[SUHO BIRTHDAY PROJECT] Painful Decision — Joongie

Painful Decision

Storyline by Joongie © 2017

Suho x Alexa || Comfort, Fantasy || Ficlet (PG15)

.

The end will come, before we know. The silent rule of love applies.

And so they say, the end will come for us.

.

 

Ketika Suho menyesap kehangatan teh rosebud, lonceng angin yang tergantung di teras berdenting. Suho menengok, Alexa Jung yang gaunnya dikibar-kibarkan angin menjulang menatapnya. “Selamat sore,” dia bergumam dengan suara selembut lullaby.

Matanya mencelang, Suho buru-buru bangkit menghampiri. Namun dari balik kakinya, Buster lebih dulu menyalak dan menggonggongi Alexa sampai terlonjak mundur. Suho menilik Buster, merunduk guna memasangkan tali kekang ke kalung lehernya lantas menginstruksikan anjing gembala itu tetap tenang. Kemudian Suho kembali menoleh kepada Alexa, tersenyum meminta maaf.

“Sepertinya kau masih saja tidak suka padaku, Buster Tua,” cibir Alexa, bersedekap memelototi Buster yang mengaing lesu. “Menurutmu cuma kau yang bisa galak?”

“Alexa…,” imbau Suho, tersenyum sambil menelengkan kepala, mengodekan Alexa supaya duduk di sisinya. “Kemarilah, biar kuseduhkan teh untukmu. Aku juga punya keju dan biskuit kalau kau mau.”

Alexa meringis, berlarian kecil dan duduk dalam sentakan cepat. Dia mengagumi cara Suho menuang air dari ketel yang bahkan lebih anggun dari Mrs. Barclay—guru sastra yang katanya masih keturunan jauh bangsawan Inggris. Walau begitu Suho tak lantas kehilangan sisi gagahnya. Urat-urat samar di punggung tangannya menunjukkan betapa keras usahanya menjalankan peternakan seorang diri dalam cuaca ekstrem Skandinavia.

“Kau sudah mengunjungi mereka?” tanya Suho selagi memotong-motong keju.

Alexa mengangguk sambil membaui teh yang disajikan; aromanya seperti mawar. “Ya, aku melihat Austin kerepotan mengurus Alanis sebagai Ayah baru. Lalu aku mengunjungi Ibu, beliau menghabiskan waktu dengan merajut syal dan sweter untuk Paman Dor. Mereka tampak saling menyayangi, tidak lagi sering bertengkar seperti dulu.”

“Syukurlah,” ungkap Suho, menganggut-anggut mafhum manakala fokus mereka beradu. “Melihat kehidupan mereka berlangsung dengan baik, sepertinya bebanmu jadi berkurang.”

“Sebenarnya belum….” Alexa tertunduk, mencungkil-cungkil kutikula kukunya setiap kali perasaannya gundah. Kemudian dia melanjutkan dalam suara parau, “Suho, apa kau akan baik-baik saja?”

Pertanyaan yang barusan disuarakan bukan hanya membuat Suho terdiam, namun tersentak dalam hati. Pemuda itu meneguk bongkahan yang terbentuk di kerongkongan. Menyadari mata hazel Alexa yang biasanya cerah kini melayu membuatnya bersedih. Tetapi, pantang baginya melukis mendung di wajah sehingga Suho menyaringkan suara sebagai kamuflase.

“Bagaimana kalau jalan-jalan?” Suho bangkit, mencantelkan topi gatsby-nya di kepala lantas bergegas menuju ladang. Bertingkahlah senormal mungkin Suho, tekannya lamat-lamat.

“Sungguhkah… kau sudah memaafkanku, Suho? Kau tahu, aku tidak akan bisa pergi bila sesuatu masih menggantung dan aku mengharapkan kepastian,” tutur Alexa dari balik punggung Suho, ada desakan dalam suaranya.

Suho mendesah, berbalik menghadap Alexa. “Ikutlah denganku dulu, Alexa. Tolong,” tegasnya, mengamit tangan Alexa yang lesi bersama menuju bukit—tempat yang memiliki pemandangan terbaik.

Meninggalkan sajian yang belum tersentuh dan Buster Tua yang mengantuk, Alexa melabuhkan diri pada ayunan tua di puncak bukit. Dari bawah pohon apel yang aroma manisnya memabukkan, keduanya bisa melihat perbukitan hijau bergelombang yang dipenuhi biri-biri dan sapi. Mereka mengembik sambil memamah rerumputan hijau dan Alexa menyaksikannya dengan tatapan yang nyaris kosong.

“Kenapa lebih mengkhawatirkanku ketimbang Alanis?”

“Karena aku yakin Austin akan membesarkannya dengan baik. Sejauh yang kukenal dia pria terhangat yang bahkan bertingkah bodoh agar bisa akrab dengan anak kecil,” terang Alexa, gurat di wajahnya agak ganjil pun caranya memandang Suho melalui mata nanar. “Sebaliknya kau tidak punya siapa pun, selain ternak-ternakmu yang makmur.”

“Tetap saja, kau Ibu yang kejam, Alexa. Bagaimana bisa meninggalkan bayi merahmu seperti ini? Rasanya doa-doaku pada Yang Kuasa jadi sia-sia. Doa-doa yang mengharapkan seorang Alexa Jung menjalani kehidupan yang bahagia dan berumur panjang.” Suho sadar akan keemosionalan dirinya, ketika refleksinya berkibar-kibar di iris Alexa.

