Caramelo pt. 11

caramelo

Caramelo

CAST: Do Kyungsoo, Kwon Chaerin, Oh Sehun | SUPPORTED: Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Kang Seulgi and others | RATING: PG-15 | GENRE: Romance, School life | LENGTH: Chaptered | Fiction , OC and the plot is mine . The other characters belong to God , their company, and their families . Enjoy your spare time by reading this story. Leave a comment at the end of the story and don’t plagiarize, dude. Thank you!

wattpad: @Shuu_07 //  wp: Shuutory

Teaser: Pt. 1 Pt. 2

Part: 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11

Shuu’s Present this story

“Sweet and warm. That’s our first kiss!”

Tangannya menenteng sebuah tas. Berjalan sambil mengunyah permen karet rasa beri adalah kebiasaannya. Tidak lupa pula sumpit yang mengikat rambutnya ke atas, itu adalah ciri khasnya.

Langkahnya terhenti di depan ruang radio. Ia terlihat melongok sebentar ke dalam. Terlihatlah Seulgi yang melambaikan tangan kepada Chaerin.

“Jika hal ini akan menimbulkan masalah. Semua ini kesalahanmu yang telah mengizinkanku bukan?” kata Caerin sambil menunjukkan sebuah cengirannya yang membuat Seulgi muak.

Seulgi terlihat memutar bola matanya dengan enggan. “Aku mengajukan ini karena aku termasuk jajaran fans-mu. Ingat itu setelah ini kau harus mentraktirku ddeokbeokki di kedai Gangnam. Arra?” ucap Seulgi yang dijawab dengan sebuah anggukan oleh Chaerin.

“Aku mengiyakanmu supaya negosiasi kita lebih cepat. Aku tidak percaya, dia tidak pernah sekalipun menerima atau menjawab telepoon dariku. Sebenarnya dia punya hati atau tidak sih?” ucap Chaerin menggerutu sebal.

“Kau tahu ‘kan terkadang dia itu menyebalkan. Ya seperti itulah dia. Jadi jangan terlalu berharap banyak darinya. Jika kau membayangkan kau akan berpacaran seperti drama televisi, kau akan menyesal akut karena hubunganmu jauh sekali seperti hubungan di drama televisi,” ucap Seulgi panjang kali lebar.

Arraseo…. arraseo,”

“Panggilan untuk ketua OSIS Do Kyungsoo dari Kwon Chaerin, sekali lagi panggilan untuk ketua OSIS Do Kyungsoo untuk Kwon Chaerin. Diharap menemui Kwon Chaerin di taman belakang sekolah. Kwon Chaerin akan menunggu karena bersangkutan dengan hal yang sangat mendesak. Sekali lagi untuk Do Kyungsoo diharap menemui Kwon Chaerin di halaman belakang sekolah bersangkutan dengan hal yang mendesak.”

Suara Kwon Chaerin saat itu membuat seluruh siswa menghentikan kegiatan yang mereka sedang lakukan. Tak pelak kejadian itu membuat banyak siswa membelalakkan matanya dengan kaget. Ada beberapa dari mereka yang bahkan mengumpat karenanya.

Itu juga terjadi dengan beberapa anggota OSIS yang sedang mengadakan rapat di ruang OSIS. Mereka semua menghentikan aktivitasnya hanya untuk memandang ketua mereka yang sedang mengatupkan rahang. Mungkin setelah ini pulpen yang sedang dipegangnya patah akibat saking kuatnya ia mencengkeramnya.

Mata Kyungsoo membulat kemudian ia pejamkan matanya sambil mendesah menahan amarah yang sudah sampai ke ubun-ubun. Beberapa anggota OSIS juga terlihat kasak-kusuk tentang hubungan Chaerin dengan Kyungsoo yang semakin hari semakin membuat orang penasaran.

Tidak ada konfirmasi tentang hubungan keduanya. Hanya beberapa gosip saja yang berhembus. Membuat seluruh siswa bertanya-tanya, apalagi kedudukan Kyungsoo sebagai ketua OSIS membuat seluruh sekolah lebih antusias lagi.

“Ketua apakah kau sebaiknya menemuinya dahulu?” ucap salah satu anggota.

