[Vignette] December, 2014 (The Winter`s Tale) ― ShanShoo

december, 2014 the winter's tale

 

December, 2014 (The Winter`s Tale)

A fanfiction by ShanShoo

Starring EXO-K member [especially Chanyeol], OC’s Reyna, slightly!iKON’s Bobby | genre slight!fluff, family, friendship, romance | length vignette +2500 words | rating T

Disclaimer : I own the plot!

 .

 

At the twinkling stars all night, we softly smiled under the three, without anyone knowing I hid my heart as you held my hand…―December, 2014 (The Winter`s Tale)

 


 

 

23 Desember, 2014.

19.00 KST

 

 

“Besok aku ingin pergi ke toko buku untuk membeli novel keluaran terbaru.”

Itu suara Kyungsoo, laki-laki berusia delapan belas tahun yang saat ini sibuk memainkan bibir cangkir cokelat panasnya―menunggu cairan cokelat itu sedikit mendingin agar ia bisa meminumnya.

Keempat pemuda tampan dengan usia mereka yang sebaya dengan Kyungsoo pun mengangguk mengerti. Ah, sebenarnya, tidak semuanya; Sehun mengangguk karena ia sudah menduga bahwa Kyungsoo akan melakukan hal membosankan itu, membaca novel-novel tebal untuk mengisi kegiatan di akhir pekannya atau jika libur semester telah tiba. Lalu, Kai hanya mengangguk untuk menanggapi perkataan Kyungsoo saja, tidak ada maksud lebih. Kemudian Joonmyeon, ia terlihat mengangguk antusias. Karena dengan begitu, ia juga bisa meminjam buku novel terbaru milik Kyungsoo, meski ia harus mendapat tatapan dingin terlebih dulu dari sang empunya. Nah, kalau Baekhyun, laki-laki yang rumahnya sedang dikunjungi keempat temannya itu, benar-benar mengangguk mengerti. Karena orang pertama yang menanyakan perihal kegiatan apa saja yang akan dilakukan di hari esok musim dingin, adalah dirinya.

“Bagaimana denganmu, Kai?” Baekhyun bersuara, selagi kesepuluh jemarinya bertaut di atas meja.

“Mmm… kalau aku, sih, tidak ada.” Sahut Kai, menaruh atensinya pada Baekhyun. “Besok aku akan pergi tidur saja.”

Sehun mendengus kesal, “Kai tak usah ditanya, Baek. Sudah pasti dia hanya akan pergi untuk ber-hibernasi.” Ia menimpali, melirik malas pada Kai yang hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh.

“Kai itu seperti beruang yang butuh hibernasi.” Kali ini giliran Kyungsoo yang berujar. Mengukir senyum kecil pada satu sudut bibirnya, seperti biasa. Tidak seperti teman lainnya, yang pasti akan langsung terkikik geli saat mendengar ucapan sarkastis itu.

“Ya… ya… apapun itu,” kata Kai sambil ikut tertawa kecil. “tapi yang jelas, aku akan memanfaatkan waktu tidurku nanti dengan sebaik-baiknya.”

Ucapan itu kembali mengundang tawa. Konversasi ringan ini sudah cukup untuk menghangatkan suasana di dalam rumah, meski tak sepenuhnya dikarenakan udara dingin di musim salju tak dapat ditampik begitu saja.

Alih-alih melanjutkan pertanyaannya, Baekhyun mengalihkan fokus ke arah tangga yang letaknya agak jauh dari posisinya saat ini. Ada sebuah kurva manis yang terukir di bibir Baekhyun kala ia melihat adik perempuannya sedang berjalan gontai menuruni anak tangga menuju ke arahnya sembari mengusak kedua mata karena pedih. Keempatnya ikut beralih pandang pada Reyna. Namun bedanya, mereka semua sedang menahan tawa di bibir.

“Kenapa?” ujar Reyna, sedikit parau. Matanya memerhatikan kelima laki-laki yang duduk mengitari meja berbentuk persegi panjang itu. “Ada yang aneh, ya?”

Tak ada yang menjawab pertanyaannya, semua sibuk menahan tawa, terkecuali Baekhyun―sang kakak.