Seharusnya ia tak bicara jika hanya mengentalkan kepahitan.

“Ini hukumanku karena mengkhianatimu,” ujar Alexa, mengulas senyum yang jelas-jelas hampa. “Kupikir akan baik-baik saja setelah Austin memboyongku ke London. Nyatanya sehari pun aku tidak bisa melupakanmu sampai jadi sakit-sakitan. Aku menikahi laki-laki lain, padahal hatiku masih enggan berganti Tuan.”

“Kau dan aku tahu, kalau kau berada dalam situasi di mana kau tidak kuasa menolak,” sanggah Suho, “berhentilah menyalahkan diri. Demi Tuhan kau tidak bersalah, Alexa. Aku bersumpah kekecewaanku tidak lebih besar dari perasaanku untukmu. Lagi pula, aku bukan—”

“Tetap saja Suho… aku mengkhianatimu.”

Suho menyengap, kehilangan kemampuan berbahasa.

“Dan apa yang baru kuketahui dari seorang Kim Suho yang misterius… kau Pemandu Jiwa yang diutus memandu roh yang masih terikat kehidupan dunia sepertiku, kan?” Alexa mempertunjukkan sisi magisnya, berpindah tepat di muka Suho secepat lilin ditiup. Didekapnya lelaki yang akan selalu muda itu seerat-eratnya. “Lima belas tahun berlalu dan kau tidak menua. Kau masih sama seperti Suho yang kukenal saat usia delapan belas.”

“Kurasa yang membuat jiwaku terjebak di antara kehidupan dan kematian adalah kau, Kim Suho,” imbuhnya, menyudahi pelukan mereka lantas menangkupkan kedua tangan di dagu Suho. Alexa ingin leluasa menatap bola aswad milik Suho. “Sekali saja… izinkan aku mengungkapkan segala yang kusimpan sebagai seorang istri dan Ibu yang buruk.”

Sesaat, Suho tercenung. Bersama kekalutan yang bahkan tak terdefinisikan, ia menyanggupi. Mempersilakan Alexa menjamah apa pun pada dirinya, termasuk hatinya yang telah lancang mencintai manusia ketika Tuhan mengamanahkan tugas yang seharusnya mengharamkan hasrat duniawi. Barangkali, dirinyalah yang berdosa. Suho berhenti pada pemikiran itu, soal bagaimana Tuhan menguji sekaligus menegurnya dengan menghadirkan cinta melalui Alexa.

“Aku mencintaimu, Suho. Kau memiliki hatiku…,” ucap Alexa, memicing saat labium mereka bersentuhan. “Selama ini kita saling mencintai, tapi tidak pernah mengungkapkannya dengan benar.”

Suho menggigit bibir dalamnya kuat-kuat, menahan apa pun yang tersangkut di tenggorokan. Sementara Alexa mundur, mengulas senyum termanis dan berkata, “Kupikir aku sudah menuntaskan segalanya. Aku benar-benar siap meninggalkan dunia ini, Tuan Pemandu.”

Sebelum Suho sempat bersuara, Alexa telah memudar. Terhapus pawana yang turut menerbangkan kelopak bunga apel. Suho bertahan dalam posisinya, menegaskan bahwa perpisahan ini merupakan tugasnya. Meyakinkan bila Alexa hanyalah satu dari sekian banyak jiwa yang harus diantarkan serta menepis segala dorongan untuk meraung.

Akan tetapi, cuplikan senyuman terakhir Alexa terlampau indah. Sampai Suho merasa tercambuk. Belum pernah Suho merasa sesakit ini dalam berabad-abad kehidupannya. Suho berbalik, menurunkan topi menutupi matanya yang meloloskan bulir-bulir air, yang kemudian menyatu di bawah dagu dan berjatuhan saat bahunya berguncang.

Aku mencintaimu, Alexa….

—Fin—

Dan begitulah cinta, deritanya tiada akhir :’))

Weslah, pibesdey holang kayaaaaah :*

Buat yang udah baca jangan lupa tinggalin feedback ya, luv luv luv ❤

4 tanggapan untuk “[SUHO BIRTHDAY PROJECT] Painful Decision — Joongie”

  1. Uhuk. Cie junmen cinta terlarang…. ngenesnya oh ngenesnya….
    Ya lord, baru nyadar ternyata di akhir si junmen cerik cimata rumbai?(hayoh te ngarti) ibaratnya sih si junmen kayak durhaka gitu ya, makanya cintanya ngenes. kasihan, HAHAHA(ketawa sinting// gak nyadar kalo diri sendiri jones😖)

    Oh iya, pibesdey lider kesayangan 😘

    Sekalian buat kak joongie 😘😘😘😘😘😘😘

  2. haha .. suho malaikat maut ?? pemandu pemandu gitu soalnya .. intinya sih dia bukan manusia ,yg jatuh cinta sama manusia …

  3. sumpah, aku suka banget, meskipun singkat tapi penuh makna banget. dan bahasanya itu loh, kena dan nempel di hati(?)ku. suka baget dehh… tapi ini birthday partynya ngenes banget yakk

  4. awalnya aku gk ngerti hubungan mreka kyk gimana. tp setelah suho bilng alexa meninggalkan bayi merah dan menikah dengan laki2 lain. aku sadar hubungan ini rumit thor! kok aku sedih sih?
    btw, alexa itu cuma hayalan atau hantu sih kok tiba2 menghilang? aku gk ngerti deh. hehe

Pip~ Pip~ Pip~