[EXOFFI FREELANCE] The One Person Is You (Chapter 22-END)

hasil1

The One Person Is You

Tittle            : The One Person Is You (Chapter 22) -END-

Author        : Dancinglee_710117

Main Cast        :

  • Park Chanyeol (EXO)
  • Lee Hyojin (OC)
  • Kang Rae Mi (OC)

Other Cast        :

  • Jung Yong Hwa (C.N.BLUE)
  • Bang Yongguk (B.A.P)
  • Choi Jun Hong / Zelo (B.A.P)
  • Kim Himchan (B.A.P)
  • Oh Sehun (EXO)
  • Kim Jong In / Kai (EXO)
  • And other you can find in the story

Genre        : Romance, Friendship, Comedy (a little bit), and other

Rating        : T

Length        : Chapter

~Happy Reading~

 

*Author POV*

 

Jun Hong dan Himchan adalah orang pertama yang keluar dari restoran bibi Moon setelah mereka semua menyelesaikan acara makan-makannya, diikuti Yongguk yang berjalan sendiri, lalu Sehun yang bersenda gurau bersama Jong In, kemudian Chanyeol dan Hyojin. Sementara sang pemilik restoran, anaknya, kakaknya, juga keponakannya hanya mengantar sampai di depan restoran saja, sekedar memberi salam perpisahan dan berterima kasih karena sudah mengunjungi restoran mereka.

 

“Terima kasih atas makanannya!” ujar keenam pemuda serta seorang pemudi itu bersamaan.

 

Bibi Moon tak membalas, wanita itu sibuk menghitung uang hasil penjualan makanan hari ini.

 

Aigoo! Berhentilah menghitung uang itu dan ucapkan terima kasih kepada pelangganmu!” ibu Rae Mi memukul bahu adiknya cukup keras, lantas beralih kepada teman kampus anaknya sembari tersenyum hangat. “Terima kasih juga sudah mau berkunjung, jangan kapok untuk datang lagi ya?”

 

“Ya ampun eomonim, mana mungkin kami tidak datang kesini lagi.” Respon Chanyeol tak kalah hangat, dan panggilannya untuk ibunya Rae Mi yang terdengar akrab membuat yang lain memberikan tatapan heran padanya. “Makanannya enak dan juga aku adalah pelanggan setia bibi Moon, benar kan bibi Moon?”

 

Bibi Moon memasukkan lembaran uang ke sakunya lantas tersenyum lebar, “Tentu!. Aku tidak mau kalau pelangganku dari keluarga Park hilang begitu saja. Oh iya, apa kabar kakakmu? Sudah lama dia tidak main kemari, tadi aku lupa bertanya karena sibuk memarahi gadis tengik Lee Hyojin itu…” dan keduanya pun sibuk berbincang tentang hal yang hanya mereka berdua tahu dimana akhirnya Jong Up pun ikut bergabung.

 

“Ah! Sudah terlalu larut.” Ujar Sehun setelah melihat jam tangannya, “Kalau begitu saya permisi pulang dahulu. Sekali lagi terima kasih atas makanannya yang enak.”

 

Ibu Rae Mi melebarkan senyumnya dan menepuk bahu Sehun lembut, “Eoh! Hati-hati dijalan.” Katanya halus, berbicara seolah pada anaknya sendiri, membuat hati Sehun tersentuh dengan perlakuannya.

 

“Saya juga akan pulang sekarang.” Sahut Jong In sambil membungkuk hormat, “Yak, Hyojin-ah! Kau tidak pulang juga?” tanya Jong In pada Hyojin yang sibuk menatap tanah. Jong In merasa kalau kawannya itu tengah memikirkan masalah yang berat, karena tak biasanya Hyojin melamun seperti itu. Tapi dia tak berniat bertanya pada Hyojin sekarang, tidak di depan orang banyak.

 

“Eo-eoh?” lirih Hyojin ketika sudah sadar, “Eoh! Tentu saja aku juga pulang, jangan berani meninggalkanku!” panik Hyojin, tidak ingin tersesat lagi dan mempermalukan diri karena buta arah.

 

“Aku pulang dulu…” Hyojin pun membungkuk, memberikan salam hormat kepada ibu Rae Mi. “Yak, Rae Mi-ah! Aku pulang duluan!”

 

“Yak! kau tidak ikut pulang ke rumah kakekmu?”

 

Pertanyaan Rae Mi hanya mendapat senyuman kaku serta gelengan kepala dari Hyojin sebagai jawaban. Gadis itu berjalan mundur beberapa langkah seraya melambai, kemudian berbalik untuk menyusul Sehun, Jong In, Yongguk dan anak buahnya yang sudah berjalan mendahului Hyojin.

 

“Hoi! Tunggu aku!” seru Chanyeol, “Bibi Moon, Jong Up, Rae Mi dan eomonim, aku pulang sekarang! Annyeong!” ia berlari cepat, seolah rusa yang takut kehilangan kawanannya.

 

“Haaah~ senang sekali melihat betapa indahnya masa muda.”

 

Ibu Rae Mi tersenyum senang, membuat siapapun yang melihat senyumannya merasa tenang. Jong Up yang sedari tadi memperhatikan bibi yang baru ia temui hari ini itu mulai bisa berspekulasi dari siapa Rae Mi mewarisi wajah polos dan senyuman innocentnya.

 

“Yak Moon Hae Ra!” panggil ibu Rae Mi kepada adiknya, bibi Moon yang hendak kabur. “Kita perjelas mengenai keberadaan Jong Up, oke?” kemudian kedua wanita paruh baya tersebut masuk kembali ke restoran bersama dengan Jong Up yang tertawa keras mendapati kali pertama sang ibu merasa begitu ketakutan.

 

Rae Mi tak ikut masuk, ia masih berdiri di depan restoran, menatap kepergian teman satu kampusnya yang masih terlihat di ujung jalan, bersenda gurau bersama tanpa gadis itu tahu apa yang tengah mereka tertawakan, ia juga ingin berada dalam kebersamaan itu namun ia sadar bahwa dia bukan Lee Hyojin yang bebas dan mempunyai rasa setia kawan yang tinggi atau seseorang yang mudah bergaul, dia bukan orang yang seperti itu. Tapi setidaknya ia merasa lega, karena ia sudah berbaikan dengan Hyojin, sehingga dirinya juga bisa belajar arti dari sebuah ‘kesetiaan’ pada gadis pemberani itu.

 

Walau Rae Mi harus mengorbankan cintanya untuk sebuah persahabatan

 

***

 

“Jadi kau belum menemui ibumu?!”

 

Jun Hong menutup mulutnya tak percaya, “Darimana kau tahu soal ibu Yongguk hyung?!” tanyanya sambil menarik kerah baju Hyojin, mendesaknya untuk segera menjawab.

 

Jong In melepas paksa tangan Jun Hong dari baju Hyojin lantas mendorongnya agar menjauhi sang sahabat. Beruntung Sehun bertindak cepat, ia segera mencegah Jong In berbuat lebih jauh karena dia sendiri paham, sikap Jun Hong barusan hanyalah reflek dan pria yang lebih muda darinya itu tak akan mencelakai Hyojin.

 

“Lain kali jika kau melakukannya lagi pada Hyojin, kuhabisi wajah kekanakanmu itu!” kesal Jong In.

 

Sehun menghela nafas, “Yak, dia memang masih anak-anak. Usianya lebih muda tiga tahun darimu.” Ia menjelaskan.

 

“Tapi bukan berarti aku masih anak-anak! Dan wajahku tidak kekanakan!” elak Jun Hong yang juga kesal dengan perlakuan Jong In tadi. Sama seperti Sehun, Himchan juga menjadi penenang untuk amarah sahabatnya. Pria itu menarik salah satu tangan Jun Hong, mencegahnya untuk berkelahi.

 

“Hei! Aku sedang bertanya pada Yongguk! Kenapa kalian berempat berisik sekali sih?!” seru Hyojin tak kalah sebalnya.

 

“Yak! bagaimana bisa berempat?, aku tak ikut ambil andil bahkan tak mengatakan apapun sejak tadi!” Himchan membela dirinya.

 

“Apakah kita cukup akrab sampai kau bicara dengan santai padaku?” balas Hyojin dengan wajah yang menyebalkan menurut Himchan.

 

“Dan apa kau cukup akrab dengan Yongguk sampai mengetahui soal keluarganya?” Chanyeol yang sebelumnya hanya memperhatikan kini angkat bicara.