“Biarkan saja dia.” Ucapnya sambil meneruskan rapat untuk persiapan rapat komite siang hari. “Kenapa penyakitnya kumat lagi?” ucapnya sambil menahan rahangnya.

“Sebenarnya apa hubungan kalian?” ucap Jiyeon. Yap, kelihatannya gadis itu yang paling ingin tahu.

Mata Kyungsoo membulat, rahangnya mengatup lagi. Nafasnya ia hembuskan perlahan kemudina menjawab pertanyaan Jiyeon dengan tenang. “Tidak ada. Kita teman.”

Rapat tetap berlangsung. Tetapi jika dilihat dari ekspresi wajah Kyungsoo yang ia tunjukan sejak tadi, ia terlihat sedang tidak berfokus kepada apa yang sedang dibicarakan oleh Jiyeon. Sedari tadi Kyungsoo memandangnya dengan tatapan menerawang. Sebenarnya jiwanya sedang berkelana kemana?

“Anggaran yang sudah kita tetapkan sebelumnya ternyata membengkak. Ada beberapa pengeluaran tak terduga yang sempat kami catat. Tapi sepertinya kita bisa menutupnya dengan laba hasil penjualan tiket. Tahun ini peminat festival musim semi yang kita selenggarakan meningkat. Bagaimana ketua?” ucap gadis berperawakan mungil, dengan rambut cokelat berombak. Seluruh anggota OSIS melihat pada Kyungsoo.

“Ketua? Ketua?” ucap gadis itu mencoba menyadarkan Kyungsoo yang sedang melamun.

Ada seorang anggota yang membuat Kyungsoo tersadar. Lelaki berkacamata itu menendang kaki Kyungsoo untuk membuatnya sadar. Kyungsoo yang tersadar akan lamunannya terlihat bodoh, karena dia ketinggalan topik yang sedang dibahas.

“Bagaimana ketua?” ulang gadis itu.

“Kalian selesaikan dulu masalah ini. Aku ada urusan sebentar. Aku percayakan ini kepada Jiyeon,” ucap Kyungsoo sambil bangkit. Ia kemudian berjalan dengan langkah lebar keluar dari ruangan OSIS, kemudian ia terlihat berlari menembus kerumunan siswa yang bergerombol di lorong.

Chaerin menyandarkan dirinya ke pohon pinus. Ia sesekali melihat jam di ponselnya. Sudah sepuluh menit ia menunggu, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa Kyungsoo akan muncul. Ia memandang kantung ditangannya itu dengan perasan kecewa.

Walaupun makanan yang ada di tangannya itu bukan asli buatannya. Walaupun ia meminta ibunya untuk membuatkannya. Tetapi ia juga turut berpartisipasi dalam mencuci buah. Walaupun itu terasa hal kecil, setidaknya ia sudah mempunyai niat untuk membantu ‘kan?

“Kau… sedang apa?” tanya Kyungsoo dengan terengah.

“Kau datang. Kupikir kau tidak akan datang,” ucap Chaerin dengan wajah yang berubah cerah dari sebelumnya. Ia langsung menegakkan badannya sambil tersenyum kepada Kyungsoo.

“Apa maumu?” kata Kyungsoo dengan wajah dan nada yang tidak bersahabat sama sekali.

Chaerin melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan Kyungsoo. Ia sesekali melihat kantung yang berada di tangannya itu dengan perasaan yang sedikit ragu. Pada saat ia sudah berada di depan Kyungsoo. Ia kemudian berjinjit lalu meraih pipi Kyungsoo. Tanpa menatap mata Kyungsoo ia mengecup bibir Kyungsoo dengan lembut.

Mata Kyungsoo membulat. Tetapi tidak dapat mengatakan apapun. Badannya terasa beku. Sebelum pada akhirnya Chaerin melepasnya. Ia kemudian tersenyum sambil berkata, “Aku suka padamu, maka mulai sekarang kau harus belajar suka padaku. Pada awalnya aku merasa kau lucu dan mungkin akan seru jika dirimu kujahili. Aku mungkin terkena karma karena benar-benar jatuh dalam pesonamu.”

Wajah Kyungsoo berubah terkejut. Ia tak mampu berkata seolah semua inderanya lumpuh. Ia tak pernah bertemu gadis seberani ini sebelumnya. Ia tak pernah bertemu gadis sejujur Chaerin sebelumnya.

