KAJIMA – SLICE #3 — IRISH’s story

irish-kajima (2)

KAJIMA

With EXO’s Oh Sehun & Xi Luhan; OC’s Lee Injung & Kim Ahri

Supported by EXO Members, Rainbow‘s Kim Jaekyung & Cho Hyunyoung, OCs

fantasy, drama, supranatural, life, friendship, school-life and romance story rated by PG-17 inchapterred length

DISCLAIMER

This is a work of fiction. I don’t own the cast. Every real ones belong to their real life. And every fake ones belong to their fake appearance. The incidents, and locations portrayed herein are fictitious, and any similarity to or identification with the location, name, character or history of any person, product or entity is entirely coincidental and unintentional. Any unauthorized duplication and/or distribution of this art without permission are totally restricted.

©2015 IRISH Art&Story All Rights Reserved


“Jebal… Jebal kajima…”


Previous Chapter

Teaser || Chapter 1 || Chapter 2

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Injung’s Eyes…

Ahri tampak diam sepanjang pelajaran. Bahkan ini sudah dua hari sejak Ia dan Sehun ku lihat bicara di koridor. Apa sesuatu terjadi?

Neo gwenchana?”, tanyaku

Ahri mendongak, tersenyum.

Gwenchana…”, ucapnya.

“Kemana Chanyeol? Aku tidak melihatnya.”, kataku kemudian, dan aku sadar ucapanku berefek aneh pada Ahri.

Dia tampak terkesiap.

“Chanyeol? Ah, dia bilang dia sedikit tidak enak badan.”, ucap Ahri

“Benarkah? Padahal cuaca disini sedang bagus…”, kataku, memandang ke arah lapangan yang tampak terang terkena sapuan cahaya matahari—yang jarang singgah di Mokpo.

“Ku harap Chanyeol baik-baik saja.”, gumamku pelan sambil melangkah keluar dari kelas.

Ini aneh. Chanyeol tidak masuk. Begitu juga dengan dua namja anti-sosial di kelasku itu. Mereka berdua juga absen. Apa absen nya mereka berdua ada hubungan nya dengan Chanyeol? Aku tidak begitu yakin. Sepertinya mereka tidak saling mengenal. Tapi entah mengapa instingku mengatakan ada hubungan di antara mereka.

Sejak kapan aku suka memperhatikan isi kelasku? Ini benar-benar tak pernah kulakukan disekolah manapun sebelum—

“Mau mengambil kursi lagi?”

Aku terhenti, dan langsung tersenyum saat melihat Baekhyun duduk di depan sebuah kelas, Ia tampak memangku sebuah buku.

“Ini kelasmu?”, tanyaku kemudian saat sadar aku berjalan dikoridor kelas 3.

Baekhyun mengangguk.

“Ini kelasku.”, kata Baekhyun sambil kemudian menggeser duduknya, dan memberi isyarat padaku untuk duduk di tempat kosong di sana.

Aku akhirnya duduk, bersebelahan dengan nya, Ia tampak kembali fokus membaca bukunya, tanpa sadar aku memperhatikan bukunya.

“Ah, kau pasti sibuk sekali belajar mempersiapkan ujian akhir.”, kataku.

Ia tertawa pelan.

“Tidak juga, anak-anak di kelas sudah sangat tahu kebiasaanku. Aku selalu membaca di sela waktu kosong.”

“Ah… Kau pasti pintar. Dan banyak anak di kelas berteman denganmu.”, ucapku, dimanapun orang yang pintar akan punya banyak teman bukan?

“Tidak juga.”, ucap Baekhyun.

“Eh?”, aku menyernyit memandangnya.

Baekhyun melirik ku, lalu menutup bukunya.

“Aku tidak terlalu punya waktu untuk bicara dengan mereka, atau berinteraksi lebih. Banyak waktuku ku gunakan untuk membaca, menyendiri. Membaca memberiku lebih banyak informasi yang aku inginkan.”

Aku menyernyit.

“Kau seperti dua orang yang ku sebut anti-sosial di kelasku.”, ucapku kemudian.

“Apa mereka juga sering menyendiri dan membaca sepertiku?”, tanya Baekhyun, tampak tertarik pada ucapanku.

Aku bisa mengatakan Ia tertarik karena ekspresinya begitu sama dengan ekspresinya kemarin saat mendengarku berceloteh tentang murid baru.