 

“Lalu, apa kau cemburu dengan kedekatanku dengan Hyojin?, Park-Chan-yeol?” Yongguk melancarkan aksi jahilnya.

 

“Yak! yak! yak! kembali ke topik awal! Kenapa malah bahasannya melenceng semua?!” Hyojin mengingatkan kembali, “Jadi Bang Yongguk, kau masih belum menemui ibumu?”

 

Yongguk menggeleng sebagai jawaban, dan hal tersebut membuat Hyojin menghela nafas panjang.

 

“Setelah sekian lama… aku pikir kau sudah menguatkan keyakinanmu.”

 

Jong In merapatkan jaketnya karena suhu udara yang dingin membuatnya tak nyaman. “Memangnya kenapa dengan ibu atau keluarganya orang ini?” tanyanya dengan santai, seolah tidak tahu masalah berat apa yang terjadi dengan Bang yongguk dan keluarganya. Dan memang sebetulnya Jong In tidak tahu apapun mengenai keluarga Yongguk yang cukup rumit jika dijelaskan.

 

“Sepertinya kau membuat rahasia keluargaku menjadi omongan publik ya?” sindir Yongguk pada Hyojin, gadis yang memulai bahasan tentang ibunya, hal yang tidak ingin dia ceritakan begitu saja dengan mudahnya.

 

Hyojin memukul punggung Yongguk dengan keras, sampai pria itu hampir jatuh terjungkal. “Memangnya publik yang mana yang kau maksud?. Disini hanya ada aku, dua sahabatmu, juga Sehun! Dan mereka bukan orang asing bukan? Yah… walaupun ada Jong In yang tak tahu menahu sama sekali mengenai kehidupan chaebol sepertimu.”

 

“Memangnya kau bukan?” tanya Jun Hong yang sebenarnya hanyalah sebuah sarkasme untuk Hyojin yang sepertinya tidak sadar bahwa dia juga golongan chaebol, mengingat kakeknya adalah pemilik perusahaan Jaeguk.

 

“Eoh? Aku bukan golongan chaebol, aku hanya terdesak dan situasi yang membuatku terjebak menjadi seorang chaebol. Sebut saja aku ‘chaebol yang gagal’.”

 

“Seperti judul drama saja, ‘chaebol yang gagal’ hahaha lucu sekali.” Chanyeol meledek dengan menirukan perkataan Hyojin dengan gaya yang dibuat-buat. Hampir saja dia menerima tinjuan maut dari tangan Hyojin jika dia tak segera mengelak.

 

Masih sambil mengepalkan tinjunya di udara, Hyojin berbicara pada Yongguk meski matanya fokus terarah pada Chanyeol, yang berlindung dibalik tubuh Sehun sambil menjulurkan lidah pada Hyojin.

 

“Bukankah kau seharusnya sudah bertemu beliau? Setidaknya menyapanya sekali?”

 

Tak ada jawaban dari Yongguk karena pria itu sibuk memperhatikan Hyojin yang terus menatap Chanyeol. Ia tersenyum miris, hendak memukul kepala gadis itu dan berteriak tepat di depan wajahnya, mengatakan bahwa ia menyukainya, bahwa ia tertarik kedalam pesonanya, pesona yang Yongguk sendiri tak tahu apa itu. Tapi apa daya, itu hanya keinginan konyol Yongguk yang terpendam, dan akan selalu ia simpan, entah sampai kapan.

 

“Yak! kau tak menjawabku?!”

 

Yongguk mendengus pelan, kesadarannya sudah terkumpul penuh melihat bagaimana tingkah Hyojin saat ini. Meskipun gadis itu peduli tentangnya, terus bertanya mengenai keadaannya, tapi perasaan gadis itu ditujukan untuk orang lain.

 

Dan itu bukan Yongguk.

 

“Sekarang bukan saatnya untuk membahas hal itu.” Ujar Yongguk dengan nada bicara yang aneh, “Aku pasti akan menemui ibuku, mengatakan padanya bahwa aku sudah menjadi anak orang kaya lantas menyombong padanya.”

 

Hyojin menurunkan kepalan tangannya, menaikkan sebelah alis, kebingungan dengan sikap serta perkataan Yongguk barusan.

 

“Kau tak perlu khawatir… toh itu bukan urusanmu kan?” Yongguk mengulas sebuah senyuman, bukan seringai kejam yang menyeramkan seperti biasanya, hanya sekedar senyuman yang maknanya tidak diketahui selain oleh pemiliknya. Namun yang lain dapat melihat sorot mata Yongguk yang terlihat sedih.

 

“Bang Yongguk kau tidak sakit-”

 

“Pikirkan saja bagaimana kau akan menemui keluargamu, bagaimana cara untuk meyakinkan mereka bahwa bukan kau yang mencampakan mereka… yah, sesuatu semacam itu. Sekarang bukan saatnya kau memikirkan orang lain…” Yongguk berhenti sebentar untuk menghela nafas kemudian menatap langit beberapa detik sebelum kembali menatap gadis yang ia sukai.

 

“Apalagi memikirkan musuh terbesarmu.”

 

Sebuah seringai terulas diwajahnya, tatapan Yongguk menajam, membuat Hyojin merasa ada yang tak beres dengan pria itu.

 

“Apa-apaan ekspresimu itu? mungkinkah kau terpesona akan ketampananku?” goda Yongguk setelah tak mendapat respon apapun dari gadis di depannya.

 

Hyojin menggelengkan kepala serta memicingkan mata, “Bang Yongguk, kau ini… tidak mengalami penyakit jiwa kan?” ujarnya santai, tanpa merasa terintimidasi sama sekali dengan sang pemimpin dari pembuat onar di kampus Yonsei.

 

Yongguk tersenyum sinis seraya menarik kerah baju Hyojin dengan tangan kirinya, mendekatkan wajah gadis itu ke wajahnya sendiri sambil memberikannya tatapan paling sadis yang ia miliki. Hyojin tersentak, tapi tak berusaha melepas tautan tangan Yongguk, malah menatapnya balik dengan santai padahal kedua sahabatnya sudah mengambil ancang-ancang untuk menghajar Bang Yongguk jika pria berotot itu hendak melakukan hal buruk pada Hyojin.

 

“Kau pengidap bipolar* ya? Atau D.I.D*?”

 

Yongguk agaknya tidak mengerti istilah yang Hyojin maksud. Ia terdiam dengan posisi yang masih sama, belum lagi wajah Hyojin yang cukup dekat dengannya mampu membuat tubuhnya kaku seperti patung.

 

Sebuah tangan melepas paksa tangan Yongguk lantas balik menarik kerahnya dengan kasar. Akibatnya, Hyojin terdorong beberapa langkah. Beruntung gadis itu dapat menyeimbangkan tubuhnya.

 

“Sebaiknya berhenti bersikap konyol.” Ujar Chanyeol dingin tanpa melepas pandangannya dari mata Yongguk, “Kenapa kau selalu merubah perangaimu? Apa kau suka sekali berakting dan membuat orang lain bingung?”

 

“Kenapa kau peduli sekali akan sikapku?. Kau yang kebingungan… atau kau takut Hyojin tertarik padaku?”

 

“Tidak mungkin itu terjadi.”

 

“Whoaaa, sombong sekali!. Setelah Hyojin mengakui perasaannya padamu, kau jadi percaya diri bahwa gadis itu tak akan berpaling darimu?”

 

Chanyeol yang emosi semakin menguatkan cengkramannya pada kerah baju Yongguk. Hyojin berusaha melerai keduanya dengan melepas tautan mereka dan gagal. Keadaan yang cukup tegang ini bahkan membuat Sehun, Jong In, Jun Hong juga Himchan bergeming. Keempatnya pun tak bisa membantu apapun karena mereka cukup terkejut dengan keberanian Chanyeol serta perubahan sikap Yongguk.

 

“Hei! Apa ini saat yang tepat untuk berkelahi?”

 

Sehun menjadi orang pertama dari keempat pria lain yang mampu mengeluarkan suara, untuk setidaknya menghentikan pertengkaran antara Chanyeol dan Yongguk. Tapi kata-kata Sehun hanya menjadi angin lalu untuk kedua pria yang sedang berada dalam lautan emosi tersebut.

 

Jun Hong dan Himchan pun mencoba menarik sahabatnya, sayangnya kekuatan Yongguk lebih kuat dari partner in crime-nya sehingga apa yang dilakukan Jun Hong serta Himchan menjadi sia-sia.

