[EXOFFI FREELANCE] Secret Wife (Epilog)

Tittle    : SECRET WIFE

Author    : Dwi Lestari

Genre     : Romance, Friendship, Marriage Life

Length     : Chaptered

Rating    : PG 17+

Main Cast :
Park Chan Yeol, Kim Jung Hae (Alissa)

Support Cast :

Kim Jung Ra, Oh Se Hun (Mickle), Byun Baekhyun, Kim Jong In, Kim Jong Dae, Cho Young Rin, Jeon Jungkook, and other cast. Cast dapat bertambah atau menghilang seiring berjalannya cerita.

Summary:

Junghae adalah putri terakhir dari pemilik Jeguk Group. Karena dijebak oleh seseorang, terpaksa dia harus menikah secara diam-diam dengan sesorang yang baru dikenalnya.

Disclaimer    : Cerita ini murni buatan saya, jika ada kesamaan nama, tokoh, dan lainnya itu adalah unsur ketidak sengajaan. Juga saya share di wattpad pribadiku: @dwi_lestari22

Author’s note    : Maaf jika alurnya gj. No kopas, no plagiat. Jangan lupa komentarnya. Gomawoyo. Sorry for Typo. Happy Reading.

Epilog

“Kau benar-benar mau ikut?”, tanya Chanyeol yang memasuki kamar. Dia membawa tas di tangan kanannya. Berjalan mendekat ke arah istrinya yang tengah terduduk di ranjang. Istrinya terlihat sudah rapi dengan penampilannya.

“Iya”, jawab Junghae disertai anggukan.

“Tapi kau baru sembuh Junghae. Tidak bisakah kita tinggal di rumah saja? Lagipula itu hanya pesta pertunangan, bukan pernikahan. Kau bisa datang saat pernikahan Baekhyun nanti. Dia pasti mengerti”, ucap Chanyeol kembali. Dia kini menggenggam tangan Junghae.

Ya, semenjak dia terbangun dari komanya, kesehatannya tak stabil. Dia menjadi mudah lelah dan sakit. Seperti kali ini, dia memang baru sembuh setelah sekitar seminggu dia terbaring lemas di ranjang. Keluarganya ingin membawanya ke rumah sakit, namun dia menolaknya karena sejak dia pulang dari sana dia membenci tempat itu. Hal ini karena dia memaksa ikut mengunjungi neneknya di Busan. Chanyeol sudah melarangnya, tapi karena dia begitu keras kepala terpaksa dia diajak. Dan begitulah akibatnya, dia sakit setelah pulang dari sana.

Selain kesehatannya yang tak stabil, Junghae juga menjadi keras kepala. Jika dia sudah berkeinginan, tidak ada yang boleh menolaknya atau dia akan melakukan apapun untuk mewujudkannya. Seperti sekarang, dia kini membuang muka mendengar penuturan suaminya.

“Junghae, jawab aku”, ucap Chanyeol kembali.

Dia masih diam, dia bahkan tak menoleh pada suaminya.

Chanyeol hanya bisa membuang pasrah nafasnya. Dia sudah hafal dengan tingkah istrinya. Dia kembali membuang pasrah nafasnya. “Baiklah! Kau boleh ikut, dengan syarat kau harus berhati-hati dan menjaga diri”, pasrahnya akhirnya.

Junghae tersenyum. Dia kemudian berbalik, menatap suaminya dengan senyum mengembang. “Iya, aku janji”, jawabnya yang disertai anggukan. “Aku bisa menjaga diri oppa”, ucapnya lagi.”Terima kasih oppa”, tangannya terulur ke pinggang suaminya. Dia memeluknya sebagai ucapan terima kasihnya.

“Aku pegang janjimu. Awas saja jika kau sampai sakit lagi setelah ini”. Bukan tanpa alasan Chanyeol mengatakan hal itu, dia teramat sangat menghawatirkan wanita itu. Tangannya juga terulur membalas pelukan istrinya. Junghae menggangguk dalam pelukannya.

Mereka tak sadar jika sejak tadi sepasang mata mengawasi mereka. Orang itu tersenyum melihat pasangan suami istri itu. Mereka selalu terlihat romatis dengan cara mereka sendiri. Ya, dia bisa tahu sejak dua bulan tinggal bersama pasangan itu.

“Kau sedang apa?”, terdengar suara dari belakangnya.

Orang itu sedikit terkejut, hanya sebentar. Dia kemudian menoleh untuk melihat siapa yang mengejutkannya. Dia membuang nafas dengan lega setelahnya. “Aniyo”, jawabnya sambil menggeleng.

“Kau tidak sedang mengintip mereka kan?”.

Seketika wajahnya berubah kesal. Bagaimana bisa dia dituduh mengintip mereka? Tapi kalau dilihat-lihat sebenarnya dia memang terlihat seperti itu. Meskipun niatnya bukan seperti itu. “Bagaimana bisa kau menuduhku seperti itu!”, katanya dengan nada yang terdengar kesal. Dia bahkan melipat tangannya di depan dada.

“Siapapun akan beranggapan sama jika melihat tingkahmu tadi”.

Orang itu hanya mengangkat bahu lalu berjalan meninggalkan pria yang tadi sempat membuatnya terkejut. “Aku tak sedang mengintip mereka. Aku hanya akan memanggil mereka, apakah jadi ikut atau tidak”, lirihnya sepanjang perjalannya.