“Tidak. Mereka memang menyendiri, tapi tidak sering membaca. Kurasa… Mereka sibuk menghilang secara konstan setiap dua jam, lalu kembali ke kelas, diam, mencatat, lalu diam saat jam kosong, lalu kembali keluar setiap dua jam…”, ucapku, membayangkan kelakuan harian dua temanku itu.

“…sangat tidak menyenangkan. Benar-benar tipikal orang yang membosankan.”, sambungku, tanpa sadar bergidik membayangkan mereka, benar-benar membosankan.

“Lalu… Itu artinya aku juga masuk dalam tipikal orang yang membosankan itu?”, tanya Baekhyun membuatku terkesiap.

“Ah, tidak, aku tidak bermaksud begitu. Aku mengatakan itu pada mereka, bukan kau.”, kataku merasa bersalah karena membuatnya tersinggung.

Baekhyun tersenyum tipis.

“Keluar dari kelas setiap dua jam… menyendiri… temanmu itu sangat mirip denganku.”, kata Baekhyun.

“K-Kau juga sering keluar kelas setiap dua jam?”, ucapku kaget.

“Terkadang berada di kelas membuatku merasa… seperti di kucilkan. Tapi, kurasa memang banyak anak disini bersikap seperti itu. Aku tidak suka sifat mereka. Jadi untuk menghilangkan bosan aku keluar setiap dua jam, menyegarkan pikiranku.”, ucapnya menjelaskan.

Aku menyernyit.

“Kenapa harus setiap dua jam?”, tanyaku.

“Karena aku dulu mencoba satu jam sekali. Dan kau tahu apa yang terjadi? Seonsaengnim mengomeliku karena aku terlalu sering mengganggu pelajaran. Jadi, ku putuskan, setiap pergantian pelajaran, aku keluar dan menyegarkan pikiranku.”

Baekhyun tertawa pelan saat menceritakan kebiasaannya yang bagiku terdengar sangat logis. Apa dua orang itu juga melakukan hal itu dengan alasan yang sama seperti alasan Baekhyun? Aku tidak yakin.

Gomawo Injung-ah,”

Aku menyernyit memandang Baekhyun.

Gomawo? Untuk apa?”, kataku.

“Kita berteman kan?”, tanyanya.

Aku mengangguk, sedikit ragu, kenapa Ia menanyakan nya?

“Ku harap kau menganggapku teman. Tidak banyak orang yang mau berteman dengan orang aneh sepertiku.”, katanya, tertawa masam.

“Kau tidak aneh,”, ucapku kemudian.

Baekhyun menyernyit, tapi Ia tersenyum.

“Kau hanya belum tahu bagaimana anehnya aku. Ah, aku harus ke ruang guru sekarang. Sampai bertemu Injung-ah. Kau tidak keberatan aku memanggilmu begitu kan? Lagipula… Kita seusiaan.”, ucapnya, mengedipkan sebelah matanya, lalu melangkah pergi.

Chakkaman

Berapa usianya? Kenapa Ia mengatakan bahwa Ia dan aku seusiaan? Bukankah dia sunbae ku di sekolah ini?

Apa kami benar-benar seusiaan?

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Aku sudah tahu ada yang aneh dari mereka. Kai. Sehun. Chanyeol. Awalnya aku hanya berpikir mereka bertiga yang aneh. Tapi nyatanya aku tidak bisa untuk tidak memasukkan Baekhyun ke dalam list itu karena nyatanya Ia juga aneh. Setelah Ia tahu bahwa aku seusiaan dengan nya.

Ia juga tahu banyak hal.

Ia tahu bahwa aku dikeluarkan dari semua sekolah lamaku—Ia mengatakannya dengan tenang seolah yang kulakukan hanyalah keluar-masuk dari setiap sekolah hanya untuk berjalan-jalan.

Entah bagaimana Ia bisa tahu sangat banyak tentangku. Aku cukup yakin Ia tidak berasal dari Incheon, atau salah satu sekolah yang kutempati dulu—mengingat aku lebih sering dipindahkan ke sekolah khusus perempuan.

Maksudku, Ia aneh… Padahal aku tidak tahu satu hal pun tentang—ya. Ia memang aneh. Ia berbeda. Baekhyun tidak terlihat seperti mereka para amatiran menyebalkan di sekolah ini.

Ia… terlihat misterius, dan tersembunyi. Keberadaannya dikelas juga tidak begitu diperhatikan—karena saat aku bertanya pada teman sekelasnya, mereka terkadang bingung siapa seseorang bernama ‘Baekhyun’ ini.