Hanya bahasa tubuhnya yang mampu menjawab jika Kyungsoo benar-benar terkejut dengan semua ini. Matanya masih membulat dan badannya asih kaku entah kapan tubuhnya akan berfungsi seperti sedia kala.

Terlihat Chaerin yang berjalan meninggalkan Kyungsoo yang masih mematung. Secepat kilat manusia itu membalikkan badannya sambil berteriak, “Sudahkah kau belajar? Sebentar lagi ujian semester!”

“Tentu saja sudah!” jawab Chaerin sambil berjalan mundur. Ia melambaikan tangannya kuat-kuat.

“Kalau begitu apa yang membuat Jepang menyerah dalam perang dunia kedua?” ucap Kyungsoo.

“Karena Amerika mengebom kota Nagasaki dan Hiroshima pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Sedangkan Uni Soviet menyerang pasukan Jepang di Manchuria pada tanggal 9 Agustus 1945. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Kaisar Hirohito menyampaikan pidato di radio yang menyatakan Jepang menyerah pada sekutu. 15 Agustus, juga diperingati oleh warga Korea sebagai hari kemerdekaan dan hari dimana mereka terbebas dari jajahan Jepang,” ucap Chaerin dengan mata berbinar. Hampir tidak ada cela dari jawabannya itu, sangat tepat dan menjurus ke pokok. Ini adalah gaya Chaerin yang sebenarnya.

Kyungsoo di seberang sana tersenyum. Ia tahu jika Chaerin adalah murid yang pandai. Hanya saja selama ini tidak ada yang mendukungnya untuk belajar dan tidak ada kemauan. Tapi sekarang ia yakin nilai Chaerin akan membaik dari sebelumnya, jika ia terus memantau dan tterus memberikan soal-soal latian kepadanya.

Seulgi menghentikan langkahnya saat mencapai sebuah meja di kantin. Ia terengah-engah karena telah berlari dari lantai tiga ke lantai satu degan sekuat tenaga.

“Hosh… hosh.. hosh,”

“Apa yang terjadi?” tanya Chanyeol sambil memandang Seulgi dengan lekat.

“Kalian harus ikut aku sekarang juga,” ucapnya.

“Apa Chaerin sudah gila huh?” ucap Baekhyun dengan alis yang bertaut satu dengan yang lainnya. Sedangkan Chen masih mengamati mereka bertiga secara bergantian.

“Kubilang ikut saja aku ke kelas 1-4,” ucap Seulgi.

Merekapun berlari dari lantai satu menuju kelas 1-4 yang terletak di lantai dua. Ternyata disana sudah berkumpul banyak siswa, rupanya mereka juga ingin menyaksikan apa yang dilakukan Chaerin hingga memanggil Kyungsoo dari pengeras suara.

“Minggir-minggir,” ucap Chanyeol yang masih membukakan jalan untuk dapat masuk ke kelas 1-4. Sepertinya tubuh besar Chanyeol sangat berguna dalam keadaan seperti ini.

Lorong begitu ramai. Maklum saja kelas 1-4 sampai 1-6 adalah beberapa kelas yang dapat  mengakses taman belakang lewat jendela.

Tak beberapa lama mereka berempat sudah berada di barisan pertama jendela. “Wahh… itu baru Chaerinku,” ucap Chanyeol sambil memberikan senyuman lebar.

Wasseo?” ucap seseorang yang menyapa mereka.

“Oh Sehun? Ternyata kau juga diisni?” ucap Baekhyun.

“Ini kelasnya, bodoh,” ucap Seulgi sambil menoyor kepala Baekhyun. Ia terlihat mencibir Seulgi.

Sehun tergelak sambil mendecakkan lidah ringan. “Kami tidak tertinggal banyak ‘kan?” ucap Chen yang kali ini nampak antusias. Ok, kali ini chen rupanya akan bergabung dengan ketiga temannya

“Belum. Kita tunggu saja apa yang akan mereka lakukan,” ucap Sehun sambil menunjuk ke arah jendela menggunakan dagunya.

Mereka merapat di jendela sambil meletakkan tangan di depan dada masing-masing. Mereka melihat bagaimana Kyungsoo berlari seperti kesetanan untuk menemui Chaerin. Bagaimana cara Chaerin tersenyum saat Kyungsoo muncul di matanya.

