EVENING SKY – Slice #2 — IRISH’s Story

irish-evening-sky

   EVENING SKY  

  EXO`s Chanyeol & OC`s Sarang  

   with EXO & Lovelyz Members  

  dystopia, fantasy, romance story rated by T served in chapterred length  

Disclaim: this is a work of fiction. I don’t own the cast. Every real ones belong to their real life and every fake ones belong to their fake appearance. Any similarity incidents, location, identification, name, character, or history of any person, product, or entity potrayed herein are fictious, coincidental, and unintentional. Any unauthorized duplication and/or distribution of this art and/or story without permission are totally restricted.

2016 © IRISH Art & Story all rights reserved

Reading list:

〉〉 TeaserSlice #1 〈〈

Slice #2

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Sarang’s Eyes…

Sudah seminggu aku tidak di tugaskan apapun. Dan entah mengapa aku rindu bekerja. Pekerjaanku sangat menghibur karena vampirevampire itu bicara padaku. Tak jarang mereka menceritakan kisah hidup mereka. Dan aku suka mendengarkan mereka bicara. Suara mereka sangat indah, dan aku suka melihat wajah sempurna mereka.

“Aku akan bekerja sekarang,” kataku pada Jongin yang mengawasiku di kamar.

“Sarang, kau masih—”

“Aku bukan anak kecil, aku sudah beberapa kali begini, aku akan baik-baik saja.” Jongin memang kekanak-kanakan. Ia selalu menganggapku anak kecil yang tidak tahu apapun dan tidak bisa menjaga diri.

“Baiklah, kalau begitu kau tidak boleh bertugas di ruang isolasi.” katanya tegas.

“Jongin!” bentakku.

Kenapa aku membentaknya? Kenapa aku marah karena tidak diperbolehkan bertugas di ruang isolasi. Aku … ingin melihat pemuda itu.

“Sarang-ah …” kata Jongin pelan.

“Aku harus bertugas, dimanapun itu. Jongin-ah … Kita bersama bukan berarti aku bebas memilih tugas. Aku punya tugas yang sama dengan yang lainnya.” kataku sambil mengusap pipinya, aku tahu ia terluka karena ucapanku.

██║│█║║▌ Evening Sky │█║║▌║██

  Slice 2

“Berjanjilah kau tidak akan bertugas di ruangan vampire itu lagi,” kata Jongin.

Aku mengalihkan pandanganku. Maaf Jongin-ah

Aku segera beranjak meninggalkan Jongin. Dan berjalan ke gerbang.

“Jiae,” sapaku.

“Kau datang lebih pagi hari ini, oh, dimana gelangmu Sarang?” tanya Jiae.

“Gelangku masih rusak karena serangan seminggu lalu, aku belum dapat gelang baru, aku akan baik-baik saja,” aku tersenyum meyakinkannya.

“Baiklah, jika terjadi sesuatu yang buruk, cari saja tombol alarm di kamar arraseo?” kata Jiae.

Arraseo …” aku memandang kertas tugasku.

Tuhan. Mengapa aku harus di tugaskan di ruangannya!?

“Ada apa Sarang?” Jiae mengintip kertas tugasku.

Omo! Kemarikan Sarang-ah, biar kutukar kertas tugasmu,” kata Jiae.

“Tidak perlu, aku akan selesaikan tugasku,” kataku.

“Berhati-hatilah Sarang, dia vampire yang berbahaya,” kata Jiae.

Aku mengangguk. Lalu berjalan meninggalkan Jiae. Setelah menyiapkan semua perlengkapanku, aku berjalan ke kamar pemuda itu, vampire yang hampir membunuhku waktu itu.

Tanganku gemetar saat menyentuh gagang pintu. Ia tidak akan menyerangku lagi bukan?

KRIET!

Aku masuk ke kamarnya. Pemuda itu ada di pojok kamar, cukup jauh dariku, dan aku bisa melihat jelas wajahnya. Ia … sangat tampan. Kuakui tidak hanya aku yang mengatakan hal ini. Sujeong, Yein, dan pekerja lain juga bilang begitu. Dan jika kukatakan, banyak pekerja sering menukar kertas tugasnya hanya demi masuk ke kamar seorang vampire sepertinya, akankah kalian percaya?

