IRRESISTIBLE LOVE – SIDE STORY — IRISH’s Story

irish-irresistible-love (3)

Irresistible Love

With EXO’s Byun Baekhyun and OC’s Song Heekyung

Supported by :

EXO’s Park Chanyeol, OC’s Na Inryung, OC’s Byun Baekhee

A fantasy and romance story rated by PG-17 in chapterred length

DISCLAIMER

This is a work of fiction. I don’t own the cast. Every real ones belong to their real life. And every fake ones belong to their fake appearance. The incidents, and locations portrayed herein are fictitious, and any similarity to or identification with the location, name, character or history of any person, product or entity is entirely coincidental and unintentional. Any unauthorized duplication and/or distribution of this art without permission are totally restricted.

©2015 IRISH Art&Story All Rights Reserved


—When love and hate becomes one—


Previous Chapter

Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3 || Chapter 4 || Chapter 5 || Chapter 6 || Chapter 7 || Chapter 8 || Chapter 9 || Chapter 10 || [NOW] Side Story

ss-skip-il-irish

—SIDE STORY BEGIN—

In Baekhyun’s Eyes…

Berada di bumi bersama manusia rasanya lebih membuatku tenang daripada harus tinggal di tempatku sendiri dengan desakan untuk segera ‘menitipkan bayi’ seperti yang selalu Chanyeol gaungkan di pendengaranku.

Ya, aku tahu Ia memang yang terhebat di antara kami, yang bisa menaklukkan gadis manusia hanya dengan keeksistensiannya saja, senyum Chanyeol bahkan bisa menjadi bius mematikan, dan suaranya mungkin saja membuat gadis manusia lupa jika mereka tengah berhadapan dengan kematian.

Aku tahu Chanyeol memang membenci manusia. Aku ingat bagaimana Ia menceritakan padaku bahwa Ia adalah anak dari seorang Incubus yang dibiarkan terlahir di bumi, dan ditinggalkan bersama Ibunya.

Seperti manusia lainnya, Ibu Chanyeol juga membenci keberadaan monster dalam tubuhnya, sehingga saat Chanyeol lahir, bukan hanya sekali dua kali Ia mendapatkan sebuah percobaan pembunuhan.

Walaupun… secara fisik Ia adalah anak-anak, tapi ingatan itu terekam jelas di benak Chanyeol karena Ia juga tidak mati karena ulah Ibunya. Chanyeol memang tidak menjadi Incubus lebih lama daripadaku, tapi aku masih mengingat kedatangan pertama Chanyeol—saat Ia datang dengan penuh amarah dan juga ucapan bencinya pada manusia.

Aku tidak menyalahkannya karena hal itu. Tapi tetap saja, melihat bagaimana Ia tumbuh menjadi seorang yang ingin memusnahkan manusia membuatku merasa serba salah.

Bukan berarti aku menyukai manusia. Mereka adalah mangsaku, tak lebih dari itu. Tapi aku juga enggan berdiri di sisi yang sama dengan Chanyeol. Aku hanya… tak ingin manusia musnah. Itu saja.

“Ryung-ah… Aku tidur dirumahmu saja bagaimana? Aku sangat takut karena ceritamu tentang Incubus itu…”

Ah, ya. Mengingat tentang masa lalu Chanyeol membuatku tersadar jika aku sedari tadi membuang waktu percuma pada dua orang manusia yang tengah ketakutan karena pulang larut malam.

“Na Inryung! Kau bukan temanku lagi!”

Tanpa sadar tawa pelan meluncur keluar dari mulutku, “Mendengar tentang kami saja Ia sudah ketakutan seperti ini,” apalagi jika Ia tahu bahwa seorang Incubus berada di tempat yang sama dengannya sekarang?

Tak ingin menghabiskan lebih banyak waktu, aku akhirnya berbalik. Masih ada banyak masalah yang lebih penting untuk diperhatikan daripada ketakutan seorang—

BRUGK!

Aku menggeram pelan. Tanpa sadar tubuhku bereaksi begitu saja ketika berkontak fisik dengan manusia. Sial. Hal seperti ini sangatlah kubenci.

Omo, ah, mianhamnida… Aku tidak melihatmu… Aku benar-benar minta maaf…”

Aku memejamkan sejenak mataku, sebelum membukanya kembali dan mengadu pandang dengan gadis yang baru saja menyentuhku itu.

“Ya, tidak apa-apa.” sahutku singkat, Ia tersenyum, kemudian bergumam. “Gomapseumnida.” dan tanpa menunggu jawaban apapun dariku langkahnya segera beradu dengan tanah.

Kuperhatikan Ia berlari dengan usaha keras walaupun bagiku tak butuh waktu sampai sepersekian sekon untuk membuat jarak yang sama. Langkah gadis itu lagi-lagi terhenti di bawah sebuah lampu. Apa lagi yang mengusiknya sekarang?

“Kenapa kau seperti ini lagi?”

Aku menyernyit. Aku yakin gadis ini cukup normal, tapi kenapa Ia bicara sendiri?

“Lampu jahat! Kenapa kau selalu mati saat aku pulang malam huh? Apa petugas listrik itu tidak memperbaikimu dengan benar?” tanpa sadar aku mengedar pandang, dan kutemukan jika lampu yang menjadi naungannya sekarang adalah satu-satunya lampu yang masih hidup.

Ah, dia takut kegelapan?

“Ah… Inryung benar-benar membuatku ketakutan…” akhirnya, seolah menyerah pada keadaan, Ia melangkah melintasi kegelapan di depannya, tapi baru beberapa langkah dirajutnya, Ia kembali terhenti.

Ya, di waktu bersamaan, sebuah tawa yang kukenal jelas milik beberapa orang manusia dengan pemikiran jahat, terdengar. Gadis itu berbalik, berlari kecil lagi ke lampu yang tadi menjadi naungannya.

“Kenapa ahjussi-ahjussi itu selalu ada di sana… Ish…”

Walaupun aku tak menyukai manusia, tapi bukan berarti aku mengabaikan begitu saja kejahatan yang mereka lakukan atau akan lakukan. Jadi, aku melangkah ke arah gadis itu, melewatinya sehingga aku yakin Ia pasti mengikutiku, membutuhkan teman berjalan sekaligus—tanpa kentara—perlindungan.

Aku menggeleng pelan, merasakan aura gadis ini saja aku tahu Ia seorang yang baik. Jadi, tidak ada salahnya aku ‘sedikit’ menolong manusia. Tak lama, kami mendekati beberapa orang yang tadi membuatnya ketakutan. Tanpa sadar, aku memelankan langkahku saat langkah gadis di belakangku memelan.

Omo! Lihat siapa yang berjalan sendirian dimalam hari seperti ini.”

“Aigoo… Apa kau pulang larut dari sekolah?”

“AAhjussi… Kenapa dengan kalian…”

Ck ck, kenapa suaramu ketakutan begitu huh? Apa kami terlihat menakutkan?”

“Ayolah kau disini dulu dan temani ahjussi-ahjussi ini.”

Aku menghentikan langkah. Bodoh sekali dia, kenapa tidak terus mengikutiku saja? Ugh. Sekarang aku harus berurusan dengan manusia lainnya. Bicara dengan mereka berarti berurusan dengan mereka bukan?

Masa bodoh. Itu urusannya.

Aku baru saja akan berbalik saat kudengar gadis itu terisak. Sialan. Ugh, Byun Baekhyun, bisakah kau berhenti peduli pada tangisan manusia? “Aigoo… Kenapa kau menangis oh yeoja manis? Ahjussi ini tidak menakutimu.”