“Kurasa mereka berdua sedang jatuh cinta,” ucap Baekhyun dengan mata berbinar. “Lihat sorot mata mereka. Bukankah memancarakan perasaan mereka masing-masing?”

Apakah pasangan ini memang sepopuler itu? Lihatlah, banyak sekali yang berjejal ingin melihat mereka berinteraksi satu sama lain. Mereka rela berdesakan demi mengobati rasa penasaran mereka. Masih menjadi tanda tanya yang cukup besar status dari mereka masing-masing.

Jika mereka benar-benar sedang berkencan. Baekhyun, Chanyeol, Chen, dan Seulgi akan heran bahwa banyak para gadis dan lelaki yang patah hati. Tidak memungkiri mereka adalah murid yang sangat berpengaruh di sekolah ini. Sebagaimana yang kalian ketahui bahwa Kyungsoo merupakan ketua OSIS dengan bukti kepemimpinan yang sangat baik. Begitu pula dengan Chaerin yang banyak mencuri hati lelaki dengan pesonanya, walaupun semua tahu jika Chaerin adalah gadis yang cukup berbahaya.

“Ohh…. Lihatlah! Lihat!” pekik Seulgi sambil mencubit dan memukul lengan Chanyeol dan Bakehyun yang berada di sebelahnya.

“Mereka berciuman? Daebak!” ucap Chen dengan mulut yang terbuka lebar.

Mereka semua terlihat antusias. Tetapi pengecualian terhadap siswa lainnya yang sedang menggigit jari mereka masing-masing. Mereka nampak ramai-ramai menunjukkan wajah kecewa mereka. Tidak lelaki dan para gadis. Semua melenguh panjang bersamaan tatkala bibir ceri Chaerin menyentuh bibir Kyungsoo yang lembut.

Mereka berlima terlihat terkejut membuat mereka terdiam untuk sementara. Tapi ada yang berbeda dengan arti dari diamnya seorang Oh Sehun. Lelaki itu, diam menatap Chaerin dan Kyungsoo tanpa mengucapkan satu kata pun. Ia terdengar melenguh panjang, bahunya terlihat turun ke bawah. Kemudian ia masukkkan tangannya ke dalam saku. Tak lama kemudian ia berbalik kemudian meninggalkan tempat itu tanpa mengatakan satu kata pun. Membuat Chanyeol, Baekhyun, Seulgi dan Chen bertanya dalam diam.

Suasana rumah Chaerin tergolong cukup sepi. Sebenarnya bukan hari ini saja yang sepi, tetapi setiap harinya pun terasa seperti ini. Jika seperti ini, Chaerin biasanya hanya ditemani oleh bibi pengurus rumah tangga.

Mesin printer itu terdengar mengeluarkan bunyi bising yang berasal dari balik pintu kamar Chaerin. Lihatlah wajah serius Chaerin yang jarang kita temui. Bukan lagi sumpit yang tersemat di atas kepalanya melainkan pesil yang masih baru diraut.

“Apa aku harus mempelajari semua ini? Kenapa makhluk itu mengirimkan banyak e-mail kepadaku?” ucap Chaerin kemudian menguk jus stroberinya yag berada di atas meja belajar. Sebenarnya meja tersebut tidak layak disebut meja belajar karena ukurannya yang kecil. Aklum saja sejak kecil ia tidak suka belajar. Sebut saja itu meja belajar supaya ia terlihat seperti murid yang normal.

Chaerin membolak-balikkan kertas yang ada di tangannya itu lalu mendesah berat. Ia harus menyemangati dirinya sendiri. Ia berkata dalam hatinya bahwa ia harus berjuang demi masa depan yang cerah.

Hari ini pelajaran yang ia pelajari adalah IPA. Ini salah satu pelajaran yang paling dihindarinya setelah matematika. Sebenarnya biologi dan kimia tidak terlalu buruk, tetapi fisika akan membuat otaknya mendidih sebelum pada akhirnya akan membuat otaknya melepuh.

Sebenarnya pada saat SD dahulu ia cukup baik dalam pelajaran matematika. Tetapi itu dahulu kala sebelum x dan y dapat menghancurkan semuanya dengan mudah.

