dari pemikiran dan khayalan saya sendiri yang terinspirasi dari Diabolik Lovers dan berbagai film serta anime yang bergenre fantasy. Sifat/sikap/kehidupan karakter di dalam cerita ini diubah untuk kepentingan dramatis cerita sehingga mungkin tidak sama dengan sifat/sikap/kehidupan karakter dalam dunia nyata.

*Already published since 2015, here.

AYUSHAFIRAA©2015. All Rights Reserved. Unauthorized Duplication & Plagiarism is Prohibited.

Prev. Night : WAY? P.1 | WAY? P.2 | MS P. 1 | MS P.2 | D P.1 | D P.2 | WIL? P.1 | [GET PASSWORD] | [Protected] WIL? P.2 | TS P.1 | TS P.2 | TEOMS P.1 | TEOMS P.2 | [Protected] YHTG P.1 | YHTG P.2 | TR P.1 | TR P.2 | IY P.1 | [Protected] IY P.2  | FS P.1

| BAB II CH. 10 A : First Snow P.2 |

Aku tidak bisa menolong diriku sendiri yang mencintaimu, walaupun aku tahu bagaimana rasa itu akan membuatku terluka pada akhirnya…

.

Part 2

 

.

2477030_image2_1

Lelaki bertubuh tinggi itu mengedarkan pandangannya, mencari sosok gadis yang ditunggunya sejak pukul 7 tadi. Bibirnya terlihat membiru, suhu udara malam ini begitu rendah. Meski tubuhnya lebih hangat 4 derajat dari saudaranya yang lain, ia tetap bisa merasakan bagaimana angin malam itu menusuk tulang-tulangnya.

Ya, lelaki itu tak lain adalah Chanyeol. Vampir tampan keluarga Lee yang berhasil memikat hati Yoora sejak pertama kali mereka dipertemukan hari itu. Lelaki itu sudah menyuruh Yoora untuk menemuinya di tempat ia berdiri saat ini tepat pukul 7 malam lewat perantaraan Sehun. Karena sungguh, ia akan merasa sangat malu jika harus mengajak gadis itu berkencan secara terang-terangan.

Chanyeol sengaja memilih Namsan Tower karena tempat itu merupakan tempat paling romantis menurutnya. Membayangkan melihat salju pertama turun bersama orang yang ia cintai, sungguh merupakan kebahagiaan yang ingin segera ia wujudkan.

“Yoora, kau pasti datang kan?” Chanyeol mulai bertanya-tanya dengan bibir gemetar kedinginan. Lelaki itu menatap sebuah kotak kecil berpita merah muda yang sudah ia persiapkan, kotak kecil berisikan sebuah cincin berwarna silver berbentuk mahkota yang sengaja ia pesan dari jauh-jauh hari.

ring

Ya, untuk siapa lagi kalau bukan Kim Yoora?

Tubuhnya sudah hampir membeku, sudah lebih dari dua jam ia menunggu di bawah menara yang tinggi itu. Saat ia mendengar suara gadis yang ditunggunya, ia tersenyum karena akhirnya penantiannya tidak sia-sia.

“Yoo… Euhk.” Suaranya mendadak hilang, tenggorokannya menjadi kering akibat terlalu lama berada di luar ruangan bersuhu rendah.

Manik Chanyeol melebar, gadis itu ternyata tidak datang sendirian. Yoora bersama Baekhyun. Mungkin lebih tepatnya, gadis itu datang untuk menemui Baekhyun, bukan untuk menemuinya. Gadis itu terlihat berbincang hangat bersama Baekhyun sambil saling menggenggam mesra di sudut lain seperti melupakan pertemuan spesialnya dengan Chanyeol malam ini.

Lagi-lagi aku terlambat. Aku tak pernah ada di saat kau membutuhkanku. Aku terlambat, entah sudah yang keberapa kalinya aku kalah dan tak pernah menang. Bahkan hanya untuk berada di sampingmu saja, tempat itu selalu terisi oleh orang lain dan pada akhirnya aku tak pernah bisa berada di sisimu, lirih Chanyeol dalam hati.