“Tidak ada yang aneh, kok, Rey.” Baekhyun menaikkan tangan kanannya untuk mengusap surai sebahu Reyna agar terlihat lebih rapi. Senyuman manisnya masih terukir, selagi Reyna memasang wajah cemberut.

“Hei, tak usah menahan tawa seperti itu.” Reyna mengabaikan ucapan kakaknya barusan. “Kalau mau tertawa, ya tertawa saja. Lagipula aku sudah terbiasa ditertawai seperti itu.”

Akhirnya setelah mendengar penuturan gemas Reyna, semuanya tertawa renyah. Bahkan Sehun sampai harus memegang perutnya agar tidak kram. Mereka tertawa bukan tanpa alasan. Sejak mereka memerhatikan Reyna berjalan ke arah mereka dengan langkah gontai, mereka juga memerhatikan bagaimana penampilan adik dari teman dekatnya itu; surai sebahunya agak berantakan, pakaian hangat yang dikenakannya sedikit kusut, juga pandangan serta wajahnya yang nampak sayu, membuatnya terlihat sangat lucu.

“Habis dari mana, Rey?” tanya Sehun, mewakili ketiga temannya yang masih sibuk tertawa.

“Habis lihat bintang, Kak.” Jawabnya, malas. Sepertinya gadis ini sedikit tak suka atas pertanyaan Sehun yang terdengar memojokkannya. Memutar bola matanya ke arah Kai, Reyna kembali bersua. “Kak Jongin juga mau bertanya?”

“Eh?” alis Kai berjengit. “Hanya kau yang memanggilku Jongin, Rey.” Ia malah tak menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir Reyna untuknya.

Reyna tak lekas menjawab. Ia memilih untuk duduk di kursi kosong yang letaknya di samping sang kakak. Sembari mengatur rambutnya dengan jari jemari, Reyna berkata. “Memangnya tidak boleh, ya?”

Kai hendak melontarkan protes, namun Reyna segera menyelanya. “Kalau begitu, biar aku sendiri saja yang memanggilmu Kak Jongin.” Kai diam, mau membuka bibir tapi Reyna menyela lagi, “Tidak apa-apa, ‘kan, Kak Jongin?” diiringi kekehan puas.

“Terserah kau saja, Rey.” Pada akhirnya, Kai menyandarkan punggungnya pelan-pelan. Mengembuskan napas gusar, pertanda bahwa ia tak bisa berkata apa-apa lagi selain membiarkan Reyna memanggilnya seperti itu. Lagipula, memanggilnya dengan nama ‘Jongin’ bukanlah sebuah masalah, ‘kan?

“Omong-omong, Rey, kau terlihat sangat menyukai bintang.” Kyungsoo berujar ketika Reyna dan Kai menyudahi perdebatan kecil mereka.

Yeah… aku memang sangat menyukai bintang. Kalau aku tidak melihat bintang satu hari saja, rasanya ada yang kurang. Bahkan aku tak akan bisa tidur dengan nyenyak.”

Ugh, berlebihan sekali.” Ejek Sehun kemudian.

“Biarpun berlebihan, tapi itu kenyataannya.” Reyna tersenyum lebar. Berdeham pelan, ia menatap mengitari semua teman sekolah kakaknya dengan pandangan menyelidik. Di sana ada Joonmyeon, Baekhyun, Kyungsoo, Kai, Sehun―eh

Satu kursi di samping Sehun masih kosong.

Tiba-tiba Reyna mengerutkan keningnya. Merasa bahwa seharusnya kursi yang dipakai untuk melakukan konversasi itu terisi semua, tidak ada yang kosong. Pandangannya lantas turun sembari bibirnya menggumam samar.

Joonmyeon, Baekhyun, Kyungsoo, Kai, Sehun…

Ah―

“Kak Chanyeol mana?”

―akhirnya Reyna ingat!

Semua mata tertuju padanya. Menelengkan kepalanya, Joonmyeon menyahut, “Bagaimana bisa kau tahu Chanyeol tidak ada di sini?”

“Eh?” Reyna menggigit bibir bawah. Fokusnya mengarah pada semua laki-laki di sekitarnya, menanti jawaban. Sungguh, pertanyaan Joonmyeon barusan memang mudah untuk dijawab. Tetapi Reyna merasa bibirnya terlalu kaku untuk mengucap kata.