Aku menutup pintu kamar, lalu kuambil kain pertama yang akan kugunakan membersihkannya—aku tidak berani menyebut namanya, kami tidak saling mengenal, dan rasanya tidak pantas jika aku menyebut namanya setelah kejadian minggu lalu.

Setelah kainku basah, aku berjalan mendekatinya, ia melirikku sekilas, tapi tidak bergerak dari tempatnya. Vampire bisa menyerang tiba-tiba Sarang, jangan lengah.

“A-Aku harus membersihkanmu,” kataku padanya.

Ia tidak menjawab apapun, dan seperti yang biasanya harus aku lakukan, kebanyakan vampire akan membuat kami memaksa mereka untuk dibersihkan. Tapi kali ini pemuda ini tidak bersikap begitu. Ia diam dan pasrah. Membuatku sedikit lega karena tidak harus memaksanya. Apa ia merasa bersalah setelah hampir membunuhku waktu itu?

Aku duduk di sebelahnya, lalu menyentuh lengannya dengan tangan kiriku. Kulit para vampire sangat dingin, selalu membuatku bergidik. Ia memandang tanganku sedikit lama. Ugh. Ia pasti menyadari bahwa aku tidak mengenakan gelangku, dan itu artinya ia bisa menyerangku dalam hitungan detik!

Aku mengusap lengannya perlahan, lalu kuusap jemarinya. Ia benar-benar memudahkan tugas ini. Setelah itu, aku membersihkan kakinya, sebenarnya vampirevampire ini tidak pernah benar-benar kotor, karena mereka tidak banyak bergerak.

Hanya luka borgolan yang membuat tangan dan lengan mereka terlihat ‘kotor’.

“Ah …” aku terkesiap saat ia untuk pertama kalinya bersuara. Aku tanpa sengaja menyentuh luka borgolannya.

“Maaf …” kataku pelan.

Tanpa sadar aku memperhatikan lukanya, luka itu memerah dan memar, bahkan ada bagian kulit pemuda ini robek karena borgol. Kualihkan pandanganku, aku tidak kuat melihat luka-luka di tubuh siapapun, walaupun vampire bukan manusia, bagiku sangat tidak pantas jika mereka terluka seperti ini.

Aku membalik kainku, lalu aku mulai pada bagian yang selalu membuatku takut, membersihkan wajah mereka. Aku tidak suka membersihkan wajah mereka, karena hal ini memaksaku untuk memandang wajah mereka, dan aku tidak mau memandang wajah pemuda ini.

Ia terlalu … sempurna. Sudah berapa kali kukatakan hal ini? Tapi sungguh, sekali aku memandang wajahnya, aku akan sulit untuk mengalihkan pandanganku.

Aku membersihkan wajahnya, dan ucapanku terbukti! Beberapa kali tatapanku bertumbukan dengannya, membuatku terpana untuk beberapa detik sampai aku tersadar akan tugasku.

Aku membersihkan lehernya—bagian kedua yang tidak kusukai. Dan karena takut aku akan kembali terpesona pada wajahnya, aku melakukan tugasku dengan cepat. Aku menarik nafas lega saat tugas pertamaku selesai.

Aku sudah berbalik, akan beranjak pergi, tapi sesuatu yang dingin mencekal lenganku, tangannya!

“A-Ada apa?” tanyaku, takut, apa ia akan menyerangku lagi? Aku tidak berani membalikkan tubuhku untuk memandangnya, aku takut jika ia menyerangku tiba-tiba lagi.

Ia memeluk pinggangku dengan tangannya yang lain, menarikku hingga terduduk di pangkuannya. Nafasku memburu. Dan entah mengapa lidahku kelu dan tidak bisa berteriak.

“Diamlah disini sebentar,” katanya sementara satu lengannya sekarang bergerak mencekal kedua tanganku, dan satu tangannya yang lain memeluk pinggangku.