Chanyeol tentu terluka, karena ia hanya bisa memandangi dua orang itu dari jauh tanpa bisa melakukan apa-apa. Chanyeol menunduk lemah di balik patung hati yang terbuat dari logam, membuka kotak kecil yang dibawanya, mengambil cincin yang tadinya akan ia berikan pada gadis itu.

“Seharusnya kau sudah melingkar di jari manisnya.” Gumam Chanyeol, berkaca-kaca. Tangannya yang gemetar membuatnya tak sengaja menjatuhkan cincin tersebut hingga jatuh menggelinding dan berhenti di dekat kaki Yoora.

“Chanyeol Oppa…” Yoora terkejut saat mendapati Chanyeol merangkak mendekati kakinya. Sementara Baekhyun memandang Chanyeol dengan tatapan tak suka.

“Maaf, Hyung.” Chanyeol memungut kembali cincinnya, sementara bulir airmata tak henti-hentinya jatuh membasahi pipinya.

Oppa!” panggil Yoora sedikit berteriak saat melihat Chanyeol berlari pergi meninggalkan dirinya bersama Baekhyun begitu saja.

Ketika Yoora hendak mengejar Chanyeol, tangan Baekhyun menahannya untuk tidak pergi.

“Jangan kejar dia.”

Yoora menatap mata Baekhyun, lelaki itu menatapnya dengan tatapan memohon.

Tidak, ia tidak bisa. Ia datang untuk Chanyeol, bukan untuk Baekhyun.

“Maaf Oppa, tapi aku datang untuk menemuinya.”

Lelaki itu melihat bulir airmata Yoora yang hampir jatuh. Ia pun tidak bisa, tidak bisa kalau harus melihat gadisnya menangis. Walau terasa berat, Baekhyun perlahan melepaskan genggamannya, membiarkan gadisnya pergi, mengejar lelaki lain.

Chanyeol berlari secepat yang ia bisa dengan mata basah, tak peduli bila kemudian ia menjadi pusat perhatian orang-orang. Ia terus berlari, berusaha menghindar dari kenyataan bahwa cintanya pada Yoora bertepuk sebelah tangan dan bahwa Yoora bukanlah miliknya.

Di ujung jalan, ia kembali menatap nanar cincin yang dipegangnya. Cincin yang seharusnya sudah melingkar di jari manis Yoora sedaritadi, ternyata itu hanyalah bagian dari impian kosongnya belaka. Lagi-lagi, tangan gemetarnya tak sengaja menjatuhkan benda kecil yang sangat berharga itu hingga menggelinding di atas aspal jalanan.

“CHANYEOL OPPA!” teriak Yoora di belakangnya.

“TIDAAAK!”

CIIIITTT! BRAK!

Sebuah bus berhasil menghantam keras tubuh Chanyeol hingga terhempas sejauh beberapa meter. Lelaki itu akhirnya tergeletak tak berdaya bersimbah darah dengan luka parah di kepala.

“OPPA!!!” Yoora berlari memangku kepala Chanyeol, sebagian orang yang peduli berusaha memanggil ambulans dan menelepon kantor polisi.

Oppa! Sadarlah! Kumohon!” gadis itu menangis histeris tatkala darah yang mengalir dari kepala Chanyeol semakin banyak.

Chanyeol membuka matanya perlahan, menatap sayu gadis yang sedang menangis di atasnya. Tangan lelaki itu terangkat, memperlihatkan sebuah cincin yang berhasil lelaki itu dapatkan kembali walau harus mempertaruhkan nyawa sekalipun.

“Aku mencintaimu…” lirih Chanyeol sebelum akhirnya kembali memejamkan kedua matanya, tak sadarkan diri.

Tepat di saat yang sama, salju pertama di bulan Desember itu pun turun. Salju pertama yang seharusnya disaksikan oleh Chanyeol dan Yoora dengan penuh kebahagiaan dan rasa cinta. Seharusnya.

