Le Dernier Arret – Side Story 1 “Ahn Chi” [2/2]

LDA

Le Dernier Arret – Side Story 1 [2/2]

Ahn Chi

Minseok / Sehun / Reen / Runa

AU / lil!Comedy / Fantasy / Friendship / Romance / Sad / Teen

anneandreas & l18hee

We own the plot and OC

.

Side Story of Le Dernier Arret

⇓ PREVIOUS ⇓

Teaser – Chapter 1 – Chapter 2 Chapter 3 Side Story 1 “Ahn Chi” [1/2]

.

= Side Story 1 – Ahn Chi [2/2] =

.

Awal mula Minseok terjebak dalam kubus hukuman, melepas ego untuk membiarkan sang gadis aman

.

.

 

“Dia terlihat sangat syok.” Runa menumbuk pandang pada Reen yang baru saja mendapat suntikan obat dari dokter kantor. Beberapa menit yang lalu Reen yang mendadak pingsan sudah dipindahkan ke kamar Runa─sesuai permintaan si gadis.

“Sepertinya dia merasa bersalah pada kakaknya.” Memainkan miniatur spiderman milik Runa, Sehun mencoba menanggapi. “Gadis itu tidak dihukum karena masih di bawah umur. Tapi untung saja, siapa tadi namanya─o, Kim Minseok, tidak mendapat hukuman berat.”

Runa mencoba merebut miniatur kesukaannya, tapi gagal. “Lagipula itu kejadian tak terduga. Dan mereka tidak sengaja melakukannya, kan?”

“Ya, ya, ya. Tapi tetap saja mereka dianggap melanggar. Kau tahu sendiri ayahku sangat … begitu, deh, kadang agak mengesalkan.” Lekas sebuah ralat ditujukan Runa, “Itu namanya tegas dan penuh pengabdian. Belajarlah menggunakan kata yang lebih pantas, Sehun.” Tahu jika tak ada gunanya menyanggah, si lelaki mengangguk-anggukkan kepala dengan muka malas, “Oke, nona.” Dia kembali memainkan miniatur di tangannya. Meninggalkan Runa yang beranjak menuju lemari pakaian. Mungkin ada beberapa pakaian yang bisa Reen pakai. Tentu tak nyaman menggunakan baju berlumur darah selama berjam-jam.

“Hei, hei, dia bangun.” Tiba-tiba saja suara Sehun terdengar, menarik Runa yang baru meraih satu gaun menolehkan kepala. “Katakan padanya dia ada di kamarku.” Sepertinya ada sedikit panik yang Runa rasa. Bisa saja, kan, tahu-tahu Reen akan berteriak ketakutan. Di sisi lain, Sehun langsung mengerutkan alisnya, “Kenapa menyuruhku? Bahkan aku yakin dia mendengarmu barusan.”

“Ya ampun, Oh Sehun, kau yang paling dekat dengannya.”

“Ya ampun, Kwon Runa, jarakmu memang seberapa jauhnya?”

Inginnya Runa mendorong Sehun untuk enyah dari kamarnya, namun yang ia lakukan justru beralih pada Reen. Mencoba berbicara hati-hati karena si gadis sendiri baru dalam proses mengumpulkan kesadaran.

“Reen, um,” Runa meletakkan pakaiannya di tepi ranjang, “pakailah saat tubuhmu sudah lebih baik. Kau bisa membersihkan diri juga, kok, di sini.” Perlahan Reen mendudukkan diri, memandang Sehun dan Runa bergantian, “Di mana …” Napasnya seperti terhenti saat nama Minseok akan meluncur dari bibirnya. Ucapan Ketua Oh terbayang di benaknya.

“Kakakmu? Tenang saja, dia ada di ruangan lain.” Mana mungkin Runa bilang jika Minseok ada di kamar isolasi sementara. Yang Reen tunjukkan adalah raut wajah bingung, “Dia bukan kakakku.”

Jadi persepsi yang Runa dan Sehun setujui secara tak langsung itu salah besar?

“Kami kira kalian saudara. Jadi …,” Runa menelengkan kepala, “dia pacarmu?” Semburat merah yang cepat merambat ke pipi Reen menjadikan Runa menoleh pada Sehun, “Aduh, dia sudah punya pacar. Padahal sudah bagus ada perempuan yang seumuran denganmu. Kau patah hati, ya?”

“Jangan mengambil kesimpulan sendiri!” Sehun memijit pelipisnya frustasi. Padahal sejak awal juga pihak Runa-lah yang mencoba menjodoh-jodohkan dia dengan Reen. O, astaga, betapa konyolnya.

“Begitu saja marah, dasar,” gumaman Runa hanya lewat di telinga Sehun. Gadis itu beralih pada Reen, “Ganti bajumu, ya? Kita temui pacarmu nanti, oke? Aku dan Sehun akan menjemputmu segera.” Dia menarik lengan Sehun yang masih memasang tampang sebal, “Kenapa aku harus ikut denganmu?”

“Lho? Kau mau mengintip Reen ganti baju?” Mendengar ini, Sehun lekas menghentikan dorongannya pada tangan Runa, “Ya, tidak, sih.”

Sosok keduanya yang menghilang di balik pintu adalah yang Reen lihat kemudian.

.

.

.