 

“Yak! sebaiknya berhenti saling menempel dan bertatapan seperti itu!. kalian seperti pasangan gay yang hendak berciuman di depan umum!”

 

Seketika pandangan Hyojin, Sehun, Jun Hong dan Himchan langsung terarah pada Jong In yang barusan berbicara. Tatapan mereka terlihat jijik dan curiga pada pria berkulit kecoklatan itu. Sementara Jong In mengendikan bahu tak acuh lantas bersedekap dengan gaya angkuh.

 

“Sepertinya cukup berbahaya jika bersama dengan Hyojin terlalu lama.” Ujar Jun Hong dengan mata waspada.

 

“Memangnya kenapa?” tanya Himchan, satu-satunya orang yang mendengar ucapan Jun Hong barusan.

 

“Sebaiknya kau ingat ini baik-baik, hyung. Berada di dekat Hyojin dalam jangka waktu yang lama dapat membuatmu bersikap aneh dan mengatakan hal-hal konyol!”

 

Mendengar ucapan Jun Hong, Himchan hanya bisa menganggukkan kepala walau tak sepenuhnya paham dengan apa yang kawannya itu katakan.

 

“Yak! kalian benar-benar tidak mau berhenti?” pertanyaan Hyojin tetap tak dihiraukan sehingga mau tak mau Hyojin harus menggunakan jurus pamungkasnya supaya pertengkaran konyol itu berakhir. Lantas ia dan yang lain bisa segera pulang, apalagi membahas soal ibunya Yongguk pun sudah tak menarik lagi baginya.

 

‘Bugh!’

 

Chanyeol dan Yongguk jatuh tersungkur setelah mendapat tendangan keras dari kaki kiri Hyojin. Yup!, gadis itu melakukan tendangan tornado ala taekwondo kepada mereka. Sekali lagi keempat pria yang lain melongo karena kaget sementara yang ditendang meringis kesakitan sambil menyumpah serapahi Hyojin dengan penuh kekesalan.

 

“Aku jijik melihat pertengkaran kalian yang aneh.” Kata Hyojin dengan nada dingin serta tatapan tajam, “Benar seperti kata Jong In, jika ingin berciuman atau berpacaran, jangan di depan umum, kalian paham kan kalau pasangan sesama jenis masih menjadi hal yang tabu di Korea?. Bisa kan menjaga etika walau sudah melanggar norma yang ada?”

 

“Apa?! Kau bodoh atau apa sih?! Bisa-bisanya berpikir seperti itu!” seru Chanyeol tak terima dikatai pasangan sesama jenis oleh Hyojin.

 

Yongguk menambahi, “Pacarmu itu idiot mungkin!, meledek orang punya penyakit jiwa, padahal dirinya sendiri sedang dalam masa pemulihan.” Sambil menggosok bagian belakang tubuhnya yang sakit.

 

“Dia bukan pacarku!”

 

“Ralat, kita panggil dia ‘hampir jadi pacar’ atau ‘mantan calon tunangan’, setuju?”

 

Aigooo~ lanjutkan saja pertengkaran konyol kalian!” ucap Hyojin sambil mengangkat sebelah kaki, berpura-pura hendak menendang mereka lagi dan hal itu sanggup menciutkan nyali Chanyeol-Yongguk. “Sebaiknya aku pulang daripada berlama-lama dengan dua pria aneh seperti kalian! Ayo, Sehun! Jong In!”

 

Setelah itu Hyojin pergi bersama kedua sahabatnya, meninggalkan Chanyeol serta trio trouble maker yang masih heran dengan kelakuan gadis konyol itu. Jun Hong segera membantu Yongguk berdiri dan membersihkan debu yang menempel pada tubuh ‘pemimpinnya’.

 

“Kita juga harus pergi.” Ujar Himchan seraya memainkan ponselnya.

 

Yongguk mengangguk setuju, dan Jun Hong pastinya akan mengikuti Yongguk.

 

“Oi! Park Chanyeol!”

 

Chanyeol yang baru saja berdiri, menoleh pada Yongguk dan menatapnya sebal.

 

“Kenapa?”

 

“Kali ini aku menyerah. Tapi kalau kau masih saja belum memutuskan siapa yang akan berada disampingmu…” Yongguk memberi jeda untuk menunjukkan senyuman miring penuh percaya diri.

 

“…maka aku akan mengambil Hyojin kembali.”

 

*Hyojin POV*

 

Pagi ini cuacanya cerah, udara segar, dan beberapa burung berkicauan diluar rumah Jong In. Yup!, setelah aku kabur dari apartemen Chanyeol, kini aku kembali ditampung oleh sahabat super baikku yang pemarah (baca : Kim Jong In) dan akan tinggal dirumahnya sampai aku sanggup menemui orangtuaku.

 

Terdengar aneh memang aku mengawali hari setelah melewati segala masalah yang ada beberapa waktu terakhir dengan mendeskripsikan pemandangan yang ada, tapi begitulah, perasaanku begitu senang saat ini. Selain setengah dari masalahku sudah tuntas, juga karena aku punya waktu untuk pergi ke makam kakek dan nenek setelah sekian lama tak berkunjung.

 

“Hoi! Cepat sedikit!”

 

Aku memberikan tatapan malas pada Jong In yang berada didalam mobil milik Sehun, tepatnya duduk disamping kursi kemudi. Sang pemilik mobil? Tentu saja pria tampan nan kaya raya itu yang mengemudi, jangan harap aku sudi menaiki mobil convertible* putih tersebut jika Kim Jong In yang berada balik kemudi! No way!.

 

Aku memasuki mobil dan langsung duduk dibelakang Sehun. “Mobil baru? Bugatti Veyron kemarin kau kemanakan?” tanyaku antusias.

 

Sehun tersenyum bangga sebelum menjawab, “Aku taruh di gudang, sebab itu milik perusahaan. Yang ini aku membelinya sendiri dari uang tabunganku, keren kan?” katanya sedikit menyombongkan diri.

 

“Bisa kutebak sih berapa banyak uang tabunganmu.” Sindir Jong In seraya mengacak CD lama milik Sehun yang tergeletak di dashboard mobil. Ia mengambil salah satu CD dan memainkannya di pemutar CD.

 

“Ya ampun… selera anak ini…” ledekku setalh mendengar lagu apa yang ia pilih.

 

“Please baby baby baby, geudaega naeaneh…”

 

Jong In mengabaikanku dan mulai menyanyi dengan semangat, lagu milik SNSD berjudul Baby Baby menjadi aneh karena suara Jong In. Aku jadi kasihan dengan sang pencipta lagu. Secepatnya aku menutup kedua telinga Sehun, mencegahnya terganggu dari suara Jong In yang mulai semakin parah. Aku tidak ingin Sehun menjadi stress lalu menabrakan mobil ini ke trotoar atau pada mobil lainnya.

 

Sehun tertawa sambil mengemudi -setelah sebelumnya berterima kasih atas tanganku yang menyelamatkannya. Kemudian tawanya berhenti sesaat setelah melihat mobil hitam yang aku tak tahu jenisnya, melaju melewati kami.

 

“Sepertinya aku mengenali mobil itu.”

 

“Mobil yang mana maksudmu?”

 

“Baby baby baby salmyoshi dagaga…”

 

Disaat seperti ini Jong In masih serius bernyanyi, apa dia tidak sadar seperti apa suaranya itu?!.

 

“Yak! tidak mau diam?!” seruku kesal seraya memukul tubuhnya bertubi-tubi, “Kau mau mulutmu aku sumpal dengan kaos kaki bekas huh?!”

 

“Yak! yak! yak! kau ini kenapa hanya kejam kepadaku huh?!. Benar-benar pilih kasih!”

 

Aku menghentikan pukulanku lantas menghela nafas panjang, “Itu… tanda cintaku kepadamu, mengerti?” ucapku dengan panuh penekanan.

 

“Maaf nona, aku sudah punya kekasih, jadi jangan mencoba untuk menggodaku.”

 

A-apa katanya? Bocah ini benar benar minta dihajar sampai sekarat ya?!.

 

“Mau mati?”

 

“Sudah! Sudah!” Sehun kembali menjadi penengah tiap pertengkaran kami. “Hyojin maaf, tapi aku hendak mengikuti mobil itu dulu, tak masalah kan kalau kita agak siang sampai ke pemakaman?”

 

“Eo-eoh… tak masalah.”