Hyung, apakah aku akan mati?

Tidak, kau tidak akan pernah mati.

Kenapa?

Karena kau abadi, kematian tidak bisa merenggut nyawamu begitu saja.

Apa kau juga seperti itu?

Tentu, kita memang sudah ditakdirkan seperti ini. Tidak hidup, juga tidak mati.

Hyung, bagaimana kalau aku sudah lelah menghadapi semuanya? Bisakah aku memilih untuk mati saja? Mati, benar-benar mati. Kematian yang sebenarnya.

Hanya cinta sejati yang mampu mengantarmu ke kematian yang sebenarnya, Chan-ah. Cinta dari seorang wanita yang benar-benar tulus mencintaimu.

Hyung, apa yang harus kulakukan? Aku sudah menemukan cinta sejatiku, wanita yang kucintai dengan tulus. Tapi, bagaimana kalau ternyata aku bukanlah cinta sejatinya? Bagaimana kalau, dia tidak pernah ada untuk mencintaiku?

Hyung? Kau di mana? Hyung! Jangan tinggalkan aku sendirian! Hyung! Joon Hyung!

Ruangan putih itu terlihat ramai. Dokter dan beberapa perawat tampak disibukkan dengan kedatangan pasien baru korban kecelakaan yang menderita luka parah. Alat-alat canggih yang mereka sediakan bahkan tak mampu menunjukkan kalau jantung sang pasien masih berdetak. Mereka sudah melakukan banyak usaha untuk mengembalikan detak jantung si pasien, namun tetap saja, jantung si pasien telah berhenti dan tak bisa berdetak lagi. Pasien itu meninggal dunia.

“Catat waktu meninggal saudara Park Chanyeol.” Titah salah seorang dokter pada perawat di sebelahnya.

“24 Desember 2015, 10.13 PM.”

Baru saja sang dokter hendak melangkahkan kakinya ke luar ruangan, tiba-tiba…

BRAK!

Ke-9 lelaki yang memiliki hubungan saudara dengan pasien tersebut melangkah masuk ke ruangan tanpa bisa dicegah oleh siapapun.

“Ada apa ini?” tanya sang dokter sedikit ketakutan.

“Apa yang kau lakukan?” Lay melayangkan tatapan tajamnya ke arah si pria berjas putih.

“CEPAT SURUH PERAWAT-PERAWATMU UNTUK MEMASANG KEMBALI ALAT-ALAT ITU KE TUBUH SAUDARAKU!” bentak Xiumin. Tangan kekarnya menarik kerah baju dokter itu.

“Tapi tuan, saudara Park Chanyeol sudah meninggal dunia. Kami sudah melakukan yang terbaik, tapi Tuhan-”

BUGH!

Suho menendang perut sang dokter hingga jatuh tersungkur. Sementara para perawat wanita hanya bisa menangis, takut menghadapi situasi penuh kekerasan seperti yang terjadi di hadapan mereka saat ini.

“DIA TIDAK AKAN MATI BEGITU SAJA! CEPAT PASANG KEMBALI ALAT-ALAT ITU ATAU KUPATAHKAN LEHER KALIAN SATU PERSATU!” amarah yang bergejolak di dalam dada Suho sudah terlalu menyesakan dada hingga lelaki pucat itu tak peduli lagi akan nyawa manusia-manusia lemah di hadapannya. Sontak saudaranya yang lain sigap merespon dengan memaksa dokter serta para perawat itu untuk kembali memasangkan alat-alat medis ke tubuh Chanyeol yang terkulai lemah di ranjang.

Kini lelaki berkulit paling pucat di antara yang lainnya itu memandang tubuh penuh luka adiknya, Chanyeol. Ia tidak mungkin membiarkan adiknya terus tersiksa, karena bagaimanapun, seorang vampir akan tetap merasakan bagaimana rasanya berada dalam kondisi kritis yang bahkan manusia dengan kasar menyebutnya kematian. Seorang vampir tidak akan mati seperti itu, karena memang sejak awal mereka adalah mayat hidup.