Memang cukup lirih, tapi pria itu masih bisa mendengarnya. Ya, dia ikut pergi setelah orang itu berjalan menjauh. “Kau marah!”, tanya pria itu hati-hati. Dia merasa tak enak setelah mengatakan hal tadi. Sebenarnya niatnya hanya ingin mengajak orang itu bercanda, tapi dia tahu jika orang yang diajaknya bicara memiliki kadar candaan yang rendah.

Aniyo. Kenapa aku harus marah. Aku tahu kau hanya sedang menggodaku Sehun”, jawab orang itu. Terdengar nada tulus dari perkataannya. Dia bahkan berhenti untuk menatap pria itu. Seulas senyum tercetak di wajah cantik orang itu. Dia kembali berjalan setelah memberikan senyum manisnya.

Pria itu juga ikut tersenyum melihat kepergian orang tadi. “Ra-ya tunggu”.

***

Tepuk tangan dari tamu undangan terdengar keras setelah sang pemilik pesta selesai memasangkan cincin pada pasangannya. Pasangan itu tersenyum senang menatap para undangan. Mereka juga mengangkat tangan, menunjukkan cincin pertunangan yang baru dipakainya. Mereka terlihat cukup serasi.

Junghae merasakan sedikit nyeri di perutnya. Dia mengambil nafas dalam untuk meredakan rasa nyeri tersebut. Mungkin ini efek dari lamanya dia berdiri atau mungkin karena hal lain. Entahlah, dia tak tahu pasti penyebabnya. Dia juga mengusap pelan perutnya untuk mengurangi rasa nyerinya, tapi itu juga tak berhasil. Rasa nyerinya semakin menjadi.

“Kau baik-baik saja?”, tanya suaminya.

Dia tersenyum sambil menggeleng. Dia tak ingin membuat pria itu khawatir.

“Duduklah! Kau sudah cukup lama berdiri”, kata pria itu lagi. Dia membantu Junghae duduk. Dia ikut duduk di sampingnya. “Apa dia rewel lagi?”, tanyanya kini. Dia ikut mengusap pelan perut istrinya.

“Tidak”, jawab Junghae sambil menggeleng lagi. Dia mencoba menyembunyikan rasa nyeri yang dialaminya. Ini sangat aneh, kenapa usapan suaminya tak juga mengilangkan rasa nyeri yang menimpanya. Padahal biasanya ini akan menjadi obat ampuh penghilang nyeri baginya.

Mereka tak sadar jika kini pemilik pesta sudah berada didekatnya. Mereka sudah berkeliling menerima ucapan selamat dari para undangan. “Alissa”, tanya sang gadis.

Junghae menoleh yang diikuti oleh suaminya.

“Jadi benar kau”, ucap gadis itu lagi.

“Kau mengenalnya?”, tanya Baekhyun.

Gadis yang sudah sah menjadi tunangannya itu menggangguk sambil tersenyum.

“Sarah eonni”, ucap Junghae. Dia kemudian berdiri. Mengulurkan tangannya, memberikan ucapan selamat padanya. “Selamat ya. Aku tak menyangka jika kaulah yang menjadi tunangan Baekhyun oppa”, jelas Junghae.

Gadis itu menerima uluran tangan Junghae. Dia juga terlihat bingung. Seingatnya, dia tak pernah mengundang Junghae. Tapi kenapa dia ada di pestanya? Dia juga menatap Junghae dari atas sampai bawah. Dia menemukan fakta jika perut Junghae membesar. Apa dia sedang hamil? Dia melirik kearah Baekhyun.

“Dia sepupuku, jika kau bingung mengapa dia ada disini”, jelas Baekhyun seolah paham dengan tatapan tunangannya.

“Kau sedang hamil?”, tanya gadis itu.

Junghae mengangguk pelan. Dia juga mengusap pelan perutnya. Rasa nyerinya masih tak kunjung hilang.

“Sudah berapa bulan?”, tanya gadis itu kembali.

“Sembilan”, jawab Junghae kembali.

“Dan kau masih nekat datang kemari”, ucap gadis itu kembali.

Oppaku tunangan, bagaimana mungkin aku tak datang. Lagipula perkiraan persalinannya masih minggu depan”, jelas Junghae kembali.

“Tapi tetap saja kau harus menjaga diri Junghae. Aku mengerti kondisimu. Aku juga tak memaksamu datang”, ucap Baekhyun ikut menyela.

“Kau tahu sendiri betapa keras kepalanya dia”, tutur chanyeol. Dia juga ikut bersuara setelah lama memperhatikan mereka bicara.

Gadis itu menoleh kearah Chanyeol. Dia mengangkat alisnya, tak menyangka jika sejak tadi ada orang itu. “Chanyeol”, ucapnya.

“Iya, ini aku Park Chanyeol”, ucap Chanyeol kembali. “Selamat atas pertunanganmu”.

“Iya, terima kasih sudah datang”, jawab gadis itu. Gadis itu tersenyum. Dia tak pernah menyangka jika sahabatnya itu akan datang. “Lama tak bertemu. Sepertinya kau dalam keadaan baik. Aku dengar kau sudah menikah, kau tak mau memperkenalkannya padaku”, lanjutnya. Gadis itu sepertinya tak tahu jika Junghae lah yang menjadi istri dari sahabatnya itu.