 

Apa mobil itu berbahaya? Kenapa Sehun sampai berniat mengikutinya?. Aku tak ingin berfikiran negatif, tapi ekspresi Sehun yang sangat serius membuatku merasa tak nyaman. Kurasa aku harus berdoa pada Tuhan agar firasat burukku tak terjadi dan hanya akan menjadi pemikiran konyol. Yah, semoga saja.

 

***

 

“Kau bilang, kita mungkin sampai agak siang?” tanyaku pada Sehun setelah ia menghentikan mobilnya di area pemakaman kakek dan nenekku.

 

“Benar.” Timpal Jong In seraya keluar dari mobil, “Sekarang baru pukul sembilan pagi.” Lanjut Jong In setelah melihat jam tangannya.

 

Aku menarik tangan Sehun yang hendak berjalan menuju mobil hitam yang terparkir cukup jauh dari kami.

 

“Sebenarnya ada apa? Siapa yang kau curigai?”

 

Sehun hanya menoleh sekilas, “Jika kau penasaran, maka ikuti aku, karena mungkin ini ada hubungannya denganmu. Tapi jika tidak, maka jangan halangi aku, oke?” ujarnya tanpa melihatku lagi.

 

Rasanya sedikit sakit hati ketika mendengar ucapan Sehun barusan. Tapi yah, aku paham betul dengan mencekal tangannya sekarang bisa membuat Sehun kehilangan pengemudi mobil hitam mencurigakan tadi. Jadi dengan sadar aku melepaskan tautan tangan kami lantas membiarkan Sehun berjalan menuju gerbang utama pemakaman, mengikuti pria bersetelan jas rapi secara diam-diam. Entah kenapa rasanya aku juga familiar dengan pria tersebut.

 

“Itu Jung Yong Hwa kan? Senior kita saat di SMA?”

 

Pertanyaan Jong In langsung menghantam kepalaku saat itu juga. Betapa bodohnya aku sampai tidak mengenalinya!.

 

“Eoh? Mau kemana kau?” tanya Jong In saat aku mulai berlari mengejar Sehun dan pria yang sepertinya Yong Hwa sunbae itu.

 

Aku pun berbalik seraya menjawab pertanyaan pria pemarah itu dengan berjalan mundur, “Mencari kebenaran. Kalau kau ikut pastikan mobil Sehun terkunci dengan benar.” Kataku masih mempertahankan sel rasionalku meski sedang dalam suasana yang cukup genting.

 

“Aku tunggu disini! Jangan sampai Sehun terluka karenamu!”

 

Aku mencibir omongan Jong In lantas berbalik lagi dan berjalan dengan semestinya. Beruntung aku tak kehilangan jejak dan bisa bersembunyi dengan baik sehingga Yong Hwa sunbae tak menyadari keberadaanku. Namun aku tak menemukan keberadaan Sehun dimana pun sehingga aku putuskan untuk mengitu Yong Hwa sendirian.

 

Tapi kenapa Sehun curiga kepadanya ya?, mungkin saja dia memang berniat mengunjungi makam sanak saudara atau keluarganya. Kenapa harus begitu curigai saat berpapasan dengan mobil seseorang, lantas mengetahui bahwa tujuannya sama dengan kita? Mungkin itu hanya sebuah kebetulan kan?.

 

Tiba-tiba aku merasa bodoh karena termakan omongan Sehun begitu saja. Setelah berpikir masak-masak aku putuskan untuk tidak mengikuti Yong Hwa lagi sampai aku sadar kemana ia melangkah sekarang. Langkahku terhenti dan kembali curiga kepadanya.

 

Kenapa dia berhenti tepat di depan makam kakek dan nenekku?

 

Apa dia mengenal mereka? Apa dia hanya berkunjung saja?. Namun apa alasannya? Kenapa dia bisa berada disana? Menangis di depan batu nisan kakekku seraya membungkuk hormat?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tak akan pernah bisa terjawab jika aku hanya diam memperhatikan Yong Hwa dari jauh.

 

“Sunbae…”

 

Sesuai dugaanku, pria itu terkejut setelah berbalik dan mendapati juniornya semasa SMA kini tengah menatapnya heran sekaligus curiga padanya.

 

“Hyo-Hyojin-ah…”

 

“Sedang apa kau disini?, di depan makam kakek dan nenekku?”

 

*Author POV*

 

“YEAH! LOTTE WORLD!”

 

Teriakan Hyoyeon yang nyaring bisa didengar oleh Chanyeol yang baru saja memasuki area Lotte World. Ia menutupi mukanya malu, berjalan ragu mendekati wanita itu yang sedang bercanda ria bersama sang kakak. Menyadari tatapan semua orang mengarah pada Hyoyeon dan Yura, Chanyeol putuskan untuk berdiri sedikit jauh dari kedua wanita itu. perasaan malu seperti ini membuatnya merasa déjà vu. Seperti mengingatkannya pada seseorang yang punya kelakuan sama anehnya dengan Hyoyeon.

 

“Lee Hyojin…” lirih Chanyeol dengan tatapan malas begitu ingat wajah konyol Hyojin yang sering sekali gadis itu tunjukkan pada Chanyeol.

 

“Hmmm… jangan-jangan mereka kembar terpisah.” Ujar Chanyeol dengan nada datar sambil menatap tajam pada Hyoyeon. Wanita itu sadar kalau adik temannya sedang melihat kearahnya, tapi dia tidak paham betul arti tatapan tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah ketertarikan.

 

“Adik kecil~ jangan sampai jatuh hati pada noona ya, soalnya noona sudah punya kekasih…” Hyoyeon berbicara dengan nada imut. Membuat Chanyeol merinding dan segera mengklarifikasi atas kesalahpahaman teman kakaknya itu.

 

“Tidak noona, aku hanya menatap kedai ice cream disebelah sana.” Bohong Chanyeol karena tak mungkin mengatakan pada Hyoyeon bahwa dia bukan tipenya. Ia merasa itu terlalu kasar apalagi pada teman sang kakak.

 

Sebuah jitakkan Hyoyeon dapat dikepalanya, hadiah dari Yura. “Lagipula kau juga bukan tipe idealnya! Jadi jangan terlalu percaya diri dengan menganggap adikku menyukaimu!” ucapnya dengan wajah sadis dan tengah memiting leher Hyoyeon dnegan lengannya.

 

Chanyeol melongo, tak percaya kakaknya sendiri bisa bertingkah bringas seperti itu. Yah, memang dia tahu betul bahwa Yura juga termasuk golongan gadis aneh. Tapi dia tidak menyangka kalau Yura juga akan melakukan tingkah konyolnya didepan umum. Sekali lagi, Chanyeol menjauhkan diri dari kedua wanita itu.

 

“Tapi, Hyo-noona, kenapa kau tidak mengajak kekasihmu kemari juga?”

 

Hyoyeon menjentikkan jarinya setelah mendengar ide Chanyeol, “Good idea!. Kalian tunggu disini, biar aku telpon uri-Jong In supaya datang kemari.” Katanya sambil beranjak menjauh dari Yura dan Chanyeol.

 

“Darimana kau tahu kalau Hyoyeon punya kekasih?” tanya Yura dengan tatapan penuh selidik.

 

“Euuh… kurasa dia pernah menceritakannya padaku? Atau… kau yang cerita? Hehe.”

 

Yura hendak bertanya lagi namun suara Hyoyeon menginterupsi.

 

“Haaah~ dia sedang mengantar temannya ke pemakaman keluarga.” Ujar Hyoyeon dengan lesu, “Aku tidak ingin mengambil waktunya bersama teman-temannya.”

 

Yura mengangguk-anggukan kepala lantas mengelus puncak kepala Hyoyeon. “Pacar yang pengertian…” lirihnya.

 

Chanyeol berdecak sebal, “Kenapa tidak suruh dia ajak teman-temannya sekalian?” ia mengungkapkan sebuah ide lagi.

 

“Betul juga!” Hyoyeon kembali bersemangat lantas menghubungi kekasihnya lagi.

 

“Kenapa kau ingin sekali kekasih Hyoyeon datang huh?” Yura kembali curiga.

 

“Tidak kok, hanya saja… jika aku satu-satunya lelaki diantara dua wanita di arena bermain seperti ini rasanya tak adil saja.” Jawab Chanyeol santai seraya menggulum senyum.

 

“Kau mau membohongi kakakmu? Kau sudah tahu kalau kekasih Hyoyeon adalah temannya Hyojin kan?”

 

“E-eh… tidak kok.”

 

Hyoyeon kembali menginterupsi pembicaraan kakak-beradik itu dengan sebuah sorakan gembira.

