[EXOFFI FREELANCE] She is Male (Chapter 3)

cover-she-is-male-chapter-2

 

She Is Male – Chapter 3 | Lifen

 

Title : She Is Male

Cast : Oh Sehun & Kim Lisa(OC)

Other Cast : Find by yourself

Author : Lifen

Length : Chaptered

Genre : Romance, Married Life, Crossdresser

 

Author’s note:

Hallo story ini terinspirasi dari beberapa Novel dari Author-author hebat di luar sana.  Jika ada ke sama’an. Tolong di maklumin, Sungguh ini cerita original buatan aku.  Thanks jangan lupa komen ^Δ^ aku tunggu saran kalian.

Summary :

Hal lain yang membuatnya benar-benar gila adalah menerima kenyataan bahwa ia telah menikahi seorang pemuda berwujud gadis lugu.

 

Dengan menyuruh Sehun bersiap-siap, Lisa berharap dia akan melihat Sehun mengganti bajunya dengan sesuatu yang lebih normal, sesuatu yang lebih terlihat manly. Tapi saat dia melihat Sehun keluar dari kamar, Suaminya masih terlihat sama saja. Memakai pakaian yang sama dengan apa yang dia pakai pagi ini. Dress santai warna jingga, dia terlihat lebih Casual. Riasan wajah yang menyilaukan dan tatanan rambut yang di gerai dengan sedikit pemanis jepitan rambut berbentuk bunga matahari di kelapanya. Dia terlihat seperti seorang gadis sesungguhnya. Saat Sehun melihat Lisa di lorong depan kamar, dia tersenyum.

 

“Noona kau terlihat manis dengan celana jins robek-robek dan baju kebesaran itu” ucap Sehun. sebelum melanjutkan langkahnya dengan senyuman khasnya. Lisa tidak tahu apakah itu adalah sebuah pujian untuk mengejeknya, atau pujian yang sebenarnya. Lisa memutuskan untuk tidak menghiraukanya. Dia mengalihkan perhatianya pada Sehun.

 

“Kau terlihat senang dengan kencanmu nanti dengan Jongin Oppa”

 

Sehun menghentikan langkah kakinya tepat di hadapan Lisa. Lalu mengerling manja. “Tentu. Dia sangat memanjakan’ku” timpal Sehun dengan melipat tangan di depan dadanya.

 

“Dan dia sungguh jantan” Lanjut Sehun.

 

Lisa menghela napas. Dia tidak mengerti apa yang Sehun maksud dengan Jantan?

 

“Terserah saja” jawab Lisa ketus.

 

“Noona kenapa dari tadi kau terlihat kesal padaku” balas Sehun dengan candaan.

 

“Aku tidak ingin berdebat denganmu lebih jauh mengenai ini. Oppa akan menjemput’mu sebentar lagi,” jelas Lisa.

 

“Noona apa kau tidak ingin kencan denganku?” Tanya Sehun

 

“Tidak terimakasih. Tak usah repot-repot” tolak Lisa. Dia tidak ingin di anggap benar-benar memiliki kelainan seksual dengan kencan dengan pria berbentuk seorang gadis sungguhan yang berada di dapanya saat ini. Lisa tidak ingin semua orang akan salah paham dan beranggapan bahwa mereka pasangan lesbian. Sungguh menyesakkan.

 

Ya, sebenarnya itu sangat mengagetkan Kim Jongin seorang CEO Muda yang sibuk dan bahkan hampir tidak punya waktu untuk minum teh herbal dengan santai. Kim Jongin yang sudah menghabiskan separuh hidupnya untuk bekerja dan berkutat didunia bisnis. Dunia bisnis tidak akan lepas dari rangkulannya. Bahkan mengorbankan banyak waktu demi kertas-kertas dokumen yang menupuk di atas meja sekertarisnya.  yang di anggap Lisa hanya kumpulan sampah.  Lalu apa yang dia inginkan makan siang bersama Sehun yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Walaupun Jongin adalah kakaknya tetap saja mendengar hal itu tiba-tiba membuat perut Lisa mulas. Sungguh ia tidak tahu dengan maksud terselubung kakaknya.