“Kenapa kau tidak bilang Kim Minseok ada di ruang isolasi sementara?” Pertanyaan barusan meluncur dari katup bibir Sehun tepat saat gelas penuh darah sampai di depan wajah Runa. Setelah mengambil makanan jatahnya, Runa mengembus napas panjang, “Aku tidak tega. Membayangkan dia menemui pacarnya di ruang isolasi itu menurutku sedikit … tragis?”

“Jangan menggunakan istilah yang berlebihan. Ingat umurmu,” tanggap Sehun dengan wajah mengejek. “Dua belas tahun sudah termasuk ringan. Sejauh kasus yang aku tahu, bahkan rata-rata kurungan Ahn Chi sampai 50 atau 75 tahun. Walau ada yang lebih, sih.”

“Untung saja pertumbuhan vampir melambat setelah umur delapan belas. Setidaknya dua belas tahun tidak begitu lama.” Gadis dengan rambut panjang terikat itu mengedikkan bahu, “Aku akan terus menemani Reen. Um, kurasa begitu.”

Manik Sehun mengamati bagaimana gadis yang tengah menyesap jatah darahnya, surai kecoklatan yang tak henti melambai, dari samping Runa terlihat mengesankan. Sehun menggaruk tengkuknya. “Yah, kurasa aku juga akan terus menemanimu,” dia berdehem, “bersama Reen, tentu. Sampai Kim Minseok keluar.”

Runa menyempatkan diri untuk terkekeh sebentar, dia lantas menoleh, “Oke, terima kasih, tuan. Aku mengandalkanmu!”

Di sisi lain, Reen yang sedang dibicarakan sudah terduduk di tepi ranjang, lengkap dengan gaun ungu milik Runa melekat di tubuhnya. Dia menyatukan telapak tangan, menggenggamnya erat. Kegelisahan kuat tengah menjalari seluruh tubuhnya. Nama Minseok seakan bergema dalam benaknya.

Hukuman Ahn Chi selama dua belas tahun? Ya, Tuhan.

Reen menutup wajahnya. Seandainya saja dia mendengarkan Minseok agar tidak terlalu dekat dengan manusia. Lihat akhirnya? Dia dicemooh, dilempari batu, dan … Minseok akan dihukum. Reen ingin mengutuk dirinya sendiri. Kenapa dia tidak ikut kena hukuman? Apa karena dia masih di bawah umur? Tapi bukankah jika ditelaah baik-baik ini bukan salah dirinya ataupun Minseok? Semua berawal dari tembakan tak bertanggung jawab seorang pemburu, bukan?

Kali ini Reen mengusap wajahnya.

Tidak, ini salahnya. Jika ia bisa mengendalikan insting vampirnya saat mencium bau darah yang teramat kuat, dia dan Minseok tidak akan ketahuan.

“Apa yang kulakukan?” Rasanya mengesalkan saat tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika berada di dalam keadaan paling tak memungkinkan untuk melakukan apa pun.

Semua vampir tahu bagaimana kejamnya hukuman Ahn Chi itu. Dikurung dalam sebuah ruangan khusus sesuai masa hukuman. Tidak diperbolehkan menerima kunjungan. Ruangan khusus itu dibuat sedemikian rupa untuk memancarkan gelombang penahan kekuatan alami vampir. Jadi vampir akan lepas dari keahliannya sampai masa hukuman habis. Layaknya diisolasi dari dunia luar, tanpa secuil pun kekuatan. Begitu menyiksa bagi para vampir. Seperti energinya yang terkuras cepat, dan kepenatan kuat hingga berdampak pada psikologi. Jika mereka tak mempunyai alasan kuat untuk tetap bertahan, dapat dipastikan akan terjadi gangguan. Dampaknya bisa cacat di beberapa bagian dalam tubuh, kesulitan berbicara, sampai keinginan untuk mati. Sayangnya, vampir dalam Ahn Chi tak pernah menemukan cara bunuh diri, membuat hukuman semakin terasa menyakitkan.

Reen ingin menahan kepalanya untuk tetap dingin. Tiba-tiba pintu kamar berdecit.

“Kau sudah siap?” O, rupanya hanya Runa.

“Tidak, aku … mungkin, um, aku tidak mau pergi.” Langsung saja Runa mengeryit heran. Menimbang wajah yang Reen pasang terliat kepalang frustasi, dia memutuskan memasuki kamar. Menghampiri Reen di ranjangnya. Perlu waktu beberapa saat untuk memunculkan keberanian untuk berkata, “Dia … akan mulai menjalani hukuman esok hari.” Runa tak berniat menatap Reen dulu, lebih memilih memerhatikan ayunan kaki yang sedang ia lakukan. Maksudnya berkata adalah agar membuat Reen mau menemui Minseok. Tapi nyatanya justru menimbulkan efek rasa bersalah yang lebih besar dalam dada Reen. “Gara-gara aku.”

Runa tahu harusnya ia memilih susunan kata yang lebih pas tadi. Ia memainkan jarinya, “Aku tidak tahu itu gara-gara siapa, tapi … kurasa akan lebih baik jika kau temui dia.” Hening sekian sekon, gadis dua belas tahun itu berucap lagi, “Dia hanya punya kau, kan?”