“S-Shireoyo,” kataku, aku berusaha berdiri, tapi lengannya seolah mengunciku, membuatku tidak bisa bergerak sedikit pun.

Kami diam dalam keadaan seperti itu selama beberapa menit. Ia tidak melakukan apapun, dan aku tidak berani menatap wajahnya. Selama beberapa menit menegangkan itu, aku hanya mendengar deru nafasku yang ketakutan.

“Apa yang lain juga begini?” tanyaku pelan.

“Seperti apa?” aku hampir tidak percaya ia meresponku.

Aku memberanikan diri memandangnya, keterpanaan sudah mulai biasa bagiku saat aku memandangnya.

“Seperti ini …” aku melirik lengannya yang melingkar di pinggangku.

Ia memandang lengannya, lalu memandangku.

“Tidak.”

Satu hal lagi yang hampir kulupakan. Bukan hanya wajahnya yang bisa membiusku, tapi juga suaranya. Suaranya terdengar berat dan—oh. Tuhan. Bagaimana bisa ada makhluk sesempurna dia?

Apa yang akan dikatakan Sujeong dan yang lain jika tahu pemuda ini melakukan hal setidak masuk akal seperti ini padaku? Akankah mereka percaya?

“Aku sering mendengar suaramu di luar, kau sangat menyenangkan dari yang kudengar, kenapa kau tidak bicara sedikit pun disini?”

Aku memandangnya. Memastikan bahwa ia benar-benar bicara sebanyak itu padaku. Pendengaranku tidak salah bukan?

“Kau mendengar suaraku dari ruangan ini?” tanyaku, setahuku, tidak ada suara dari luar yang akan terdengar di dalam ruangan ini.

Vampire punya pendengaran yang tajam,”

Aku bergeming.

“Dan aku tidak suka suara mereka yang lain, banyak bangsamu, memujaku, mereka disini hanya untuk melihatku, dan aku tidak suka itu,”

“Kenapa begitu?” kali ini aku tidak ragu untuk memandangnya.

Tangannya bergerak menggenggam tanganku, dan ini membuatku semakin takut. Seolah ia membuatku ‘terkunci’ dengannya di ruangan ini.

“Mereka tidak benar-benar melakukan tugas mereka, aku tidak suka saat bangsamu memandangiku.” ucapannya membuatku mengalihkan pandanganku.

“Aku tidak memasukkanmu dalam hitungan itu,” tangannya yang tadinya memeluk pinggangku kini bergerak menyentuh wajahku, menghadapkanku padanya.

“Tapi … aku … aku takut saat memandangmu,” kataku tertunduk.

Aku takut. Kuakui itu.

“Kenapa?”

Haruskah kukatakan padanya? Ia diam. Menunggu jawabanku.

“Karena … saat aku memandangmu, seperti ada sesuatu yang aneh yang membuatku sulit mengalihkan pandanganku, dan itu membuatku takut,” aku akhirnya mengakui.

“Aku juga merasakan hal yang sama …” katanya membuatku bingung.

“Maksudmu?” aku memandangnya.

Ia menarikku ke dalam rengkuhannya. Ia mendekapku, erat. Dan seolah merasakan sesuatu yang telah hilang begitu lama, aku merasa nyaman di pelukannya.

Dingin tubuhnya menembus kulitku, tapi dingin itu membuatku merasa nyaman. Tidak seperti saat Jongin memelukku, kenyamanan ini berbeda, lebih membuatku … menyukai pelukannya.

Jantung ini juga berdegup tidak karuan saat berada dalam jarak sedekat ini dengannya. Apa ini karena rasa takutku?

“Maaf soal luka ini,” ia mengusap leherku yang memar, aku ingat luka memerah ada disana, bekas cekikannya.

Gwenchana,” kataku, aku masih merasa aneh karena ia memelukku seperti ini

Ia melepaskan pelukannya, tapi kini masing-masing tangannya menggenggam tanganku. “Siapa namamu?” tanyanya.

“Sarang,” jawabku pelan membuatnya memandangku lama.

“Nama lengkapmu?”

“Tidak ada. Namaku hanya Sarang.” kataku.