“Itu… itu…”

“Aduh, kalian tidak tahu, ya?” Baekhyun lantas merengkuh bahu Reyna, hingga membuat gadis itu sedikit membungkukkan badannya. “Reyna itu―”

“Kak Baekhyun!” Reyna membungkam bibir Baekhyun dengan tangan kirinya. Jantungnya berdegup kencang saat Baekhyun hampir memberitahu mereka mengenai rahasia kecilnya.

“Tidak tahu apa, Baek?” Kai menyahut. Pandangannya memicing pada Reyna yang masih sibuk membungkam bibir kakaknya yang tak bisa diam.

Akhirnya terlepas juga! Tetapi, baru saja Baekhyun akan menjawab―

“Hei, kalian!”

― suara laki-laki lain ikut bergabung dalam konversasi cukup berat itu.

Atensi mereka sepenuhnya teralih pada sosok laki-laki bertubuh tinggi tegap yang berdiri cukup jauh sembari membenarkan rambut ikalnya yang sedikit berantakan. Kedua tangan besarnya pun sibuk menepuk-nepuk jaket tebalnya yang tertimpa lelehan salju. Setelahnya, ia mendongak dan menatap mereka semua bergantian.

“Maaf aku ter―”

“Kak Chanyeol!” pekik Reyna, girang. Kedua tangannya tak lagi berusaha untuk membungkam bibir sang kakak. Sudut-sudut bibirnya terangkat tinggi, membentuk lengkungan kurva manis, membuat siapapun yang melihatnya pasti akan turut melakukan hal serupa.

“Oh, hai, Reyna.” Chanyeol tersenyum lebar. Kaki jenjangnya melangkah menghampiri kursi kosong di samping Sehun untuk ia duduki. Kemudian ia melanjutkan perkataannya yang tertunda. “Tadi aku harus mengantar kakakku membeli hadiah natal untuk temannya.”

“Mengantar kakakmu, atau… gadismu, eh?” goda Kai, yang sukses membuat Chanyeol mendesah kesal.

“Sudah kukatakan padamu, aku tidak punya gadis, Kai!” rasa-rasanya, Chanyeol ingin menjitak kepala temannya itu. Namun sayang, jarak mereka terlalu jauh hingga Chanyeol terpaksa harus menahan keinginannya.

“Masa, sih?” Joomyeon menelengkan kepalanya, “Kapten tim basket sepertimu… tidak punya kekasih? Aku tidak percaya.” Ujarnya, mengejek. Lalu tertawa sekilas kala menatap bagaimana ekspresi kesal di wajah Chanyeol.

Well, terserah apa kata kalian, aku tidak akan mengatakan apapun lagi.” Sahut Chanyeol, tak pelak membuat semua orang yang ada di sana tertawa puas karena berhasil menjahili Chanyeol.

Tawa pun mereda dalam beberapa detik setelahnya.

“Omong-omong, cokelat panasnya masih ada?” tanya Chanyeol, ketika dirasa tubuhnya masih menggigil kedinginan.

“Ya, aku membuat cukup banyak malam ini.” Baekhyun membalas, menunjuk cokelat panas buatannya ke arah dapur. Kemudian Chanyeol pergi ke sana untuk mengambil secangkir minuman manis itu.

Selagi Chanyeol sibuk menuangkan minuman, netra Reyna terus tertuju padanya. Memerhatikan bagaimana bentuk tubuh Chanyeol yang cukup proporsional dengan tinggi tubuhnya yang menjulang, wajahnya yang terukir tampan, serta rambut ikal berwarna cokelat senada dengan mantel tebal yang dikenakan. Sungguh, Reyna tak lelah memuji Chanyeol dalam hatinya.

“Sibuk memerhatikan Chanyeol, ya?” tahu-tahu suara Baekhyun menyelinap ke dalam indera pendengaran Reyna. Nyaris berbisik sehingga teman-temannya tidak tahu apa yang dibicarakan Baekhyun.

“Kakak ini bicara apa?” si gadis berusaha menutupinya. Ada rasa gugup dan malu yang menyertai. Ugh, kalau saja kakaknya ini tidak tahu bagaimana perasaan Reyna terhadap Chanyeol, mungkin Reyna tak akan merasa malu seperti ini.