Wajahnya yang serius terlihat mengamati kertas ditangannya itu dengan seksama. Ia kemudian mengambil sebuah kertas note berwarna kuning dan menulis rumus di atasnya. Kemudian ia tempel di beberapa sudut kamar, itu semua akan mempermudah dirinya untuk menghapalkan rumus. Kalau bisa ia akan meminta bibi untuk menempelkan sebuah rumus di kotak susu atau piring sarapannya.

Kring… kring…. kring…

Dering ponselnya membuatnya terkejut untuk beberapa saat. Ia kemudian meraih ponselnya yang ada di atas ranjang.

Yeoboseyo?” ucapnya.

“KWON. CHAE. RIN.” Ucap seorang yang berada di seberang.

“Apa? Kau mau apa. Aku sedang belajar!” ucapnya sambil memutar bola matanya.

“Bukannya kau tidak suka belajar?” ucap lelaki itu.

“OH SEHUN. Itu ‘kan dulu. Sebelum negara api menyerang dan membuat avatar harus tersingkir,” ucap Chaerin.

“Aku kesepian,” ucap Sehun dengan nada yang memelas.

“Kesepian apanya? Kau bilang kesepian padahal aku dapat mendengar suara dentuman musik dari DJ. Disana ramai, bagaimana kau bilang jika dirimu kesepian?” ucap Chaerin dengan sinis.

“Ayolah. Aku kesepian, bisa-bisa aku mati kesepian disini,” ucap Sehun.

“Kalau begitu matilah! Aku tidak peduli.”

“Ohhh… setelah merampok ciuman dari Do Kyungsoo kau menelantarkanku, eoh?” ucap Sehun.

“Jangan bawa-bawa namanya.” ucap Chaerin malas.

“Aku akan mentraktirmu makanan. Sesukamu sekenyangmu. Kau boleh memesan apa saja disini, kecuali yang mengandung alkhohol, bagaimana deal?”

Yah makanan adalah salah satu kelemahan Chaerin. entah kenapa manusia jenis ini mudah sekali memahaminya daripada orang laian selain keluarganya tentunya.

“Eummm… baiklah. Aku pakai baju apa ya?”

“Jangan yang terbuka! Awas kau jika melakukan hal gila.”

“Heyy… pergi ke kelab tapi tidak memakai pakaian terbuka tidak seru tahu. Seperti makan tanpa kimchi.”

“Hey kenapa mulutmu itu tidak bisa normal sedikit?”

“Aku sudah menemukan bajunya,” ucapnya dengan nada yang menggoda Sehun. Ia mencoba sekuat tenaga untuk menahan tawanya.

“Hei kau! Awas kau ya jika memakai pakaian terbuka. Aku akan mengirimkan Bodhi untukmu. Jangan aneh-aneh. Ahjussi-ahjussi itu bisa menelanjangimu dengan tatapannya kau tahu?”

PIP

Saat ia memutuskan sambungan teleponnya. Chaerin saat itu langsung tertawa lebar-lebar. Membuat perutnya kaku dan sakit. Sebenarnya mengapa ia bisa sangat jahil seperti ini?

Chaerin tiba di SSL Night Club dengan selamat dan tanpa ada luka sedikitpun. Ia turun dari taksi setelah membayar ongkos taksinya. Ia terlihat menghembuskan nafas dan memandang Night Club tersebut, banyak sekali orang yang datang. Hingar bingar terihat walaupun hanya dilihat dari luar. Tak heran jika Oh Sehun adalah salah satu manusia terkaya di sekolahnya.

Ia berlari kecil menuju ke dalam, ia sepertinya tak ingin lama-lama berada di luar ruangan. Musim semi ini angin pada saat malam hari bertiup lumayan kencang.

Wassup Bodhi!” ucap Chaerin kepada Bodhi yang berdiri di depan pintu masuk. Badan kekarnya terlihat menghalangi pintu masuk.

Mereka kemudian berjabat tangan layaknya yang dilakukan Baymax dalam film Big Hero. Chaerin terkikik nakal. “Maaf untuk kali ini. Aku harus mengikuti perintah bosku,” ucap Bodhi sambil membalut tubuh mungil Chaerin dengan mantel berwarna khaki kemudian menggendongnya di pundak.