Aku berbalik, merajut langkah panjang mendekati mereka, menarik lengan gadis itu tangan kotor di sana menyentuhnya.

“Apa-apaan ini huh?!” mereka berucap cukup berang karena tindakanku.

“Jangan mengganggunya.” ujarku singkat.

Tsk, memangnya apa urusannya denganmu huh?”

Aku ingin melontarkan sebuah ancaman kematian pada mereka. Tapi melihat bagaimana gadis ini meringkuk ketakutan dengan lengan yang gemetar dalam genggamanku dan tarikan juga hembusan nafas pendek-pendeknya membuatku tahu Ia benar-benar ketakutan.

Ucapan menyeramkan dariku hanya akan menambah ketakutannya.

Aku akhirnya menarik lengan gadis itu, membawanya menjauh dari insiden kecil yang tadi menimpanya. Kuabaikan saja umpatan-umpatan dari manusia di belakangku, karena sekali lagi, aku tak bisa berucap kasar pada mereka jika gadis ini masih ada di dekatku.

“G-Gomawo…”

Aku menatap gadis di sebelahku, bulir keringat mengalir di pelipisnya, dan wajahnya bahkan memucat. Membiarkan gadis ini pulang sendirian mungkin akan membuatku menemukannya pingsan di jalan.

“Dimana rumahmu?” ujarku akhirnya.

Ia menggerakkan jemarinya dengan usaha menyedihkan, menunjuk ke arah rumah bertingkat kecil yang ada di ujung jalan. Tanpa melepaskan cekalan padanya, aku membawanya melangkah.

Perjalanan ke rumahnya sungguh tak memakan waktu lama, jadi aku bisa cepat-cepat menjauhkan diriku darinya begitu kami sampai.

“Jangan melewati jalan sepi dan gelap lagi jika kau pulang dimalam hari.”

Sial. Baekhyun, apa yang baru saja kau ucapkan?!

“N-Nae…” perhatianku sedikit terusik saat Ia berucap. “Sekali lagi… Gomawo…” aku menatap sejenak gadis di depanku dari atas sampai bawah dan tatapanku terhenti pada nametag yang tersemat di seragamnya.

Song Heekyung.

Ia melangkah masuk ke dalam gerbang pendek rumahnya, menyempatkan diri berbalik menatapku sejenak. “Berhati-hatilah di jalan…” ujarnya membuatku sedikit terkejut.

Ia sempat mengkhawatirkan keadaanku dan berpesan seperti itu padahal keadaannya lah yang menyedihkan?

Cukup lama aku berdiri diam di sana, mendengar suara pintu yang di buka dan di tutup dengan cepat, sampai kudengarkan sebuah pembicaraan kecil dari dalam rumahnya.

“Heekyung-ah! Ada apa denganmu? Kenapa kau pucat begini?”

“O-Oppa…”

Ya! Kau diganggu preman-preman itu lagi huh? Kenapa tidak berteriak minta tolong?!”

“Bagaimana aku bisa berteriak minta tolong? Oppa lupa huh?” suara gadis itu terdengar gemetar.

Aish… Itulah kenapa Oppa melarangmu pulang larut malam. Sudah tahu kau takut gelap, masih saja suka bermain di luar sampai malam.”

Oppa! Memangnya Oppa pikir aku bersenang-senang di luar?”

Ah, jadi dia takut gelap? Pantas saja Ia sangat khawatir pada jalanan gelap tadi. Lalu… melihat sikapnya yang begitu pasrah saat aku membawanya paksa… kurasa Ia bukan gadis yang cukup kuat untuk melawan.

Tanpa sadar, aku tersenyum tipis. “Song Heekyung… Kita lihat sebaik apa kau untuk jadi mangsaku.”

ss-skip-il-irish

Kuputuskan untuk mengawasi gadis itu selama beberapa hari ini. Seperti dugaanku, Ia memang seorang gadis baik, yang dibesarkan dikeluarga baik-baik juga. Telingaku memang menderita karena suara bising yang tiap hari saling bersahut di dalam rumahnya.

Banyak hal yang aku tahu tentang gadis itu sekarang. Ia suka bertengkar dengan saudara-saudaranya untuk merebutkan remote televisi. Ia sering dikerjai saudaranya. Ia tidak suka gelap karena trauma nya di masa kecil—kudengar Ia pernah terkunci semalaman di dalam gudang rumahnya sendirian di kegelapan dan hal itu membuatnya sering membisu sesaat saat Ia begitu ketakutan.

Dan terlebih lagi, terkadang kejahilan saudaranya bisa menjurus ke hal ekstrem seperti—

“Heekyung-ah!! Lihat apa yang Oppa temukan!”

Mwo?”

Yah, aku yakin sekarang akan terjadi keributan lainnya di rumah mereka. “Lihat ini! Kemarin aku yakin milikku polos! Tapi sekarang sudah ada renda-renda nya!”

Ya! Oppa! Itu pakaian dalamku!”

Aku terlonjak tanpa sadar. Sial. Untung saja aku memilih berdiam di jalanan kosong tak jauh dari rumahnya, jadi aku tak harus melihat kejadiannya secara langsung.

Omo! Bagaimana bisa ini punyamu? Ini milik Oppa, lihat? Ah, apa perlu Oppa coba?”

Oppa!!”

Yah, aku tak mau begitu memusingkan keributan kecil di rumahnya memang. Tapi yang kufokuskan adalah mengetahui sifat gadis ini. Memang, dia gadis yang baik, kelewat baik agaknya, karena Ia seolah tak pernah mau melukai hati orang lain.

Ia bahkan merasa bersalah karena pernah membunuh semut secara tidak sengaja. Betapa… ah, sungguh menggelikan.

Kurasa… aku sebaiknya menitipkan bayiku padanya.

ss-skip-il-irish

Sudah hampir setengah jam aku berdiri di tempat yang sama. Menunggu gadis itu pulang dari tempat yang disebutnya sekolah. Aku menegakkan tubuhku kala mendengar suara langkahnya—suara langkah yang entah mengapa terdengar familiar sekarang.

“Eh… Aneh… Kemana semua ahjussi itu…”

Ah, ya. Aku hampir lupa jika aku sudah membawa seorang Succubus untuk menyingkirkan mereka. Tidak dengan membuat mereka mati tentu saja, hanya untuk membuat mereka ‘lupa’ sementara pada kegiatan sehari-hari mereka yang tidak berguna.

“Seorang Incubus menyerang mereka.” aku menyahuti ucapan gadis itu kala Ia dengan santai—dan seolah tidak menyadari keberadaanku—melangkah melewatiku. Bahunya terlonjak pelan, dan tatapannya membulat kala beradu dengan manikku.

Untungnya dia tidak tahu jika selama satu minggu ini aku mengikutinya. Jadi kurasa Ia tidak mengena—

“Oh… Kau…” alisku terangkat kala mendengarnya berucap.

Jadi? Ia mengingatku? Ah, masa bodoh. Aku sudah memilihnya, jadi walaupun Ia ingat padaku, aku tak akan mengubah keputusanku.

“Kau pasti sangat takut gelap bukan?” tanyaku membuka konversasi, aku berniat mengintimidasinya terlebih dulu, membangkitkan traumanya sehingga Ia tak banyak memberikan perlawanan berarti, sebelum aku membuatnya tidak sadar.

Ia mengangguk sebagai jawaban. “Lampu di jalan ini selalu rusak, dan karena temanku aku jadi takut berjalan sendirian di jalanan gelap.” tuturnya polos membuatku harus menahan geli.