 

“Dia bilang akan datang, tapi menyuruh kita untuk menunggu paling lama tiga puluh menit. Sekarang, kita mau kemana dulu?”

 

Yura menggamit lengan Hyoyeon, menariknya menuju salah satu kedai makanan yang tak begitu banyak pembeli. Chanyeol bernapas lega karena sang kakak tak lagi mengintrogasinya.

 

“Setengah jam cukup lama, mungkin aku akan berkeliling sendiri, toh kedua wanita itu sudah dewasa.”

 

***

 

“A-apa maksudmu? Jadi kau mengenal kakekku?”

 

Yong Hwa tak berani menatap langsung pada Hyojin, ia hanya menunduk sambil melihat nisan di makam kakek Hyojin.

 

“Yah, kau bisa katakan seperti itu. Ada hubungan rumit yang tidak bisa aku jelaskan padamu, tapi setidaknya kami saling mengenal dan kakekmu adalah orang yang paling berharga untukku.”

 

“Lalu, ada hubungan apa kau dengan Lee Dae Ryeong? Kenapa kau ikut campur urusanku soal Chanyeol?”

 

Yong Hwa menoleh dengan cepat, menatap penuh kejut pada Hyojin yang sedang memandanginya. “Kau sudah tahu soal itu?”

 

“Kau pikir aku gadis yang bodoh dan naïf?. Aku mulai menyelidiki tentangmu ketika kau bahas mengenai Chanyeol bersama Rae Mi padaku. Ternyata Lee Dae Ryeong yang menyuruhmu. Sekarang, aku melihatmu dimakam kakekku dan kau bilang saling mengenal dengannya. Menurutmu, apa aku akan termakan dengan ucapan bodoh itu?”

 

“Hyojin-ah…”

 

“Jangan khawatir, akan kupastikan telingaku menangkap semua penjelasan sunbae. Jadi, jelaskan sekarang…”

 

Yong Hwa menghela nafas, mengumpulkan segala kemampuan untuk menjawab permintaan Hyojin.

 

“Sama denganmu, aku punya dendam kepada pria tua menyebalkan itu.” Yong Hwa tak langsung melanjutkan ucapannya. Ia tersenyum pahit, tidak bisa meneruskan.

 

“Begini saja, aku punya sebuah cerita karanganku yang sangat bagus dan menyentuh.”

 

Sunbae, aku sedang tak ingin mendengar dongeng jadi jelaskan saja hubunganmu dengan-”

 

“Ada sebuah bibit, bibit pohon yang baru saja tumbuh, merasakan sinar matahari yang hangat, siraman air yang segar, bibit itu sangat bahagia. Tapi suatu hari, sang bibit harus kehilangan segalanya, diusianya yang masih muda, ia dikurung dalam kandang besi yang seharusnya tak menjadi tempatnya, menghalanginya untuk tumbuh.”

 

“Sunbae…” lirih Hyojin, terkejut dengan air mata yang menetes dipipi Yong Hwa.

 

“Bibit itu terus bersedih, merasa sangat kehilangan serta ketakutan. Beruntung, ada pria baik yang bersedia mengambilnya dari tangan orang jahat yang sudah mengurungnya. Pria baik itu merawatnya, memberikannya tempat yang banyak terkena paparan sinar mentari hangat, menyiraminya dengan air bersih yang segar, bahkan memupuknya dengan sebuah kasih sayang. Sang bibit sangat senang, dia berusaha tumbuh menjadi pohon yang besar dan kuat, serta bisa berbuah dengan baik untuk sang pria baik dan istrinya. Tapi takdir berkata lain, Tuhan yang sayang  kepada pria baik itu akhirnya memanggilnya untuk pergi ke surge, lalu disusul oleh istrinya. Semua itu juga karena si ornag jahat yang kembali mengacaukan kehidupan sang bibit.”

 

Hyojin menguap, “Hoam~ aku mulai bosan dengan ceritamu, sunbae.” Dan berbicara tak sopan pada seniornya itu. “Jangan bertele-tele, langsung pada poin pentingnya saja!”

 

Yong Hwa tersenyum, “Kau dengarkan saja sampai selesai, siapa tahu bisa menjawab rasa penasaranmu.” Balasnya. Hyojin memutar kedua bola matanya malas, namun tetap mendengarkan.

 

“Ia tidak bisa tumbuh dengan baik, walau nyatanya dia sudah menjadi pohon besar yang terlihat kokoh. Nyatanya dia bibit yang gagal karena tak memiliki buah, tidak menghasilkan apapun, hanya ranting tajam berduri serta daun kering yang sering jatuh. Bibit yang sudah menjadi pohon itupun menaruh dendam, ia semakin tumbuh menjadi pohon yang jahat, semakin menajamkan durinya untuk membalas orang jahat yang sudah mengambil segala kebahagiaannya.”

 

“Jadi? Apa hubungannya denganku dan kakek-nenekku?”

 

Yong Hwa tersenyum, “Mungkin belum tuntas. Tapi beginilah cara sang bibit membalas dendamnya.” Jawabnya.

 

Sunbae jangan-jangan bibit itu-”

 

Hyojin tak melanjutkan ucapannya karena ponselnya berdering. Ia berdecak sebal sebelum mengangkat telepon dari Jong In. “Apa?!… huh? Kenapa aku harus ikut?… sialan kau!” ia sedikit tersentak karena baru sadar bicara kasar didepan senior yang dulu pernah ia sukai. “Aissh! Baiklah!. Sehun sudah kembali kan? Aku tak bertemu dengannya tadi… oke aku ikut asal Sehun juga ikut.” Setelah itu Hyojin mematikan sambungan teleponnya.

 

Sunbae! Lain kali kau harus jelaskan lebih rinci, oke?”

 

Belum Yong Hwa menjawab apapun, Hyojin sudah berlari menuju pintu keluar pemakaman. Tanpa melihat lagi kearah Yong Hwa. Sementara pria itu terus menatap kepergian Hyojin sampai gadis itu menghilang dari pandangannya.

 

“Maaf Hyojin, mungkin, tidak ada lain kali.”

 

***

 

“Sialan.” Umpat Hyojin.

 

“Iya, sialan memang.” Sahut Sehun dengan wajah kesal.

 

Kedua bersahabat itu memasang ekspresi kesal karena pemandangan sepasang kekasih sedang bermesraan (Jong In-Hyoyeon) terpampang didepan mereka. Barulah mereka sadar bahwa Jong In mengajak mereka ke Lotte World hanya untuk menemaninya berpacaran.

 

“Ya ampun… serasa dunia milik berdua ya?”

 

Celotehan Yura membuat Hyojin dan Sehun sadar bukan hanya ada mereka -dan dua pasangan kekasih- yang ada disana, menjadi saksi pahit atas kemesraan dua sejoli tersebut.

 

“Sepertinya aku pernah melihatnya.” Bisik Sehun kepada Hyojin.

 

“Dia kakak Chanyeol yang memergoki kita waktu di Lotte World dulu.”

 

“Aaah~ saat kita memata-matai nona Kim ya?”

 

“Tapi, bagaimana bisa eonni berada disini?”

 

Bukannya menjawab pertanyaan Sehun, Hyojin malah bertanya kepada Yura yang masih fokus memperhatikan Jong In. Seolah ibu yang tak mau membiarkan anaknya -Hyoyeon- pacaran dengan orang sembarangan.

 

“Entahlah, mungkin… takdir?” Yura menjawab sambil tersenyum manis, dimana dia tak sadar ada jantung yang sempat berhenti berdetak beberapa saat karena senyumannya tersebut. “Hyojin-ah! Ayo kita pergi beli ice cream!” Yura menarik Hyojin pergi tanpa menunggu persetujuan Hyojin.

 

“Oh Sehun?”

 

Sehun menoleh begitu namanya dipanggil, “Chanyeol? darimana saja kau?”

 

Chanyeol menunjukkan dua cone ice cream coklat yang dia pegang, menjawab pertanyaan Sehun tanpa dia harus mengeluarkan kata-kata.

 

“Hyojin?”

 

“Ah, tadi pergi bersama kakakmu untuk membeli-” Sehun tak melanjutkan ucapannya begitu teringat akan sesuatu, “Bagaimana kau tahu aku disini bersama Hyojin?”

 

Chanyeol melirik kesana kemari dengan cemas, mencari ide yang bisa dia gunakan untuk menjawab pertanyaan Sehun.

 

“Eung… kau selalu bersama dengannya, jadi kurasa… dia ada disini denganmu, hehe.”