 

Ini tidak bisa di percaya.

 

Sehun menatap wanitanya dengan tatapan intens. Entah kenapa ada perasaan bergejolak yang membuat dadanya sesak. Detuman keras di dadanya tak kunjung hilang, malah semakin tak beraturan. Sehun menangkup pipi Lisa dengan kedua tanganya. Dia tak ingin beranjak pergi, dengan jarak sedekat ini Sehun dapat mencium aroma tubuh Lisa. Aroma mawar yang sangat kuat dan digabungkan dengan menggunakan aroma vanila dan melati. sialnya!  hampir membuatnya hilang kendali.

 

“Noona . . Ikutlah makan siang dengan ku?”

 

Lisa tersenyum Jenaka. Tentu dia tahu jika Sehun sedang gugup.

 

“Temani aku noona?” Sehun kembali bertanya.

 

Lisa menggeleng pelan, “Tidak,  Jongin Oppa hanya ingin makan siang berdua denganmu, bahkan dia tidak mengajak’ku, bukankah kau mengatakan dia sangat memanjakan’mu dan dia sangat JAN-TAN” ejek Lisa sambil mengulang perkataan Sehun dan mengeja di akhir kalimat dengan penuh penekanan. “Aku hanya bergurau, noona tolong aku” Rengek Sehun.  Mengeluarkan Puppy Eyes yang sama sekali tidak berpengaruh pada Lisa.

 

Sehun merucutkan bibirnya. Berpura-pura kesal.

Lisa melepas tangkupan tangan Sehun dari kedua pipinya. Lalu membelai lembut pipi Sehun dengan sebelah tangan kananya yang bebas. Kemudian tersenyum lembut Setidaknya ini bisa menghilangkan rasa ke khawatiran berlebihan dari suaminya. Lisa hanya bersyukur dengan ke hidupanya yang sekarang. Memiliki suami yang mencintainya itu sudah cukup. Dan membuatnya bahagia walaupun terkadang mereka harus adu mulut setiap saat. Tapi ini tidak buruk.

 

Sehun mendapat melihat secercah harapan tapi kemudian pupus ketika ponselnya bergetar.  Lalu dengan enggan Sehun merogoh ponsel di kantungnya dan terlihat pesan dari Kim Jongin dilayar ponselnya.  Ya Sehun seperti mendapat semua pesan terror dari seorang penguntit ulung, Sehun terlihat panik.  Lalu menghembuskan nafasnya.

 

“Sebaikanya aku pergi sekarang, Jongin Hyung sudah menunggu di Lobby Apartemen.  Noona bisakah-”

 

“Tidak” potong Lisa tegas.

 

Sehun hanya mengagut pasrah lalu. Ia pergi meninggalkan Lisa, tapi baru sampai langkah ke empat Lisa telah menangkap lengan Sehun.  “Tidak perlu segugup itu. Kau akan baik-baik saja.”

 

Sehun tersenyum simpul.

 

“Aku pergi,”

 

“Apa aku perlu mengucapkan ‘hati-hati di jalan’ untukmu?”

 

Pemuda itu terkekeh.

 

“Mungkin Noona.”

.

.

.

Pertama, Sehun tidak tahu apa alasan Kim Jongin tiba-tiba mengajaknya makan siang bersama hari ini. Kedua, Sehun tidak mengerti mengapa mereka harus makan siang di cafe favoritenya. Sehun berfikir jika Jongin seperti Stalker.