Baekhyun tersenyum sambil memalingkan wajahnya. Junghae juga sama, dia tersenyum karena ketidaktahuan gadis itu.

Chanyeol juga ikut tersenyum. Tangan kanannya kini terulur kearah Junghae, lalu menariknya ke dalam pelukannya. “Dia istriku”, ucapnya kemudian.

Junghae yang sedikit kaget mendongakan kepalanya, menatap wajah senang suaminya. Yang dibalas senyum menawan milik suaminya.

”Hah”, gadis itu terlihat terkejut. Ini salahnya kenapa tadi dia tak menayakan siapa suami Junghae. Pantas saja mereka semua tersenyum tadi. “Bagaimana bisa?”, tanyanya kemudian. Itu pertanyaan teraneh yang mereka dengar.

Tentu itu bisa saja terjadi, jika memang sudah digariskan. Bukankah begitu!

“Bagaimana bisa? Pertanyaan macam apa itu. Tentu saja bisa. Semua itu berawal dari pertemuan, lalu kenalan, kemudian kencan, dan akhirnya menikah. Seperti kita”, ucap Baekhyun diselingi kedipan nakal darinya.

Gadis itu menyiku pelan perut Baekhyun. Kebiasaan tunangannya mulai muncul. Terkadang dia risih dengan tingkahnya, tapi tak menutup kemungkinan itulah yang membuatnya jatuh cinta pada pria itu.

“Awh”, rintih Baekhyun. “Ini sakit Sarah”.

“Aku tidak bertanya padamu. Siapa suruh menjawab”, jawab gadis itu enteng.

Junghae dan Chanyeol tersenyum melihat tingkah konyol pasangan itu. “Benar yang dikatakan Baekhyun. Hanya saja urutannya berbeda untuk kami”, ucap Chanyeol kemudian.

“Apanya yang beda? Bukankah itu memang urutannya”, ucap gadis itu kembali. Dia benarkah, itu memang urutannya.

“Tapi tidak untuk kami. Kami menikah dulu, baru kemudian berkencan”, jelas Chanyeol kembali. “Benarkan sayang!”, dia kembali mengeratkan pelukannya. Tangannya juga terulur mengusap pelan rambut istrinya. Junghae mengangguk sebagai persetujuan.

Gadis itu terlihat mengelas nafas. Sayang sekali, gadis yang dulu ia inginkan menjadi adik iparnya sekarang sudah menikah. Itu kesalah adiknya yang begitu bodoh meninggalkan gadis sebaik Junghae. “Aku yakin dia akan menyesal melihatnya”, gumam gadis itu kemudian.

Baekhyun bisa mendengar samar perkataan tunangannya. “Siapa yang akan menyesal?”, tanyanya. “Dan bagaimana kalian bisa saling mengenal?’, tanyanya lagi.

Junghae dan gadis itu tersenyum. Mereka memang sudah lama saling mengenal, bahkan sebelum Junghae mengenal adik dari gadis itu.

“Kami sudah lama saling mengenal, bahkan sebelum dia mengenal Johan. Bukan aku pernah bilang kalau aku pernah tinggal di Amerika”, jelas gadis itu.

“Johan, siapa itu?”, Baekhyun mengangkat alisnya, dia merasa asing dengan nama itu.

“Adikku”, ucap gadis itu.

“Sejak kapan kau punya adik?”, Ucap Baekhyun. Itu hal baru yang didengarnya. Setahu dia, gadis itu adalah putri tunggal dari keluarga Jeon.

Belum sempat gadis itu berucap, sebuah suara mengalihkan perhatian mereka.

“Kalian disini?”.

Mereka semua menoleh. Tersenyum saat tahu siapa yang bersuara.

“Jongdae”, ucap Baekhyun.

“Ow, Jongdae-ya”, gadis itu juga bersuara.

“Selamat atas pertunangan kalian”, Jongdae mengulurkan tangannya.

Aish, kau ini”, ucap Baekhyun. Dia menerima uluran tangan Jongdae. “Gomawo”, ucapnya lagi.

Eonni, selamat ya”, ucap istri Jongdae.

“Terima kasih”, ucap gadis itu. “Maaf karena tak hadir di pernikahan kalian. Tiba-tiba ada hal mendesak yang tak bisa kutinggal saat itu”, jelas gadis itu.

“Tak apa-apa eonni. Aku paham. Menjadi dokter di usia muda memang seperti itukan”, jelas istri Jongdae lagi. Dia juga menunjukan senyum khas miliknya.

“Jungha, kau datang!”, tanya Jongdae. Kenapa adiknya repot repot datang. Diakan baru saja sembuh. “Kaukan baru sembuh”, lanjutnya lagi. Dia kini berjalan mendekati adiknya. Raut cemas di wajahnya tak bisa disembunyikannya.

Junghae tersenyum. Seperti dugaannya, semua keluarganya pasti akan cemas jika dia memaksa datang. Tapi dia tak bisa menahan keinginannya. Entah mengapa dia ingin sekali datang ke tempat itu. “Aku baik-baik saja oppa. Jangan khawatir, aku bisa menjaga diri”, ucapnya kemudian.

“Aku sudah melarangnya datang. Tapi kau tahu sendirikan bagaimana dia?”, ucap Chanyeol ikut menyela.