“Namaku Chanyeol,” ucapnya sambil mengusap leherku dengan tangannya. Dan kurasakan sesuatu yang perih disana.

“Ah,” aku mengaduh pelan, membuatnya mengusap luka itu perlahan, dan rasa sejuk terasa disana.

“A-Aku tidak bisa terlalu lama disini,” kataku pelan.

Ia mengangguk dan melepaskanku. Membuatku punya kesempatan untuk mengatur nafasku lagi. Aku berdiri, kutahan diriku untuk tidak memandang wajahnya. Tindakan nya tadi membuatku semakin berfantasi, dan ah! Tidak! Aku bisa gila jika terus-terusan membayangkannya.

Aku mengambil kantong darah dari troliku, tidak ada patung manusia disini, bagaimana aku harus memberikan darah ini padanya?

“Mereka biasanya membawa kantong darah itu padaku,”

Aku menoleh padanya, tidak ada pilihan lain. Kamar ini hanya berisi wastafel dan rantai yang digunakan memborgolnya. Aku membawa tiga kantong darah itu padanya, dan duduk di sampingnya lagi.

Aku membuka knop kecil penutup kantong darah itu, bau amis menyeruak keluar, dan aku hampir saja menjerit saat pemuda itu meraih tangan kiriku yang memegang kantong darah itu.

Ia menghisap darah di dalam kantong dengan cepat. Sementara aku menggunakan tangan kananku untuk mengambil kantong darah keduanya.

Seperti yang terjadi dengan kantong pertama, ia menarik lenganku dan menghisap darah itu dalam hitungan detik. Sekarang aku bingung bagaimana harus membuka kantong terakhir.

“Aku menunggu Sarang-ah …” dia tersenyum tipis, dan aku bergidik bukan hanya darah yang ada di sekitar bibirnya, tapi juga karena taringnya yang menyeramkan itu.

Aku langsung mengambil kantong ketiga dan membukanya. Dengan cepat Chanyeol menghisap darah di kantong terakhir itu. Dan dalam beberapa detik ia membersihkan sisa darah di bibirnya.

“Bisa aku minta sedikit darahmu?” katanya membuatku terkesiap.

“Apa?”

“Hanya sedikit, aku janji, aku tidak akan menyakitimu,” ucapannya membiusku.

“Bagaimana?” tanyaku.

Ia menarik lenganku, lalu taringnya muncul. Aku bergidik, tapi ia tersenyum meyakinkanku. Dan aku hanya mengalihkan pandangan saat sesuatu yang tajam menyentuh pergelangan tanganku. Nyeri dan kram. Hanya itu yang kurasakan.

“Darahmu akan mengembalikan kekuatanku,” katanya membuatku semakin bingung. “Maksudmu?” aku memandangnya, saat kulihat tanganku, hanya ada luka merah muda kecil disana.

Gomawo Sarang-ah,” kata nya, sedikit aneh rasanya saat ia menyebutku begitu.

“Sama-sama,” kataku sambil berdiri.

“Kau akan bertugas disini besok kan?” tanyanya.

“Aku tidak begitu tahu pembagian tugas kami,” kataku pelan sambil menaruh kantong darah kosong itu di troli.

“Pastikan kau yang akan kesini, jika tidak orang lain itu akan mati.”

Ucapan itu tidak terdengar sebagai lelucon bagiku. Ia ‘mengancam’ dan kurasa ancaman itu serius.

“Aku tidak bisa memastikan hal itu,” kataku sambil memandangnya—entah mengapa aku ingin memandang wajahnya.

Ia tidak sedang memandangku, ia memandang ke arah lain, seolah … marah? Ia marah? Padaku? Hanya karena aku tidak bisa memastikan bahwa aku akan bertugas disini besok?

“Akan kuusahakan,” kataku lagi, dan ia kini memandangku, tatapannya menakutkan, sungguh, karena matanya berwarna merah menyala sekarang.

“Kupegang itu sebagai janji,”

██║ │█║♪ ║▌♫ │█║♪ ║▌♫ ║██

Aku benar-benar gemetar saat aku tidak bisa bertugas di ruangan isolasi!