 

Sehun merasa tak nyaman. Telapak tangannya dingin, dan perasaannya bercampur baur antara ragu dan takut. Ini akan menjadi momen yang tak terlupakan. Tapi ditatap oleh Jongin dengan tatapan mata gelap dan stabil. mengintimidasi bukanlah hal yang Sehun harapkan. Ini buruk. Sangat. Jongin terlihat menawan dengan mengenakan stelan jas abu-abu halus yang disesuaikan dengan kemeja putih, serta dasi hitam dengan sorot mata yang gelap dan intens. warna rambut yang senada dengan black-coffee , kulitnya yang tan, serta suara bass nya yang terdengar husky.

 

 

“Bagaimana dengan sekolahmu? Ku dengar kau cukup berperstasi,”

 

Ekspresi wajahnya begitu tenang , auranya yang kuat. meskipun mimik wajahnya agak angkuh, tetap tidak mengurangi ke tampananya. Sehun akhirnya sadar bagimana Lisa merasa frustasi jika di dekat Jongin.

 

“Cukup baik. Tapi sepertinya mereka melebih-lebihkan informasi tentangku.” jawab Sehun.

 

Iris hitam Jongin tertuju pada Sehun, tampak menekan dan penasaran.

 

“Ya, sebenarnya ada beberapa hal yang ingin ku beritahu padamu,”

 

Sehun merasa tenggorokanya tercekat. Ini belum pada intinya. Kenapa suasananya berubah mencekam.

 

“Beberapa hal?” tanya Sehun. Dia sepertinya merasa aneh dengan kata-kata itu.

 

“Sebenarnya aku juga sedikit ragu,”

 

Sehun penasaran dengan sedikit ‘ragu’ hal yang ingin di sampaikan Jongin. Tapi dia yakin jika hal itu bukanlah hal baik-apalagi jika sudah menyangkut hubungan rumah tangganya dengan Lisa.

 

Saat Jongin menatap pemuda yang lebih mirip seorang gadis itu tampak tertarik dengan kata-katanya. Meski tidak menunjukkan reaksi yang signifikan.

 

“Aku tidak akan keberatan mendengarkan,” Sehun tersenyum ringan. Dia sendiri tak yakin dengan senyumannya-biasanya orang-orang akan mengeriyit aneh dan mengabaikannya-yang tidak menarik.

 

Di dalam hati Jongin bersiul. Baiklah. dia sedikit terkejut jika Sehun memiliki keberanian.

 

“Kau ingat dengan hadiah pernikahan yang ku berikan dan kalian menolaknya?”

 

Hening sesaat. Sehun tenggelam dalam pikirannya. Lalu tersadar.

 

“Ya,”

 

Tepat duga’an Sehun.  Jongin akan menanyakan sesuatu yang sangat tabu untuk diperbicangkan sekarang.

“Aku ingin kalian pergi ke pulau Jeju, aku sudah memesan satu kamar hotel di sana. Untuk tiga hari dua malam. Tak usah berfikir keras tentang ijin sekolahmu atau pekerjaan Lisa. Aku sudah mengurusnya.” Jelas Jongin, menumpukan kedua sikunya di atas meja seraya menggosokkan jari telunjuk pada bagian bibir bawah. Matanya seolah berusaha menembus kepala Sehun agar bisa membaca pikiran bocah itu. “Aku ingin kalian berbulan madu” Lanjut Jongin.

 

Wajah Sehun yang semula cerah kini ditutupi oleh mendung. Dia terlihat Terkejut dan hanya memutar sedotan jusnya. mendengar kalimat itu berputar-putar dikepalanya. Jongin memisahkan punggung dari sandaran kursi untuk melihat Sehun lebih dekat.

 

“Terus terang saja aku merasa ‘tak nyaman, dengan dirimu. Maaf… Sehun aku meragukan orientasi seksualmu,” Jongin menghela napas, “Aku tidak meragukan kau terlahir menjadi seorang pria. Tapi adikku Lisa, aku tak ingin Lisa terjebak dengan seorang pria tak normal dan hidupnya hancur. Lihatlah dirimu Adik ipar,” lanjut Jongin dengan menekan di akhir kalimat. Sehun merasa sedikit tersinggung dengan pernyataan pria itu. Sehun merasa ada sebuah pasak besar, sangat BESAR menghantam dadanya. Sesak. Sehun mencapai ambang batasnya. Dia sudah lelah bersabar. Ekspresi wajahnya berubah drastis menjadi datar dan kaku. Tatapannya dingin dan menusuk.