 

“Jawaban yang aneh tapi aku tak akan mencari tahu lebih banyak.”

 

“Syukurlah…” lirih Chanyeol sambil memalingkan muka.

 

Sehun tersenyum jahil, “Karena kupikir ada yang baru saja jatuh cinta, sepertinya pindah haluan dari cinta yang lama.” Lanjutnya.

 

***

 

Sebuah cone dengan ice cream vanilla yang masih penuh jatuh begitu saja. Hyojin yang menjatuhkannya, tatapan matanya kosong dan terus melihat lurus kedepan, tubuhnya kaku seperti patung beton. Dengan nafas tercekat ia berusaha mengatakan sesuatu, tapi mulutnya hanya terbuka dengan sedikit isakan tangis yang terdengar. Air mata mengalir dipipinya, membentuk anak sungai kecil yang sedikit membasahi wajahnya.

 

“Hyojin-ah… kau kenapa?!”

 

Yura panik, dia bingung ada apa dengan Hyojin dan harus bagaimana ia mengatasinya. Akhirnya ia putuskan untuk mencari tahu apa yang sedang gadis itu hingga membuatnya menangis.

 

Tak ada yang aneh. Hanya sebuah keluarga kecil. Seorang ayah yang berwajah lembut juga ibu yang nampak protektif pada anak laki-lakinya yang terlihat nakal. Tidak ada yang aneh dari keluarga itu kecuali mereka pun tengah melihat Hyojin dengan sama terkejutnya.

 

“Ibu…”

 

Yura kembali menatap Hyojin yang sudah bisa berkata-kata. Walau hanya panggilan lirih dari mulut kecilnya.

 

“Tunggu!” serunya begitu menyadari sesuatu, “Ibu kau bilang? Dia… ibumu?”

 

Wanita paruh baya yang Hyojin panggil ibu itu melangkah mendekatinya, lebih tepatnya menghampiri Hyojin. Wajahnya nampak santai, tidak seperti Hyojin yang sudah menangis seperti orang kerasukan. Ia memeluk wanita itu, dengan erat. Dan wanita paruh baya tersebut? Tak melakukan apapun bahkan membalas pelukan sang anak.

 

“Kau benar… Lee Hyojin?”

 

“I-iya bu… hiks. Ibu…”

 

Wanita itu mendorong Hyojin, melepas pelukan rindu sang anak, lantas memegang bahu gadis yang hampir merosot kebawah itu.

 

“Berapa usiamu?” ia bertanya, dengan nada dingin.

 

“H-huh?”

 

“Aku tanya, berapa usiamu?”

 

Jinhyo datang dengan kecemasan berlebihan, “Ibu! Dia itu anak kurang ajar yang meninggalkanmu! Dia sudah membuang kita!. Sebaiknya ibu hajar dia sekarang atau lempar ke sungai Han-” celotehannya terhenti begitu sang ibu memberinya tatapan tajam. Sang ayah yang baru saja mendekat akhirnya menarik Jinhyo agar tak kembali bicara sembarangan.

 

“Aku ulangi lagi, berapa usiamu?”

 

“Du-dua puluh tahun…”

 

“Kau sudah besar, tidak seharusnya menangis seperti bocah kecil!” wanita itu menarik telinga Hyojin dengan keras. “Maafkan kami, dia hanya sedang berakting untuk pementasan sekolahnya!” ia meminta maaf kepada pengunjung lain yang sedari tadi memperhatikan.

 

“Aaah! Ibu! Sakit! Sakit!” Hyojin mengaduh.

 

“Lebih sakit mana dari ibu, ayah dan adik yang kau tinggalkan?” balas sang ibu seraya menyeret Hyojin pergi.

 

“Ibu! Dia bukan kakakku!”

 

“Jinhyo! Tidak sopan mengatakan seperti itu pada kakakmu!”

 

“Tapi ayah… dia sudah meninggalkan kita! Dia hanya orang menyebalkan!”

 

“Dasar anak sialan! Beraninya kau bilang begitu huh?!”

 

“Hyojin! Ayah melarangmu untuk bicara kasar!”

 

“Baik…”

 

Yura melongo, sama sekali tidak mengerti situasi yang sedang terjadi. Hyojin bertemu keluarganya? Setelah sekian lama? Tapi kenapa? Ada apa dengan keluarga itu? dan jika ini pertemuan setelah sekian lama… kenapa malah jadi seperti sitcom yang ingin membuatnya tertawa?.

 

“Tapi…” Yura tersenyum kemudian, “…aku merasa bahwa Hyojin terlihat lebih baik sekarang.” Ujarnya sambil melihat bagaimana Hyojin masih sempat bertengkar dengan adiknya walau mendapat jeweran telinga yang cukup menyakitkan oleh sang ibu, sementara ayahnya tertawa dengan kelakuan anggota keluarganya itu.

 

***

 

“Apa kalian tidak lelah bermesraan seperti itu? selama dua jam?”

 

Sindiran Sehun tak mempan untuk menghentikan aksi suap-suapan Hyoyeon pada Jong In disebuah restoran makanan itali. Chanyeol menghela nafas, berusaha tak peduli dan kembali menikmati makanan pesanannya.

 

“Sebaiknya kau tidak usah iri, kawan.” Jong In membalas sambil tersenyum sinis.

 

“Oh, lihat siapa yang menyindir siapa.” Sehun memutar kedua bola mata dengan malas, “Dan dimana Hyojin? Kenapa sampai sekarang dia belum kembali?” ia beralih pada Yura yang duduk manis sambil mengambil paksa makanan adiknya. “Dan kenapa dia tidak mau mengatakan keberadaan Hyojin?”

 

“Kan sudah aku bilang, quality time… sesuatu yang seperti itu…” jawab Yura enteng, tak mengindahkan kekesalan Chanyeol yang makanannya ‘dicuri’.

 

“Dengan siapa?” kini Jong In yang bertanya, “Toh ‘kekasih’nya ada disini.” Ia menekankan kata ‘kekasih’ seraya melirik Chanyeol.

 

“Dengan siapa lagi kalau bukan dengan keluarganya?”

 

“APA?!”

 

Teriakan trio Chanyeol-Sehun-Jong In mampu menarik perhatian seluruh pengunjung restoran. Yura dan Hyoyeon hanya bisa dia membeku lantas menutup wajah karena malu. Manager restoran menatap meja mereka dengan tajam, merasa terganggu oleh kelakuan tiga pria tampan disana.

 

‘Kring~’

 

“Eoh? Yo! Sam baka (trio bodoh) rupanya ada disini.”

 

Kedatangan Hyojin di pintu masuk sudah menarik perhatian pengunjung, lagi. Dan arah tujuannya ke meja Chanyeol dan lain-lain sudah tak mengejutkan mereka lagi. Pengunjung pun kembali menikmati santapan mereka tanpa mau peduli lagi, kecuali para wanita yang terpesona dengan ketampanan tiga pria yang Hyojin panggil sam baka itu.

 

“Kapan terakhir kali aku melihat senyuman konyol itu?” ledek Chanyeol dengan wajah sumringah dengan kedatangan Hyojin.

 

“Senyumanku indah kau tahu!”

“Aku melihat ada pasangan baru disini.” Sehun memutar bola matanya lagi.

 

Jong In terkekeh, “Dan aku melihat ada yang iri disini.” Dan tertawa keras setelah melihatnya.

 

“Kenapa Sehun-ssi tidak pacaran dengan Yura saja?”

 

“Hahaha! Ide bagus noona!” Chanyeol bertepuk tangan atas usul Hyoyeon.

 

“Aku tidak tertarik dengan bocah.” Jawab Yura santai.

 

Sehun mendengus, “Aku bukan bocah. Tatap aku tiga detik maka kau akan langsung jatuh cinta.”

 

“Wow, bicara menggunakan banmal padaku.”

 

“Salju!”

 

Mendengar ucapan Hyojin membuat yang lain langsung menatao keluar restoran. Sebuah benda putih kecil yang nampak lembut turun dari langit, memenuhi jalanan, namun terlihat begitu indah. Mereka terdiam, menatap salju dengan penuh kebahagiaan, mengabaikan hingar binger pengunjung restoran yang juga menikmati kegiatan masing-masing.

.

.

.

Di salju pertama yang turun itu, Yongguk tersenyum dari luar restoran, menatap kumpulan pemuda yang sama sekali tak menyadari keberadaannya sedari tadi. Matanya beralih menatap langit, salju yang turun di wajahnya terasa dingin, tapi dia tidak keberatan sama sekali. Tangannya yang memegang ponsel dia arahkan ke langit, memotret pemandangan yang indah tersebut.