“Iya, dia menjadi keras kepala semenjak dia terbangun”, ucap Jongdae yang diikuti tertawa dari mereka semua.

Junghae ikut tertawa, dia sebisa mungkin mencoba menyembunyikan rasa nyerinya yang semakin menjadi. Tangan kirinya tak berhenti mengusap perutnya. Tak ada yang sadar dengan perbuatannya. Dia benar-benar bisa menyembunyikannya.

Dari situ mereka mulai berganti topik pembicaraan. Menayakan kabar masing-masing. Ini juga seperti pesta reoni. Reoni sahabat yang lama tak dijumpainya.

Junghae hanya terdiam mendengar setiap ucapan dari masing-masing mereka. Dia kadang ikut tersenyum saat ada cerita yang menurutnya lucu. Dia benar-benar pandai menyembunyikan rasa nyerinya yang semakin menjadi. Kali ini dia tak dapat menahannya. Dia pamit ke kamar kecil untuk menyembunyikannya. “Aku ke belakang sebentar”.

“Mau ku antar?”, jawab Chanyeol.

Junghae menggeleng. Akan sangat lucu nantinya jika suaminya menunggunya di depan toilet wanita. “Tak perlu oppa. Aku tak ingin membuatmu malu karena menungguku di depan toilet wanita”.

Chanyeol tersenyum memperlihatkan gigi rapinya. Memang benar yang dikatakan istrinya. “Hati-hati”, ucapnya kemudian. Istrinya kemudian berjalan menjauh. Ada rasa tak rela melihat istrinya berjalan sendirian. Tapi kemudian dia mensugesti dirinya dengan berfikiran positif. Itu hanya ke kamar kecil, bukan ke tempat yang jauh.

Chanyeol masih memperhatikan istrinya. Meski hanya punggungnya yang terlihat, tapi dia tak bisa mengalihkan pandangannya. Dari arah lain dia bisa melihat seorang anak kecil berlari kearah istrinya. Anak kecil itu, menyenggol tubuh istrinya hingga membuatnya hilang keseimbangan.

Tak ada apapun di samping istrinya yang bisa digunakannya untuk berpegangan. Istrinya hampir terjatuh. Tidak, ini tidak boleh terjadi. “Junghae awas”, teriaknya yang membuat orang disekitarnya menoleh ke arahnya. Dia segera berlari, namun jarak mereka terlalu jauh. Istrinya pasti sudah terjatuh saat dia sampai.

Junghae memejamkan matanya saat kesimbangannya mulai hilang. Ini efek dari rasa nyerinya. Hanya dengan senggolan kecil dari anak kecil tadi, dia akan terjatuh. Dia memasrahkan diriya juka memang di benar-benar terjatuh. Ya, dia sudah tak berdaya karena rasa nyeri yang tak kunjung hilang. Cukup lama dia memejamkan matanya. Tapi kenapa dia tak merasakan sakit karena berbenturan dengan lantai. Bagaimana bisa? Dia merasakan sebuah tangan menahan pinggangnya. Ada yang menahannya. Tapi siapa? Dia membuka matanya untuk melihat.

“Kau baik-baik saja nona Kim”, tanya pria yang menahannya.

Padangan mereka saling bertemu. Pria ini, bagaimana bisa dia menolongnya. Tadi dia tak melihatnya ada disekitar tempat itu. Junghae masih terdiam. Dia masih tak percaya dengan apa yang baru saja menimpanya.

Chanyeol yang melihatnya menghentikan langkahnya. Nafasnya memburu tak teratur karena rasa paniknya. Dia bersyukur karena pria itu datang tepat sebelum istrinya terjatuh. Jika tidak, dia tak tahu apa yang akan terjadi pada istrinya. Dia tak ingin membayangkannya, pasti itu hal yang buruk.

“Nona Kim, kau bisa dengar aku”, ucap pria itu kembali.

“Ya, aku baik-baik saja”, ucap Junghae. Tubuhnya sedikit bergetar, nafasnya juga sedikit terengah. Dia takut, sangat. Takut jika dia terjatuh dan sesuatu yang buruk akan menimpa bayinya. Dia kemudian berdiri yang dibantu pria itu.

Orang tua dari anak kecil tadi datang mendekat dan meminta maaf. “Maafkan kesalahan putraku. Anda baik-baik sajakan nona?”, ucapnya sambil menundukan kepalanya. Putranya memeluk kaki ibunya karena takut.

Junghae mengangguk. “Aku baik-baik saja. Tidak apa-apa, lagipula dia masih anak-anak”, jawab Junghae.

“Sekali lagi maafkan putra kami”, orang tadi kemudian pergi sambil terus menasehati putranya.

“Junghae-ya. Kau baik-baik saja?”, tanya Chanyeol yang kini sudah berada di samping istrinya. Dia diikuti oleh sahabatnya yang tadi mengobrol dengannya.

Junghae kembali mengangguk. Nafasnya masih tak teratur, tubuhnya juga masih sedikit bergetar. Tangannya segera terulur memeluk suaminya. “Aku takut”, ucapnya lirih.

Chanyeol dapat merasakan tubuh istrinya bergetar. Dia juga bisa merasakan nafas istrinya yang masih terengah. Dia mengusap pelan rambutnya, “Gwenchana. Kau aman sekarang”, ucapnya menenangkan.