 

“Mungkin kau berpikir jika aku adalah pria yang blak-blakan dan berlidah tajam. Itu tak masalah, Sejujurnya ini juga menyulitkanku, di satu sisi aku juga merasa kasian padamu. Tapi kau tahu, Lisa adalah adikku satu-satunya, aku tentu berharap banyak darinya, terutama tentang anak dan prestasi pekerjaannya.” Lanjut Jongin, Sehun bisa memvisualisasikan seringai mengerikan Jongin saat ini. Dia menggertakan gigi lantas memejamkan mata sebentar. Sehun ‘tak tahu harus membentuk raut wajahnya seperti apa, ini terlalu mengejutkan dan tiba-tiba. Ini membuatnya terguncang. Tidak ada jejak humor dalam suara Jongin.

“Hyung Aku-” potong Jongin. “Aku hanya ingin kau membuktikan jika kau sanggup menghamili adikku Lisa. Jika tidak, aku tidak bisa membiarkan pernikahan ini berlanjut, Jadi bersiap-siaplah besok kalian akan berangkat ke pulau Jeju” ujar Jongin.

 

Lidah Sehun mendadak kelu, takut mengucapkan kata-kata yang dapat menimbulkan bencana lebih parah.Dia merasa duduk di bangku Rollercoster yang melaju dengan kecepat super tinggi dan menikung dengan tajam lalu menerjang dinding batu yang keras dan tebal hingga hancur. Iya itu perasaan Sehun saat ini. Dan hal lainnya yang Sehun ketahui Kim Jongin adalah pria mengerikan dan penuntut. Ternyata rumor tentang ke ngerian Kim Jongin terjawab sudah. Disiplin, otoriter , dan selalu tamak untuk menemukan jalan agar bisa memenuhi segala kebutuhannya.

 

Sehun tentu saja tidak bisa berharap banyak akan hal itu. Mendengar kata ‘anak’ dan ‘usia’ Sehun berpikir bahwa mengunyah grendel pintu adalah hal yang patut dicoba. Dia terdiam, menatap langit-langit kafe dan menerawang.

 

Sehun memijit pelipisnya, sepertinya pembicaraan Kakak iparnya sudah melebihi ambang batasnya. Mau tidak mau mereka harus menyudahi ini atau semuanya bisa menjadi semakin buruk.

 

Persetan. Apapun yang di katakan Sehun percuma saja. Tetap saja Jongin tidak ingin menerimanya. Sehun sudah cukup di hina dan tentang Lisa. Dia tidak ingin mengakhiri pernikahanya karena permintaan tak masuk akal Kim Jongin. Sehun terpaku sejenak, otaknya tidak bisa berpikir lurus saat ini, maka karena itu dia putuskan untuk menerima penawaran Jongin.

 

Brengsek.  Sehun mengumpat dalam hati.

 

“Hyung sepertinya kau sudah menyiapkanya dengan sangat terencana. Aku tak punya alasan untuk menolak kebaikan’mu atau berdalih lagi. Jadi sesuai maumu kakak ipar” kata-kata Sehun terdengar meyakinkan di telinga Jongin. Semua orang tentu saja akan setuju. Dibandingkan dengan berkata-kata, Sehun justru lebih cocok dikatakan separuh mengeluh. Wajahnya tampak keruh dan tidak bersemangat.

 

“Dan selamat menikmati bulan madu kalian” ujar Jongin dengan senyum ringan yang mengejek.  Seperti dia berhasil menjebak satu rusa untuk santapan singa yang lapar.