Suho memejamkan kedua matanya kuat-kuat, berusaha mengatur pikiran orang-orang agar pikiran mereka tentang Park Chanyeol, seorang member EXO yang baru saja mengalami kecelakaan dan divonis meninggal dunia itu bisa terhapus dan terlupakan begitu saja dari ingatan mereka. Ia tidak boleh membiarkan manusia-manusia lemah itu menganggap bahwa Chanyeol EXO sudah tiada. Karena Chanyeol memang masih ada, akan selalu ada.

♥♥♥

“Setelah Suho Hyung, Baekhyun Hyung, kemudian Tao, dan sekarang… Chanyeol? Lalu siapa lagi yang akan mendapat kesialan selanjutnya?” Dio mencibir Yoora secara halus.

“Apa maksudmu berkata seperti itu, Dio-ya?” tanya Lay.

“Apa lagi kalau bukan menduga kalau gadis itulah penyebab semua kesialan ini? Benar begitu, Chloe?” Chen lagi-lagi mengajak boneka bebeknya berbicara.

Yoora menunduk, airmatanya seolah tak bisa terbendung lagi dan jatuh begitu saja dari pelupuk matanya. Mungkin Dio dan Chen berkata benar, dia-lah penyebab semua ini. Suho yang sakit, Baekhyun yang terluka parah hingga koma, Tao yang sempat kehilangan harapan karena cedera kaki yang dialaminya, dan sekarang, Chanyeol yang kritis karena mengalami kecelakaan fatal setelah mengajaknya bertemu, ini semua, pastilah karena dirinya.

“Hati-hati dengan bicaramu, Dio-ya. Aku tahu kau mencintai Yoora, tapi kenapa kau selalu membuatnya terluka dengan setiap perkataan yang keluar dari mulutmu?” ucapan Baekhyun seketika membuat saudara-saudaranya yang lain terkejut, termasuk Yoora sendiri.

Dio–mencintai–Yoora.

Hyung, kau benar-benar mencintainya?” tanya Kai, tak percaya.

Xiumin berdeham keras, “Yoora, gaya make-up seperti apa yang kau pakai? Sampai-sampai, adik-adikku jatuh cinta pada gadis yang sama, gadis manusia pula.”

“Jika kalian tidak tahu apa-apa, lebih baik kalian tutup rapat-rapat mulut kalian! Sebelum aku benar-benar merobeknya.” Dio berlalu, pergi menjauh dari saudaranya yang lain yang selalu memandangnya sebelah mata.

Sehun memandangi Yoora, kali ini ia merasa dadanya benar-benar sesak. Ia ingin menangis, tapi tidak bisa. Rasanya, terlalu sulit.

♥♥♥

Bunyi alat-alat medis terdengar memenuhi seluruh isi ruangan putih itu. Mulai dari kepala, hidung, mulut, dada, tangan hingga kaki vampir tampan itu tak luput dari alat-alat yang membuatnya tetap hidup.

Suho, hanya lelaki itulah yang dengan setia menemani Chanyeol, menunggunya membuka mata sambil sesekali terdengar mengajaknya bicara.

Netra Suho menangkap sebuah dompet berwarna hitam yang tergeletak di atas laci. Ia baru ingat, kalau tadi Yoora yang menyimpannya di sana. Itu dompet Chanyeol.

“Ternyata kau masih menyimpannya.” Gumam Suho setelah mengambil dompet hitam tersebut. Ia tersenyum kecil, dompet yang merupakan hadiah pemberiannya 5 tahun yang lalu ternyata masih dipakai dengan baik oleh anak nakal itu.

“Apa ini?” Suho mengambil sebuah kolase foto dalam dompet Chanyeol. Lagi-lagi ia tak dapat menyembunyikan senyumannya, karena anak itu diam-diam masih menyimpan setiap momen kebersamaan mereka dengan baik pula.

page.

Hai, Hyung.

Aku tak henti-hentinya berharap bahwa suatu saat kau mau membuka dompetku dan melihatnya.