Pria itu tersenyum melihatnya. Dia tahu, jika gadis itu sudah bahagia sekarang. Dia juga bersyukur karena gadis itu mendapat pria yang benar-benar bertanggung jawab. Bukan pria pengecut seperti dia.

“Terima kasih sudah menyelematkan istriku. Jika kau tak datang tepat waktu, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya”,  jelas Chanyeol.

“Tak masalah. Kebetulan saja aku lewat sini tadi”, jelas pria itu.

“Aku akan membawanya mengambil minum”, Chanyeol kemudian berjalan menjauh bersama istrinya.

Mereka yang mengikuti Chanyeol tadi bisa bernafas lega. Setidaknya Junghae akan baik-baik saja sekarang.

“Manajer Jeon. Terima kasih sudah menyelamatkan adikku”, ucap Jongdae.

“Bukan masalah sajangnim. Hanya kebetulan saja aku lewat sini”, ucap pria itu kembali.

“Tetap saja, jika kau tak datang tadi aku tak bisa membayangkan apa yang akan menimpanya”, ucap Jungdae kembali.

“Adik. Jadi Alissa adikmu?”, tanya gadis yang bernama Sarah itu. Dia terlihat bingung mendengar pernyataan sahabatnya.

Hanya anggukan yang diberikan Jongdae sebagai jawaban.

“Bukankah sudah ku bilang kalau dia sepupuku”, jelas Baekhyun.

“Tapi aku tak tahu kalau dia sepupu dari ibumu”, jawabnya sambil menoleh pada Baekhyun. “Dan kau juga sudah tahu itu”, tanya gadis itu pada pria yang dipanggil Manajer Jeon oleh Jongdae.

Pria itu tersenyum.

“Johan kau memang brengsek. Sekarang aku tahu kenapa kau bersi keras ingin bekerja di Jeguk”, ucap gadis itu. Raut tak suka ia tunjukan pada pria itu. “Kau tidak berencana merusak hubungan merekakan?”, lanjutnya kemudian.

Semua orang kecuali mereka berdua bertanya-tanya. Kenapa pria itu dipanggil Johan, dan apa sebenarnya hubungan mereka. Mereka terlihat akrab.

“Apa aku harus melakukannya?”, ucap pria itu kembali. Dia bermaksud menggoda gadis itu.

“Johan”, teriak gadis itu dengan lantang. “Aku akan menghajarmu jika kau benar-benar melakukannya”.

Noona, kau terlihat jelek jika sedang marah”, pria itu menangkup kedua pipi gadis itu dengan tangannya. “Adikmu tak sebrengsek itu. Meskipun dia ingin dia tak akan melakukannya”, lanjutnya.

“Hei, lepas”, protes gadis itu. Dia berusaha melepaskan tangan adiknya. “Aku tak akan pernah tahu apa yang ada difikiranmu”.

“Sebenarnya apa yang kalian bicarakan? Aku benar-benar tak mengerti”, sela Jongdae.

Mereka berdua tersenyum. Tapi pada akhirnya mereka menceritakannya. Jongdae cukup tekejut mendengarnya. Banyak hal tak teduga tentang adik bungsunnya yang tak diketahuinya.

“Bagaimana perasaanmu?”, tanya Chanyeol setelah menerima gelas Junghae kembali. Ya, dia mengajaknya mengambil air putih. Dia kini duduk di sofa.

“Sudah lebih baik”, jawab Junghae.

“Apa yang sebenarnya terjadi hyung?”, tanya Sehun yang terheran melihat mereka.

“Hanya kecelakaan kecil’, jawab Chanyeol.

“Junghae, wajahmu pucat. Kau baik-baik sajakan?”, Jungra yang datang bersama Sehun juga ikut bersuara. Raut wajahnya terlihat cemas.

Junghae mengangguk sebagai jawaban.

Chanyeol juga melihat hal yang sama. Wajah istrinya memang terlihat pucat. “Kita pulang saja”, ucapnya. Dia juga menggenggam tangan istrinya.

Junghae mengangguk kembali sebagai jawaban.

Tanpa berfikir panjang, Chanyeol mengajak istrinya berdiri. “Kami akan pulang lebih dulu. Sampaikan maafku untuk Baekhyun”, ucapnya.

“Iya, aku akan mengatakannya pada Baekhyun hyung nanti. Hati-hati hyung”, jawab Sehun.

Sehun dan Jungra tampak cemas meski mereka kini sudah berjalan pulang. Jungra masih setia menatap punggung mereka yang kian menjauh. Begitu juga dengan Sehun, dia masih setia berdiri di samping Jungra.

Jungra melihat sesuatu yang janggal pada adiknya. Dia berjalan mendekat untuk memastikan yang dilihatnya.

“Ra-ya kau mau kemana?”, tanya Sehun. Dia kemudian menyusulnya karena tak mendapat jawaban.

“Junghae tunggu?”, cegah Jungra yang berada di belakangnya.

Mereka berhenti. Menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya.

Pandangan Jungra beralih ke kaki adiknya. Dia melihat darah mengalir disana. Lalu dia beralih menatap wajah adiknya yang terlihat bertambah pucat. “Junghae, kau berdarah”, ucapnya.