Sang kakak terkekeh pelan, “Akui saja, tak usah berpura-pura. Lagipula, percuma juga jika kau pura-pura begitu.”

Mengernyit heran, Reyna menatap kakaknya lamat-lamat. Pernyataan Baekhyun terasa aneh baginya. Tetapi baru saja Reyna hendak menyuarakan pikiran, Chanyeol telah kembali ke kursinya dengan secangkir cokelat panas di tangan kanan sembari berujar,

“Kalian sedang membicarakanku, ya?”

Reyna sudah merasa bahwa pertanyaan itu ditujukan untuknya dan Baekhyun. Jantungnya mendadak berdetak amat cepat sementara Reyna sedang memikirkan jawaban yang tepat.

Ish, siapa yang sedang membicarakan Kakak?” agak gugup Reyna berbicara. Terlepas dari rasa gugup sang adik, Baekhyun malah menampilkan ekspresi yang membuat Chanyeol tak yakin dengan ucapan Reyna.

“Oh, ya?”

“Iya.” Itu suara Baekhyun. Merangkul bahu Reyna, ia melanjutkan. “Kami tidak membicarakanmu, tapi membicarakan―”

“Membicarakan Bobby!” ujar Reyna antusias, tak pelak membuat semua orang di sana sedikit terperangah.

“Bobby?” Kai mengernyit.

“Siapa Bobby?” kali ini Sehun yang bertanya.

“Dia pacarmu, ya?” goda Joonmyeon kemudian.

Sementara Kyungsoo hanya diam memerhatikan.

“Aduh! Bukan! Bobby itu―”

“Teman masa kecilnya Reyna.”

Woah…” keempat pemuda itu―minus Baekhyun―bersorak menggoda. Tapi Chanyeol menanggapinya dengan santai.

“Kenapa? Lagipula ucapanku benar, ‘kan, Rey?”

“Eh?” Reyna mengerjap cepat. “I-iya.. Bobby itu temanku.”

“Kapan-kapan, kenalkan temanmu itu pada kami, ya?” ujar Kai di tengah jeda hening. Membuat Reyna tergagap karena gusar.

“I-iya.”

Itulah potongan-potongan pembicaraan yang terjadi di antara mereka kala hawa musim dingin menusuk-nusuk kulit. Yang kadang selingi tawa karena adanya pembicaraan konyol di dalamnya. Hingga tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam. Membuat satu persatu dari mereka mulai berpamitan untuk pulang. Mengingat udara malam akan semakin dingin jika mereka tak lekas kembali ke rumah untuk menikmati hangatnya tempat tidur yang menanti.

Ya, mereka semua sudah pulang. Terkecuali Chanyeol. Alasannya karena;

“Aku masih betah di sini, Baek. Tak apa, ‘kan?”

Baekhyun tentu saja mengangguk mengiyakan. Terlebih, Park Chanyeol adalah sahabatnya sejak mereka masih kecil, pun telah mengenal adiknya dengan baik. Maka tak salah kalau Chanyeol berkata seperti itu padanya.

“Tidak apa-apa, Kak. Mau menginap di sini juga boleh!” sahut Reyna, senang. Tak menyangka jika Chanyeol masih mau berada di rumahnya, entah sampai kapan.

Yang diajak berbicara hanya mengukir senyum. Tak tanggung-tanggung mengacak surai Reyna karena gemas. “Kalau aku menginap di sini, nanti aku diganggu olehmu.”

Reyna tertawa mendengus. “Kakak tahu saja.”

Melihat kedekatan mereka seolah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Baekhyun. Ada saat di mana Baekhyun ingin terus melihat kebahagiaan adik satu-satunya itu. Baekhyun juga ingat kala Reyna di usia lima tahun, Reyna menunjukkan kebahagiaannya karena menyukai seorang Park Chanyeol, yang ia utarakan lewat secarik kertas kecil. Meski kertas itu masih ia simpan dengan rapi olehnya hingga saat ini, Reyna merasa tak mau untuk memberikannya pada Chanyeol. Alasannya ia masih merasa takut kalau Chanyeol menolak rasa sukanya itu.

