Gotta be You- [00] Prolog – Shaekiran & Shiraayuki

SaladDays(4).jpg

Gotta be You

A Collaboration Fanfiction by Shaekiran and Shiraayuki

 

Maincast

EXO’s unknow and RV’s unknow

Genre

Romance, campus-life, action, AU, angst, dark, sad, etc.

Length

Chaptered

Rating

PG-15

DISCLAIMER

Lagi-lagi dengan Shaekiran & Shiraayuki, masih ingatkan?

Cerita ini adalah hasil buah pikiran kami berdua, second project collaboration from us.Merupakan perpaduan karya sepasang neutron otak yang bersinergi merangkai kata hingga menjadi sebuah cerita utuh. Terinspirasi dari beberapa film dan drama. Standard disclaimer applied. Hope you like the story. Happy reading!

Previous Chapter

Teaser | [NOW] 00. Prolog |

. 

“Just stuck alone in longing,” Alone – Sistar

[PLAY PROLOG]

The girl, who cried for her life.

Suara dentuman yang nyaring serta bunyi menghentak-hentak memekakkan telinga pula yang lagi-lagi menjadi sahabat si gadis kala rembulan bertahta untuk kesekian kalinya malam itu. Dia―gadis pemeran utama itu― nampak menari lincah di lantai dansa, yang lantas mengundang decak kagum dari beberapa mata liar penuh nafsu yang memandanginya meliuk-liuk di tengah panggung sana.

Gadis itu tak peduli, masih lanjut dengan aktivitasnya meliuk-liuk. Sejujurnya dia sedang kalap, hingga kini pandangannya mengabur dan pikirannya tidak beres. Entah sudah berapa botol vodka yang ia tenggak sejak beberapa jam lalu ia tiba di bar terbesar di Seoul itu, dan nyatanya kini ia sedang dalam kondisi mabuk total.

“Hai cantik, kau seksi sekali,” seorang pria muda, dengan beberapa temannya dengan pandangan sama nakal nampak mencegat jalan si gadis saat akhirnya beberapa menit kemudian pemeran utama itu turun dari panggung karena sudah mencapai batas tubuhnya sendiri―ia terlalu lelah dan hanya ingin tidur terlentang di kasurnya sekarang juga.

“Pergi, aku malas berurusan dengan kalian,” ucapnya ketus, lalu lanjut melangkah dengan sepatu high heels 7 senti bewarna merah muda yang membalut kaki mulus nan jenjangnya dengan tertatih-tatih, efek mabuk yang sekarang memenuhi tiap saraf tubuhnya.

“Dasar jalang, cuma modal goyang badan saja sudah sok jual mahal,” teriak si lelaki itu agak marah pada akhirnya, namun si gadis tidak peduli, sebenarnya tidak kalau saja kumpulan pria bernafsu itu tidak menahan pergelangan tangannya dengan begitu kencang.

“Lepas,” perintah si gadis sambil melotot marah, namun yang dia terima hanya kekehan nakal.

“Ah, maksudmu aku harus melepas dress ketatmu itu kan? Kalau begitu ayo, kau bisa meliuk di ranjangku,”

PLAKKK!!

“Kau!”

“Tidur saja dengan jalang murahan, maaf, aku jalang dengan gold sertifikat, terlalu tinggi buat ikan teri semacam kalian,” sarkas si gadis setelah tangan mulusnya sukses memberikan bekas memerah karena tamparannya yang begitu kuat pada pipi pria yang sedari tadi menggodanya seduktif itu.

Wajah pria itu lantas memerah, emosinya naik ke permukaan.

“Apa katamu tadi?” katanya sambil tangannya melambung di udara, bersiap menampar si gadis. Namun gadis itu hanya diam di tempat, tanpa raut takut sedikitpun terselip diparas cantiknya, bahkan terkesan menantang bagai mengatakan―tampar-saja-kalau-kau-berani―

“Eitss,”

Tak lama, tangan yang sudah terlambung tinggi di udara itu tertahan, padahal hanya hitungan milidetik lagi sudah mengenai wajah mulus si gadis. Seorang ahjussi tua nampak menjadi oknum pahlawan, lantas lelaki berumur itu memandang si pemuda dengan remeh.