Bagiku, Ia seperti bayangan dikelasnya. Ada tapi tidak diperhatikan. Dan tak ingin diperhatikan juga. Tapi nyatanya Ia menarik perhatianku, membangkitkan rasa penasaranku.

Jika Ia bisa tahu tentangku, itu artinya… aku harus tahu tentangnya juga.

“…membaca memberiku lebih banyak informasi yang aku inginkan.”

Apa Ia tahu semua itu dengan membaca? Hey! Memangnya ada berita satupun tentangku yang ada di internet? Atau Ia melihat catatan kesiswaanku?

Tapi Ia bahkan tahu aku tinggal bersama Halmeoni, dan dulu bersama Jaekyung Unnie. Ia pernah bicara…

“Apa kau tidak dimarahi perawat itu jika kau terus sering membolos pelajaran?”

Memangnya perawat yang mana lagi yang Ia bicarakan? Tentu saja Jaekyung Unnie. Ugh. Tapi… Darimana dia tahu semua itu?

Aku segera menghentikan makan siangku, mendorong mangkuk ramen ku ke tengah meja dan kemudian aku melangkah ke kelas Baekhyun.

Chogi, sunbaenim, bisa aku tahu dimana Baekhyun? Kau… tahu Baekhyun kan?”, tanyaku pada salah seorang teman nya.

“Baekhyun?”, Ia malah menyernyit.

Benar bukan? Teman sekelasnya bahkan tidak mengenalinya.

Namja perpustakaan itu.”, salah seorang temannya yang lain menyahut.

“Ah, dia? Dia pasti diperpustakaan. Dia selalu disana.”

“Ah, gomawo.”, ucapku sambil kemudian melangkah ke perpustakaan.

Aku berkeliling perpustakaan, tapi dia tidak ada. Aku memandang jam di tanganku, jam 10. Benar. Dia bilang padaku bahwa dia juga keluar kelas dua jam sekali.

Chakkaman, dia keluar untuk menyegarkan pikiran nya kan? Bukan untuk bertindak aneh seperti dua orang anti-sosial itu.

Aku mendatangi guru piket di perpustakaan.

Seonsaengnim, bisakah aku meminjam absen hari ini?”, tanyaku.

“Ah, tentu nak, apa kau mencari seseorang?”, tanyanya.

“Ya, aku mencari sunbaenimku. Dia biasanya ada di perpustakaan. Tapi hari ini tidak ada.”, ucapku.

“Siapa yang kau cari?”, tanya seonsaengnim.

Nde? Ah, namanya Baekhyun. Apa dia kesini hari ini seonsaengnim?”, tanyaku, memandang penuh harap.

“Ah! Anak itu. Tentu saja Ia kesini. Tapi biasanya di jam ini Ia keluar, tunggu saja sebentar, dia pasti kembali sebentar lagi.”

“Ah, arraseo… Umm, apa seonsaengnim tahu kemana dia pergi?”, tanyaku

“Biasanya karena terlalu lama membaca Baekhyun mengeluh pusing di jam-jam ini, jadi kurasa Ia ke UKS, untuk minta obat.”, ucap seonsaengnim.

Arraseo. Gomawo seonsaengnim…”, ucapku sambil kemudian keluar dari perpustakaan.

UKS? Mungkinkah Ia disana?

Kurasa, dikelas Ia mungkin tak dikenal. Tapi aku cukup yakin penjaga perpustakaan sangat mengenalinya bukan?

Aku berjalan cepat menuju UKS, berharap ucapan seonsaengnim benar. Aku berbelok masuk ke koridor yang lebih sepi, hanya ada beberapa ruangan disini, UKS, laboratorium, gudang.

Aku berbelok ke UKS, dan mengintip ke dalam. Ah… Darah?

Kenapa ada tetesan darah di dalam UKS? Apa sesuatu terjadi?

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Author’s Eyes…

“Baekhyun.”

Baekhyun menoleh, memandang seonsaengnim yang memanggilnya.

“Ada siswi yang mencarimu tadi,”, ucap seonsaengnim

“Benarkah? Umm, gadis berambut cokelat dengan potongan sepanjang bahu? Siswi dari tingkat 2?”, tanya Baekhyun, tersenyum tipis.

“Ya. Kau sudah bertemu dengan nya? Kurasa Ia tadi mencarimu ke UKS.”, ucap seonsaengnim.

Baekhyun menggeleng.

Ani, aku belum bertemu dengan nya. Gomawo ssaem,”, ucap Baekhyun sambil kemudian melangkah ke dalam perpustakaan.