Memberi anggukan, Reen mengembus napas panjang. Kembali menutup wajahnya. “Dan aku hanya punya dia.” Embusan napas berpindah muncul dari pihak Runa, “Kita bisa jadi teman, lho.” Seraya mengukir senyum, Runa melanjutkan dengan semangat, “Sementara menunggu pacarmu keluar, kita bisa melakukan banyak hal. Aku bisa mengajakmu berkeliling dan membuat penelitian kecil, menjelaskan berbagai macam buku tentang dunia di perpustakaan, membuat permainan konyol. Ah, Sehun juga bisa ikut, walau dia anak laki-laki yang kadang tidak asyik. Dan, oh ya ampun, kita bisa satu kamar!” Seakan menemukan hal paling menakjubkan Runa melebarkan mata, “Serius, aku kira punya teman sekamar cuma khayalan!” Dia bertepuk tangan pelan. Mau tak mau membuat Reen merasakan gelisahnya tergeser perlahan.

“Apa boleh seperti itu?” entah kenapa Reen menanyakan hal aneh. Tapi dengan cepat Runa menanggapinya, “Harus boleh. Aku bisa memohon pada ayah jika beliau tidak mengizinkan. Kapan lagi aku punya teman perempuan?”

“Memangnya anak perempuan di sini hanya ada kau?” Tadinya Reen sedikit tak percaya, tapi manik Runa meyakinkannya. “Sayangnya iya. Miris sekali.”

Lagi-lagi kesunyian hadir di antara mereka. Paling tidak perasaan Reen tak sekacau sebelumnya. Dia mungkin memang harus menemui Minseok untuk menguatkan lelaki itu. Di saat seperti ini, bukankah saling menguatkan adalah kunci utamanya? Lantas dengan kilat yang berbeda dari sebelumnya, Reen menatap Runa.

“Kapan kita bisa menemuinya?”

Langsung saja Runa menyuguh senyum lebar.

Sepuluh jam sebelum Minseok resmi dihukum, Reen, Runa, dan Sehun sudah berdiri di depan si lelaki. Di sebuah ruangan dengan salah dua sisinya berdinding kaca tebal. Sehun dan Runa hanya saling bertukar lirikan karena kedua vampir di depan mereka tak kunjung bertukar kata.

“Permisi,” mulut Sehun gatal jika tidak bicara, “sepertinya kalian harus bertukar ciuman perpisahan atau sejenis itu.” Dan rusuknya lantas menjadi sasaran siku Runa. Dasar tidak ingat umur.

Di lain sisi Minseok akhirnya bisa tersenyum. Maniknya yang melirik sekilas pada Sehun dan Runa kini terhenti pada milik Reen. Sungguh rasanya banyak sekali yang harus dia katakan. Tapi nyatanya tak satu pun yang mampu lolos dari tenggorokan. Semuanya seakan menggumpal di sana. Enggan menyambah udara dunia. Jadi yang sanggup Minseok lakukan hanya mengulurkan tangannya, berhenti di pucuk kepala Reen dan mengusap pelan surai sang gadis. Minseok tahu Reen sangat ingin menangis, namun yang dia lakukan justru terkekeh pelan.

“Mau beri pelukan untuk perpisahan sementara?”

Hanya satu tawaran ringan, tapi sanggup membuat Reen meloloskan bulir air mata miliknya. Dia membiaran Minseok memberi dekapan hangat. Satu-satunya yang Reen pikirkan hanya Minseok. Dia akan mengingat bagaimana rasa peluk hangat ini sampai nanti akan bertemu kembali. Walau itu artinya beberapa tahun lagi.

“Astaga, apa kau akan terus menjadi vampir cengeng dua belas tahu lagi?” Candaan yang Minseok lontar justru semakin membuat Reen sesenggukan. Mengetahui angka seberapa lama Minseok akan dihukum kian memunculkan rasa tak rela dalam benak.

Sementara itu, Sehun tengah melirik Runa yang sedang memasang tampang terharu. Ah, Sehun tak habis pikir kenapa gadis di sampingnya ini begitu mendukung teman barunya. Apa karena efek Reen anak perempuan? Bagaimana jika nanti Runa akan lebih suka bersama Reen? Jadi Sehun akan ditinggal? O, tidak, tidak. Kalau dengan Reen, Runa akan berteman seperti pertemanan khas anak perempuan. Jadi mungkin Sehun bisa membuat pertemanannya dengan Runa akan lebih menarik, agar mereka bisa terus bersa─eh, sebentar!

Hal abstrak apa yang kupikirkan? Sehun baru tuntas menepuk dahi kala mendadak Runa menggandeng tangannya. Tentu dia terkejut dan menolehkan kepala. Mendapati Runa memandangnya di sana.

“Maaf, aku hampir melupakanmu.” Nadanya terdengar khawatir, “Kau, kan, sedang patah hati, ya? Harusnya tidak melihat itu semua.”

Lantas Sehun langsung menarik tangannya untuk bersedekap. Mendongak, memejamkan mata, dan menulikan telinga agar ocehan aneh Runa tak menyambah indera pendengarannya, “Susah bicara padamu.”

Diam-diam ada yang sedang tersenyum memerhatikan keduanya. Siapa? Minseok, tentu saja. Sedikit rasa lega rasanya mendadak menyambah hatinya kala melihat Sehun dan Runa. Entah dari mana, dia berpikir kedua vampir itu bisa membuat Reen tak kesepian.