Song Heekyung hampir tak pernah berbohong, Ia mengutarakan semuanya dengan polos dan jujur. Satu lagi nilai plusku padanya, karena entah mengapa… Ia terlihat lebih baik daripada gadis lainnya.

“Karena takut seorang Incubus mungkin muncul?” pancingku membuatnya mengerjap terkejut, “Bagaimana kau tahu? Ah keundae, apa mereka benar-benar diserang? Dari yang kudengar bukannya—”

“Incubus hanya menyerang yeoja, dan menyerang manusia yang lebih banyak berbuat baik?” potongku mendengar celotehnya, Ia juga penuh rasa ingin tahu, seperti sekarang ini.

“Ya, karena itu.” Ia terhenti sejenak. “Ah, aku pasti sangat ketinggalan informasi karena semua orang tahu tentang mereka…” gumamnya setengah melamun.

Kau memang ketinggalan informasi, Song Heekyung. Karena kau selalu kalah memperebutkan remote televisi di rumahmu.

“Tapi memangnya kau tidak takut?” tanyaku melawan keinginanku untuk segera membuatnya tahu bahwa aku sudah menguntitnya selama satu minggu lebih.

“Takut? Pada apa?” Ia menatapku dengan alis berkerut.

“Karena kau yeoja yang berjalan sendirian di malam hari.”

“Ah…” Heekyung menatapku dalam diam. “Aku tidak berpikir aku baik… Aku sering berbuat jahil juga. Jadi… mereka mungkin tidak akan muncul di depanku.”

Kau baik, Song Heekyung. Karena jika kau tidak cukup baik, aku tidak akan memilihmu. Baiklah, Byun Baekhyun, jangan melukainya… jangan melukainya.

ss-skip-il-irish

Whoah… Apa ini masih dibumi?”

Perhatianku teralihkan saat kudengar Heekyung berucap. Entah ide gila apa yang muncul dibenakku ketika aku memutuskan untuk membawa Heekyung ke tempat ini.

Hanya saja, kurasa Ia akan lebih percaya padaku jika aku menunjukkan hal lain tentangku padanya. Sebagai timbal balik saja, aku mempercayainya, dan kubuat Ia juga percaya padaku.

“Ya, kau pikir kami alien?” sahutku setelah terdiam beberapa saat. Tatapan Heekyung tak lantas beralih padaku, Ia sibuk menatap sekitarnya, ekspresinya… sangat ceria.

“Apa ada banyak bangsamu yang tinggal disini?” tanyanya sejurus kemudian. “Sekitar empat ratus Incubus dan Succubus.” jawabku.

Whoah…” aku menatap Heekyung mendengar komentar singatnya yang lebih terdengar ‘kagum’ daripada takut.

“Kau tidak takut?” tanyaku membuatnya memandang sejenak, dan menggeleng pasti. “Kenapa aku harus takut?” Ia bertanya balik.

“Incubus bisa menyerangmu kapan saja.” tuturku membuat jemarinya segera bersarang di lenganku. “Tapi aku sekarang bersamamu. Kau bilang kau tidak akan membiarkan apapun terjadi padaku selama dua bulan ini.”

Aku terhenyak. Ia mempercayaiku. Ia sungguh percaya padaku. Tanpa sadar, aku memperhatikan wajah tenang Heekyung—wajah tenang yang sangat tidak sesuai dengan tingkah lakunya sehari-hari—sementara sepasang matanya masih melengkung membentuk senyum.

Geurae, lagipula para Incubus lain akan tahu jika kau tengah mengandung.” ujarku akhirnya membuat Heekyung mengangguk. “Itulah mengapa aku tidak takut sekarang.” ujarnya mempertegas keberaniannya.

“Bagaimana dengan setelah dua bulan ini?” godaku sejurus kemudian. “Aku tidak akan keluar malam tentu saja,” Heekyung menjawab tanpa memandangku.

“Baguslah, aku bisa saja menyerangmu juga suatu hari.” aku mengalihkan pandang, menunggu reaksinya, dan memang, Ia membeku sejenak, menatapku hampir tak berkedip. “Benarkah?” pertanyaan itu lolos dari bibir mungilnya.

“Bagaimanapun kau adalah manusia, dan aku Incubus. Jika saja tidak ada bayi itu dalam tubuhmu, aku sudah menyerangmu.” ujarku masih tak menatapnya, dan Ia juga tampak kesulitan menyembunyikan kekhawatirannya.

“Setelah semua ini berakhir aku akan benar-benar mengurung diri dirumah saat malam hari.” aku mengulum senyum mendengar ucapannya. “Incubus tak hanya muncul dimalam hari, kau juga tahu itu kan?” ujarku.

“Apa cahaya matahari tidak membuat kalian terbakar?” tanya Heekyung dengan nada serius. “Pertanyaan bodoh apa itu? Memangnya kami Vampire?” aku membantah tidak terima.

“Tapi kalian sama-sama minum darah.” Heekyung berkeras. Aku menatapnya, sebelum menjelaskan dengan lembut. “Kami tidak mati walaupun karena sinar matahari. Atau karena bawang putih—jika kau menganggap kami sama dengan vampire—dan karena salib. Hal-hal bodoh itu tidak bekerja sama sekali.”

Ya, memang. Kami berbeda. Tidak ada Incubus yang bisa mati. Kecuali mereka telah terikat darah dengan seseorang. Kurang lebih seperti pernikahan di kehidupan manusia. Diantara bangsa kami… keterikatan dengan darah berarti melepaskan kehidupan imortal yang kami miliki.

Dan tentu saja, tak ada satupun dari kami yang menginginkan kematian. Itulah mengapa yang kami lakukan hanya menitipkan bayi-bayi kami di tubuh manusia sebagai penerus, tanpa mengganggu kehidupan abadi kami.

“Lalu apa yang bisa membuat kalian mati?” aku menatap Heekyung saat Ia kembali bertanya, ekspresinya begitu serius, membuatku semakin menahan tawa. “Apa kau mau menggunakannya untuk membunuhku?” tanyaku membuat ekspresinya segera berubah datar.

Aish, bukan begitu maksudku, hanya saja, berjaga-jaga, jika setelah dua bulan ini kau datang dan mau menyerangku.” ujarnya berkeras.

“Apa ucapanku tentang menjadikanmu korbanku terdengar sangat serius?” tanyaku akhirnya. Ia menatapku dengan alis bertahut. “Ya, kau terdengar sangat serius mengucapkannya.”

Aku terpejam tanpa sadar. Ia tidak mendengar nada geli yang kusembunyikan sedari tadi? “Aku hanya bercanda, lagipula, setelah melahirkan anakku, kau akan tetap memiliki tanda yang membuat Incubus lain tahu kalau kau pernah mengandung anak seorang Incubus. Jadi mereka tidak akan menyerangmu.”

Aku melirik tengkuk Heekyung. Ia mungkin tak akan pernah sadar jika aku meninggalkan luka di sana. Luka yang menjadi ‘tanda’ khusus baginya dan tak akan membuatnya terjebak dalam bahaya jika Ia sudah tak bersama denganku.

Bersama denganku?

Ugh Byun Baekhyun, sekarang kau terbiasa menyebut kebersamaanmu dengan gadis ini. “Benarkah? Memangnya tanda seperti apa itu?” tanya Heekyung membuatku segera menyahut singkat. “Hanya bangsa kami yang bisa melihatnya.” tak mungkin kujelaskan padanya tentang tanda itu bukan?

“Kuharap kau tidak berbohong.” Heekyung pikir aku berbohong? “Aku memang tidak berbohong padamu.”