 

“Yongguk? Bang Yongguk?”

 

Yongguk menoleh dan mendapati Kang Rae Mi berdiri didepannya, bersama ibunya. Wanita paruh baya itu tersenyum padanya, membuat suhu udara disekitar Yongguk terasa hangat.

 

“Mau makan disana?” tanya wanita itu sambil menunjuk restoran keluarga tak jauh darisana.

 

Sebuah anggukan kepala dari Yongguk menjadi jawaban. Ibu Rae Mi berjalan beriringan dengan sang anak, dan Yongguk yang benar-benar bahagia kala itu. Meskipun baik dia maupun Kang Rae Mi baru saja kehilangan, merelakan sesuatu yang berharga bagi mereka, namun keduanya sadar, ada hal berharga lain yang akan datang kepadanya, dan akan menjaga mereka suatu hari nanti.

.

.

.

Jun Hong merapatkan jaketnya, “Hyung, apa kita perlu menyusul mereka?” tanyanya pada Himchan setelah melihat kepergian Yongguk bersama Rae Mi dan ibunya.

 

Himchan memukul kepala Jun hong keras, namun tak sampai melukainya.

 

“Dan kau ingin dia merasa canggung dengan keberadaan kita?. Biarkan dia merasakan kasih sayang ibu, walau itu bukan dari ibu kandungnya.”

 

“Baiklah.” Ujar Jun Hong lesu.

 

“Kau sendiri? Di malam pertama turunnya salju mengapa tidak menikmatinya bersama keluarga atau kekasih?. Malah mengajakku kemari, kita nampak seperti perjaka kesepian atau pasangan gay…”

 

Jun Hong berdecak, “Sejak kapan Kim Himchan peduli dengan omongan orang lain?”

 

“Entahlah… mau kue?” Himchan mengalihkan pembicaraan. Dengan senang hati Jun Hong bersorak gembira karena Himchan yang bersedia mentraktirnya makan kue kesukaannya.

.

.

.

“Hah~ sayang sekali setelah ini aku dan Chanyeol harus pindah keluar negeri.”

 

Ucapan Yura mampu menghancurkan momen bahagia tersebut.

 

“Noona!” seru Chanyeol memperingatkan.

 

“Apa? Kenapa?” tanya Sehun setengah tak percaya. “Jangan-jangan… Lee Dae Ryeong…”

 

“Euh… yah, kami sekeluarga harus pindah ke Thailand untuk membangun kembali usaha ayahku yang berantakan. Jadi…”

 

Mata Chanyeol terarah pada Hyojin yang hanya diam, memandang keluar restoran tanpa mengatakan apapun. Melihat itu Jong In menyenggol bahu Hyojin, setidaknya agar dia berbalik dan mengatakan sesuatu pada Chanyeol.

 

“Apa?” nyatanya sikap santai Hyojin membuat yang lain semakin heran.

 

“Hyojin.” Panggil Chanyeol dan Hyojin pun menoleh. “Bisa kau… menungguku?”

 

Yang lain tak dapat berkata-kata, sampai menahan nafas supaya tak mengganggu momen keduanya.

 

“Berapa lama?” ketus Hyojin, “Dan kenapa aku harus menunggumu yang sedang berlibur ke Thailand… banyak wanita cantik pula disana.”

 

“Yak!” amarah Chanyeol memuncak, tapi sebelum ia kembali berteriak pada Hyojin, gadis itu mengatakan sesuatu yang sanggup membuat yang lain tak sanggup menahan senyumannya.

 

“Pastikan kau kembali dengan cepat, aku tak suka menunggu lama.”

 

Walau mengatakannya dengan nada dingin, bersikap seolah tidak peduli, tapi Chanyeol tahu, Hyojin sedang menahan kesedihannya, Hyojin sedang menutupi kegembiraannya. Dan meskipun dimalam pertama turunnya salju itu terdapat sebuah kesedihan dan berita tak menyenangkan, tak perlu khawatir, Tuhan sudah menciptakan rencana lain, kebahagiaan yang lain untuk orang baik.

 

Hyojin mempercayai hal itu, dia percaya dengan tetap menunggu serta berusaha, sedikit demi sedikit, kebahagiaannya akan datang. Meski dia harus melewati beribu rintangan yang pelik, suatu hari nanti, setangkai mawar merah tanpa duri akan dia dapat dari pria yang dicintainya.

 

‘Aku akan menunggu, walau itu sulit. Aku akan bertahan, meskipun itu sakit. Karena aku sadar, kebahagiaan diciptakan oleh Tuhan dalam berbagai rasa, kita pasti akan mendapatkannya tergantung seberapa besar usaha yang kita lakukan…’

 

‘Jadi, Chanyeol-ah, pastikan untuk kembali, atas nama persahabatan…’

 

[Flashback On]

 

“Apa aku harus menciummu lagi untuk memastikan perasaan kita?”

 

“YAK!”

 

Chanyeol terkekeh, “Aku paham, dan… jika ciuman itu membebanimu aku minta maaf. Tapi kau juga tahu, aku pernah mencintai orang lain dan baru saja kami resmi berpisah, jadi…”

 

“Aku juga paham.” Potong Hyojin cepat, “Aku juga tak memaksamu untuk menerima perasaanku bukan?”

 

“Yah, tapi bukan berarti aku menolakmu.”

 

“Huh?”

 

Chanyeol menggosok lehernya, “Sulit untuk dijelaskan, tapi aku juga merasa ada sesuatu yang aneh denganku jika kau menjauh seperti waktu itu. Aku ingin kau selalu bersamaku, tertawa dan menangis bersama, tapi aku tak ingin secepat itu menganggapnya sebagai cinta.” Ia mengambil nafas untuk memberi jeda, “Karena aku pernah gagal dalam sebuah hubungan, bahkan menyakiti perasaan orang lain… memang terdengar egois, tapi bisakah kau beri waktu untukku berpikir dulu? Sampai saat itu… bisakah kita tetap bersama?”

 

“Haaah~ mau bagaimana lagi, kau itu pria serakah nan egois.” Hyojin berjalan menuju pintu keluar, “Baik. Sampai saat itu, kau harus bersahabat denganku.”

 

“Apa?”

 

“Kita terus bersama, dan kau harus menjadi sahabatku. Kau pernah dengar kan, persahabatan adalah taman tempat cinta tumbuh, jika kau jatuh hati padaku nanti, aku pastikan untuk membalas sakit hati ini dengan mencampakanmu.” Canda Hyojin seraya memutar knop pintu.

 

Chanyeol tersenyum, “Dan jika itu terjadi, aku tidak akan melepaskanmu.” Balasnya, sanggup membuat pipi Hyojin merona.

 

“Akan kutunggu saat itu.”

 

[Flashback Off]

 

Tinggal Hyojin dan Chanyeol yang masih bertahan di dalam restoran, tak menghiraukan ajakan teman-temannya sang sibuk menikmati salju pertama secara langsung. Rasanya kaku hanya berdua, tapi Chanyeol tak tahan untuk mengajak gadis itu bicara, sekedar memecah suasana sunyi diantara mereka yang aneh.

 

“The One Person Is You.”

 

“Apa?” tanya Hyojin tanpa menoleh.

 

“Lagu yang kau nyanyikan waktu itu, judulnya The One Person Is You yang dinyanyikan oleh Jessica Jung.”

 

“Yah, anggota Epik High juga sudah mengatakannya waktu itu kan?”

 

“Sepulang dari Thailand aku akan menyanyikannya untukmu, versi bahasa Thailand, oke?”

 

Tak ada jawaban dari Hyojin.

 

“Euh… atau oleh-oleh? Kau mau kubelikan apa? Sepatu? Gelang?”

 

“Pastikan kau tidak pacaran dengan gadis Thailand. Cukup itu saja.”

 

“Pffftt…”

 

“Jangan tertawa!” kesal Hyojin seraya menutupi mukanya yang memerah.

 

“Jadi sedari tadi itu yang kau khawatirkan? Hahahaha… tenang saja, aku tak akan melirik gadis lain kok…”

 

“Jangan buat janji yang tak bisa kau tepati.”

 

“Tapi aku sudah membuat janji padamu.” Suara Chanyeol terdengar serius, mau tak mau Hyojin melihat wajah sang pemilik suara. “Dan kupastikan untuk menepatinya.”