Tepat saat pelukannya pada Reen terlepas, Minseok dengan mantap berucap.

“Dua belas tahun tidak akan terasa lama asal dinikmati. Aku akan baik-baik saja, janji.”

Kali ini Reen memutuskan untuk menahan tangis. Menggantinya dengan senyum lebar.

“Jika tak mendapati aku berdiri menyambutmu dua belas tahun lagi, oppa bisa memarahiku sampai sakit gigi.” Dia selalu bisa menjadi alasan mengapa Minseok mau bertahan.

-0-

Nyatanya dua belas tahun itu terasa lama sekali. Bahkan rasanya tak bertemu Minseok hampir beberapa bulan saja begitu menyiksa. Namun Reen tahu, tak ada gunanya ia mengumbar keluh. Kadang ia memang mengambil jeda untuk merenungkan Minseok. Tapi esoknya ia akan kembali tergelak jika ada lelucon yang Sehun atau Runa lontarkan.

Hingga sepuluh tahun berhasil ia lalui, tanpa sedikit pun kabar berarti dari Minseok. Jelas saja itu karena peraturan ketat yang sudah tertera di kantor pusat. Bahkan posisi Sehun sebagai anak dari Ketua Oh, tak begitu berdampak besar. Kecuali di bagian kabar bahwa Minseok baik-baik saja.

Dia masih ingat empat tahun lalu, saat Runa mencapai umurnya yang ke-18. Saat itu, di pesta besar ulang tahun, Runa membisikkan permohonan yang tak mungkin pada ayahnya.

“Boleh minta keringanan beberapa tahun untuk pacar Reen?”

Jelas saja ditolak.

Tadinya Runa mencoba membujuk lebih keras. Namun Reen lantas menyuguh senyum seraya merangkul sang karib, “Enam tahun lagi tak masalah, kok.” Runa menghela napas panjang. Tahu bahwa seberapa pun Reen merindukan Minseok, gadis itu tidak akan dengan mudah menunjukkan perasaannya. Kecuali di bagian agak sulit makan di beberapa waktu ia ingat rindunya pada si lelaki.

Kembali ke masa kini, dimana Runa─yang sudah dua puluh dua tahun hidup menjadi vampir─tengah duduk di hadapan kedua orangtuanya. Membahas perihal penting mengenai keputusan tugas yang harus dilakukan.

“Sampai berapa lama?” Belum juga dimulai, Runa sudah mempertanyakan masa kerja lapangannya. Tuan Kwon berdehem, “Sampai kami menemukan orang lain yang lebih pas untuk menggantikanmu.” Rasanya Runa ingin langsung marah-marah saja. Tapi tentu ia tahan hingga nada suara yang dipakai selanjutnya tak terlalu tinggi. “Ayah, kurasa ada banyak vampir yang bisa melakukan tugas sebagai penyalur bagi para vampir di luar sana.” Ia tidak begitu suka membayangkan setiap hari akan mengantarkan berbagai benda penting, seperti kurir. Sumpah, terdengar menyedihkan. Padahal impiannya beberapa bulan terakhir adalah ikut terjun dalam kelompok peneliti bersama sang ayah.

“Tidak perlu berbohong. Aku tahu ayah dan ibu ingin aku pergi untuk sementara.”

Memasang tampang tak enak, Nyonya Kwon membuka katup bibir, “Kau perlu menambah pengalaman, sayang. Kau masih muda.” Mengetahui rencana dasar sudah terendus oleh putrinya, Tuan Kwon lantas kembali mengambil alih atensi, “Kau memang sudah melewati umur delapan belas, namun ada beberapa hal yang perlu kau pelajari untuk pengembangan diri.” Sesungguhnya Tuan Kwon hanya mencegah anaknya menjadi terlalu bergantung dan manja. Runa tidak tahu persis, tapi dia sudah merasa.

“Kami akan membuatkan berkas-berkas untuk kepentinganmu.”

… merasa jika perlawanan apa pun pada keputusan ini akan berakhir sia-sia.

.

.

.

Seraya menyandarkan punggung di dinding, Sehun menatap dua gadis yang sedang saling melontar kata secara bergantian di depannya.

“Pokoknya carikan aku cara. Aku tidak suka manusia lagi sekarang.” Setelah mendengar cerita lengkap Reen dahulu, Runa sudah terlanjur menambah waspada pada manusia.

“Percuma, berkasmu sudah sampai ke bagian hukum.” Sebenarnya Sehun kepalang bingung. Dia benar-benar tidak suka manusia dari dulu. Mengingat beberapa kasus yang pernah disidangkan oleh bagian ayahnya─Hukum─kebanyakan disebabkan ulah manusia yang begitu ceroboh dan egois, dia tidak bisa membayangkan Runa akan hidup di tengah makhluk penuh topeng nantinya. “Makanya jadi vampir tidak usah banyak tingkah. Kau terlalu sering meremehkan Profesor Kwon, sih.” Sehun bersungut sebal, membuat Runa mengalihkan kepala, “Oh Sehun, kau sama sekali tak membantu.”

Tahu-tahu saja si lelaki sudah meninggalkan kamar Runa dengan bedebam pintu kencang.