 

Sehun pikir ini mengerikan, ini gila dan ini benar-benar tidak manusiawi.
Apakah menurut Jongin membuat anak adalah hal yang mudah, semudah merakit pazel sederhana. Tidak, tentu saja tidak begitu. Sehun mulai menanyai dirinya. Dia berbicara pada dirinya sendiri.

Aku tak yakin kejantanan ku siap, Maksudku-aku bahkan belum terbiasa memakai jins robek-robek seperti Lisa pakai untuk terlihat lebih manly dan aku belum lulus dari bangku SMA. Aku masih memiliki banyak hal yang ku lakukan dibandingkan harus memikirkan cara membuat bayi. Tentu dengan singa betina yang sedang menungguku di apartemen. Astaga dia pasti akan membunuhku saat menyentuhnya.

 

Mengerikan.

.

.

.

.

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, Lisa bangkit dari posisi duduknya di sofa. Ia melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja. Dalam benaknya terbersit untuk mengambil benda telekomunikasi itu untuk menghubungi Sehun, namun niatnya urung kala mendengar bunyi bel yang memecah kesunyian di apartemennya. Lalu dengan langkah tergesa-gesa, Lisa membuka’kan pintu dan kini ia mendapati sosok yang berdiri di depan pintu itu adalah sosok yang dinantinya sedari tadi.

 

Sehun.

 

Sontak, ketika Sehun menutup pintu apartemennya, Sehun langsung di cecar dengan berbagai pertanyaan oleh Lisa.

 

“Kalian pergi kemana saja, kenapa sangat lama? Apa saja yang kalian bicarakan? Apa yang Oppa katakan padamu? Katakan! katakan!”Cecar Lisa.

 

Sehun menarik nafas kasar.

 

“Noona beri aku ruang” Ujar Sehun sambil menunjuk arah ruang tengah. Dan Lisa mengikuti arah jari telunjuk Sehun, lalu mendengus kesal.

 

“Kau hanya perlu menjawab’nya saja!” Desak Lisa.

 

“Noona biarkan aku bernafas dulu” Rengek Sehun.

 

Ya terlihat wajah lesu Sehun.  Yang artinya ini pasti sesuatu yang buruk.

 

“Baiklah, lebih baik kau bersihkan dirimu nanti kita bicara disana” ujar Lisa. Lalu Sehun mengagut dan berlalu. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi. Lisa membiarkan Sehun lepas. Tentu ia mengerti semakin kau mendesak Sehun, kau tak akan pernah mendapat jawaban.

 

Menyebalkan.

 

Lisa duduk di sofa ruang tengah, ia memeluk sebungkus kripik kentang ukuran besar. Dengan gerakan lambat Lisa memasukan beberapa kripik kentang ke dalam mulut’nya lalu mengunyah’nya dengan gerakan malas.Sehun keluar dari kamar tidur mengenakan kaos lengan panjang warna biru laut dan celana training warna hitam dengan rambut yang sedikit basah. Lalu duduk di sebelah Lisa. Mereka berdua hanya diam dan tampak berpikir. Perjamuan makan siang di kafe, masih berputar di kepala Sehun. Tidak hanya tiba-tiba dan mengguncang, tapi Kim Jongin benar-benar menuntut.

 

Lisa merilik Sehun dengan ekor mata’nya lalu berdehem.

 

“Hei, Sehun-ah,”

 

Sehun kemudian membalikan tubuhnya dan duduk menghadap ke arah lawan bicaranya saat ini.

 

“Apa?”

 

Terlihat Lisa mengerjabkan mata beberapa kali. Menggigit bibir bawahnya. Lalu mulai bertanya.

 

“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Lisa Ragu-ragu.

 

“Membuat anak,” jawab Sehun Polos.