Tiba-tiba saja, Chanyeol dan Baekhyun saling bertatapan tanpa sepengetahuan Reyna. Mengukir senyum kecil, Chanyeol lekas menumpukan netranya pada manik Reyna.

“Reyna?”

Hm?”

“Mau temani Kakak duduk di taman belakang?”

 

.

.

.

 

Butiran-butiran salju itu rupanya mulai menutupi dedaunan dan melumpuhkan pekatnya malam hari yang menyapa. Embusan angin malam cukup terlihat pandang kala keduanya berjalan bersama dan duduk pada bangku taman yang terletak di bawah pohon. Keduanya sama-sama memakai mantel berbulu tebal agar menghalau mereka dari demam dan rasa dingin yang menusuk. Kepulan asap pun terlihat ketika mereka mengembuskan napas lewat mulut. Pertanda bahwa rasa dingin itu masih saja terasa.

“Dingin, ya, Rey?” tanya Chanyeol sembari melirik ke arah sang gadis yang sibuk menggosok kedua tangannya.

“Sedikit, Kak. Tapi tidak apa-apa.” Sahutnya dengan bibir sedikit bergetar.

Chanyeol tersenyum hangat. Mengelus puncak kepala Reyna sembari membalas, “Kalau kau kedinginan, kita masuk saja.”

“T-tidak, Kak. Aku tidak apa-apa. Lagipula aku memang sedang ingin berada di sini.” Elak gadis itu, berusaha menutupi rasa dinginnya hanya demi duduk berdua bersama sang pujaan hatinya.

“Mmm… baiklah kalau begitu.” Mengangguk mengerti, Chanyeol menumpukan kedua tangannya pada tepian tempat duduk.

“Bagaimana dengan sekolahmu, apa menyenangkan?”

Reyna mendongak untuk menatap sisi wajah Chanyeol. Namun pemuda itu menoleh untuk saling menumpukan pandangan dengannya. Membuat Reyna merasa kedua pipinya merona merah menahan gugup.

“Me-menyenangkan, Kak. Aku juga punya banyak teman.” Kata Reyna, tergagap. Oh, God! Memangnya siapa, sih, yang tidak akan bertingkah seperti Reyna kalau ditatap seduktif seperti itu oleh seseorang yang disukai?

“Baguslah. Kalau begitu, aku, Baekhyun, dan Bobby tidak perlu repot-repot menemanimu tiap hari. Iya, ‘kan?” ejek Chanyeol sambil terkekeh pelan.

“Memangnya Kakak suka menemaniku?” Reyna menelengkan kepalanya, “Kurasa… tidak.”

“Memang iya. Tapi kau ‘kan senang sekali menempel padaku kalau aku datang ke rumah.”

Reyna tak lagi menjawab. Bibirnya benar-benar bergetar menahan udara dingin di sekelilingnya. Kedua tangannya saling terkepal di sisi tubuh, kepalanya menunduk demi menutupi gemeletuk giginya.

Namun di balik itu semua, jantungnya berdebar amat cepat. Rasa panas menjalar di kedua pipi Reyna, serta matanya membelalak kaget ketika tiba-tiba, Chanyeol menggenggam kedua tangannya sembari meniupnya perlahan-lahan.

“Kau tak bisa membohongiku, Rey,” kata Chanyeol di sela kegiatannya mencoba menghangatkan tangan Reyna lewat embusan napasnya.

Sungguh, demi apapun, Reyna tak bisa berkutik. Tidak karena saat ini, Chanyeol tengah menatapnya sembari tersenyum amat manis. Hingga Reyna sendiri tertarik untuk turut membalas senyum si pemuda.

“Terima kasih, Kak.” Reyna hendak menarik kedua tangannya, tetapi Chanyeol menahan satu tangan Reyna yang berada di dekat sisi tubuhnya. Gadis itu lantas mengernyit bingung. Hendak berbicara namun bibir seolah terkunci rapat. Membiarkan Chanyeol yang berkata,

“Biar begini saja, Rey. Bukannya kau bilang bahwa kau kedinginan?” sembari menggenggam erat tangan kanan Reyna, selagi tangan kiri gadis itu dimasukkan ke dalam saku mantel.