“Kenapa kau yang marah?!” Seruan percuma Runa layangkan. Tak habis pikir kenapa selama hidup, Sehun masih saja suka marah-marah tidak jelas seperti tadi. Belum sempat ia meneruskan umpatan, Reen lebih dulu melontar saran yang membuatnya tersenyum girang.

“Aku bisa mengajukan diri sebagai … semacam pembimbingmu? Kau tahu, yang lebih berpengalaman di dunia manusia, semacam itulah.” Kendati sedikit tersendat, Reen berhasil mengeluarkan apa yang sudah ia pikirkan semenjak Runa bercerita tempo hari. Sebenarnya dia masih tidak suka jika membahas atau bahkan bertemu dengan manusia. Masih teringat dengan kejadian yang menyebabkan ia berada di tempat ini sekian lama. Yang mengerikan bukan masalah tetap berada dalam kehidupan yang sama dengan Runa, namun lebih merujuk pada hukuman yang harus dilaksanakan Minseok hingga dua belas tahun penuh.

Astaga, Reen sedang benar-benar tidak mau mengingat rasa sakitnya.

“Apa bisa?” Sedikit tak yakin, tapi Runa punya pengharapan yang besar. Yang terlihat yakin justru Reen, “Bukankah kau butuh seseorang yang sudah tahu dunia luar? Memangnya ayahmu akan mengizinkan kau berkeliaran sendiri?” Langsung saja Runa mengacak rambutnya, “Ah, kesal sekali kalau mengingat ayah!” Dia beranjak dari duduknya, “Baik! Aku akan mengancam ayah. Aku tidak akan keluar jika tidak bersama Reen!” Seakan berbicara sendiri, padahal jelas-jelas ada Reen di sana.

Butuh waktu setengah hari lebih untuk kemudian mendapati Reen dan Runa berdiri di depan Tuan Kwon yang memakai jas putih khusus para peneliti. Runa rupanya baru menyusun keberanian. Tanpa diduga, sebuah senyum menyambut mereka.

“Ayah aku mau bicara.” Menyuguh tatapan tegas, Runa memulai tanpa lebih dulu berbasa-basi ria. Tuan Kwon bersedekap dan mengangguk-anggukkan kepala.

“Aku ingin Reen ikut denganku.”

“Oke.” Jawaban yang diterima bahkan tak membutuhkan waktu satu detik. Membuat Runa ternganga begitu saja. Semudah itukah? Jadi dimana bayangannya tentang beberapa sesi beradu argumen dengan muka tegang yang sempat ia pikirkan tadi? Kenapa jadi mudah sekali?

“Eh? Se-sebentar─” Runa panik karena harusnya kejadiannya tidak begini. Namun Tuan Kwon sudah terlanjur setuju, “Semua barang kalian sudah disiapkan. Secepatnya aku akan mengirim kalian keluar.” Semua berkas sudah lengkap, mengingat Tuan Kwon ahlinya kerja cepat. Data untuk masuk sekolah sudah disiapkan. Tempat tinggal, berbagai berkas identitas baru. Latar belakang yang diatur sempurna tanpa cela. Semuanya tuntas. Mari beri tepuk tangan.

“Ayah? Kenapa cepat sekali?” Sama sekali Runa tak mendapat celah untuk menyela karena Tuan Kwon kelewat semangat, “Runa, aku sudah menyiapkan semua berkas di tasmu. Salah satu anak buahku akan mengantar kalian ke tempat tinggal baru dan menjelaskan beberapa hal. Kalian bisa berangkat paling lama besok pagi.”

“Ayah!” Kali ini Runa marah. Bahkan jadwal sudah dipersiapkan secara sepihak. Memangnya dia ini apa?

“Kwon Runa,” gores senyum bangga dan menenangkan dari sang ayah sanggup membuat Runa terdiam. “Kau bisa bermain menjadi manusia seperti keinginanmu dulu, kan? Maaf baru bisa mewujudkannya sekarang.” Mendadak Runa dijatuhi ingatan mengenai masa-masa indahnya kala kecil. Membuat ruang penelitian sendiri. Mempelajari sejarah manusia dan beberapa kebiasaan mereka. Membuat rencana bergambar tentang apa yang harus dia lakukan jika nantinya akan hidup di dunia manusia. Rasanya sudah lama sekali.

Jadi … Tuan Kwon melihat ruang penelitian Runa saat kecil? Ruangan penuh segala imajinasi tentang berbagai sejarah vampir dan manusia yang selalu menjadi bagian favorit Runa. Dia memandang ayahnya dalam hening. Merasakan sensasi aneh yang menyebabkan wajahnya memanas dalam hitungan singkat. Bibirnya yang semula ingin mengucap sesuatu kini rasanya kelu. Di lain sisi Tuan Kwon masih menyuguh senyum penuh wibawa, “Kuharap kalian bertiga bisa belajar banyak.”

Langsung saja Runa kembali pada kesadaran penuhnya, membelalak bingung, “Bertiga?”

Senyum Tuan Kwon masih sama.

“Tidak perlu kaget. Aku melakukan ini karena terpaksa.”

Dan rupanya itu adalah suara Sehun yang sudah berdiri sedikit jauh di belakang mereka dengan tangan sedekap sempurna.

.

.

.

-0-

.

.

.