 

Butuh tiga puluh sekon untuk Lisa mencerna apa yang di katakan Sehun. Saat Lisa menyadarinya, ia bangkit dan tiba-tiba saja melempar bungkus kripik kentang yang sudah kosong itu pada Sehun.

 

“Selera humormu benar-benar jelek,”

 

“Terimakasih tapi itu sebenarnya dan sebaiknya sekarang kau berkemas besok pagi kita akan Honey Moon ke pulau Jeju,” ujar Sehun tanpa dusta.

 

Lisa tidak habis pikir.  Apa yang ada di kepala Kim Jongin. Tentang Honey Moon? Membuat bayi? Memikirkanya hanya membuat Lisa frustasi.

 

“Dan kau pikir itu ide bagus? Jangan bergurau denganku Sehun-ah! Apa yang kau rencanakan dengan Jongin Oppa!” tanya Lisa penuh selidik. Dia tetap saja tidak percaya dengan apa yang di katakan Sehun.

 

“Tentu saja, Aku tidak sedang melawak disini. Dan aku berkata jujur.”

 

Lisa mendesah pasrah.

 

“Sebaiknya kau cepat berkemas sebelum bencana terjadi” Lanjut Sehun.

 

“Apa kau serius tentang ini,  maksudku pulau Jeju? ”

 

Sehun hanya memanggut pelan.

 

Mungkin Sehun berkata jujur (dia pembohong yang buruk) dan ada benarnya. Seperti pepatah mengatakan; jangan pernah mengabaikan perintah Kim Jongin sebelum kau berakhir di dalam neraka terdalam. Semua yang di katakan Kim Jongin adalah sebuah program yang rumit dan tertanam di otak kita secara tidak langsung. Pilihanya hanya satu, lakukan dan kau selamat. Dia seperti memiliki suatu mekanisme yang sulit di tembus.

 

“Oke, aku percaya. Tapi bermimpi saja! Aku tidak mau membuat bayi denganmu! anggap saja kita berlibur!” ujar Lisa sengit.

 

“Baiklah, tapi tetap saja sediakan staminamu untuk membuat anak, oke?”

 

Lisa melotot, kali ini lebih mengerikan.

 

“Dengar, aku akan membunuhmu! Jika kau menyentuh tubuhku walaupun satu inchi sekalipun!” Ancam Lisa.

 

“Aku akan tetap melakukanya, kita pergi kesana untuk membuat bayi. Itu perintah kakakmu yang sialan itu. Lalu memangnya kenapa? aku suamimu noona.  Aku berhak mendapat hakku.” kata-kata Sehun datar dan menyebalkan, begitu pula dengan tatapannya.

 

Lisa memutuskan untuk tidak menjawab dan kembali ke kamarnya. Dia menutup pintu keras-keras dan mendesah sekeras mungkin.

Yang lebih penting, dia butuh sesuatu-atau pintu kemana saja untuk menghilang dari dunia ini.

 

Terlalu banyak hal gila yang terjadi hari ini dan Lisa ‘tak siap akan hal itu’.

 

 

 

TBC

 

6 tanggapan untuk “[EXOFFI FREELANCE] She is Male (Chapter 3)”

    1. Hello Mungkin minggu besok blm bisa update
      Tapi yang aku post cuman oneshoot aja. Maaf y. 😭😭😭😭😭😭😭😭😭Tp minggu depanya lagi tetap aku post. Tapi makasih udah mau baca dan komen di setiap post ff aku. 😊😊
      Sedikit sibuk juga buat wordpress untuk post koleksi semua fanfiction aku. 😁

    1. Mungkin minggu besok blm bisa update
      Tapi yang aku post cuman oneshoot aja.
      Soalnya peminat story ini yang keliatan bosenin ini. Readers kurang berselera buat baca 😂😂😂.

      Makasih ya dah sempet baca. Tetep aku post minggu depanya lagi. Gpp kan. Maaf 😉😄😂😂

Tinggalkan Balasan ke candyblueberry Batalkan balasan