“Pergilah bocah, si seksi ini tidak tertarik pada bocah bau kencur seperti kalian,” katanya angkuh, dan kumpulan pria muda itu nampak menurut saja. Bagaikan tahu kalau pria tua itu adalah lawan yang cukup tangguh bagi mereka.

“Hei cantik,” sekarang ganti, ahjussi itulah yang menggoda si gadis seduktif sambil mencolek dagunya. Nampak, raut tidak senang sama sekali terukir nyata di paras gadis itu, dia muak dengan semua lelaki yang menggodanya, terlebih ahjussi tua yang lebih pantas menjadi ayah atau kakeknya itu.

“Minggir, aku mau pulang,” katanya dingin, lalu lanjut berjalan sempoyongan ke arah pintu keluar bar.

“Jangan sombong begitu sayang, nanti cantiknya berkurang,” kali ini ahjussi itu menarik kasar pergelangan tangan si gadis, hingga emosi gadis itu kini memuncak naik. Dia menarik paksa tangannya, namun si ahjussi itu makin mempererat genggamannya, seakan tak mau mangsa besarnya itu lolos.

Ya! Dasar keparat! Sudah jelek, tua, perut buncit, masih saja mau menggoda-goda anak orang!” ujar si gadis sinis dan sedikit berteriak, kesabarannya sudah benar-benar di ambang batas. Kepalanya sudah pening, ditambah pula dengan ahjussi tua bangka itu membuat kepalanya ingin pecah saja.

“Apa katamu barusan? Kau mau mati, huh?” si gadis lantas terkekeh pelan saat si ahjussi kini berteriak padanya, berusaha mengancam tanpa tau mungkin dia akan segera berada dalam masalah setelah membuat gadis belia itu marah. Oh ayolah, harusnya ahjussi itu sadar siapa gadis di depannya sekarang.

Cukup terkekeh geli, gadis itu lantas meraih tas yang sedari tadi ia pegang, membuka resleting tas ber-merk-nya itu kemudian mengeluarkan isinya. Hanya sedetik, dan kini si gadis sudah melempar berpuluh lembaran won yang jika dihitung bisa jutaan.

Ahjussi itu jelas terkaget.Wajahnya seketika pias saat memandang gadis cantik di depannya.

“Kau mau berurusan denganku? Kalau kau berurusan denganku sama saja dengan kau mencari masalah dengan SKY Group,” ucap gadis itu sombong, dan seketika ia tertawa melihat bagaimana ahjussi itu berubah pucat dan menundukkan kepalanya takut-takut.

“Ma-maafkan aku, nona,” ucap pria tua itu sarat nada ketakutan, kemudian segera pergi dari hadapan si gadis sebelum dia terkena masalah.

Cih. Ayolah, kemana nyali pria tua tadi?

Setelah menyelesaikan masalah sepele nya, si gadis lantas segera merajut langkahnya ke pintu keluar bar meski alkohol masih menguasai raganya. Tak berapa lama, si gadis sudah sampai di parkiran. Ditatapnya Porsche-nya tanpa minat, lalu segera membuka pintu mobil mewah itu dan masuk ke dalam.

Tak sengaja mata si gadis bersibobrok dengan sebuah bingkai foto yang terletak di kursi penumpang di sebelahnnya. Dia menatapnya nanar, lantas mengumpat karena potret pria sialan yang dia rangkul dan bingkai itulah yang nyatanya membuatnya mabuk-mabukan seperti ini. Pria bajingan yang lebih memilih wanita jalang daripada dia yang sempurna dan tak bisa dibandingkan dengan wanita manapun itu.

Lantas tangannya tergerak mengambil foto sialan itu, menggenggamnya penuh amarah lalu dengan sekali sentakan melemparnya keluar jendela. Dengan cepat gadis itu menyalakan mesin mobilnya kemudian melindas foto tadi hingga hancur tak berbentuk. Dengan emosi, gadis itu melajukan mobilnya dengan kecepatan super tinggi.