Dokter Soojung dan Jongin keluar pagi ini, dan aku harus mengantar mereka keluar—mengingat aku sudah hafal semua jalur di gedung ini—dan aku semakin gemetar karena Sujeong yang bertugas di ruangan Chanyeol—Sujeong mengatakannya padaku saat kami berpapasan tadi.

“Kami akan kembali sore nanti Sarang, bisa kau jemput kami di luar?” kata dokter Soojung.

Aku mengangguk.

“Di tenda kan? Akan kujemput kalian nanti,” kataku, aku ingin memastikan bahwa Sujeong baik-baik saja.

“Hati-hati Sarang-ah,” kata Jongin.

“Aku lah yang harus memesankan itu pada kalian,” ucapku sambil tersenyum.

Dokter Soojung mengacak-acak rambutku pelan lalu menarik Jongin pergi. Aku menutup gerbang dan setelah memastikan aku menguncinya dengan benar, aku langsung berlari melewati jalur rahasia yang ada di kamarku.

Aku keluar dari kamar dan berlari ke gerbang, memastikan bahwa sesuatu yang buruk belum terjadi. Tapi aku terlambat … Aku melihat darah berceceran di luar kamar Chanyeol. Dan tidak ada orang yang menyadarinya.

Aku segera berlari ke kamar itu dan mengintip dari jendela, tubuh Sujeong sudah tergeletak di lantai penuh dengan darah.

Aku menjerit. Dan Jiae lah orang pertama yang mendatangiku. Ia juga sama shock nya denganku. Sujeong. Sujeong. Sujeong …

Jiae datang dengan dua penjaga, Jiae menarikku menjauh. Aku masih terlalu shock untuk berpikir. Sujeong. Apa yang terjadi padanya? Apa Chanyeol benar-benar membuktikan ancamannya?

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

“Kau harus sabar Sarang-ah …” Jiae mengusap kepalaku.

Sujeong benar-benar pergi meninggalkanku. Ia kehilangan terlalu banyak darah. Haruskah kukatakan pada Jiae tentang ancaman itu? Tidak. Korban lain akan berjatuhan.

“Jiae! Yein ambruk!” dua orang pemuda datang tergopoh-gopoh. Ini hari kedua aku tidak datang ke tempat Chanyeol.

Yein? Sekarang Yein yang jadi korban? Siapa lagi selanjutnya? Aku berlari menembus keramaian yang sekarang menjadi takut karena dua kejadian pembunuhan itu.

Aku masuk dan mengunci kamarku. Aku tidak ingin bertemu siapapun hari ini.

“Ini aneh, kenapa vampire itu bisa menembus semua borgolan kita?” kata Jiae saat Ia lewat di depan kamarku.

“Sarang yang terakhir kali masuk sebelum Sujeong, tapi Sarang baik-baik saja,” suara Jiae lagi.

TOK. TOK.

“Sarang? Kau di dalam?” suara Jongin.

“Aku tidak ingin di ganggu,” sahutku.

“Sarang-ah, buka pintunya … Jebal …” kata Jongin.

“Pergilan Jongin … Kumohon …”

Jongin meninggalkanku. Dan aku berada dalam keterpurukan sekarang. Siapa Chanyeol itu? Vampire macam apa dia? Bagaimana ia bisa membuat kekacauan seperti ini?

Darahmu akan mengembalikan kekuatanku,

Tunggu! Apa maksudnya kalimat itu? Aku mengusap luka merah muda di pergelangan tanganku, lalu aku berdiri di depan kaca, memandang luka bulan sabit mungil di leherku.

Dokter Soojung bilang luka itu sudah ada sejak aku bayi. Kenapa rasanya aneh saat Chanyeol menyentuh luka ini? Kenapa sekarang pemuda itu selalu ada di pikiranku?

Aku merebahkan tubuhku di kasur. Semuanya hanya kebetulan Sarang. Yang kubutuhkan sekarang hanya tidur dan beristirahat.