Taraaa! Kau melihatnya sekarang! Kkkk~ ^_^

Hyung, kita bisa seperti ini lagi bukan?

Jauh di dalam lubuk hatiku, aku sangat merindukanmu.

Bukankah kita pernah berjanji untuk hidup bersama selamanya? Kau tidak melupakannya, kan?

Hyung, aku sangat menyayangimu. Jangan pernah tinggalkan aku sendirian lagi. Aku ingin terus bersamamu bahkan sampai tangan Tuhan pun tak dapat memisahkan kita.

Joon Hyung, aku mencintaimu…

Dari adik yang selalu mencintaimu,

Kim Chan ♥

“Joon? Kim Chan? Apa kau masih belum bisa melupakan kehidupan kita dulu?”

―Kilas balik―

“Abeoji, adik Joon namanya siapa?” tanya seorang anak laki-laki berumur 6 tahun pada ayahnya yang sedang menggendong bayi laki-laki yang baru saja lahir beberapa jam lalu.

“Adik Joon namanya… siapa ya? Eum…”

“Siapa? Siapa?” tanya anak laki-laki itu bersemangat. Anak laki-laki itu tak lain adalah Joon, Kim Joon, diri Suho di masa lalu.

“Nama adik Joon… Kim Chan! Bagaimana? Lucu sekali bukan? Kelak, Chan akan membawa kebahagiaan bagi keluarga kita. Bagi Abeoji, bagi Eomma, dan bagi Joon tentunya.” Ujar sang ayah.

“Chan-ah, hai! Aku Joon, kakak Chan. Dan kau Chan, adik Joon. Ayo cepat besar agar kita bisa bermain bersama!” ucap Joon dengan logat khas anak kecilnya. Menggemaskan sekali.

Tahun demi tahun berlalu, tak terasa Chan sudah tumbuh sebagai adik yang lucu dan juga membawa kebahagiaan bagi keluarga Kim. Joon selalu mengajak Chan bermain bersama, meski pada akhirnya, Joon selalu terkena marah ayahnya karena membuat Chan menangis akibat kejahilannya. Meski sering begitu, Joon dan Chan seperti tidak bisa dipisahkan. Mereka selalu terlihat lengket, seperti permen karet. Ke manapun Joon pergi, Chan pasti selalu ada di belakang punggungnya, melingkarkan tangan dan kaki, menempel pada sang kakak.

“Joon-ah, kau mau ke mana? Chan sepertinya lelah berjalan kaki ya?” sapa seorang bibi penjual sayuran yang memang dekat sekali dengan keluarga Joon.

“Ya, Bibi. Joon ingin mengantarkan makanan ini pada kakek Hwang. Chan memang manja sekali, Bibi. Kapan-kapan, Bibi yang bawa Chan saja ya?” balas anak berumur 10 tahun itu diakhiri candaan yang langsung membuat adiknya menangis.

Suatu sore, Joon menuntun adiknya untuk pulang ke rumah mereka. Mereka baru saja bermain di pasar, dan hasilnya, baju mereka kini kotor dan tangan Joon sedikit memar akibat tertimpa papan yang hampir jatuh menindih tubuh kecil adiknya.

“Eomma?” mata Joon membulat. Tepat jauh di depan matanya, ia melihat sang ibu tengah berpelukan bersama lelaki lain.

Joon dengan cepat menutup mata Chan, tak membiarkan Chan untuk melihat sedetikpun pemandangan menyakitkan yang belum bisa dipahami oleh adiknya yang kini baru berumur 5 tahun.

“Ada apa, Kakak? Kenapa Kakak menutup mata Chan?”

“Chan tutup mata dulu ya? Jangan dibuka sebelum Kakak suruh. Kakak punya kejutan untuk Chan. Tapi kalau Chan buka mata sebelum Kakak suruh, kejutannya tidak akan jadi Kakak berikan pada Chan, kakak berikan saja kejutannya pada Bibi Han.” bohong Joon. Tidak mungkin juga ia mengatakan yang sejujurnya pada Chan kalau dirinya melihat ibu mereka sedang berpelukan dengan lelaki lain. Chan juga tidak akan mengerti sekarang.