“Brengsek! Kenapa sekarang aku menangis?” umpat si gadis kini karena sadar bahwa air matanya baru saja lolos. Dia mengumpat lagi, merasa bodoh karena harus menangisi pria bajingan semacam itu. Gadis itu benar-benar rapuh, hatinya remuk hanya dalam hitungan detik kala pikirnya mengingat kejadian beberapa jam tadi.

“Setelah ini kita lihat saja, dia akan menyesal telah menyelingkuhiku. Aku akan membuat keluarga si ‘sialan’ itu hancur seperti dia menghancurkan harga diriku. Tunggu saja tanggal mainnya, sayang,”

Gadis itu memegangi dahinya lagi yang terasa makin berdenyut. Demi Tuhan, dia tidak pernah semabuk ini dan tidak pernah pula sepusing ini. Pandangannya mengabur seketika, dia mengumpat lagi, kalau begini caranya bagaimana dia bisa menyetir?

Tapi nyatanya si gadis terlalu masa bodoh. Dia hanya ingin memeluk gulingnya sekarang, bergelut dengan selimut tebalnya di rumah sembari memaki mantan pria-nya itu. Jadi dia tetap menyetir mobilnya dengan cepat, bahkan terlalu cepat hingga sekarang benda beroda empat itu melaju ugal-ugalan di tengah jalanan Seoul.

Gadis itu memijit kepalanya pelan seraya mengedip-ngedipkan matanya yang mengabur, berharap kalalu mabuknya hilang dan dia tidak akan menabrak―

BRUKKK!

―sesuatu.

Gadis itu tersentak, dengan cepat ia menginjak rem mobilnya sehingga tubuhnya terdorong ke depan. Apa yang baru saja ia lakukan?

Dengan enggan si gadis akhirnya membuka pintu dan keluar dari mobilnya. Segera dengan takut-takut ia melangkahkan kakinya ke depan mobil.

Oh shit!”

Gadis itu mulai mengumpat tak jelas. Netranya jelas kini memandang sesosok manusia yang sudah teronggok di depan mobilnya dengan berdarah-darah. Jantungnya seketika berdegup sangat kencang dan nafasnya memburu.

Jangan-jangan dia sudah mati?” batinnya ngeri, kini tubuhnya reflesk terdorong ke belakang sehingga dia terduduk di bumper mobilnya.Ketakutan, gadis itu akhirnya tanpa pikir panjang segera kembali ke dalam mobil. Lantas dilajukannya Porsche itu cepat, tanpa peduli dengan sosok yang teronggok tak berdaya di tengah jalan itu.

Oh ayolah kalian pasti tahu apa yang baru saja gadis itu lakukan. Melarikan diri.

The boy, who tried to life.

Seoul malam itu masih saja ramai. Tak peduli meski bulan nampak enggan menunjukkan diri atau pendar bintang yang bagai hilang dari peredaran langit, Seoul nampak suram, tapi tetap gemerlap kala lampu jalan memenuhi tiap sudut kota.

Malam suram itu, seorang dengan langkah terburu-buru nampak menyusuri trotoar yang hanya diterangi oleh lampu jalan yang hidup kerlap-kerlip. Dia melirik jam yang tersampir di pergelangan tangannya, berusaha memburu waktu.

“Sialan, aku bisa terlambat kalau begini caranya,” umpatnya sambil menambah kecepatannya berlari. Sungguh, dia benar-benar tidak mau terlambat untuk kali ini. Dia harus segera menuju ke sebuah bar terbesar di Seoul dengan sesegera mungkin kalau dia tidak ingin kehilangan ‘mangsa’ yang sudah dari jauh-jauh hari ia buru.

Bahkan, hampir saja ia terserempet mobil kalau saja ia tidak dengan sigap menghindar. Wajar saja, nyatanya kini dia tengah menerobos lampu merah untuk pejalan kaki sekarang—yang itu tandanya lampu hijau bagi kendaraan bermotor yang berniat membelah jalanan ramai Seoul—dan berlari di tengah padatnya kendaraan roda empat yang melaju di jalan raya.