“…tapi aku yakin dia akan terus mencari…”, ucap Baekhyun pelan, kembali menekuni buku yang di bacanya.

Sementara itu di UKS, Injung tampak kaget melihat tetesan berwarna gelap di lantai UKS. Gadis itu melangkah masuk, sedikit bingung karena tidak ada satupun orang di UKS.

Injung berjongkok, menyentuh tetesan gelap itu dengan ragu.

“Benar… Ini benar-benar darah…”, gumamnya pelan.

Injung memandang sekitarnya, dan terkejut saat melihat bungkusan berwarna hitam di pojok lantai di bawah tempat tidur. Injung merangkak mengambil bungkusan itu, dan menyernyit saat bau menyengat amis keluar.

“Baunya seperti darah…”, ucap gadis itu, menyernyit.

“Jika Baekhyun tadi kesini… Bukankah seharusnya Ia menemukan bercak darah ini juga?”, gumam Injung.

“Apa mungkin…”

Dia juga melakukan hal aneh yang dilakukan dua orang murid anti-sosial dikelasku itu? Baekhyun…

Dia sama seperti Sehun dan Kai? Juga… Chanyeol?—mau tak mau aku memasukkan Chanyeol dalam list orang-orang mencurigakan ini.

Tapi… Apa hubungan diantara mereka semua?

Kini Injung terlarut dalam pemikirannya. Tidak mengerti.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Ahri’s Eyes…

“Dia tidak akan bisa kau sembuhkan dengan mudah.”

Aku mendongak, mendapati Sehun berdiri di depanku.

“Apa yang sekarang kau rencanakan? Kenapa kau mengerjai Chanyeol sampai seperti ini? Kalian kan sama…”, ucapku pelan.

Ya. Hanya aku lah satu-satu nya orang di sekolah ini yang tahu tentang mereka. Mereka berbeda dengan manusia. Dan aku satu-satunya manusia yang tahu, untuk sekarang.

Saat itu… Chanyeol menyelamatkanku ketika Sehun akan menghapus ingatanku. Tapi sekarang… tahu fakta tentang mereka malah membuatku selalu berada dalam posisi yang tidak mengenakkan.

“Itu karena Ia menantangku.”, ucap Sehun pelan, tapi tajam.

“Bebaskan dia… Jebal…”, ucapku memohon.

Sehun menatapku.

“Akan lebih baik baginya jika Ia tetap seperti itu.”

Sehun melangkah meninggalkanku. Membuatku tertegun. Chanyeol sedang sakit parah karena ulah Sehun, dan hanya Sehun lah yang bisa menyembuhkan nya. Tapi namja itu… tidak mau menyembuhkan Chanyeol.

Tatapanku tiba-tiba terhenti pada Injung yang tampak berlari cepat ke arah kelas. Apa Ia berniat membolos lagi? Ia bilang Ia harus membolos untuk mengurus neneknya. Dan aku juga tidak ingin menghalangi Injung. Dia bukan tipe orang yang akan bisa di halangi dengan mudah.

“Ahri.”

Aku menoleh, memandang Sehun dan Kai yang berdiri tak jauh dariku.

“Apa lagi sekarang?”, kataku kemudian.

“Dimana dia? Aku akan sembuhkan.”, ucap Sehun membuatku menatapnya tak percaya akan ucapan nya.

Jinjjayo?”, ucapku memastikan.

Sehun menatap ke arah kelas sejenak, dan kembali memandangku.

“Sebelum aku berubah pikiran.”

 ██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Injung’s Eyes…

Aku duduk di depan komputer sekolah sekarang. Hampir dua jam. Dan search engine yang tadi sudah ku buka sekarang hanya ku pandangi tanpa melakukan apapun. Bagaimana aku harus memulainya?

Berpikir Injung. Mungkin ini ada hubungan nya dengan dua orang anti-sosial itu juga. Benar. Benar. Ingat… Keluar setiap dua jam. Anti-sosial. Tahu banyak hal… darah. Darah yang ku temukan di UKS, apa ada hubungan nya juga?

Baiklah. Segala kemungkinan tetap ada.

Setiap dua jam. Anti sosial. Pengetahuan luas. Darah.

Aku menyernyit. Ada terlalu banyak kata kunci dan hasil. Harus lebih spesifik… Berpikir… Berpikir… Mereka membolos beberapa hari karena hari cerah, ah, tapi Baekhyun tidak membolos—atau Ia juga sering membolos tapi aku tidak mengetahuinya karena aku baru mengenalnya?