“Iya, Kak. Tapi―”

“Oh, bintang-bintang di atas sana terlihat begitu cantik.”

Kepala gadis itu ikut mendongak menatap langit malam. Ah, rupanya benar. Bintang di langit malam ini nampak indah dan cantik. Bibirnya melengkungkan senyum manis.

“Sama sepertimu.”

Hm?” Reyna menggumam tak mengerti.

“Iya, bintangnya cantik, sama sepertimu.”

“….”

Aliran darah Reyna seolah terhenti selama sepersekon lamanya. Terlebih kala Reyna menatap wajah Chanyeol yang diliputi senyuman manis itu tak tanggung-tanggung membuat gadis itu semakin tak dapat mengatur detakan jantungnya.

“Kak Chan…”

“Rey,” tanpa sadar, Chanyeol mempererat genggaman tangannya. Pun kembali mendongak. “Aku punya satu rahasia yang akan kuberitahu padamu.”

Menelan ludahnya susah payah, Reyna membalas. “Apa itu?”

Ada jeda beberapa jenak lamanya. Membiarkan Chanyeol menghirup napas dalam lalu mengeluarkannya perlahan.

“Aku sedang menyukai seseorang.”

Rasanya ada yang aneh bergejolak dalam dada Reyna. Ucapan Chanyeol barusan terdengar serius. Tidak ada unsur canda apapun.

Jeda sesaat lagi, hingga Reyna membuka suara.

“Memangnya… Kakak sedang menyukai siapa?”

Hm…” Chanyeol menggumam, memicingkan mata lalu menatap Reyna. “Aku sedang menyukai seseorang yang ternyata telah menyukaiku sejak lama. Ia juga selalu menyempatkan waktunya untuk menatap bintang malam sebelum pergi tidur.”

“….”

“Katanya, bintang malam itu lebih enak dipandang daripada menatap gumpalan awan kelabu kala pagi belum menjelang.”

“….”

“Terus, dia juga selalu membuat permohonan pada bintang malam sebelum ia pergi tidur.”

“Kak Chanyeol…”

“Kalau bintangnya tidak ada, ia selalu merasa tidurnya tidak akan nyenyak.”

“….”

“Sudah jelas, ‘kan, siapa seseorang yang kusukai itu?”

“Kak Chanyeol…” bukannya Reyna merasa percaya diri. Hanya saja, penjelasan Chanyeol barusan seolah merujuk pada… dirinya sendiri? Entahlah, bodoh memang jika Reyna beranggapan seperti itu, tapi…

“Iya. Aku menyukaimu, Reyna Byun.”

“A-apa?”

“Aku menyukaimu.”

1 detik

2 detik

3 detik

 

Park Chanyeol menyukainya.

Apakah ini mimpi?

Iya, ini mimpi.

Tidak mungkin Chanyeol menyukainya!

Ehbukan! Ini bukan mimpi! Reyna bisa merasakan sakit saat ia mencubit pipinya sendiri.

 

Hey! Jangan melukai diri sendiri, Nona.” Kata Chanyeol sambil meraih tangan Reyna yang sibuk mencubit pipinya. “Ini bukan mimpi, omong-omong.”

Reyna terperangah tak percaya. Kenyataan ini terlalu cepat untuk ia terima. Dan… sungguh! Reyna tak menyangka bahwa Chanyeol―

“Aku memang menyukaimu, Reyna Byun. Bahkan sudah cukup lama ketika kau masih duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah pertama.”

―benar-benar menyukainya.

“Aku… tidak percaya bahwa kau juga menyukaiku, Kak.” Rona merah karena kebahagiaan akhirnya terlihat. Kedua sudut bibirnya berjungkit naik selagi Reyna merasakan tangannya semakin digenggam erat, menjalarkan kehangatan di sana.

“Kalau aku ingin kau menjadi kekasihku, apa kau mau?”

God! Reyna harus bagaimana sekarang? Bukankah ini peristiwa yang paling ditunggu? Tapi mengapa ia malah terdiam seperti ini? Bicaralah, Reyna Byun!

“A-aku…” menghela napas, Reyna mencoba kembali berbicara. “Ya. Aku mau, aku mau menjadi kekasihmu.”