“Hei Bodhi, apa yang kau lakukan? Aku pusing!” ucap Chaerin sambil memukul badan Bodhi. Pria berkepala plontos itu memiliki tinggi sekitar dua meter, Chaerin yakin ia tak perlu repot-repot membeli tangga untuk mengganti bola lampu jika Bodhi ada di rumahnya.

Posisi kepala Chaerin dibawah membuatnya pusing dan wajahnya memerah. Ia merasa seluruh darah yang ia punya mengalir di kepalanya. Membuatnya sangat pusing. Bodhi membawa Chaerin ke dalam kelab. Keadaan kelab yang ramai tidak membuat Bodhi kewalahan untuk bisa melewati keramaian itu. Dengan sendirinya seluruh manusia yang sedang bersenang-senang di lantai dansa membukakan jalan pada mereka.

Musik yang diputar oleh DJ mendentumkan seluruh ruangan. Terlihat pengeras suara perdentem tak karuan. Membuat Chaerin yang awalnya sudah pusing tambah pusing. Orang-orang melepaskan penatnya dengan minum-minum, berdansa, merokok, atau sekedar berbincang dengan lawan jenis.

“Bodhi! Turunkan aku!” ucap Chaerin sambil menendang kakinya. Hebatnya Bodhi tidak bergerak sedikitpun walaupun Chaerin berusaha melepaskan diri sekuat tenaga yang ia punya.

“Aku tidak akan peduli, Nona. Aku hanya peduli pada atasanku,” ucap Bodhi yang masih kukuh dengan pendiriannya.

“Bodhi hentikan ini! Ini tempat apa? Turunkan aku!” sepertinya Chaerin benar-benar kehilangan akal sampai-sampai ia memukul Bodhi dengan kekuatannya. Rupanya Bodhi belum tahu jika Chaerin jago Muai Thai.

“Aku yang menyuruhnya,” ucap Sehun yang rupanya telah duduk di sofa berwarna krem.

Bodhi menurunkan Chaerin. seketika Chaerin mencibir Bodhi yang bersikap seenaknya.

“Kau memakai pakaian apa?” ucap Sehun yang sedang melipat tangannya di depan dada. Ia tak sedikitpun menatap Chaerin.

“Kenapa kau daritadi tidak menatapku sama sekali? Apa gunanya aku disini, bukankah kau memintaku datang karena kau merindukan wajahku?” ucapnya sambil meletakkan tangannya di samping wajahnya membentuk daun bunga.

“Sudah kubilang jangan memakai baju yang aneh-aneh,” ucap Sehun.

“Ohhhh… jadi kau menyuruh Bodhi untuk melakukan itu karena kau khawatir dengan pakaianku? Salah siapa yang memintaku ke sini. Ada banyak tempat selain disini ‘kan? Walaupun ini juga tempat ayahmu,” ujarnya sambil berkacak pinggang.

Ia kemudian melepas mantel yang diberikan Bodhi. Chaerin terdengar menghela nafasnya kemudian memutar bola matanya dengan bar-bar.

“Lihatlah!” ucapnya. Benar saja, bukan Chaerin jika tidak melakukan hal aneh. Bukannya baju terbuka yang biasa dipakai di kelab. Chaerin malah memakai setelan olahraga atas bawah bermotif bunga.

Saat melihat penampilan Chaerin, Sehun menjatuhkan rahangnya masih dengan duduk di sofanya. Beberapa detik kemudian, setelah saraf-sarafnya mengirimkan pesan ke otak, barulah ia tertawa kencang sambil memegang perut.

“Cih,” ucap Chaerin kemudian ikut tertawa dengan Sehun.

Ada suara tawa dari seseorang yang bersuara bariton. Chaerin menengok ke sampingnya. Mereka hampir saja lupa jika Bodhi masih bersama mereka.

Sehun dan Chaerin sedang tanding bermain PS4. Mereka memainkan sebuah pertandingan balap mobil. Chaerin dengan player seekor penguin yang biasa disebut Pororo sedangkan Sehun memilih player seekor beruang bernama Eddy.

Pertandingan dimulai dengan seru. Jarak yang tercipta hanya sedikit. Walaupun untuk saat ini Sehun yang unggul. Bodhi masih disamping mereka sambil memakan berondong jagung. Wajahnya dipenuhi coretan lipstik, karena pada permainan sebelumnya Bodhi kalah saat bermain kartu uno.