“Chan mau kejutan atau tidak?”

“Chan mau kejutan! Jangan berikan kejutannya pada Bibi Han! Berikan pada Chan saja!”

Dan sore itu berakhir dengan Joon yang membelikan makanan kesukaan adiknya yang sebenarnya dilarang oleh sang ayah untuk dibeli. Joon terkena marah lagi. Tapi tak apa, selagi itu bisa membuat Chan bahagia dan menjauhkannya dari kata luka.

“Yak! Kau mau ke mana?! Jangan bawa Chan!”

“Diam! Chan anakku! Dia harus ikut bersamaku!”

“Lalu kau anggap Joon apa?! Dia juga anakmu! Kau tak memikirkannya?!”

Joon menangis di dalam kamarnya, tak berani melangkahkan kaki keluar dari kamar dan melihat ayah ibunya yang sedang bertengkar. Walau samar, ia mendengar Chan menjerit, menangis, memanggilnya. Ia merutuki dirinya yang tak bisa melakukan apa-apa. Ibunya memilih berpisah dengan sang ayah dan pergi bersama lelaki yang 2 tahun lalu ia lihat untuk pertama kali sedang memeluk ibunya.

“Eomma, kau boleh pergi… tapi kumohon jangan bawa Chan pergi bersamamu!” jerit Joon dalam hati. Airmatanya terus berlinangan.

“Kakak! Kakak! Chan ingin bersama Kakak! Kakak! Chan tidak mau pergi! Kakak!” suara jeritan tangis itu semakin lama terdengar semakin jauh, seiring semakin jauh pula kaki ibunya melangkah pergi membawa Chan.

Sejak saat itu, untuk pertama kalinya, Joon dan Chan terpisahkan.

Joon berjalan menyusuri pasar, seperti biasa untuk mengantarkan makanan pada kakek Hwang, seorang kakek yang selalu berbuat baik pada ayahnya. Tapi ada yang tak biasa, ya, Chan tidak ada menemaninya. Tidak ada yang memberatkan punggungnya lagi. Kini punggungnya benar-benar terasa hampa.

“Joon-ah, mengantar makanan untuk Kakek Hwang?” sapa Bibi Han ramah.

“Ya, Bibi.” Jawab Joon, anak itu berusaha memperlihatkan senyumnya walau terpaksa.

“Kau tidak bersama Chan? Ke mana Chan? Tidak biasanya-”

Salah seorang bibi penjual umbi-umbian menyiku lengan kanan Bibi Han, entah apa yang dibisikannya, yang jelas, raut wajah bibi Han menjadi sedih dan memandang kasihan Joon yang masih memaksakan senyumannya.

“Chan! Chan-ah! Chan! CHAN!” Joon terbangun dari mimpinya. Bertemu dengan Bibi Han siang tadi membuat dirinya kembali memikirkan sang adik sampai terbawa ke dalam mimpi.

Sang ayah memeluk Joon erat-erat, meminta maaf karena tak bisa menjaga Chan untuk Joon. Sebenarnya bukan kali ini saja Joon tiba-tiba terbangun di malam hari dan meneriakkan nama adiknya. Sudah sering, bahkan sangat lebih dari sering Joon mengalami hal itu. Joon, sangat merindukan Chan.

“Chan-ah, apa kau makan dengan baik? Ah, tentu saja. Pertanyaan bodoh apa ini. Kau pasti makan dengan baik mengingat lelaki yang membawamu pergi bersama eomma adalah pegawai kerajaan. Chan-ah, kau bermain dengan siapa? Apa kau punya teman untuk diajak bermain? Jangan pernah bermain sendirian ya? Nanti orang jahat akan mendatangimu kalau kau bermain sendirian. Chan-ah, Kakak merindukan Chan… sangat rindu.”