“Bagaimana aku bisa percaya ucapanmu?” tanya Heekyung serius. Aku memandangnya. “Karena aku memang tidak pernah berbohong.” ujarku.

“Eish, aku bahkan tidak bisa tahu kapan kau berbohong dan kapan kau tidak berbohong. Semua ucapanmu terdengar meyakinkan.” Ia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku.

“Itu karena aku memang tidak berbohong padamu.”

Arraseo arraseo.”

Ia berucap bahkan tanpa memandangku. Segera, aku berucap dengan nada serius. “Song Heekyung.” apa Ia tidak percaya pada ucapanku? “Mwo?” Heekyung menyahut singkat.

“Incubus dan Succubus tidak pernah berbohong.” tuturku membuat Heekyung sejenak memandangku dalam diam, sebelum akhirnya Ia tersenyum dan mengangguk.

“Aku percaya padamu,”

Sial. Tidak. Tidak Baekhyun. Apa yang baru saja terjadi? Kenapa kau berkeras memaksa seseorang untuk mempercayaimu? Ugh. Kenapa rasanya sangat aneh mendengar kalimat itu dari gadis ini?

ss-skip-il-irish

.

.

.

.

ss-skip-il-irish

In Author’s Eyes…

“Kenapa kau ingin menolong mereka?”

Chanyeol menatap Gaeul, gadis bertubuh kurus itu sedari tadi tanpa henti memandangnya. “Kenapa kau penasaran?” Chanyeol balik bertanya.

Gaeul mencibir, Ia kemudian memandang tubuh hampir tak bernyawa yang terbaring di atas pengalas kayu di depannya.

“Lalu sekarang bagaimana? Mereka sudah seka—”

“Pakai saja darahku.”

“Apa?” Gaeul menyernyit, sedikit terkejut juga mendengar ucapan Chanyeol kali ini. “Darahku bisa membuat mereka bertahan hidup tanpa mengubah mereka menjadi monster. Kau sudah tahu itu ‘kan?” tanya Chanyeol.

Gaeul terdiam sesaat. “Kau tahu sendiri apa resikonya.” Chanyeol hanya mengangguk sekilas. “Aku tahu. Selamatkan saja mereka, dan aku akan menepati janjiku padamu.”

“Kenapa kau menyelamatkan mereka, Park Chanyeol? Bukankah kau terkenal karena kebengisan dan kebencianmu pada manusia?” tanya Gaeul dengan nada pelan yang akhirnya membuat Chanyeol menyerah.

“Karena mereka berbeda, Yoo Gaeul.”

“Berbeda?” alis Gaeul bertahut karena ucapan pemuda itu.

Chanyeol menatap sejenak, “Mereka membuatku tahu sisi baik manusia, yang tak pernah kutemui di Ibuku dulu.”

Gaeul terperangah. “Kau… mengenal Ibumu?” tanyanya dijawab dengan anggukan pelan oleh Chanyeol. “Wanita kejam yang selalu berusaha membunuhku.” ujarnya.

“B-Bagaimana bisa kau mengenal Ibumu?” tanya Gaeul penasaran, sementara jemarinya sibuk meraih sebuah pisau lipat.

“Ayahku… benar-benar jatuh cinta pada manusia.” Chanyeol akhirnya membuka cerita, mengulurkan tangannya, membiarkan Gaeul melukai tangannya sebelum Ia melanjutkan. “Karena cinta buta Ayahku padanya, Ia tidak ingin wanita itu tahu bahwa dirinya adalah monster. Malam itu, Ia membuatku hidup, mendengar semuanya, merekam semuanya dalam otakku.”

“Kau tahu, Gaeul-ah? Saat bayi Incubus berada dalam rahim manusia, mereka mendengar semuanya dengan jelas, mengingatnya… dan ketika mereka tumbuh ingatan itu akan menjadi sebuah mimpi yang asing bagi mereka. Dan itulah yang kerap kali terjadi padaku.”

“Aku mengingat semuanya karena wanita itu terus mengingat Ayahku tanpa tahu bahwa Ia sudah mencintai monster. Dan ketika mereka akhirnya mengikrar janji di atas darah… Ayahku mengakui semuanya. Saat itu, aku tahu, bukan Ayahku monsternya, tapi wanita itu.”

Chanyeol terhenti sejenak. Tatapannya menerawang, seolah Ia melihat jelas kejadian itu padahal Ia hanya mengenangnya sebagai memori samar saat Ia masih berada di dalam tubuh Ibunya.

“Ayahku telah kehilangan kehidupan abadinya, Gaeul-ah. Tapi wanita itu terlalu buta akan kemarahan, dan membuat Ayah terbunuh. Saat itu Ia tak sempat membunuhku karena saat lahirku memang sudah tiba.”

“Kupikir, lebih baik mati di tangannya saja saat itu daripada bertahun-tahun harus menerima siksaan tanpa rasa sakit yang nyatanya meninggalkan luka di jiwaku yang seharusnya tak bisa terluka.”

“Karena wanita itu… aku membenci manusia. Saat itu, semua orang membenciku. Mereka memperlakukanku seolah aku adalah binatang, dan mereka memperlakukan wanita itu dengan sama kasarnya.”

Chanyeol lagi-lagi terhenti. Ia menatap Gaeul yang mematung dengan sepasang mata berkaca-kaca. Tersenyum masam kala mendapati bagaimana gadis itu telah terbawa dalam ceritanya.

“Wanita itu akhirnya melemparkanku ke jurang. Mungkin Ia berpikir aku bisa mati. Padahal yang Ia lakukan hanya memberikanku kenangan buruk lainnya tentang manusia.”

Gaeul terdiam. “Lalu… siapa yang menyelamatkanmu? Baekhyun?” tanyanya di jawab dengan anggukan oleh Chanyeol. “Ya, Baekhyun menyelamatkanku.”

“Tapi kudengar kau sering berdebat dengannya.”

“Kami berdebat sejak Baekhyun dekat dengan Song Heekyung. Kau tidak tahu bagaimana takutnya aku ketika aku sadar mereka saling mencintai? Aku benar-benar tidak ingin ada bayi lain yang terlahir dan mengalami nasib sepertiku.”

“Tapi… gadis ini berbeda, Gaeul-ah. Dia menyayangi monster yang ada di dalam tubuhnya. Dan Ia… juga menyayangi sahabatku.”

“Dan temannya? Kenapa kau juga melibatkannya?” tanya Gaeul makin penasaran.

“Ia juga berbeda,” Chanyeol mengulum senyum. “Dia… manusia pertama yang kulihat menyentuh bayi Incubus tanpa merasa bahwa Ia menyentuh seorang monster. Ia bahkan menangisi bayi seorang monster… Bodohnya aku, kurasa aku menaruh ketertarikan pada gadis ini karena kasih sayang tak langsung yang Ia berikan pada bayiku.”

“Itukah alasanmu menyelamatkan mereka?” tanya Gaeul.

“Ya. Bukankah itu alasan yang baik?” Chanyeol balik bertanya.

“Jadi kau… tidak lagi membenci manusia?” Chanyeol tampak berpikir sejenak. “Untuk saat ini, hanya tiga orang yang tidak kubenci. Dua gadis ini, dan kau. Karena kau sudah membantuku.”

Gaeul berdecak. “Ya! Aku bukan manusia!” ujar Gaeul cukup keras.

“Tapi kau membenci bangsamu sendiri, Yoo Gaeul. Kau bersikap seperti manusia. Jadi, anggap saja kau adalah manusia juga.”

“Bagaimana bisa seperti itu?” tuntut Gael ketus.