“Semuanya akan baik-baik saja besok …”

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Aku bangun karena keributan di luar kamarku. Aku mengenal suara Jiae disana.

“Kau yakin kau akan bertugas Jongin? Noonamu tidak akan suka ini.” kata Jiae.

“Aku yakin noona,” kata Jongin.

“Baiklah, berhati-hatilah, nyawamu jauh lebih berarti daripada vampire itu,”

Aku bangkit dan setelah mendengar suara langkah menjauh aku keluar dari kamarku. Tidak. Tidak akan kubiarkan Chanyeol melukai Jongin.

Aku berlari keluar kamar, dan mengikuti langkah Jongin, tepat sebelum ia menutup pintu kamar, aku menahan pintu dengan kakiku. Aku akan bisa mendengar apa yang terjadi di dalam.

“Kau vampire bodoh, apa yang kau lakukan pada dua temanku hah?”

Chanyeol hanya diam.

“Hah. Kau pikir aku akan benar-benar membersihkanmu? Makhluk sepertimu tidak pantas untuk hidup.” tidak. Bagaimana bisa Jongin mengatakan hal sejahat itu?

“Kenapa kau diam hah? Oh, satu hal yang ingin ku balas padamu.”

Aku tidak mendengar apapun, sampai—

BUGK!

Ku dengar erangan Chanyeol. Tidak. Jongin! Jangan melukainya. Chanyeol bisa menyerangmu.

“Itu karena kau pernah menyentuh Sarang.” kata Jongin.

“Gadis itu milikku.” aku terkesiap mendengar Chanyeol bicara.

“Cih! Mahkluk bodoh! Bagaimana berani kau mengatakan hal itu hah!? Sarang milikku. Dia sudah bersamaku selama 5 tahun! Camkan itu!” sentak Jongin.

“Dia milikku. Aku sudah memilihnya saat ia masih bayi. Aku sudah memilikinya selama 17 tahun. Dan ia tidak akan bisa bersama siapapun kecuali aku.” aku semakin bingung. Apa maksudnya?

BUGK!

“Jangan pernah mengatakan bahwa ia milikmu, Sarang milikku!” teriak Jongin.

Aku mengerjap dan memandang sekitarku, memastikan bahwa akulah satu-satunya yang mendengar teriakan itu.

“Kalau begitu kau harus mati.”

Aku terkesiap dan langsung membuka pintu. Aku terpaku saat melihat Jongin tercekik dan mengambang di udara.

BLAM!

Pintu di belakangku tertutup.

“Chanyeol! Hentikan!” teriakku.

Ia menatapku tajam, matanya merah menyala, begitu menakutkan.

“Pembohong.” desisnya membuatku takut.

“Kumohon Chanyeol, lepaskan dia … Jangan bunuh dia …” kataku sambil berlari ke arahnya.

“Kau mencintainya?” tanya Chanyeol.

Aku mengangguk pelan, dan anggukan bodohku berakibat fatal!

“Kalau begitu ia harus mati.”

Kudengar suara Jongin merintih pelan.

Andwae! Kumohon! Chanyeol, hentikan, akan kulakukan apapun, tapi jangan bunuh dia …” kataku

Chanyeol memandangku.

“Berikan darahmu padaku.” desisnya.

“Apa?”

“Kau ingin melihatnya mati?” ucap Chanyeol.

Tidak. Tidak boleh ada lagi orang yang mati karena Chanyeol. Aku memeluk Chanyeol, membelesakkan kepalanya ke leherku. Dan kurasakan sesuatu yang tajam di leherku.

Akh …”

۩۞۩▬▬▬▬▬▬ε(• -̮ •)з To Be Continued ε(• -̮ •)з ▬▬▬▬▬▬▬۩۞۩

.

.

.

Cuap-cuap by IRISH:

Bagaimana? Kalian udah pada jenuh bacanya? LOLOLOL. Aku pun jenuh ngebiarin ini fanfiksi menjamur di folder nista, daripada dia kudelete dengan sadisnya, mending kuremake kayak gini dan kupost. Itung-itung beramal. LOLOL.