Chanyeol yang mendengarnya melihat ke kaki istrinya. Benar yang dikatakan kakak iparnya. Istrinya mengalami pendarahan. “Junghae kau baik-baik saja?”, tanya Chanyeol. Dia tak bisa menyembunyikan rasa cemasnya.

Junghae masih terdiam. Dia sudah tak bisa merasakan apapun. Rasa nyerinya sudah sangat mendominasi. Pandangannya mulai kabur. Hingga membuatnya ambruk ke lantai jika Chanyeol tak sigap menangkap tubuhnya

***

Chanyeol berjalan kesana-kemari di depan ruang operasi. Pikirannya tak tenang sebelum melihat wajah istrinya. Ya, setelah istrinya pingsan tadi, dia membawanya ke rumah sakit. Dia mengalami pendaharan, dan dokter menyarankannya untuk melakukan operasi caesar pada istrinya. Dia tak punya pilihan selain mengiyakan. Dia benar-benar tak tega melihat istrinya terbaring lemas dengan wajah yang begitu pucat. Dia tak henti-hentinya berdo’a, berharap operasinya berjalan lancar.

“Tenanglah hyung. Junghae pasti baik-baik saja”, ucap Sehun berusaha menenangkan. Dia bahkan menepuk pelan pungggung kakaknya. Dia tahu kakaknya dalam keadaan kurang baik. Hanya itu yang bisa dilakukannya untuk membantunya. “Duduklah!”.

Chanyeol mengikuti saran Sehun. Dia ikut duduk di samping Jungra yang tadi datang bersamanya. Dia menundukan keplanya, dan tak henti melafalkan kalimat do’a. Dia tak ingin kehilangan istrinya kembali. Dia sangat berharap itu. Dari arah lain dapat terdengar langkah seseorang yang berjalan terburu-buru. Bukan hanya satu orang tapi beberapa. Benar saja, mereka adalah ibunya, dan juga kedua mertuanya.

“Sayang, bagaimana keadaan Junghae”, tanya nyonya Kim. Dia terlihat begitu khawatir. Dia kini ikut duduk di sebelah Jungra.

Jungra menggeleng. “Dia masih di ruang operasi eomma”, jelas Jungra. “Semoga operasinya berhasil”, lanjutnya.

“Dia pasti baik-baik saja”, ucap nyonya Park menenangkan putranya. Raut gelisah dapat dia lihat dari putranya. Dia juga mengusap pelan punggung putranya.

“Aku juga berharap demikian eomma”, jawab Chanyeol.

Operasinya lebih lama dari yang diharapkan. Mereka saling berpindah posisi sebari menunggu dokter keluar dari sana. Mulai dari berdiri, duduk, hingga berjalan kesana-kemari. Tak ada yang terlihat tenang. Mereka semua memasang wajah khawatirnya.

Setelah menunggu sekian lama, mereka dapat mendengar suara tangisan bayi. Mereka bisa bernafas lega karenanya. Tak lama setelahnya, seorang dokter keluar dari ruang itu.

Nyonya Kim segera berdiri begitu melihatnya. Dia berjalan menghampriri dokter tersebut yang diikuti keluarganya yang lain. “Bagaimana operasinya dokter?”, tanyanya yang terlihat tak sabar.

“Operasinya berjalan lancar. Bayinya sehat, laki-laki”, jelas dokter tersebut.

“Bagaimana dengan istri saya dokter?”, sela Chanyeol yang juga masih terlihat cemas.

“Dia baik. Kami akan memindahkannya ke ruang inap”, jelas sang dokter lagi.

***

“Dia akan bangunkan eomma?”, ucap Chanyeol. Dia menggenggam erat tangan istrinya. Ini sudah enam jam sejak istrinya dipindahkan ke ruang inap. Namun hingga detik itu, tak ada tanda-tanda istrinya akan tersadar. Dia takut jika kejadian waktu itu terulang lagi. Kejadian dimana dia hampir kehilangan wanita itu. Wanita yang sudah merubahnya menjadi seorang ayah.

“Tentu sayang. Operasi berhasil, dia pasti akan terbangun”, jelas ibunya mencoba menenangkan. Dia juga mengusap pelan punggung putranya. Dia paham mengapa putranya bertanya seperti tadi. Pasti sulit untuknya.

“Dokter juga bilang begitu, waktu itu”, Chanyeol tersenyum mengejek. “Tapi…”, dia menghela nafas sejenak, “…. butuh waktu enam bulan untuk melihatnya terbangun kembali”, lanjutnya. Dia masih ingat betul apa yang dikatakan dokter sesaat setelah operasi istrinya selesai. Operasinya berhasil dan dia akan bangun setelah pengaruh obatnya hilang. Tapi nyatanya, semua itu tak sesuai harapannya. Kali ini, dia tak ingin mengalami hal yang sama.

Benar yang dikatakan putranya. Tapi bukankah itu semua diluar kuasa manusia. Kita hanya bisa berharap. Dan semoga harapannya terkabul. Rasanya baru kemarin dia melihat putranya tersenyum lebar melihat istrinya terbangun. Mengapa kali ini dia juga harus mengalaminya lagi. Semoga apa yang mereka cemaskan tak terjadi.

Suara tangisan bayi memecahkan keheningan. “Haechan”, ucap Chanyeol sedikit berteriak. Dia berjalan mendekat ranjang putranya. Mengangkat tubuh putranya, mencoba menenangkannya. “Sayang, kau terbangun”, ucapnya.