Chanyeol menepuk puncak kepala gadis itu. “Cepatlah tolong mereka. Sebentar lagi matahari terbenam. Kau tahu apa yang akan terjadi setelah ini ‘kan?”

Gaeul mengangguk. “Seperti biasanya, waktu di tempat mereka akan berputar ke masa dimana mereka belum menjadi korban kalian, dan mereka tidak akan mengingat apapun. Aku sudah bosan mengalami perputaran waktu terus menerus seperti ini.”

Mendengar penuturan gadis itu, Chanyeol lantas terkekeh. “Lalu kenapa kau tidak pergi ke bumi dan menemui manusia? Siapa tahu kau akan tertarik pada mereka, dan merelakan kehidupan abadimu.”

Gaeul menatap sinis. “Aku bukan orang bodoh sepertimu yang mau merelakan kehidupan ini.” ujarnya, tapi sejurus kemudian Ia lagi-lagi menatap Chanyeol serius. “Ngomong-ngomong, kalau kau memang berniat menolong dua manusia ini, lalu kenapa kau diam saja saat temanmu tadi berbuat kasar pada mereka?”

Chanyeol tersenyum muram.

“Bagaimanapun, Baekhyun sudah menyelamatkan nyawaku. Aku berhutang nyawa padanya, dan dengan cara seperti ini, setidaknya aku bisa membayar hutangku.”

“Dengan membiarkannya menjadi sosok jahat? Begitu?” tanya Gaeul dengan nada sarkatis.

“Bukan.” Chanyeol menggeleng. “Tapi dengan merelakan satu kehidupan direnggut demi kembalinya kehidupan dua manusia ini. Aku tahu Baekhyun mencintai gadis ini, kembalinya gadis ini… setidaknya akan membuat keadaan lebih baik, mungkin, di kemudian hari.”

“Dan bagaimana denganmu? Kau tidak bersama dengan teman gadis ini?” selidik Gaeul membuat Chanyeol menatapnya dengan mata menyipit.

“Yoo Gaeul. Kau menggodaku atau kau berpura-pura bodoh huh? Kau tahu aku tidak akan bisa bersama dengannya setelah ini.”

ss-skip-il-irish

“Sedang apa kau, Baek?”

Chanyeol menatap Baekhyun yang sedari tadi duduk terpekur diam. Seolah merenung. Tentu saja Chanyeol merasa terusik, karena merenung bukanlah sesuatu yang lazim dilakukan seorang Baekhyun.

“Kau tidak berpikir Baekhee aneh?”

Chanyeol menautkan alis. “Kupikir kau tidak menyukai Song Heekyung. Tapi kau memanggil anakmu Baekhee juga.”

Baekhyun terdiam. “Kau tahu sendiri bagaimana perasaanku padanya. Heran sekali kau benar-benar membunuh mereka berdua.” gumam Baekhyun membuat Chanyeol segera menyahut. “Kau sendiri yang memintaku melakukannya. Dan ekspresimu sungguh serius. Aku tak pernah sekalipun menemukan candaanmu, Baek. Kau pikir aku bisa tahu saat itu?” ujarnya membela diri.

Ya, memang, Baekhyun tidak tahu jika pemuda di sampingnya telah menyelamatkan Heekyung dan Inryung. Setahunya, dua gadis itu sudah tak bernyawa. Dan ada alasan yang membuat Chanyeol menyimpan rahasia ini dari Baekhyun.

Ia ingin Baekhyun merindukan gadis itu.

“Baekhee benar-benar berbeda.” Baekhyun seolah membelokkan arah pembicaraan, membuat Chanyeol tahu, Ia pasti menghindari pembicaraan dengan ‘Heekyung’ sebagai subjek pembicaraan.

“Oh, ya? Memangnya dia kenapa?” Chanyeol akhirnya mengikuti alur pembicaraan pemuda itu.

“Kau tahu sendiri… Ia tidak bergantung pada darah. Ia juga… banyak membutuhkan hal yang manu—”

“Baek,” dengan lembut Chanyeol memotong, tatapannya seolah berusaha menerawang apa yang ada di dalam benak Baekhyun.

“Apa?” tanya Baekhyun dengan nada sedikit menuntut.

“Dia tidak berbeda. Dia hanya lebih banyak mengambil sisi manusia yang dimiliki Heekyung. Kau tahu kemana pembicaraan ini berujung bukan?”

Baekhyun terdiam sejenak sebelum menjawab. “Kau mau bilang aku tidak seharusnya membunuh Heekyung, begitu? Karena Baekhee mungkin bisa lebih baik saat bersama dengannya?” ujar Baekhyun.

Chanyeol tersenyum.

“Kau sudah tahu apa jawaban atas masalahmu.”

ss-skip-il-irish

“Kenapa kau ada di sini?”

Sepasang mata bulat Chanyeol bisa saja melompat keluar kala melihat Yoo Gaeul dengan santai ada di tempat biasanya Ia melihat gadis itu sementara Chanyeol sudah memberikan tugas wajib bagi gadis itu.

“Ah, Chanyeol. Aku bosan di sana sendirian. Kenapa kau tidak menemaniku?” tawarnya mengukir sebuah senyum ramah yang dipaksakan

Chanyeol menatap dengan mata menyipit. “Apa sesuatu yang buruk terjadi?” tanyanya dijawab Gaeul dengan gelengan.

“Tidak, sama sekali tidak. Aku sudah minta bantuan temanku, Seoyoung, dia seorang manusia yang kukenal dekat sejak aku belum masuk ke neraka ini…” Gaeul menatap sekitarnya dengan tatapan tak suka, tapi kemudian memandang lagi ke arah Chanyeol dengan sinar ramah di sepasang matanya. “Dan dia tidak keberatan untuk mengawasi Song Heekyung dan Na Inryung.”

Chanyeol mengerjap cepat.

“A-Apa maksudmu dengan mengawasi mereka?”

“Memastikan mereka menjalani semuanya dengan normal tentu saja.” Gaeul mengangkat bahu seolah acuh. “Kau bilang kau ingin mereka tidak merasa aneh karena perputaran waktu ‘kan?”

Mendengar penjelasan Gaeul, Chanyeol terdiam sejenak. “Lalu, apa mereka berdua baik-baik saja?” pertanyaan pemuda itu membuat Gaeul mengedikkan bahu.

“Kenapa kau tidak melihat sendiri sebaik apa keadaan mereka karena hidup yang sudah kau korbankan?”

ss-skip-il-irish

In Chanyeol’s Eyes…

“Ah, lihatlah itu, bukankah mereka terlihat sangat bahagia?”

Aku menatap gadis di sebelahku penuh selidik. Sedikit heran juga karena Gaeul bisa tersenyum lepas—tidak terpaksa seperti tadi.

“Apa hebatnya mereka bagimu? Mereka hanya makhluk lemah.” Komentarku membuat senyum di wajahnya sontak menghilang. Ia lantas melempar pandang cukup tajam padaku. “Makhluk lemah? Ya, mereka memang makhluk lemah. Tapi bukankah takdir mengharuskan kita menjadi pelindung mereka?”

Mendengar tuntutan Gaeul, aku terdiam sejenak. “Mereka berusaha membunuh kita. Dan kau bilang mereka terlihat lemah?” tuturku, mengingat bahwa Yoo Gaeul adalah Succubus aneh.

“Ya, mereka sangat lemah, Chanyeol. Sedikit saja terluka, efeknya bisa sangat fatal bagi mereka. Mereka bahkan bisa mengatakan diri mereka terluka padahal tidak ada luka fisik di tubuh mereka. Manusia adalah makhluk rapuh, yang seharusnya kita lindungi karena kita jauh lebih kuat daripada mereka.”