Chanyeol tersenyum lebar. Ia segera merengkuh tubuh mungil Reyna ke dalam pelukan hangatnya. Letupan kebahagiaan begitu terasa dan memporak-porandakan isi perut keduanya. Membuat mereka sama-sama tak dapat menahan perasaan bahagia itu.

“Terima kasih, Rey.”

Reyna mengangguk malu mendengarnya. Tapi, beberapa saat kemudian, Reyna merasakan sebuah kejanggalan di sana.

“Oh, ya, Kak Chanyeol. Dari mana Kakak tahu kalau aku… err.. menyukai Kakak sejak lama?” tanya gadis itu sembari mendongak menatap wajah Chanyeol. Bukan berarti Reyna tak suka jika Chanyeol menjadi kekasihnya sekarang, hanya saja…

“Haruskah aku memberitahumu?” pemuda itu juga bertanya sembari menahan tawanya.

“Tentu―eh, tunggu dulu! Jangan bilang kalau Kakak tahu dari…”

“Iya. Kau sudah mengetahuinya, tentu saja.”

 

.

.

.

 

10 Februari, 2014

 

Baekhyun : Hey, Park Chanyeol!

Chanyeol : What?

Baekhyun : Ada berita baik untukmu!

Chanyeol : Bisa beritahu aku sekarang?

Baekhyun : Bersiaplah…

Chanyeol : Baek…

Baekhyun : Adikku ternyata menyukaimu. Tapi dia masih belum tahu kalau kau menyukainya juga.

Chanyeol : Kau serius?

Baekhyun : Ya, aku sangat serius! ^^

24 Maret, 2014

Baekhyun : Reyna itu sangat suka bintang.

Chanyeol : Benarkah?

Baekhyun : Yeah. Pokoknya, sebelum dia tidur, dia pasti akan mencari bintang malam dan membuat permohonan. Eng… aku yakin, permohonannya adalah semoga kau menyukainya juga.

 

21 Desember, 2014

Chanyeol : Aku akan mengutarakan perasaanku pada Reyna dalam waktu dekat.

Baekhyun : Kapan, memangnya?

Chanyeol : Saat pertemuan besar nanti di rumahmu.

Baekhyun : Woah, benarkah itu? Di hadapan semua teman-teman kita?

Chanyeol : Tidak, tentu saja. Aku akan mengutarakannya ketika mereka semua pulang.

Baekhyun : Oke, aku akan menantikan hal itu.

.

.

.

.

Fin

 

A/N : Fiksi ini adalah fiksi yang dilombakan pada satu event di fanpage EXO FanFiction Facebook. Hanya ada beberapa bagian yang diedit sama aku. Itupun berkat setiap masukan-masukan dari para readers di event itu. Yang alhamdulillah, akhirnya FF ini bisa jadi juara kedua :’)

Anyway, terimakasih buat kalian semua yang selalu support Isan untuk terus menulis. Terimakasih juga bagi kalian yang selalu memberikan kritik beserta saran membangun, hingga akhirnya Isan bisa menerapkannya ke dalam karya fiksi yang selanjutnya akan dibuat :’) (dramatis dikit gapapa kan?) :’v

 

Comment are allowed, Guys! ^^

Personal blog : ShanShoo

13 tanggapan untuk “[Vignette] December, 2014 (The Winter`s Tale) ― ShanShoo”

  1. Ini ff yang paling aku suka. Pertama kali aku baca, yang kakak posting di fb. Aduh, seru banget. Aku ngerasa degdegan pas yeolie ngungkapin isi hati nya ke reyna. Oh ya, di sini reyna kelas berapa? Ff yang bagus, dapet banget segala hal dan rasa yang ada di sini 😀 ! Rey, semoga langgeng ama bang chan 😥 ….#nyesek,eh? :-/

  2. Enak banget jadi Reyna huaaaaa, dia harus berterima kasih tuh sama kakak tersayangnya Baekhyun
    Enak yaaa duduk diantara para cogan hihihi mau dongggg wkwkw
    Oke kak Isan ditunggu karya-karya selanjutnya, SEMANGAT! ^^

Tinggalkan Balasan ke suretodream Batalkan balasan