Oh! Aku ingat! Sebelum keluar pertama kali di jam 8, dua orang anti-sosial itu terlihat pucat, dan aku mengira mereka sakit. Benar. Oke. Aku mulai mengetik lagi.

Setiap dua jam. Darah. Pengetahuan luas. Anti sosial. Menghindari cahaya terang. Kulit pucat. Yap!

Eh?

“VPGN-74?”

Aku tertegun saat kata aneh itu muncul di baris atas search results ku. Dengan cepat aku mencatat kata VPGN-74 itu di note ku, kemudian aku kembali mengetik.

VPGN-74.

Disini dikatakan VPGN-74 adalah kepanjangan dari Vampire Gen 1874. Sebuah pengembangan gen yang di lakukan di tahun 1874 berada di sudut kecil kota Venezuela. Hasil percoban VPGN-74 ini adalah penciptaan manusia buatan, dari campuran gen-gen dengan kelebihan luar biasa.

Mereka cenderung terlihat berdekatan dengan sesama VPGN-74, dan menolak kehadiran orang sekitarnya. Sikap anti-sosial ini di tujukan untuk menjaga kerahasiaan pasukan.

Anti-sosial. Satu poin!

VPGN-74 disini bertujuan untuk memperkuat armada perang Venezuela, karena tentara buatan ini menyerang tentara lawan dengan menghisap darah mereka… membiarkan tentara lawan mati kehabisan darah.

Darah. Satu poin lagi!

Ilmuwan pencipta VPGN-74 ini, yang di kenal dengan singkatan M.Z.P, meninggal sebelum Ia berhasil menemukan pelenyap VPGN-74. Sampai saat ini, di yakini masih banyak VPGN-74 yang bertahan hidup.

Karena VPGN-74 adalah gen buatan, mereka sudah di bekali dengan pengetahuan yang sangat banyak. Termasuk kelebihan-kelebihan khusus yang jauh melebihi manusia biasa.

Pengetahuan luas… Satu lagi!

Oleh M.Z.P pasukan VPGN-74 ini di lepas setiap dua jam, M.Z.P membiarkan para VPGN-74 ciptaan nya untuk menghisap darah tentara lawan yang berjaga di setiap dua jam itu.

Keluar setiap dua jam… Sangat mirip… dengan… Ah.

Hal penting yang perlu di garis bawahi adalah, VPGN-74 bukan manusia. Mereka cenderung seperti Vampire. Berkulit pucat karena tidak ada darah yang mengalir dalam tubuh mereka, bersikap dingin dan tidak berperasaan, kejam, dan juga, VPGN-74 belum bisa di musnahkan.

Berkulit pucat…

VPGN-74? Mungkinkah… Baekhyun… Dua makhluk anti sosial itu… Mereka adalah bagian dari VPGN-74 juga?

Tapi… Itu artinya mereka satu pasukan yang sama bukan? Kenapa kelihatan nya mereka seolah tidak saling mengenal?

Dan juga kena—

“Injung-ah…”

Aku berbalik, dan terkesiap melihat Baekhyun berdiri tak jauh di belakangku. Jantungku rasanya seolah akan melompat keluar dari persinggahannya saat informasi yang baru saja kudapatkan dari internet tentang makhluk, ani, namja yang ada didepanku masih tak bisa kuterima, tapi tiba-tiba saja Ia muncul disini.

“Ah, Baekhyun.”, ucapku sedikit tegang.

“Apa yang kau lakukan disini?”, tanyanya, memandangku penasaran.

“Ah, aku…”, aku memutar otakku dengan cepat.

“Aku sedang menghubungi beberapa temanku di Incheon. Sangat sulit menghubungi mereka dari rumahku, jadi aku hubungi dari sini.”, ucapku cepat.

Baekhyun menatapku sebentar, dahinya berkerut bingung, senyum yang biasanya seharusnya ada diwajah ramahnya lenyap.

Apa Ia curiga?

Baekhyun kemudian tersenyum, senyum ramah itu lagi. Dan Ia mengangguk. Membuatku tak lagi berpikir Ia curiga.

“Kau sendiri? Apa yang kau lakukan disini?”, tanyaku balik.

“Ini perpustakaan. Aku sering disini.”, Ia tersenyum.

“Ah, geurae. Aku lupa.”, kataku, berusaha mencairkan suasana.

“Dasar…”, Baekhyun bergumam sambil kemudian mengambil buku di rak dekat tempatnya berdiri.

“Aku pergi dulu,”, pamitnya.

“Ah, Ya. Annyeong.”, ucapku.