―Kilas balik selesai―

Suho menghapus kristal bening yang jatuh membasahi pipinya saat ia mengingat kembali bagaimana sorot balik kehidupannya di masa lalu.

Menyakitkan, begitu menyakitkan.

Ia bahkan berani bersumpah tidak ingin kembali ke masa di mana ibunya dulu pernah hidup bahagia bersama lelaki lain dan mengkhianati ayahnya. Tidak, terimakasih.

“Chan-ah… ayo bangun, dan bermain lagi bersama Joon.”

PicsArt_09-21-11.38.04

 

Cuap-cuap😝:

Hai Hello^^ Karena ini termasuk chapter-chapter terakhir, jadi gak pake preview chapter selanjutnya yaa hihi biar makin gereget 😆✌

Gak terasa ya udah mau selesai juga FF ini dishare di EXOFFI hehe 😃 Tinggal tersisa 2 part dan FF ini tidak akan to be continued lagi wkwk 😆 Aku mau say thanks plus ghamsahamnida aja sih buat kalian yang udah ikutin terus jalan cerita Yoora dan 10 vampir tampan ini, baik kalian readers yang aktif meninggalkan jejak ataupun readers yang suka diam-diam menghanyutkan(?) pas bacanya hehe, love you~~~♡😙 Tanpa kalian apalah artinya tulisan-tulisan ini 😂

Sejauh ini, apa yang kalian pikirkan tentang Sadistic Night? Oh iya, Suho sama Chanyeol cocok kan jadi Adik-Kakak beneran? Unch wkwk 😂

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak yaa~~~♡

With Love,

AYUSHAFIRAA.

16 tanggapan untuk “SADISTIC NIGHT -CH. 10 A : First Snow P.2- by AYUSHAFIRAA”

  1. Yaampunn sedih bangettt kisah hidup nya chanho😢😢😢
    Gw takut chan kenapa”
    Cepat sembuh yah chan
    Yang sabar yah ho…
    Yang benar aja kak ud mau end
    Gak rela😣😣😣😣

    1. Iya nih udah diambang pintu terakhir waks wkwk 😂😂😂 tenang, jangan sedih, pokoknya i’ll do my best for this ff😍❤ siip siip, coming soon yaa^^ amiin semoga bisa kamu sukai^^ makasih, unch😙😙😙

    1. Kim Chan bangunnya kalau aku update tapi sampai sekarang gak update2 berarti dia belum bangun wkwkwk :”) wah siip siip jangan sampai kelewatan endingnya yaa, siip coming soon 😍😍😍

    1. Wah syukurlah kalau rasa sedih yang ingin aku sampaikan sampai ke kamu hehe :”) wkwkwk iya nih harus end bentar lagi^^ siip siip ditunggu aja yaa, coming soon 😍😍😍

  2. sumpah yaa.. Kalo ada disini beneran, nemu anak bocah cem joon a.k.a suho, chan a.k.a chanyeol.. langsung ksh permen, bawa pulang dua anak ini xD

    gakebayang imutnya mereka pas msh kecil, trus main breng.. tapi, terpisahkan :”)

    kata terlambat emang menyezzkan hati ini T.T

    what!? Otw ending? ka as seriusan? yaampun :” padahal mash mau berfantasi ria sama vampire” ini T.T
    pokoknya harus ada sequel titik ><

    1. Waduh waduh waduh wkwkwk ntar kena kasus penculikan dong kalo kayak gitu 😂😂😂 modus penculikan anak : kasih permen /plak😂

      Iya ya wkwk si suho kurus pas kecilnya si chanyeol gembul wkwk XD berat banget tuh pasti pas suho gendong chanyeol 😂😂😂 heeum, sayangnya mereka harus terpisahkan gara2 orang tua mereka pisah :”)

      Karena kalo gak terlambat pasti gak nyezz muehehe ㅠㅠ

      Iyap betul sekali, serius wkwk 😅😅😅 kekekeke sama sih, tapi apalah daya tetep harus end 😂 insyaallah yaa hehe~~~♡

Tinggalkan Balasan ke Stefanie Batalkan balasan