“Tetap saja, mereka berusaha membunuh kita, Nona Yoo.” sindirku

“Itu karena tidak banyak dari mereka yang berpikir jika bangsa mereka dan kita bisa hidup bersama, berdampingan, sebagai dua perbedaan yang saling melengkapi.”

Aku lagi-lagi terdiam. Sejak pembicaraanku dengan Gaeul—dimana aku dengan bodohnya mengungkap masa laluku padanya sekaligus alasanku membantu Song Heekyung dan Na Inryung, Ia sekarang banyak bicara.

“Ah… Aku sangat ingin hidup bersama mereka, andai saja rantai-rantai ini terlepas dariku. Apa tidak ada tempat lain?” tanya Gaeul mengejutkanku

“Apa?” tempat lain apa yang dibicarakannya sekarang?

“Tempat yang lebih banyak manusianya.”

Banyak manusia? Dia pasti bercanda ‘kan? “Aku tidak akan membawamu kesana dalam keadaan seperti ini.” desisku seraya mengedar pandang ke penampilannya sekarang.

Mengingat perjanjianku dan Gaeul akan berakhir dua bulan setelah pemutaran waktu yang kami lakukan, aku belum bisa melepaskannya begitu saja. Jadilah Ia berkeliling di tempat ini dalam keadaan yang menyedihkan.

“Chanyeol, kau sudah berjanji akan membawaku kemanapun di tempat tinggal manusia jika aku membantumu. Apa kau mau aku mengadukanmu pada Incubus lain karena kau berkhianat?”

Tsk. Lagi-lagi menggunakan hal itu sebagai ancaman.

“Ya. Ya. Baiklah. Kita pergi ke tempat yang lebih ramai.”

Aku mengalihkan pandangan, berharap gadis ini tak lagi meminta hal aneh karena semua permintaannya selalu konyol dan—

“Chanyeol, lihat! Dia gadis manusia yang kau sukai!”

tidak masuk akal.

Sial.

Jika aku manusia, kupastikan jantungku mungkin akan berhenti berdegup selama beberapa saat karena mendengar ucapan Gaeul. Secara otomatis poros tubuhku berubah, atensiku berpaku pada gadis berambut sebatas bahu yang entah mengapa bisa menarik perhatianku.

Na Inryung.

“Oh, kau lihat? Itu! Yang berjalan di belakang Inryung? Dia Seoyoung, yang kumintai bantuannya.” ujar Gaeul seolah tak mengerti keadaanku, Ia melambai pada seseorang yang kupastikan adalah Seoyoung itu.

“Kenapa kau diam saja?” Gaeul akhirnya memperhatikan eksistensiku.

“Tidak, tidak ada.”

“Kau khawatir?” tanyanya. “Pada siapa? Na Inryung? Tidak. Sudah ada temanmu yang menjaga dan mengawasinya.”

“Aku tidak bertanya kau khawatir pada Inryung.”

“Lalu?”

“Pada dirimu sendiri.” aku menatap Gaeul, menelisik makna tersembunyi dibalik ucapannya. “Apa maksudmu?” tanyaku membuatnya mengerjap cepat.

“Chanyeol, apa kau lupa kau sudah menyerahkan hidupmu saat kau menyelamatkan mereka berdua?”

“Ah…” hanya gumaman yang sanggup meluncur keluar dari mulutku. “Kau tahu ‘kan? Setelah dua bulan ini berakhir… kau akan tidur selamanya. Kau tidak khawatir?”

Aku tersenyum muram. “Kenapa aku harus khawatir? Aku tidak menyerahkan kehidupan abadiku demi hal yang tidak berarti.” Gaeul menyernyit. “Tapi kau tidak bisa bersama dengan gadis yang kau sukai.”

Tanpa sadar aku menggeleng pelan. “Yoo Gaeul. Sudah kukatakan padamu, aku berhutang nyawa pada Baekhyun. Dan setelah dua bulan ini berakhir… kau bisa melakukan tugas terakhirmu bukan? Membuat Song Heekyung dan Na Inryung mengingat semuanya.”

Aku memperhatikan ekspresi Gaeul. Ia masih memandangku dengan alis bertahut.

“Lalu apa hubungannya hutang nyawamu dengan dua gadis ini?”

“Kau tidak mengerti atau berpura-pura bodoh huh? Terang saja ada hubungannya. Aku berhutang nyawa, dan kubayar hutang itu dengan nyawaku sendiri. Baekhyun telah menyelamatkan nyawaku, jadi… kupikir tak ada salahnya menyelamatkan nyawa orang yang berarti untuknya.”

Gaeul berdecak pelan. “Kau bahkan tidak yakin jika temanmu itu ingin bersama dengan seorang manusia.” ujarnya membuatku menyernyit. “Tidak, aku tidak membayangkan hal itu di benakku. Yang kubayangkan adalah… Song Heekyung, mungkin bisa bertemu dengan anaknya.”

“Ia sangat menyayangi bayi itu, Gaeul-ah. Daripada aku membayangkan anak Heekyung—Baekhee—tumbuh dengan kenangan kasih sayang Ibu yang tak pernah dilihatnya, bukankah lebih baik memberi mereka kesempatan untuk bertemu?”

Gaeul terlongo. Sungguh tak menyangka sosok Chanyeol yang sudah dikenal dengan sikap beringas dan anti pada manusia tiba-tiba bisa berucap sebijak ini.

“Apa alasanmu? Maksudku… alasanmu menginginkan hal itu?”

Alis Chanyeol segera bertahut. “Ternyata kau benar-benar bodoh. Tentu saja karena aku tidak mau ada bangsa kita yang tumbuh dengan dendam pada manusia sepertiku.”

“Tapi kau tadi bilang mereka hanya makhluk lemah!” bantah Gaeul.

“Setelah melihatku menolong dua orang itu, kau masih berpikir aku membenci mereka?”

Gaeul menggeleng, tatapannya berangsur-angsur berubah muram. “Chanyeol, apa kau tidak pernah berpikir untuk bersama dengan gadis manusia itu?”

Aku terdiam sesaat. Na Inryung?

“Aku bisa membuat gadis itu ingat padamu lebih cepat, Chanyeol. Jadi kau bisa menghabiskan waktu dengannya di—”

“Di detik-detik akhir hidupku?” potongku cepat.

“Y-Ya… Itu maksudku.”

Aku menggeleng.

“Tidak perlu. Di hari terakhir hidupku, pertemukan saja Song Heekyung dengan Baekhee. Mengerti?”

“Chanyeol… Apa ini pesan kematian?”

“Ya, Gaeul. Ini pesan kematianku.”

ss-skip-il-irish

.

.

.

Cuap-cuap by IRISH:

TET! TOT! TET! TOT! SAY GOODBYE TO CHANYEOL~~ HUAHAHA.

Boleh ketawa bahagia gak sih aku? WKWK serius bahagia karena bagian Chanyeol bakal mati ini hampir gak ada yang ngeduga selama chapter 1-10. Maklum ya, Chanyeol jahat mulu. WKWK.

Oke, seperti janjiku di One and Only (yang baca One and Only pasti tau aku^^) aku gak akan banyak bercuap-cuap lagi.