Aku menunggu sampai bayangan Baekhyun tidak tampak lagi. Kemudian aku kembali memandang monitor. Membaca lagi.

Karena merupakan rancangan gen, VPGN-74 di ciptakan dengan keadaan fisik sempurna. Sehingga sering mereka dengan mudah mengelabui musuh. Di tahun 1967, muncullah A-VG, di buat oleh peneliti Jerman, A-VG adalah gen buatan seperti VPGN-74, di buat sama persis dengan hasil penelitian tersembunyi Jerman.

A-VG di buat untuk melenyapkan sisa VPGN-74 yang ada, karena keberadaan VPGN-74 pada zaman itu berbahaya pada keberadaan manusia. A-VG secara fisik sama sempurnanya dengan VPGN-74, hanya saja mereka tidak menghisap darah seperti yang di butuhkan para VPGN-74. Mereka lebih spesifik bertujuan untuk melenyapkan VPGN-74, agar keberadaan manusia tidak terancam.

Hingga kini, penelitian Jerman menunjukkan bahwa masih ada VPGN-74 yang tersisa, itulah mengapa banyak negara membeli mahal tentara A-VG untuk melenyapkan sisa VPGN-74 yang mungkin ada di negara mereka. Negara-negara maju di Amerika, Asia, dan Eropa lah yang banyak membeli produk A-VG ini.

“Apa mungkin mereka…”

Aku terkesiap. Dan segera menutup website yang ku buka tadi. Aku memeriksa riwayat penjelajahan, untung saja tidak ada riwayat penjelajahan di komputer sekolah ini. Aku segera melangkah keluar perpustakaan, dan berjalan dengan cepat ke kelas.

Aku duduk di bangkuku, berusaha mengatur nafasku, berusaha untuk tenang walaupun jantungku masih lepas kontrol.

“Siapa yang tidak bersiap di lapangan dalam waktu 10 menit akan di hukum lari keliling lapangan 6 kali!”

Anak-anak di kelas segera bergerak cepat dengan membawa baju olahraga mereka. Jam olahraga adalah kelas favorit anak-anak kelas ini. Karena apa?

Karena hanya di pelajaran olahraga mereka tidak perlu duduk selama dua jam untuk mencatat dan berpikir. Dan kurasa aku sepemikiran dengan mereka. Aku suka pelajaran olahraga.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Aku memantul-mantulkan bola basket, kelas baru yang tidak ramah ini membuatku sedikit kehilangan mood ku dalam pelajaran ini. Kurasa tidak hanya aku, dua orang anti-sosial itu juga tidak tampak di kelas.

“Injung! Lempar bolanya.”, ucap salah satu temanku membuatku tersadar bahwa bola sepak tengah menggelinding ke arahku.

Aku terdiam. bayangan diriku dan satu sosok lain asik bermain sepak bola di halaman taman saat sore hari, penuh tawa…

“Ya! Kau bodoh!? Lee Injung! Lempar bolanya! Kau tidak bisa melempar bola sepak dengan tanganmu, gunakan saja kepalamu!”

Aku menendang bola sepak itu tepat ke arah gawang yang berada jauh dari sisiku. Satu gol langsung ku ciptakan.

“Aku tidak bisa membawa bola itu pada kalian dengan kepala atau tangan, seperti yang kalian para amatiran lakukan. Bola sepak, untuk di tendang.”, ucapku dingin sambil dengan geram melemparkan bola basket yang tadi tengah ku pegang.

Aku melangkah untuk meninggalkan ruang olahraga saat ku dengar seseorang berteriak. Sangat keras di dekatku.

Ya! Kau menantangku!?”

SRAK! BRUGK!

Aku terkesiap saat kakiku terasa sangat nyeri. Dia menjegalku. Dan hasilnya, aku terjatuh di lantai dan kepalaku terasa pening karena menghantam lantai.

“Hah! Hanya segini kekuatanmu ternyata.”, ucap sosok itu. Aku tidak tahu namanya dan tidak terlalu ingin tahu namanya. Tidak penting.

Aku berdiri, memandang sosok itu.

BUGK!

Aku menyarangkan satu pukulan di wajahnya. Masa bodoh dengan peraturan. Masa bodoh dengan hukuman. Masa bodoh dengan sikap bodohku yang begitu ingin terlihat lebih baik dihadapan mereka.

Masa bodoh.

“Aku menantangmu. Tuan sok kuat.”, ucapku sinis sambil menatapnya.