“Bodhi kau memihakku ‘kan?” ucap Sehun sambil tertawa karena telah unggul.

“Tidak. Aku memihak yang memang,” ucap Bodhi dengan mulut yang penuh berondong jagung.

“Jawaban macam apa itu,” ucap Charin masih asik dengan joystick-nya.

Di ruangan seukuran ruang karaoke large ini, Sehun biasa menghabiskan waktunya. Disini ia bersama Bodhi –seorang Bodyguard pribadi keluarga Sehun- ia terbiasa mengabiskan waktu dengan bermain-main atau hanya duudk berdiam. Ruangan ini kedap suara membuat suara musik dari DJ yang berada di bawah tidak terlalu terdengar.

Disini, lebih tepatnya telah disulap seperti ruangan pribadi. Ada beberapa rak yang memajng koleksi action figure Sehun. Ia juga menyimpan beberapa komik. Di ruangan ini terdapat TV berukuran ekstra yang biasa digunakan Sehun untuk bermain PS4. Sebenarnya TV tersebut juga bisa dialih fungsikan juga sebagai monitor karaoke.

“Kau kenapa memanggilku saat aku sedang serius belajar?” ucap Chaerin sambil meletakkan joystick-nya karena ia sudah kalah.  “Hey Bodhi, apa kau tahu kenapa Sehun selalu menggangguku?”

“Dia hanya punya sedikit teman bukan. Teman terbaiknya adalah aku,” ucap Bodhi sambil menepuk dadanya.

“Kenapa kau belajar. Bukankah kau bilang tidak suka belajar?” ucap Sehun masih asyik dnegan joysticknya. Ia tengah memilih game lain yang dapat dimainkan.

“Yahhh…. demi masa depanku yang cerah.”

“Benarkah?” ucapnya sambil tersenyum miring. Ia kemudian meletakkan joystick-nya di meja.

“Aku beruntung sekali mempunyai teman yang mempunyai nasib sama sepertimu. Kita dekat karena itu ‘kan?”

“Bukannya kedua orangtuamu tidak akan peduli jika nilaimu bagus atau tidak? Untuk apa belajar jika tak ada seorangpun peduli dengan nilaimu?” ucap Sehun.

“Kupikir pada awalnya juga begitu. Sejak kedua orangtuaku bercerai tidak ada lagi orang yang mempedulikan nilaiku. Tapi akhir-akhir ini aku berpikir, nilai bagus bukan untuk kedua orangtuamu. Tetapi untuk dirimu sendiri. Kau bisa hidup dengan baik jika nilaimu juga baik. Impianku saat ini adalah sekolah dengan benar, mendapatkan universitas yang bagus, dan bekerja di bidang yang menyenangkan yang tentunya menghasilkan banyak uang,”

Chaerin memandang Sehun lekat kemudian memegang pundaknya. Bodhi terlihat menatap Sehun dengan tatapan yang iba. Kemudian Bodhi terlihat meninggalkan mereka berdua dengan wajah yang murung.

“Apa kau merasa kesepian?” tanya Chaerin.

“Tidak,” satu kata, tetapi singkat, jelas dan padat.

“Setidaknya aku perlu bersyukur karena sebelum orangtuaku bercerai, tidak ada satu pertengkaran sedikitpun. Mereka berpisah dengan damai. Aku amat sangat bersyukur kali ini. Ibuku juga sering datang jika ayahku pergi ke luar negeri,” ucap Chaerin.

Chaerin menghela nafasnya, “Aku tahu kau kesepian bukan? Hanya saja kau belum menyadarinya, aku pada awalnya juga baik-baik saja. Tetapi setiap kakak lelakiku pulang, aku selalu saja amat sangat gembira. Saat melihatnya berkemas dan harus kembali ke kemp rasanya hatiku aneh, aku merasa bahwa aku tidak ingin dia kembali. Pada saat itulah aku tahu jika selama itu aku kesepian.”

Sehun membuka suara, “Sejak mereka bercerai, Mom jarang sekali menelponku. Aku bahkan bisa menghitung dengan jariku. Ia hanya menelpon dua kali sejak lima tahun yang lalu. Pertama seminggu setelah ulang tahunku yang ke 15 dan kedua pada saat natal tahun lalu.”