“Apa aku perlu lewat jalan tikus?” batinnya kini, kemudian dengan segera mengingat jalan mana yang mungkin bisa membawanya secepat mungkin ke bar terbesar sekaligus termewah di Seoul itu.

Tak lama, ia tersenyum. Lantas ditariknya hoodie yang dia pakai hingga menutupi kepalanya, kemudian dengan sigap melanjutkan larinya berbelok menuju sebuah gang kecil nan sempit di salah satu sudut jalanan utama Seoul.

Ia ingat betul jalan itu, rute yang sering ia gunakan dulu untuk melarikan diri dari teman-temannya semasa SMA, dan dia hafal kalau jalan itu bisa tembus langsung ke jalan raya di dekat bar yang tengah dia tuju saat ini.

Tak lama kemudian, setelah bersempit dan bergelap ria di gang yang kecil dan cukup bau itu, netra si pria sudah bisa melihat jalan yang ia tuju. Dari sini, dia hanya perlu memutar di satu belokan lagi, dan dia akan segera sampai di daerah bar mewah yang ia sedang buru.

Si pria ber-hoodie hitam akhirnya kembali berlari, berusaha menyeimbangkan matanya dengan cahaya minim lampu jalan yang kerlap-kerlip, seakan enggan menerangi jalanan yang kurang terurus itu.

Si pria hanya masa bodoh, malas untuk memikirkan mengapa jalan satu-satunya menuju bar yang menjadi tujuan para pejabat dan orang-orang chaebol itu tidak layak seperti ini.

Bugh!

Pria itu hanya bisa meringis karena baru saja lututnya bergesekan dengan aspal. Naas sekali, tali sepatunya lepas dan dia menginjaknya karena terlalu fokus berlari, hingga ia harus berakhir terjatuh dan memperlambat langkahnya menuju bar.

Tanpa berpikir dua kali, pria itu segera berjongkok di tengah jalan untuk mengikat tali sepatunya, meyampingkan rasa sakit yang kini menjalar di lututnya. Selesai dengan tali sepatunya, entah kenapa si lelaki tiba-tiba tersenyum lalu mulai menepuk-nepuk sepatu dongkernya yang berdebu. Sepatu itu adalah sepatu kesayangannya, hadiah dari seseorang yang sudah menyimpan terlalu banyak kenangan dalam hidupnya. Mungkin pikirannya kini melayang ke orang itu, hingga bibirnya secara otomatis tertarik untuk menciptakan sebuah lengkungan tipis di rahang tegasnya.

Setelah yakin tali sepatunya terikat sempurna, pria itu akhirnya bangkit berdiri dan hendak melanjutkan langkahnya untuk berburu. Namun sebuah dering tiba-tiba mengalihkan atensinya yang hendak berlari itu. Ditatapnya layar ponselnya dengan senyum mengembang segera setelah maniknya menangkap nama yang terpatri di ponselnya, menarik senyumnya lagi, kemudian dengan segera menjawab panggilan telpon itu.

Yeob―”

BRUKK!

Pria itu menyerngit ketika rasa sakit yang luar biasa kini menjalar di sekujur tubuhnya, terutama di kepala yang baru saja bertubrukan dengan aspal kasar. Pria itu bahkan tidak sempat mengelak karena mobil yang baru saja menghantamnya hingga terpelanting itu datang sangat tiba-tiba dengan kecepatan super tinggi, hingga ponselnya juga kini ikut terhempas kasar ke jalan.

Dengan usaha cukup keras dan dengan pandangan yang memburam, pria itu menengadahkan kepalanya yang memberat, melihat plat mobil sialan ini dan melafalkannya dalam hati karena hanya itu yang mampu ia lakukan. Bahkan, menggerakkan lehernya saja sudah membuatnya begitu kesakitan bagai ribuan jarum menusuknya dalam sekali serangan, begitu menyakitkan dan membuatnya ingin menyumpahi siapa saja yang mengendarai Porsche mewah itu.