“Dia pasti lapar”, ucap nyonya Park. Dia mengambil susu formula untuk cucunya, karena memang menatunya belum bisa memberikan asi untuknya.

***

Hyung, tidurlah! Kau belum tidur dari semalam”, ucap Sehun sambil menepuk pundak Chanyeol. “Biar aku yang menjaga Junghae”.

Chanyeol yang masih fokus menatap istrinya masih terdiam. Suara seruan Sehun tak lantas membuatnya pergi. “Bagaimana aku bisa tidur? Bahkan dia belum terbangun.”, serunya kemudian. Ya, istrinya masih belum tersadar dari kemarin. Kenapa ini harus terulang kembali?

Sehun membuang pasrah nafasnya. Rasanya dia juga ikut sakit melihat gadis itu kembali terbaring lemas di ranjang rumah sakit. “Aku tahu apa yang hyung rasakan. Tapi kau juga harus menjaga kesehatanmu, hyung. Sekarang sudah ada Haechan yang juga membutuhkanmu”, tutur Sehun kembali. Dia menepuk pelan punggung kakaknya. “Aku akan membangunkamu, jika dia sudah sadar”, lanjutnya lagi.

Chanyeol hanya terdiam. Dia masih betah berlama-lama memandang wajah istrinya. Dia masih enggan beranjak dari tempatnya. Meskipun dia tahu jika yang dikatakan adiknya benar. Sekarang Haechan sudah terlahir. Putranya pasti juga membutuhkannya.

Sehun kembali menghela nafas pasrah. Kakaknya benar-benar keras kepala. Dia yang akhirnya memilih beranjak. Duduk di sofa ruang itu. mengawasi kakknya yang masih betah berlama-lama disana.

Pintu ruang itu terbuka, menampakkan nyonya Kim yang menggendong cucunya. Yang diikuti nyonya Park dibelakangnya. Ya, mereka baru saja negajak cucu mereka jalan-jalan disekitar area rumah sakit. Nyonya Park berjalan mendekati putranya. Putranya masih terjaga hingga sekarang. “Sayang, tidurlah. Kau belum tidur dari semalam”, ucap nyonya Park.

“Benar yang dikatakan ibumu, nak. Kau juga harus menjaga kesehatanmu”, ucap nyonya Kim yang sekarang duduk di samping Sehun.

“Aku sudah menyuruhnya sejak tadi. Tapi tak diperdulikan olehnya”, jelas Sehun.

“Kami akan membangunkamu, jika dia sudah sadar”, ucap nyonya Park kembali.

Chanyeol akhirnya mengangguk. Dia mencium kening istrinya sekilas sebelum beranjak. Namun terhenti saat dia merasakan jika tangan istrinya bergerak. Ya, dia tak salah. Tangan yang digenggamnya bergerak. Bahkan mata istrinya juga perlahan mulai terbuka.

Junghae benar-benar membuka mata. Pandangannya masih begitu kabur, namun setelah berkedip beberapa kali pandangannya menjasi jelas. Sangat jelas. Orang pertama yang dapat dilihatnya adalah suaminya. Lalu mertuanya yang ada di samping suaminya.

“Junghae, kau bisa dengar aku”, tanya Chanyeol.

Hanya kedipan mata yang diberikan Junghae.

Mendengar Chanyeol bersuara nyonya Kim dan Sehun mendekat. Dia tersenyum lega melihat Junghae benar-benar terbangun.

“Aku akan memanggil dokter”, seru Sehun yang dengan cepatnya dia beranjak dari posisinya.

Op~pa”, ucap Junghae lirih.

Chanyeol masih bisa mendengar suara itu. “Iya sayang. Aku disini”, jawabnya. Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaanya saat ini. Ini bahkan lebih bahagia dari saat istrinya terbangun dulu.

Tak lama setelahnya Sehun muncul yang diikuti oelah dokter serta seorang perawat.

***

“Junghae”, ucap Jungra yang baru saja masuk ke ruang inap adiknya.

“Ssst”, seru Junghae. Jari telunjuknya ia letakkan di depan mulutnya. Tangan kirinya masih menggendong potranya yang baru saja tertidur. “Mereka baru tertidur”, lanjutnya. Mereka yang dimaksud adalah bayinya dan juga suaminya.

Jungra berjalan mendekati adiknya. “Sini, biar aku yang menggendong Haechan”, pintanya.

“Tak usah eonni. Tidurkan saja di ranjangnya”.

“Baiklah!”, ucapnya pasrah sambil menerima keponakannya. Jungra kemudian berjalan menuju ranjang bayi. “Kau sudah makan?”, tanyanya. Dia meletakkan keponakannya di ranjan tersebut.

“Belum”, jelas Junghae.

Jungra beralih mengambil makanan yang ada di meja. “Ibu menyusui harus banyak makan”, katanya sambil menyerahkan nampan berisi makanan.

Junghae hanya tersenyum menerimanya. Tak ada kata yang diucapkannya. Karena setelahnya dia mulai menyuapkan makanan ke mulutnya. Dia makan dalam keadaan diam.

“Terima kasih eonni”, ucap Junghae setelah menghabiskan makanannya. Dia memberikan kembali nampannya.