 

Hyojin membalas senyuman Chanyeol, tatapan keduanya bertemu dan Hyojin sama sekali tak ingin mengalihkan pandangannya pada hal apapun, setidaknya untuk saat-saat yang berharga ini.

 

‘Aku masih mencintaimu, Park Chanyeol’

.

.

.

‘Keinginan terakhirku adalah kau, seseorang itu adalah kau’

 

~THE END~

 

Yahooooooo! Akhirnya kelar juga season 1 ini*tebar confetti sendiri*tepuk tangan sendiri*hiks* ehehehe, maaf yak pembaca sekalian karena harus menunggu dua minggu untuk chapter terakhir ini huhuhu. Hal itu dikarenakan author yang sedang menggodok *ceilah bahasanya* chapter terakhir ini dan mempersiapkan prolog sekaligus cover baru untuk season kedua.

Daaaan yihaaaa! Author sudah memutuskan untuk melanjutkan FF dengan judul THE ONE PERSON IS YOU SEASON 2 kekeke~ maaf untuk pembaca yang voting buat sequel, sebenarnya author juga sudah punya planning dengan judul baru yaitu THE PERSON I WILL LOVE (judulnya mirip kan yak wkwkwkw) dan itu terinspirasi dari lagunya Lee Seul Bi yang judulnya sama. tapi ya gitu, liriknya serasa kurang pas dari tema awal, jadinya gak jadi *hemeh*

Jadi nggak apa apa kan kalau dibikin SEASON 2 ajah, biar greget ehehehe~

Yaudah deh tunggu aja prolog dari THE ONE PERSON IS YOU SEASON 2 nya, sekaligus author mau tanya, ada yang minat kah dengan FF bertema FANS, IDOL, sama ANTI-FANS? Apakah kesannya aneh atau gimana kalau author bikin FF semacam itu? (butuh saran!) okelah ditunggu jawabannya di komentar sekaligus…

 

RCL JUSEYO~~~ AND SEE YOU LATER AT SEASON 2 WITH AUTHOR DANCINGLEE_710117 (baca : dansingli anderskor seven ten eleven seven, ribet elah)~ BYE BYE~~~ SARANGHAEYO READERSDEUL GEURIGO ADMINDEUL YANG SUDAH BERKENAN MEMPOSTING FF SAYA~~ SARANGHAE ALL ❤ ❤ ❤

27 tanggapan untuk “[EXOFFI FREELANCE] The One Person Is You (Chapter 22-END)”

  1. BAPER PARAHHHHH… HWAAA.. AKHIRNYA.. GUA BISA NONGOL LAGI. KNGEN AMA NIH FF.. DAN AKHIRNYA PUNYA WAKTU BUAT BACA LAGI.. TRIMAKASIH AUTHOR UNTUK CERITA MU YG LUAR BIASA 💖💖💖😘😘😘😘😘

  2. Huaah akhirnya selesai jugaa, keren thor ceritanya aslii gereget gituu, dan maaf diriku yang baru baca sekarang nunggu end dulu abisan wkwk but di season2 kubakalan baca dari awal hehehe,
    Btw diriku ini salut sama authornya karna authornya seumur dengan diriku dan masi bisa bikin ff pas jaman jamannya UN huaaa daebak, diriku aja ngatur waktunya susah huff, diriku jadi curcol mafkan thor haha

    Fighting thor!

  3. Kyaaa.. Akhirnya dilanjut juga. Please thor bikin chanyeol – hyojin jadian. Dan aku sih berharap banget ada something antara yongguk n raemi. Kasian mereka ber2 patah hati. Ok deh ditunggu seaaon 2 nya thor. Klw bisa updatenya sekalian prolog n chapter 1 nya hehe. Abis klw prolog doang kurang nendang rasanya :p . fighting! .

  4. Hwaa.. akhirnya setelah menunggu 2 minggu chapter ini di update juga! 😉 . yaah.. Chanyeol akan sekolah di luar negeri ? Kenapa? Kasian hyojin harus nunggu. Waah.. Aku makin penasaran sm yongguk n raemi. Aku berharap banget tumbuh benih2 cinta antara mereka. Ok ditunggu banget season 2 nya thor! Figting! 🙂

  5. Astagaaa thorr kerennn!!! Gk sabar season 2 nyaa gimanaaaaa nanti bakal ada cwe jahat gk yaaa??? Aawww nado saranghaeyoo author *miansoakrab* 😂 Jangan lama2 yoooo!! Fighting 👍👍👍

  6. hyaaa…..ternyata chanyeol blum membalas cinta hyojin…

    ditunggu…ditunggu..ditunggu… Season 2… THE PERSON I WILL LOVE..
    thor jgan hilangin kekonyolan Hyojin dkk..

    Jeommal gumawho THAT ONE PERSON IS YOU.. sdah menjadi ff yg mengisi hri-hriku..

  7. Wahhhh akhirnya kelar juga season satunya
    Lanjut season 2 ya kak
    Sumpah greget banget bacanya
    Sesuai expectasi aku makasi kaka
    Semangat season 2 kaka

  8. Hueeee akhirnya dipublish jugaaa 😀
    Hyojin masih aja dingin begitu padahal sebenernya ada rasa takut itu ditinggal chanyeol hahaha
    Kurang puas sih sama ending nya. Ya berhubung ini mau diadain season kedua nya ya aku mah nunggu aja wkwkw
    Semangat ya author ^^

  9. Di tunggu season 2’nya thor… penasaran bingo nih !? gak tahan baca seazon 2’nya… Semangat terus thor… Fighting

  10. Ada lanjutanya dong ka, kepo sama kisah chanyeol sama hyojin. Ldr, jadi ngerasa cerita sendiri hahaha. Keren banget kaaa. makasih banyak yaa 😊😊😊😊😘😘

  11. Ciee yang ldr’an /wkwkwk
    Suka’ sama ffnya…kereen!! 🙂
    Makin penasaran sama season 2 nyaa… 🙂

    Ditunggu season 2 nya…fighting thorr!!

  12. Yuhuuu akhirnya muncul juga nih final chapternya. Tapi masa chanyeolnya pergi sih? Hiks hiks. Pokoknya aku nuntut season 2 nya ya? Jan lupa, hehehe

    Salam buat author ya ^_^

    XOXO

  13. haaaa… akhirnya happy ending 😊😊 meskipun hyojin n chanyeol blm sampe jadian hahaha. sangat ditunggu prolog season 2 nya thor!! fighting!! 🙆💪

  14. akhirnya muncul juga. eh chanyeol nya pergi ke thailand? apa selama menunggu proses dibuatnya chapt 1 season 2nya mereka ldran? 😀
    asiikk.. hyojin ketemu ama orang tuanya. jinhyo beneran minta dijitak ya :3
    menurut aku sih thor ff bertema idol nggak buruk juga. tapi maunya bukan cerita mengenai idol grup gitu. sedikit membosankan. tapi itu cuma opini loh 😀

  15. seminggu lebih ya nungguin ini .. hehe akhirnya di post jnga.. walaupun moment terakhir di season ini gak romantis tapi cukuplahh dengan kata2 janji chanyeol yg meyakinkan hyojin haha tau sihh inikan bukan the last chapter masih ada season 2nya … di tunggu banget pkonya..

    suka banget baca dari awal sampe end puass bikin baper ..

  16. Duuhh chanyeol perginya jauh banget yaa….kalo hyojin gk mau nunggu, aq mau kok nungguin qm sampe tua jga gpp….hahahahahahahahahahaha

    ditunggu yaa season 2 nyaaa…..

  17. Huaaaaaaaah! Gue sampe lumutan nungguin end ini..
    Tiap cek ga ada, tiap cek ga ada, gitu aja terus sampe luhan ngawinin gue xD
    dan tbtb udah ada dan ada kabar bakal season dua? Aselole dah~
    Ditunggu secepatnya kak, semangat menulis!^^

  18. ya ampun aku terhura…setelah sekian lama hyojin tersiksa batin akhirnya bahagia jg..aku ikut seneng…dan aku tunggu season 2 nya…tentu hrus lebih menarik yao…
    aku suka…aku suka…sempet ketiwi” pas adegan lucu…*cieee adegan*
    sedih jg pas yongguk sedih…
    konyol pula pas jongin konyol…
    sehun ada rasa sama yura yaa????

    trus lee daeryong gmna??? yonghwa jg blm kelar,?????

Tinggalkan Balasan ke PNhd_RV Batalkan balasan