Catch Me On:

askfm facebook gmail instagram line soundcloud twitter wattpad wordpress

143 tanggapan untuk “EVENING SKY – Slice #2 — IRISH’s Story”

  1. hei aigooo… si chanyeol makin liar dan sadis, sarang tuh untungnya gak punya penyakit anemia ya, coba aja klo dia punya penyakit anemia dan chanyeol terus terusan ngisap darahnya.. gimana ntar nasib sarang?
    ehhh.. maap kak malah ngebahas itu.. 😀

  2. Kyaaaa… Ceye galak. Ceye galak. Ceye gk boleh gitu #alay
    Klo ada vampire cem Chanyeol, aku rela darah ku diminum sampe habis. Tapi itukan cuma khayalan. Aku pengen jadi kyk sarang.

    Kak irish terlalu terobsesi sama vampire ya? Apa ada cerita yg kak irish buat tanpa tokoh utama vampire? Adakah?

    Dan satu lagi, kenapa cerita yg kak irish buat selalu keren? Dan kenapa dirimu selalu berkata bahwa cerita ini absurd? Padahal keren loh kak. Imajinasi mu terlalu tinggi. Aku gk sabar menunggu cerita yg akan di publish bulan agustus (kalo gk salah)
    Gidaryeo dipublish nya bulan agustus kan? Ku tunggu lah kak.

    Daku ingin baca chap selanjutnya.. See you kak… Fighting

    1. XD buakakakakak perasaan kok bahagia amat kalo ceye jahat XD wkwkwkwk plis aku kebelet ngakak gegara kamu rela buat diisep darahnya sampe abis sama si ceye XD wkwkwk
      AKU ENGGA TAU KENAPA AKU BEGITU CINTA SAMA MAKHLUK ASTRAL, PADAHAL MEREKA BELUM TNENTU RIL XD XD
      GIDARYEO KAPAN YA ENAKNYA XD XD

  3. Kak Irish.. tambah keren deh ff nya.. suka banget banyak Chanyeol Sarang moment *namanya juga main cast…
    suka buanget nget pokok nya… 4 jempol buat Kak Irish…

  4. Waah jd ini sdh di remake? Mmg yg sbelumnya knp? Apa pun itu yg pentig jangan di delete lah ya…

    BTW Chanyeol pas bgt peranin vampire disini.. Wlopun kgak ada my bias disini (dlm kurung BAEKHYUN) kgak papa dah.. tetep keren ko ceritanya…. 😀

  5. Wah.. sk bgt sm skp chanyeol ke sarang ^ ^ romantis.. keren..!! sang namja bgt 🙂
    Kshn tuh 2 tmn’ny sarang jd korban 😦 Kai jgn buru2 mati ya, biar seru jeles2an triangle love ‘cem di drama2. Jgn didelet, publish aja, romens2 fluff saya sk sngt!! Blm nemu deh kyny karya Irish yg main cast’ny Kris-akuh, tp jg dinistain/di cing-cang-cing-cang, saya tdk tega.. >.<

  6. aakh… kok aku baper sih sama merekaa..
    golok mana golok? chan ngajak perang, dia perannya bikin mimisaan… goloook manaaa
    okke kakak lanjutkan.. fighting

  7. Sumpah kak iriiishhh ini keren bgtt
    Chanyeol bener bener megang omongannya :’3
    Duh enaknya sarang di perebutin chanyeol sama jongiinn

  8. Waw jujur baru kali ini baca ff main castnya chanyeol dan ceritanya tentang vampir,,
    Agak susah ya ngebayanginnya karna biasanya sehun sama baekhyun kalo masalah vampir vampiran ya ga sih?*keknyagajugaya*
    Udahlah daripada coment aku ga jelas aku baca chap selanjutnya aja
    Hwaiting ^^

  9. Busettt dah aku suka chap ini… chanyeol kereeeeeen banget arghhh… jongin lu kenapa? Cemburu amat dah wkwkw suka suka suka… sarang sadarlah chanyeol itu takdir kamu kekeke~ kalau ga mau buat aku aja 😂

Tinggalkan Balasan ke Tiara Batalkan balasan