Jungra hanya mengangguk sambil tersenyum.

***

“Terima kasih sudah menghadirkan Haechan untukku”, ucap Chanyeol. Dia tersenyum sambil menggenggam tangan istrinya.

“Aku juga berterima kasih sudah menjadikanku seorang ibu”, ucap Junghae juga yang diselingin senyum menawannya. Dia kini menyandarkan kepalanya di pundak suaminya. Dan kembali menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Ya, setelah sekitar seminggu dirawat di rumah sakit, dia akhirnya di perbolehkan pulang. Dan kini dia kembali ke rumah orang tuanya.

Chanyeol mencium puncak kepala istrinya. Dan kembali menatap langit malam. Putranya sudah tertidur sekitar tiga puluh menit yang lalu. Dia mencoba menikmati waktunya bersama istrinya. “Junghae”, panggilnya.

“Ya”, Junghae mendongakkan kepalanya mendengar namanya dipanggil.

Chanyeol hanya terdiam. Pandangannya tak lepas dari wajah istrinya.

Junghae mncium sekilas bibir suaminya. Dia tak tahan mendapat tatapan aneh tersebut. “Kwnapa mwnatapku seperti itu?”, tanyanya kemudian.

Chanyeol menyelipkan anak rambut istrinya ke belakang telinga. “Aku hanya takut kehilanganmu kembali”, ucapnya penuh keraguan.

“Aku ada disini. Kau tak perlu takut oppa”, ucap Junghae penuh kelambutan. Dia juga memegang pipi suaminya mencoba meyakinkan.

Chanyeol tersenyum. Dia mendekatkan wajahnya. Melumat pelan bibir tipis istrinya. Rasa takutnya perlahan mulai menguap, hilang bersama semilir angin malam.

Junghae hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan suaminya. Dia juga ikut membalasnya.

Suara tangisan bayi menghentikan aktifitas mereka. “Haechan”, Junghae melepaskan dirinya, berjalan secepat yang ia bisa.

Chanyeol mengacak pelan rambutnya. Membuang kesal nafasnya. Kemudian menyusul istrinya untuk melihat putranya yang terbangun.

“Sayang, kau terbangun”, ucap Junghae sambil mengangkat putranya. “Cup cup cup. Jangan menangis. Kau lapar!”. Dia duduk di tepian ranjang, bersiap memberikan asi untuk putranya.

Chanyeol ikut duduk di samping istrinya. “Kau sudah seharian bersama ibumu. Dan sekarang, kau masih mengambil jatah waktuku bersamanya”, kalimat itu ia tunjukan pada putranya. Dia juga memasang tampang kesalnya.

Op~pa. Diakan masih kecil”, protes Junghae.

“Iya, aku tahu”, ucapnya yang diselingi dengan senyum khasnya.

“Lalu mengapa kau berkata seperti itu?”, bantah Junghae kembali.

“Aku hanya bercada sayang”, ucap Chanyeol kembali. Dia mengusap pelan surai panjang istrinya. Dia sangat bersyukur karena telah dibiarkan memiliki keluarga yang lengkap. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga keduanya, baik itu istri maupun putranya. Dia bahkan tak sabar melihat putranya dapat berceloteh ria.

Ini benar-benar sudah berakhir ya. Jangan memaksaku membuat sequelnya lagi. Kalian bisa bebas membayangkan kejadian-kejadian lain untuk pasangan ini.

Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.

See you next time.

Love you all. ❤  ❤  ❤   

Maafkan saya jika selama ini saya banyak salah sama kalian.

Sampai jumpa di karyaku yang lain.

28 tanggapan untuk “[EXOFFI FREELANCE] Secret Wife (Epilog)”

  1. Astaga gak kerasa FF ini udh bener” end. Aku bingung harus seneng ato sedih thor, ini salah satu FF kesukaan aku.. Huhu 😔😔
    Yaudah lah yah, Alhamdulillah Haechan udh lahir.. Yeay
    Happily ever after..
    Di tunggu next karyanya ya thor.. Keep writting n Fighting.. 👊👊😊

    1. terima kasih ya…..
      aku gak pernah nyangka ff abal-abal ini banyak penggemarna…..
      ditunggu saja karyaku yang lain…
      fighthing!!! 🙂

    1. iya, selamat datang dedek Haechan…..
      abang Sehunnya ma aku, hahahaha # abaikan…
      terima kasih ya…. 🙂

    1. belum kok, kan baru bangun dari koma….
      iya, ini memang benar-benar sudah end…

      terima kasih sudah jadi pendukung setia….. 🙂

  2. aaaaakhirnya anaknya yeol lahir juga entah kenepa gue seneng banget dengan epilog ini.
    Terus berkarya author.

  3. Hahh.. love you oenni udh bikin squellnya.. hehehe
    Akhirnya lahir juga anak nya, walaupun sebumnya sempat rahasia rahasian.. semangat nulisnya. Di tungu karya selanjutnya

    1. makasih cintanya, hahaha…….
      iya, akhirnya yang ditunggu-tunggu……
      terima kasih….. 🙂
      see you……

    1. terima kasih ya….. 🙂
      ini memang benar-benar sudah berakhir….
      itu idenya bang Baekhyun lho, hahahaha….

Tinggalkan Balasan ke Park Yeonra Batalkan balasan