“Apa kau tahu? Aku mungkin tak punya hati atau entah kenapa aku merasa aneh dengan diriku sendiri. Kedua orang tuaku memutuskan berpisah rumah saat aku masih sekolah dasar. Mereka tak memberitahu aku dan kakak lelakiku, karena takut membuatku terluka. Mereka mengatakannya sebulan setelah mereka memutuskan,”

“Aku tak bereaksi apa-apa saat itu aku hanya mengiyakan dengan enteng. Jujur saja aku biasa saja dengan keputusan mereka, tidak ada perasaan sedih atau apa. Tetapi kakak lelakiku yang menentang. Dugaan kedua orang tuaku salah, mereka mengira aku yang akan menentang sedangkan kakakku yang akan mengerti dengan mudah posisi mereka. Yah…jika bisa dibilang mereka belum cerai secara resmi,”

“Aku yakin saat itu kau tak bodoh. Kau pasti mengerti apa arti dari perpisahan sesungguhnya,” ucap Sehun sambil terkikik.

“Tentu saja. Aku menerimanya karena saat itu aku melihat salah satu temanku yang murung sejak perceraian kedua orang tua mereka. Saat itu aku berpikir, dia murung tidak akan merubah apa yang telah terjadi. Jadi menerima adalah keputusan satu-satunya. Jika kau tahu, aku sudah menyiapkan diriku jauh-jauh hari. Walaupun aku juga tak pernah membayangkan keluargaku yang awalnya harmonis akan hancur,” ucapnya sambil tersenyum.

“Kau sangat dewasa saat kau kecil. Aku yakin kau sangat bijak, hanya saja jiwa itu tenggelam di dalam jiwa kekanakanmu,” ucap Sehun. Chaerin tersenyum miring mendengarnya, terdengar sangat menggelikan baginya. “Mereka berpisah karena apa? Bukannya mereka sangat harmonis sebelumnya?”

“Tidak tahu. Sampai sekarang aku belum tahu. Aku tak berani bertanya kepada ayahku. Ibuku selalu mengelak. Tapi kuyakin bukan karena perselingkuhan, mereka bukan tipe orang yang seperti itu. Mungkin karena salah pengertian atau perbedaan prinsip,” ucap Chaerin kemudian mencoba membuka kaleng soda yang berada di atas meja.

Kemudian kaleng soda itu direbut oleh Sehun. Ia membukakannya untuk Chaerin. Chaerin berterimakasih lalu meneguk sodanya.

“Jikalau Mom tidak terlalu pencemburu mungkin tidak akan begini jadinya. Ia adalah tipe yang sangat pencemburu. Apalagi Dad bekerja di bidang seperti ini, pasti banyak godaan. Dad selalu membantah apa yang dituduhkan kepadanya, tetapi Mom selalu ngotot,” ucap Sehun kemudian terkikik.

“Yah… kita membicarakan topik yang berat malam ini,” ucap Chaerin kemudian tersneyum tipis.

Sehun terkekeh, “Mari bersulang untuk masa depan cerah kita berdua.”

Mereka bersulang. Kemudian meminum minuman soda mereka masing-masing. Setidaknya jika tidak ada kebahagiaan di masa sekarang ataupun masa lampau, mereka berdua masih punya masa datang yang akan mereka isi dengan kebahagiaan. Masa depan masih menanti mereka dengan segala kejutan yang dia miliki.

 

To Be Continue…

 

Hellawww gaesssss… makasih udah baca Caramelo sejauh ini. Teru setia sama Caraemlo ya, jangan lupa like and komen!

11 tanggapan untuk “Caramelo pt. 11”

  1. Haa akhrnyaa lanjut jugaa. Si sehun cem ptah hati gtu ta liat chaerin sma kyungsoo tp dbw selow ptah hatinya. Wkwk
    Dtggu next chapter authorr.. fightiiing!!

  2. Chaerin lebih cocok sma sehun menurutku,,,,,
    Kyungsoo belum keliatan memiliki perasaan lebih pada chaerin,,,,dia terlalu cuek.
    Harus chaerin yg ngejar kyungsoo dlu,,,,

Tinggalkan Balasan ke Ega Mulyawati Batalkan balasan