Ia sudah akan melayangkan pukulan nya ke arahku saat aku berbalik, mencekal lengan nya, dan menghempaskan tubuhnya ke depan. Membuatnya ambruk di lantai. Dan mengerang kesakitan.

“Perlukah aku bercerita tentang diriku lebih detil? Aku Lee Injung. Lahir 14 Januari 1992. Aku pemegang sabuk hitam karate, dan aku tidak naik kelas karena kasus pemukulan dan perkelahian. Jika kau mau main-main denganku, lebih baik kau berlatih lagi… hoobae.”, ucapku sinis sambil melangkah meninggalkan mereka.

Aku berjalan ke kelas, dan meraih tasku, terlalu malas untuk berada di sekolah, terutama karena aku yakin seonsaengnim akan mencariku. Setidaknya aku harus memberinya dua alasan untuk memanggilku.

Aku berjalan ke belakang sekolah. Mereka benar-benar memasang pagar kayu disana. Menghalangi jalan keluarku. Aku memasang tas ranselku, lalu mulai memanjat.

BRUGK.

Aish… Ini karena anak bodoh itu…”, gerutuku sambil memijat betisku yang masih terasa sangat sakit.

“Kurasa aku harus bilang pada seonsaengnim jika ada yang mencoba untuk membolos disini…”

Aku memandang ke belakang, dan melihat dua orang anti-sosial itu di belakangku, bersama satu orang lain yang tidak ku kenal.

“Tidak ada urusan nya denganmu. Laporkan saja, aku tidak peduli, Oh Sehun.”, ucapku dingin sambil kemudian berusaha memanjat lagi.

HAP!

Berhasil. Aku kemudian melompat turun, walaupun betisku masih terasa nyeri. Aku berlari menjauhi sekolah bodoh itu, sekolah yang entah mengapa kini ku benci. Aku berharap seonsaengnim besok akan memintaku untuk mencari sekolah baru. Toh belum berapa lama aku singgah di sekolah bodoh ini.

Aku masuk ke rumah, tidak ku dengar suara Halmeoni, mungkin Halmeoni sedang tidur, dan aku juga tidak ingin mengganggu tidurnya. Halmeoni butuh banyak istirahat.

Aku masuk ke kamar, terdiam memandang bola sepak yang sejak dulu selalu ku bawa kemanapun aku pindah sekolah. Bola sepak yang tidak pernah ku mainkan sejak tujuh tahun lalu…

Aku meraih bola sepak itu, lalu berjalan keluar kamar. Aku duduk di depan rumah, masih dengan pakaian olahraga, ku gelindingkan pelan bola itu. Lalu aku memandang ke arah hamparan hijau gelap yang berada beberapa ratus meter dari rumahku. Aku menutup pintu rumah perlahan, lalu dengan membawa bola sepak itu, aku berlari ke arah hamparan hijau hutan luas disana.

Nafasku terasa berat karena berlari tanpa henti, dan akhirnya aku sampai di tepi hutan hijau itu. Tidak tampak orang disana. Kurasa banyak orang melakukan aktifitasnya di siang hari seperti ini.

Aku mulai memantul-mantulkan bola sepak itu dengan kakiku, lalu menendangnya ke arah pohon di dekat sana. Rasanya berbeda…

Aku memejamkan mataku, kembali memantul-mantulkan bola sepak itu di tanah. Seperti menemukan hidup lamaku, aku bermain… dengan mendengarkan pantulan bola di tanah. Dan juga, ada perasaan senang dan lega saat nyatanya aku masih bisa bermain bola sepak seperti dulu… saat aku tidak bisa melihat.

Aku mulai bermain lagi, menendang bola itu ke arah pohon, satu pohon ke pohon lain, menciptakan bunyi pantulan yang cukup keras menggema. Saat nafasku terasa berat, aku berhenti bermain, dan memutuskan untuk duduk bersandar di bawah salah satu pohon.

“Kau…”, aku memejamkan mataku, membayangkan sosok namja yang dulu selalu bermain sepak bola bersamaku, memberi kesenangan lain pada hidupku yang sejak dulu sudah datar dan membosankan.