Yang jelas, maaf kalau side story ini gak memuaskan. Maklum, ngerjainnya ditengah-tengah keadaan badan yang gak fit sama sekali. Dan juga ada beberapa permintaan kemarin yang berusaha aku turutin disini: temen sekolah baek yang gasadar pas dia ilang, gimana ceritanya Heekyung-Inryung bisa hidup, kenapa Baekhee beda, itu yang bagian ‘gelap’ si baek yang ada di awal chap 3, terus keadaan Heekyung semasa hamil, gimana perasaan Baekhee, POV baekhyun di awal-awal dia kenal Heekyung, gimana Chan-Ryung bisa deket, perasaan baek pas Heekyung mati, trauma nya Heekyung, kisah Baekhyun pas jadi stalker, apa yang bisa bikin bangsanya Baekhyun mati, ‘tanda’ yang ditinggalin Baekhyun di Heekyung, dan masih banyak lagi yang gabisa kusebutin~~~

Beberapa udah aku coba jelasin ya di side story ini^^ dari poin di atas kujelasin kalau bagian ‘gelap’ itu gak kuceritakan demi menjaga fanfict ini tanpa password, kasian kalau yang siders ntar tiba2 dipaksa muncul demi password, dan juga karena aku ini gak berbakat bikin adegan dewasa, LOL. Daaann beberapa poin lain yang kalau kusebutin nanti jadi panjang. Hehe maaf ini udah panjang cuap-cuapnya.

Sekali lagi maaf kalau side story ini gak memuaskan. Dan emang sengaja gak semua chap aku bikin side story. Kasian nanti panjangnya bisa-bisa side story chaptered. WKWK. Setidaknya kalian bisa say goodbye sama Chanyeol yang ahem bakal mati ahem karena ahem nyelametin ahem Heekyung dan Inryung ya. WKWK. Scene lainnya akan kuceritakan lebih lanjut di chapter selanjutnya^^

Thankyou~~ mind to review, guys? XD thanks for reading my absurd story~~

Would you like to come to my private house? I invited you to MY SHOW~

COMING SOON

SUNDAY – 06/12/2015 – 00:00 [KAJIMA – SLICE #6]
WEDNESDAY – 09/12/2015 – 00:00 [ONE AND ONLY – SLICE #11]

215 tanggapan untuk “IRRESISTIBLE LOVE – SIDE STORY — IRISH’s Story”

  1. trnyt dibalik mulut’ny yg kejam di bbrp previous chptr, chan pny pemikiran mendalam bhkn bijak bgt tindakan’ny, sungguh tak dinyana tak diduga, kamu tau bls budi/stia kwn bgt.. oh, gitu toh reason dibalik kematian bapake chanyeol, kesian.. ih, msh penaran sm ‘tanda’ yg dibuat baek ke heekyung, kiss mark bukan? wkkk~

  2. huhft, knpa tokoh chanyeol di sini di bikin mati sih Thor? sedih jg, di mana yg lainnya bahagia, chanyeol ga ada sndri di sini…..
    ya sudahlah……
    ceritanya ok bgt Thor. bagaimana author bs mendapatkan ide cerita kyk gini. tata bahasanya bgs, dan alur ceritanya jg rapi, pertahankan trs Thor

  3. Heheheh..
    Gpp ya jalan2 baca chap nya…
    Wooww….
    Sedih baca soal chanyeol nya,,,
    Serasa dia ada d depan aq trus ngomong soal pesan nya…
    Hiksss..,

  4. Chanyeol terlalu baik disini. Enak kenapa mbak Irish ini hobi banget bikin readers baper akut gara2 ff nya dan kejutan2nya yang nggak bisa diduga.. Huhuhu, pokoknya semangat terus kak Irish

    1. XD BUAHAHAHAHHAHAAHHAHAHA XD karena di part2 sebelum sebelumnya banyak yang ngatain chanyeol jahat, kan kasian, dia kan baiiikk XD kalian aja gapeka sama chan chan huuhh~~ XD wkwkwk thankyou yaaaaa

  5. Mas cahyo astagaaaa kakaaaa cy wae mati wae wae waeeee waktu baek nyelamatin cy kan baek ga mati eii wkwk tapi mau gimana lagii😂😂

    Tapi masih ga rela sama mas cahyo ottokehh😂😂 ditunggu DEH selanjutnya kak:))

  6. Mian kak Irish baru komen di chap side story😂 soalnya lagi ngebut baca, soalnya mau pergi nih /etdah malah curhat/*plak*abaikan… Keep Writing kak!!! Semangat!!! Makin makin makin ngefans deh sama kak Irish!!!! Lope lope pokonya XD

    1. Kamu baca ngebut akut ya ini? XD wkwkwkwkwkwk aduh jangan ngefans sama aku sama bias ajaa wkwkwkwkwkwk XD thanks ya komennyaa

  7. Akhirnya abis juga baca slice 1-side story ini dalam sehari 😂
    Sumpah ih ini aku nyesel banget baru baca sekarang … Aku pikir ff genre yang begini rada berat(?) bacanya… Pengalaman baca ff lain. Eh tapi ternyata… Yang ditulis kak Irish ini keren~ fantasy tapi enak dan ringan buat dibaca, mudah dimengerti, ada romance, sad. Asik pokoknya 😆
    Dan jarang banget aku baca ff cast Baek yang cool gini hihi 😁
    Ditunggu next slice-nya kak~~ (^-^)/

  8. Kak irish kalo bikin cerita selalu bikin deg deg an. dan semenjak baca cerita ini gue jadi suka sama incubus atau vampire dll haha. Btw, ini happy ending kan kak, plis ya jangan buat aku nangis kejerrr. semangat ngelanjutinnya ^^

  9. Bhak kak irish kenapa kalo bikin ff tuh selalu buat aku kebawa suasana? Kenapaaa hah? Kenapaaa? ㅠㅠ gapapa kalo gak terlalu nge’feel tapi ini……. Ah terlalu kebawa aduh😥 tapi tetep suka sama semua cerita cerita karangan/? kak irish hehe btw chanyeol kok miris banget jadinya? Eh gapapa lah kan jadi seru dari awalnya bengas banget jadi baik yang keterlaluan wkwk terus ini bakal happy ending gak nih? Diriku sungguh penasaran. ditunggu deh chap selanjutnya semangat kak~!!!

    1. Loh XD ini sampe bikin kebawa perasaan ya emangnya? aku gak berniat begituu XD wkwkwkwk chanyeol teraniaya, aku suka bikin dia teraniaya /kemudian digampar/ hahahahahaha XD tunggu yaa next darikuu :3

  10. Bisa gini ya alurnya._. Irish ketjehh abis dah. Babai mas cahyooo lopyuuu. Tapi gaada scene hee-ryung ingat semuanya lagi ya? Gapapa dah, yang penting ceritanya ga lari kaya tukang haji naik bubur entu tuhh #eh

    1. Huahahahaha kasian cahyo dikasih ucapan selamat tinggal XD wkwkwkwk nanti inget lagi kok wkwkwk XD hahahaha gak akan lari2 kok alurnya, bentaran lagi end soalnya. Thanks ya❤

  11. Waaah keungkap deh gimana Heekyung dan Inryung bisa hidup lagi
    Ya ampun Chanyeol, meskipun hampir selama hidupnya di FF ini jadi jahat, tapi akhirnya dia jadi penolong :’D Ngga disangka-sangka. Thanks to Chanyeol XD
    Nah gimana nih nanti pas Heekyung udah ingat semuanya, termasuk tentang Baekhee? apalagi pas mereka udah ketemu
    Dan, apakah bakal happy ending untuk Baekhyun dan Heekyung?
    excited ><