Udara malam menyisakan embun untuk pagi. Sehun mengembuskan napasnya panjang. Beberapa menit lagi ia, Runa, dan Reen sudah harus keluar gerbang. Menemui dunia manusia dan tenggelam di dalamnya. Ada banyak hal yang berkecamuk dalam benaknya. Seperti perasaan marah, sebal, sedikit bahagia, sejumput bangga, dan sejenis itu. Hanya saja yang paling mengganggu adalah gema suaranya sendiri yang terulang bagai kaset rusak di telinganya.

“Tidak perlu kaget. Aku melakukan ini karena terpaksa.”

Padahal kenyataannya Sehun-lah yang sebelumnya memohon mati-matian untuk menemani Runa ke dunia manusia. Bisa dibayangkan betapa jeleknya Sehun kala mempertahankan argumen-argumen aneh perihal si gadis yang butuh seorang penjaga. Ketua Oh perlu mengambil jeda sedikit lama hingga pada akhirnya membuat keputusan final. Bukan tanpa pertimbangan, tentu saja.

“Baiklah, jaga gadismu itu, Oh Sehun.”

Sebuah persetujuan yang Sehun dapat, membuatnya kepalang ingin menggunakan kekuatan untuk terbang. Tapi sayangnya tidak sempat karena waktu serasa berjalan begitu cepat. Dia sampai bingung sendiri. Berprasangka bahwa semua tetua sepertinya sudah lebih dulu menyusun rencana. Tidak mungkin akan berjalan semulus ini jika ada hal yang tidak diinginkan merusak titah tetua.

“Kau tidak terlihat terpaksa.”

Hampir saja Sehun terlonjak, dia menoleh dan mendapati Reen tengah menggores senyum kecil. Sepertinya sadar akan bagaimana isi hati si lelaki.

“Aku sangat-sangat terpaksa. Tidak lihat wajah marahku sekarang?” Tak mau jika terus dipojokkan, Sehun lebih dulu memulai langkah. Memilih mengangkat barangnya menuju gerbang di depan sana. Meninggalkan Reen yang melepas kekeh ringan ke udara.

“Kenapa, sih? Ada yang seru?” Giliran Runa muncul dengan bawaannya. Sebagai jawaban, pertama-tama Reen menggelengkan kepala, “Tidak ada. Um … hanya teringat pertama kali bertemu denganmu.” Tidak sepenuhnya berbohong, sebenarnya.

“Yang Sehun jatuh itu, ya?” Bagian paling menyenangkan adalah masih mengingat wajah terjatuh milik Sehun umur empat belas tahun. Sungguh lucu. Mendadak Reen teringat sesuatu, tentang kertas yang ia pungut waktu itu. “Omong-omong, aku masih ingat kalimat di kertas itu, lho.” Lantas rasanaya tawa Runa terserap kembali dalam mulutnya, dia tergagap sebentar, “Sudah sepuluh tahun, astaga. Lupakan saja dan jangan bilang Sehun.”

Kali ini giliran Runa yang bergegas meninggalkan Reen yang tersenyum lebar. Dia tahu Runa sedang mati-matian menyembunyikan wajah merah di depan sana. Masih tercetak jelas dalam ingatannya tulisan tangan milik Runa pada selembar kertas kusam sepuluh tahun silam. Tulisan Sehun dilarang masuk di satu sisi. Dan sebuah kalimat singkat di sisi lain.

 

Mungkin aku suka Sehun.

Sungguh Reen ingin melebarkan senyumnya lagi. Dia menatap sebentar ke langit sana. Menggumamkan kata semangat dalam benak. Dan menyusul Sehun dan Runa yang lebih dulu bertukar dorongan kesal di gerbang depan.

“Sampai jumpa dua tahun lagi, Kim Minseok,” gumamannya terbang tertiup angin. Bersamaan dengan terbukanya gerbang utama. Alunan gesek dedaunan seakan menyambut kedatangan mereka.

Selamat datang di dunia manusia, para vampir muda.

.

.

.

.end of side story

YEAH! Akhirnya Side Story 1 ini selesai syuda~/lempar duit/ Ini menjelaskan beberapa pertanyaan tentang masa lalu mereka kan? Alesan Minseok dihukum Ahn Chi dan juga sebab para vampir itu bisa jadi siswa di salah satu sekolah dunia manusia.

Dan dengan berakhirnya Side Story 1 ini kita bakalah lanjut ke Le Dernier Arret Chapter 4 YEAY XD/nari tortor sambil minum marjan/ Tapi, tapi, tapi, tapi nih … ada kejutannya loh wkwk

 

-Chapter 4 Akan Kami Kasih Password-

 

Plis jangan begal kami, karena kami selaku kru di balik kertas juga ingin dihargai dan diberi semangat lewat komentar dan kalian 😉 Kritik dan saran selalu terbuka kok, asal dengan bahasa yang santun yah 😉 Untuk password, kalian bisa dapetin dengan cara yang mudah. Gampang banget gak sesulit nemui para oppa fana di koriya sana ihik/digampar/ Syaratnya … jengjengjeng~

Paling tidak meninggalkan komentar di 3 dari 6 chapter (termasuk Teaser & Side Story). Jadi komentar kalian yang akan kami hitung adalah komentar di Chapter 1, 2, 3 dan Side Story-Ahn Chi 1 & 2. Yang penting ada tiga komen ya, cuma tiga kok minimalnya… kalau mau lebih kami beneran makasih banyak :* Kalian emang da bes dah, sini peluk satu satu {}