“…aku akan menghajarmu jika kita bertemu…”

۩۞۩▬▬▬▬▬▬ε(• -̮ •)з To Be Continued ε(• -̮ •)з ▬▬▬▬▬▬▬۩۞۩

191 tanggapan untuk “KAJIMA – SLICE #3 — IRISH’s story”

  1. Sp namja yg ditunggu injung?? Apa luhan y ?? Hehe so tau *
    apa sehun bakal ngadu ke songsaemnim kl injung bolos lg ?? Neeeeeeext eon fighting 🙂

  2. Huaaahhhh injung beneran anak pemberontak banget ya kek ya
    Siapa yg sih sie “dia” itu sie luhan ya
    Kek ya sih iya
    Hehhe kepo

  3. VPGN-74 ..ahhh inisial it kereen…
    untung aj baek g crg sm injung. atw pura” g tw aj. hmm sehun apain chan y?? pa mrk sa mslh…???ah iy .ku rasa bgt.

  4. saya smp googling loh VPGN-74 /kirain bneran spt yg kamu uraikan/ trus results yg kluar ya.. ff kajima karya kamu ini.. wkkk~ 😀 itu Chan diapain sm Sehun? Smp skt ga msk2 sklh. SeKai & Baekhyun tu beda spesies/klan ya spt’ny. eh, btw di chap sblm’ny itu yg halmoni’ny Injung skt kt ajuma tetangga’ny kan td dah diperiksa ‘tabib’, jadul ya istilah’ny, apa krn mrk tinggal di desa? ktmu kt ‘tabib’ brasa nntn drama tv jadul yg crita pendekar2 itu, wkkk~ 😀 seorang petakilan mcm Baekhyun jd kutu buku perpus itu really something! oh, jd Injung sempet tinggal kls 1th ya, pantes Baekhyun bilang mrk sebaya. Tangguh bgt Injung, jjang!!

  5. Waahh namanya susah bangeett wkkwkwkwkwk.. injung sampe merhatiin yaa setiap dua jam sekali… Jadi Baekhyun sejenis sehun gitu?? Ko ga bareng

  6. VPGN-74 wahh keren😂 yang ninggalin injung selama tujuh tahun itu luhan kah? Soalnya injung kayanya ke sepak bola itu gimana gitu. Kan sepak bola kesukaan luhan😂😂

  7. kak gimanaaa caranya bisa sampe kepikiran nemu itu si VPGN-74 asli ga kepikiran. nyangkut di pikiran aja enggak. asli ini keren parah jadi makin pengen terus terusan bacaaaaaaaaaaaa

  8. Jadi sekaibaekyeol itu…. /coughs/
    Kak rish, aku nyaris ngetik VPGN sama A-VG di google kalau ga cepet-cepet sadar ini cuma fiksi ;__;

    uhuhu ini keren!1!1!1!

  9. Daebakk😍😍
    Apalgi di tmenin soundtrack Damien Dawn – Your Heart
    Sma Celion Dion – a new day has come

  10. huhuhu T_T ternyata sehun oppa jahat sekali di ff ini…. tapi aku punya feeling sehun menaruh rasa kak sama si injung.

    uhhh… pengen jadi injung deh, nggak papa harus berkorban nyawa agar bisa deket sama sehunnie 🙂

    ffnya semakin seru saja kak, boleh next ya kak ^_^ *buingbuing

  11. makin penasaran di chap ini.. hohoho
    fantasy kakak keren bangeeet.. bisa kepikiran apa itu VPGN-74.. berasa baca cerita” detektif (?) gitu deh yaa wkwkwk

  12. gak tau mau bliang apa …
    makin penasaran sama lanjutannya …’
    ffnya makin keren ….
    fighting thor …
    next chap

  13. Yaammpun kak ini bener” luar biasa #halah jalan critanya itu loh, idenya juga, berasa lagi baca manga Wkwk

  14. Ini imajinasi kak irish gimana ya? Kok bisa ngebayangin sesuatu yang gak ada gitu. Nggak pusing kak? Kan semua ff kakak bisa di bilang satu jenis yaitu fantasy. Itu mikirnya gimana kak. Aku sampe cengo baca ff kakak :v

    1. XD entahlah … aku juga lupa dulu proses bikin VPGN ini gimana XD
      OIYA, EMANG fanfiksi aku 90% nya fantasy XD wkwkwkwkwk

  15. jadi inget ahn jaehyun di film bloodd dokter yg terjangkit virus vampir, tapi lupa namanya virus apa pokoknya kayak VPGN-74 tapi itu bukan virus kn ?

  16. Aaakkkk IRISH eonni daebak. Aku smpe melongo aja pas baca penjelasan dri Internet tentang VPGN-74 dari IRISH eonni, imajinasi dan bahasa.a pas ngedddd, aku salut sama eonni.
    Next ya eon bca.a

Tinggalkan Balasan ke Song Yi Batalkan balasan