    1. Hehehehehe XD iya udah kuceritain kaann wkwkwk
      XD buset dah chanyeol banyak yang kasian sama dia disini wkwkwkwkwk XD duh aku ini galau kubikin dia inget apa enggak ya XD thanks yaa komennya XD tunggu aja end nyaa

  12. Huwaaa…. unnie, kenapa chanyeolnya d bikin mati. Kan inryungnya jd sedih ntar. Trus trus.. ehm baekyung bagaimana dong. Kan katanya mrka gk bisa brsatu. Aishhh…. nih epep bner bner bikin ak nangis bombai

  13. haiiiii riiiisshh, huaaa akhirnya mampir lg baca ff setelah sibuk *siapa yg tanya coba* oya mau blg maaf dulu soalnya baca ff ini uda semalem tp blm comment soalnya ketiduran hihihi alhasil link ff ini kebuka gt aja dihape,trs lanjutin pagi ini dah wkwkkw.
    yaampun itu serius bikin chan mau berakhir? agak gk rela sih chan berakhir,tapi aku bisa apa? *plak yaudah moga chan bisa bahagia di kehidupan terakhirnya *hiks trs buat baeki moga bisa bahagia juga sm jodohnya *baca aku* *plak *dicium sehun* *gubraaakkk *udah abaikan hahahah dilanjut chapter selanjutnya yaa ris 😘😘

    1. Gapapa kak XD ya ampun bacanya saking seriusnya sampe ketiduran wkwkwkwk XD aku sukaaaa bikin dia matiii yeeeess XD huahahahahahahahah semoga chan bahagia XD #PrayForChanyeol LOL XD oh jadi supaya baek gak sama heekyung nih akhirnya XD wkwkwk sehun dikemanain kaakk XD hahahaha thanks ya kak udah nyempetin komeenn {}

    2. maklum rish banyak kerjaan pagi sampe malem, eh begitu disempetin baca ff malah ketiduran duhh kasian *lah kenapa jd curhat* wkwkwk :p kalo chan diidupin lg bisa gk biar bisa sm inryung gt *bnr gk tulisan tuh* wkwkwk 😀 ohh gk jd dah biar baek sm heekyung akunya sm sehun *yakalo sehun mau* *dorr wkakkaak 😀 next dah yaa rish hihihi :*

    3. XD wkwkwkwk saoloh kak jan capek2 ntar sakit, eh gapapa kalo sakit ntar kukirim sehun hahahah XD iya bener tulisannya wkwk XD ah jangan kak aku suka dia mati aja XD hahaha thanks yaa

  14. Pas liat notif udh geregetan aja pen lgsung baca, tpi ga ada wktu muluㅠㅠㅠㅠㅠ dan akhirnya malam inilah aku ada waktu buat baca , side storynya adoh bkin baper masa si chanyeol dibikin meninggal sih ka? Gabisa Dibikin bahagia aja ama na inryung gituh? ㅠㅠㅠㅠㅠ trs nnti si heekyung ama inryung bkal inget semuanya lagi ya ka? Jadwal buat buat chap selanjutnya ko ga ada ka? Aaarggh aku pen baca chap selanjutnya ka ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ keep writing ka! Fightingggg ! Ditunggu next chap secepatnya heheheheheh :*

    1. WKwwkkwkwk XD uas yaaaaaa XD hahahahahah thanks banget loh udah nyempetin baca padahal sibuk :3 aku itu sukaaaaaa karena bikin ceye meninggal aah kenapa kalian pada ga setuju kalo dia kubikin meninggal XD wkwkwk thanks yaa

  15. kok aku bacanya sampe nangis bgini ya??? huaaaaa chanyeol msa mati sih kak haduhhhh entahlah aku jadi galau begini, sedih amat ceritanya sumpah sampe aku baper begini, tanggung jawab nih udah bikin aku nangis sama chapter ini hahaha
    aduh kyaknya aku ngerasa bersalah banget deh ini
    aku yang ngebet bgt nanyain ff ini lanjut dengan cepat tapi aku bacanya terakhir, mianhae eonni, aku dr tanggal 27 uas sampe tadi dan masih di sibukkan dengan acara sekolah kebetulan aku yang jadi panitia penyelenggaraannya jadi aku sedikit sibuk mempersiapkan semuanya untuk beberapa hari ke depan makannya aku baru bsa baca ff ini sekarang maaf ya eonni
    annyeong

    1. Bisa loh bisa dia matiii XD hayoh masa gabisa mati XD aku suka bikin dia mati XD kamu kenapa nangis XD maap deh maap XD aku ga berniat bikin anngis wkwkwkwk XD gapapa santai ajaaa XD aku berterima kasih banget kamu udah nyempetin baca dan komen hiks XD apalah daya aku tanpa kalian mah butiran debu XD wkwkwkwkwk thanks yaa{}

  16. Hyaaaaa kereeeennnn bangeeettt ka iriiisseeeuuu XD
    Keren gitu ya bisa bikin cerita yang idenya nyambung sepanjang ini.-.
    Ide ceritanya beranak-pinak (?) XD
    Kereenn deh pokoknya :3

    1. XD keren apaaan ini masih belum berakhir seperti cintamu pada sehun dea XD wkwkwkwkwwkk beranak pinak berkembang biak bermetamorfosis ya XD hahahaha thanks deaa;*

  17. Huuaaaaaa ga di sangka2 chanyeol bisa ngorbanin nyawa nya gitu, padahal kan dia benci manusia dulunya. mungkin karna heekyung inryung itu emang pantes buat di selametin makanya mereka juga bisa buat bikin chanyeol kyk gitu..
    jangan di matiin ya chanyeol nya, mungkin gaeul bisa bantu.. ya ya ya. hehhe
    aduuuh jd penasaran sama moment baekhee heekyung, sama baek juga pasti nya..
    uhh side story nya bikin puas, tp syedih kalo bentar lg mau end. mmpp bikin happy ending yaaaa hihi
    😘😘😘

    1. Hayoh siapa kemarin yang abis ngomel2in chanyeol hahahahaha XD aduh duh aku ini udah seneng bikin chan mati loh wkwk thanks ya komennya

  18. Ini apaaaannnnn napa chanyeol matiiii….. kasian inryung ntar sama sapaa ? Sama cy di alam lain ? Ntar jadinya kyk ff yg jongdae jdi monster itu dooongggg…. tapi aku pengen nangis pas baca bagian cy. dia cuma pengen liat heekyung baekhyun baekhee kumpul. Itu doang, gak lebih. Bisa gitu yakk ?? Orang jahat tapi hatinya lembut bgt gituuu…. cy gaada cara lagi gitu buat idup lagi ? Pls aku pingin semua cast disini berakhir dgn indah. Kasian cy gadapet happy ending. Ato jgn2 gaeul mau donorin darahnya ? Tapi kan gaeul ‘kunci’nyya succubus incubus. Aahhh taulaahhhh…. aku jadi gaje gini. Intinyyaaaa sayang kak irishhhhhh muah muah. Thanks for your great storyyy muaahhhh :*

  19. Oooo gtu ceritanya.. Chanyeol mati dong? Yah… jd biar bgaimanapun incubus dma manusia gak bsa bersatu ya.. emm 😥 Baekyung jg brrti .. aaaaa :”(
    eonni buat momen baekhee heekyung dong .. momen baekhyun heekyung jg ya.. yg romantis. hehehehe 🙂

  20. Gue kira chanyeol jahatnye beneran-,- gatauny baik banget sampe ngorbanin nyawanya… duhhh makin cinta ama abang chanyeol (?). Side storynya kerenlahh… ditunggu kelanjutannya, semangat!

Tinggalkan Balasan ke Park Hanna Batalkan balasan