Tuliskan ID komentar (nama yang dipakai untuk meninggalkan komentar) di badan email. Untuk subjek email tulis [Password LDA 4]. Kirim email kalian ke: sianneeeeeee@gmail.com Kami hanya memberikan password melalui email. Ingat syarat dapetin password ya? Kalau belum lengkap maaf kami belum bisa kasih 😦

Kalau sampai Chapter 4 diterbitkan kalian belum dapet password, silakan komen di kolom komentar bawah atau kirim ulang email ya? Tolong kerjasamanya oke 😉

Mudah kan? Ah, pasti dong 😉 Penasaran kan gimana kelanjutan Le Dernier Arret Chapter 4 nanti? Masih inget akhir Chapter 3 dimana Chanyeol nyuruh Reen dan Runa makan burger penuh bawang bombay? Penasaran mereka akhirnya makan itu apa enggak? (enggaaaaaaaak) /lalu ditimpukin/ /canda/ Harus penasaran dong/tabok/ Makannya ikutin terus yah ihik :v

Okay deh sekian dari kami. Kalau ada pertanyaan silakan tinggalkan di kotak komentar 😉 We love u so much gaeeesss ❤ ❤ ❤

.anne&nida.

55 tanggapan untuk “Le Dernier Arret – Side Story 1 “Ahn Chi” [2/2]”

  1. akhirnya aku sampai di chapter ini, lanjut langsung ya ke chapter 4, eh tp di pw ya..
    baru bisa internetan, dan ternyata ketinggalan banyak informasi
    semangat terus lanjut fanficnya ya

  2. Sehun~a.. noona gemez bgt sm kamu..!! Pantesan Runa sekuat tenaga ngejar Sehun yg bw kabur kertas itu, trnyt.. dibalik’ny da tlsn yg ga boleh Sehun liat! 😀 wkkk~ apa Sehun udah liat?! Ice breaker Sehun kocak bgt! Umin ampe senyum ^ ^ & ga diem2an lg sm Reen. Runa jg kocak pas gandeng tangan Sehun & bilang, “Maaf, aku hampir melupakanmu.” Nadanya terdengar khawatir, “Kau, kan, sedang patah hati, ya? Harusnya tidak melihat itu semua.” bhakkks.. 😀 dsr 2 bocah itu! in romance-hate relationship ya. Chap 4 ending kah? Penasaran gmn scene Sehun-Runa bkl jd-an >//<

    1. Sehun memang gemesin noona noona bangeeeettt.. Hihihii..
      Iyah runa mah diem diem gitu dia wkwkkw..
      Belum chapter 4 belum ending, chapter 5nya rilis jumat ini kookk.. ^^

  3. aduh thor aku lupa nih apa udah komen di chapter sebelumnya atau nggak, tapi perasaanku udah deh, kalau emailnya gk dibalas berarti belum yh ^^ nanti aku komen lagi 😀

    hihi si sehun ini gemesin deh, kalo suka ya langsung bilang aja jangan sok gangguin mulu kan kasihan runanya,
    hmm minseok trnyata hukumannya berat juga padahal bukan dia yg lakuin, aku kangen si manusia penasaran nih thor hehe

    1. hehehehe..
      sudah 3 kok, jadi sudah kukasih kan passwordnya hehehe..
      makasih sudah komen yaa.. >.<

      sehun mah gitu orangnya sukanya ganggu ganggu gitu dia mah wkwkwk..
      hooh, minseoknya hukumannya lama di dunia manusia tapi cuku bentar di dunia pampir itu *ngebelain papanya sehun wkwkwk*

      hooh, di side story emang manusia penasaran itu belum nongol soalnya di side story flashback ke bertahun2 yang lalu wkwkwkw

  4. aku suka aku suka aku suka sekali!! makin greget ajaa ni bacanyaa,,,,
    ayukk udah gag sabaran baca chap 4nyaaa
    yohoho

    1. Demii penasaran
      Thx ka pw ny
      Wlw telat baca epep ny
      Sumpah dah ngebut pisan baca ny
      Sekali baca gk bsa brentiii

  5. Haloo kak.
    Aku uda kirim email ke kk syaratnya sesuai dgn apa yang kk mau coba deh kk cek kira kira bner gak ya kya gitu? Hehehe

    1. Maapin baru sempet buka blog, sedang sibuk sekali di kantor.. huaahh.. *gakusahcurhatjugakali wkwk
      iyah sudah aku cek, sudah masuk kook..
      nanti passwordnya dikirim hari jumat pagi atau kamis malam ya.. pokoknya sebelum FFnya publish..
      hihihi..
      Makasih karena gakjadi silent reader, kami bahagia sekaliii..