Seoul-2927.

Setelah itu, semua menjadi gelap seketika. Pria itu tak sadarkan diri, lalu terbaring tak berdaya dengan darah mengucur dari kepalanya di tengah gelapnya malam yang dihiasi cahaya rembulan.

[PROLOG END]

53 tanggapan untuk “Gotta be You- [00] Prolog – Shaekiran & Shiraayuki”

  1. Kayanya gw tau deh itu nomer plat terinspirasi darimana 😂
    Awal yang rumit but I veri like it 😍 Good Job 👍

  2. hmmmm makin seru nih rasanya ini cerita. apalagi castnya pcy sama irene. meskipun belum pernah baca ff yang mereka dipairingin. jadi makin semangat buat baca lanjutannya

  3. Hello Saekiran, maap bru komen, krna bru bca jg, trtarik bca krna castnya Chanyeol-Irene, unik aj biasanya Chanyeol sma OC n Irene sma Sehun :’D
    jdi… Taraaa krna pnasaran aq baca deh hihii.. Next nextttt XD

    1. Wkwk, pen mencari feel baru aja dengan pairing yg berbeda chingu, hehe.. 😂
      Gpp kok chingu, mau baca aja kami udah seneng banget, thanks for reading yaww.. 😍

    1. hayoo, cast-nya siapa hayoo? XD
      Ngeri sih, wkwk, ditabrak kan sakit/digampar/ XD
      Thanks for reading, chap 1 nya sudah di post chingu, monggo di cek. ❤

  4. Berharap ini Sehun ama Wendy, susah nemu-in HunDy couple. Pdahal couple fav…. klw nggak ya SeulKai, soalnya yg cocok jd bad girl klw nggak Seulgi atw Wendy.

  5. kesan pertama baca prolognya keren aku suka karakter bad girl kaya begini..
    castnya menurut aku kalau SKY group , berarti seungwan kah? dan itu juga sehun kayanya? hmmm..
    ah, semakin penasaran sudah lah aku akan menunggu next chapter 1 nya semoga tidak lama2 ok ..

    1. Hoho, ada hubungan apa SKY dengan seungwan? apa karena sama-sama awalan ‘s’? XD
      Duh, makasih chingu udah suka prolog astral ini, kami terhura, wkwkw 😀
      Monggo ditebak aja yaw cast-nya chingu, hehe XD
      Doain aja jangan lama ya, 😀
      Thanks for reading, ditunggu yaw 1st chapternya ❤

  6. jangan2 niih yaa, castnya chan-irene wkwk *mengarang bebas
    baru prolog tp udah kyk gini, bener2 ga bisa di tebakkk
    selalu kutunggu karya dari kalian berduaaaaa:*
    update jangan lama2 yaa hehe, *pemaksaan

    1. hoho, silahkan ditebak siapa cast-nya chingu XD
      Doain aja gak lama yaw updatenya, makasih sudah excited dengan ff ini, hoho XD
      Thanks for reading dan ditunggu yaw 1st chapternya ❤

  7. Wahh prolognya keren bikin pensaran jadi Ga sabar pengen baca apalagi kalo cast nya hunrene pasti seru banget …….
    Ditunggu chap 1 nya

  8. duh,prolognya aja udh bikin degdegan penasaran! kapan nih chap 1? udah ditunggu sekali loh,castnya masih tebak²an kann? aku jadi bayangin seulgi kai dehh? hmm hunrene juga gapapa,,hehe! fighting authordeul!

  9. Yeeeyytt….prolognya aja udah keren….apalagi kalo castnya Sehun Irene hihi
    Cewek konglomeratnya cocoknya Irene yaa kan unni?? Hehe #maksa 😅
    Jgn lama2 update chapter 1 nya yach eonnideull…
    Fighting….!
    Btw…Happy Vallentine🙆🙆🙆

Tinggalkan Balasan ke rjmora Batalkan balasan