  6. jadi sebenarnya runa jg udh suka sehun dr dulu????
    mereka sama” suka kan, tp knp pada gengsi sih???
    udah jadian aja sana…..bikin gemes deh sehun-runa ini 🙂
    ditunggu next nya kak 🙂
    bnyakin moment sehun-runa ya???
    xiumin dan reen romantis bgt deh 🙂
    mereka pasangan yg bisa brsikap dewasa dlm segala situasi ^_^

    1. jadi sebenarnya…….
      runa hanya malumalu ihiy..
      ciye runa ciyee.. *authornya baper sendiri wkwk*
      hooh, aku juga gemes. pengen disuruh cepetan nikah aja langsung rasanya #eh
      tungguin yaaa.. jumat ini dipost.. Hihihihi..
      Reen itu manja sebenernya, untung aja minseoknya vampir yang baik hati sekali #eaaaa

  7. Wawwwwwwwwwwww Runa suka Sehunnnnnnn YEE TANDA MEREKA PACARAN MAKIN DEKAT :V Reen setrong sekali nunggu 12 th, dibantu oleh para duo lawaq bhaq
    Oh iya… Itu kan disurun nulis ID komentar.. Nah kan aku Kyungtong, yg mau ditanyain badan email yg mana yah :’v bhaq
    Sekian dan terima duit

    1. Aku jga kurang tau sih kak, coz tdinya reflek langsung ketik aja gtu. Trus besoknya aku bru inget and ngirim kek gtu bner gx..hehe mianhae coz tanganya reflek aja gtu ya^^v

    2. yeaaayyy wkwkwkw..
      eits belum tentu, belum tentu mereka pacaran.. /plak *author kurang ajar*
      Reen strong, demi vampir seperti umin, reen strong! *semangat
      Sudah bener kok yang kamu email hihihihi..
      Makasih yaaaa.. >.<

  8. yah kak, chap 4 di password? Aku kudu piye emailku udah ga bisa di pake.. Hiks…. Insyaallah aku komen komen terus ko, dan selalu pake nama itu….

    Ya, udah deh ka…. Chap selanjutnya jan di password ya kak….. Plissssss

    1. iyah chap 4 dipassword..
      itu sudah keputusan final aku sama nida, berdasarkan rapat bermalam-malam begadang /plak /alay /maapin wkwkw.
      Kalo kamu gak ada email, kamu masukin aja kontak yg bisa dihubungin, akun twitter boleh, line juga boleh, apa aja boleh.. :3
      yang penting syaratnya udah dijalanin yaa..
      komen diminimal 3 chapter yaa..
      di sidestory-2 ini udah diitung 1 komen kok.. artinya asal kamu ada komen di 2 chapter lain, passwordnya pasti dikasih.. ^^

  9. wuihhh cepet ya updatenya.. hebat prokkkprokkk
    iya sekarang aku tau sehun suka sma runa..sok”an aja gk peduli padahal mah apa..
    terpaksa??? sukarela malah bsa dibilang memaksakan kehendak itu hun hahaha
    lucu sekali kao

    1. Iyaaah soalnya drencanainnya sih publish tiap jumat siih.. makanya karena ternyata sidestorynya meledak kepanjangan, dibagi 2 dan dipost cepat hihihi..
      buakakaka iya sehun mah sok sok an sombong gitu padahal dia gabisa hidup tanpa runa dia.. eaaa..
      makasih sudah komen yaaa.. >.<

  10. Wih yg side story seru thor, keren.. lucu pas bagian ini “Permisi,” mulut Sehun gatal jika tidak bicara, “sepertinya kalian harus bertukar ciuman perpisahan atau sejenis itu.” hahaha 😂😂 sehun gatal bgt ya mulutnya 😂

    Hehe.. next!! Fighting!!

    Subjek email itu gimna maksudnya thor??

    1. iya si sehun itu mecahin suasana aja memang wkwkwkwk..
      hihihi..

      gini..
      kalo kamu kirim email kan dibawah To: itu ada subject..
      Judul pesan gitu.. Tulis aja Password LDA 4, nah terus di tempat nulis pesannya itu kamu tulis nama komen kamu, ANDINI artinya gitu.. hehehe..

  11. Ahh akhirnya rasa penasaran aku terjawab sudah baguss kaak aku suka bgt sama side storynya dan yang paling aku sukaa disni siapa lagi kalau buka si sehun-runa astagaa mereka itu bener bener bikin aku gregett kak satuin mereka dong yayaya? Trs banyakin moment mereka juga wkwk maap ya kak banyak maunya :v
    Jadi gasabar nunggu kelanjutannya ><
    Fightingg!!

  12. Woahh daebakk..#prokprokprok
    Aku suka loh kak side storynya bagus bagus^^ , ya tdinya sbelum djelasin dsini aku pnasaran banget yg namanya hukuman Anh chi itu..hihihi tpi skarang rasa pnasaran ku sudah terbayar..kkkk

    “Ya ampun, Oh Sehun, kau yang paling dekat dengannya.”

    “Ya ampun, Kwon Runa, jarakmu memang seberapa jauhnya?” Ya ampunn, sehun sma runa sama aja deh..wkwkwk

    “Aduh, dia sudah punya pacar. Padahal sudah bagus ada perempuan yang seumuran denganmu. Kau patah hati, ya?” hahahaha aduhh runa kau itu

    Eoh d Pw?
    Aduhh aku tambah pnasaran nih kak sma klanjutanya

    Ehh kakk mau tanya ya^^ itu tulis ID Komentar itu nama yg dpke buat koment?
    Uhmm.. berarti punyaku (lyoungie98) gtu?

Tinggalkan Balasan ke PUTRI RAHMA Batalkan balasan