LOVE SICK [CHAPTER 16/END]

cover love sick

 

[CHAPTER 1] [CHAPTER 2] [CHAPTER 3] [CHAPTER 4]

[CHAPTER 5] [CHAPTER 6] [CHAPTER 7] [CHAPTER 8]

[CHAPTER 9] [CHAPTER 10] [CHAPTER 11] [CHAPTER 12]

[CHAPTER 13] [HOW TO GET PW LOVE SICK] [CHAPTER 14] [CHAPTER 15]

Main Cast :      1. Kim Jae Ri as JaeRi

  1. Kim Jong In as Kai
  2. Choi Jonghyun as Changjo
  3. Kim Myungsoo as Myungsoo (JaeRi’s & JaeHee’s Brother)
  4. 5. Kim Jae Hee as JaeHee (JaeRi’s Twins Sister)

Support Cast :     1. Jung Soojung as Soojung

  1.    Bae Suzy as Suzy (JaeRi’s & JaeHee’s Sister in law)
  2.    Do Kyungsoo as Kyungsoo
  3.    Lee Taeyong as Taeyong

Annyeong readersdeul :*

J.Kim imnida. Akhirnya ff ini bisa publish juga. Mianhae karena udah buat kalian nunggu lama~~

HAPPY READING GUYS^^

~~~***~~~

“Tinn ttiiinnn”

“Bbrruuukkkkkkk”

Kai terlempar begitu saja ke trotoar jalan. Ia merasa jika ada seseorang yang mendorongnya hingga ia bisa selamat dari kecelakaan tersebut. Kepalanya yang sedari tadi terasa sangat pusing pun kini semakin menjadi. Akan tetapi sebisa mungkin ia mengumpulkan kesadarannya. Tepat di belakangnya ia melihat seorang yeoja tergeletak. Dengan jalan tertatih ia menghampiri yeoja yang ia yakini telah menyelamatkannya. Perlahan ia mencoba membalik tubuh sosok tersebut. Menyibak beberapa helai rambut yang menutupi wajah yeoja tersebut. Ia terkejut begitu melihat wajah yeoja yang telah menyelamatkan nyawanya beberapa waktu yang lalu.

“Jae-JaeRi ?”

“……”

“JaeRi-ya ireona. Ireonayo Kim JaeRi.”

Kai pun memutuskan untuk menggendong JaeRi, membawanya ke halte yang tak jauh dari tempatnya saat ini. ia tidak peduli dengan rasa sakit di kepalanya saai ini. Ia begitu khawatir melihat keadaan gadis yang sangat ia cintai tersebut. Terlebih saat ia melihat darah yang mengalir dari pelipis gadisnya itu. Ia mengusap pelan darah yang masih mengalir tersebut, membersihkannya hingga kemudian menutupnya dengan sebuah plester luka. Tak lupa ia melepas mantelnya dan memakaikan pada gadisnya itu. Ia juga menyandarkan kepala gadisnya itu pada bahunya. Dan juga menggenggam erat tangan gadisnya yang sangat ia rindukan.

********

Hujan deras tampak mengguyur kota Seoul. JaeRi membuka matanya perlahan mengumpulkan seluruh kesadarannya. Memorinya berputar mengingat kejadian yang membuatnya seperti ini. ia ingat betul bagaimana ia berusaha menyelamatkan seseorang yang sampai saat ini masih sangat berarti untuknya. Matanya beralih menuju tangannya yang kini tengah di genggam oleh seseorang yang juga menjadi sandarannya saat ini. Ia tahu betul siapa yang kini tengah menggenggam tangannya dan juga merengkuh tubuhnya. Genggaman tangan yang sangat ia rindukan. Namun sekali lagi ia berusaha melawan hatinya. Perlahan ia melepas genggaman tangan tersebut, dan bangun dari sandarannya saat ini.

“Neo gwenchana ?”

“Ne. Aku harus pergi sekarang.”

“Tunggu !!!”

Kai menahan tangan JaeRi yang sudah bersiap untuk pergi meninggalkannya. Walau bagaimanapun ia tidak ingin gadis yang sangat ia cintai tersebut pergi begitu saja. Ia masih ingin menikmati waktu bersamanya.

“Tinggalah disini, setidaknya sampai hujan reda.”

“Mian, aku harus tetap pergi.”

“Aku mohon. Sekali ini saja biarkan aku bersamamu.”

JaeRi mengalah kali ini. ia memutuskan untuk kembali duduk di samping namja yang juga masih mengisi relung hatinya saat ini. ia terus saja menatap hujan yang sedari tadi seakan tak mau berhenti. Tangannya pun masih tak luput dari Kai yang menggenggamnya. Namun kali ini sedikit berbeda. Tangan Kai terasa sangat dingin. Rasa khawatir pun mulai menyerang hati dan pikirannya. Terlebih saat Kai tiba-tiba saja menyandarkan kepala pada bahunya. Ia menoleh seketika melihat Kai yang sudah menutup mata pada bahunya tersebut.

“Jongin-ah ireona. Ya !!! ireonayo.”

Berulang kali JaeRi mencoba menepuk pelan pipi Kai mencoba untuk menyadarkan namja yang masih sangat ia cintai tersebut. Namun hasilnya nihil. Kai sama sekali tak membuka matanya. Ia mencoba menempelkan punggung tangannya pada dahi Kai. Betapa paniknya saat ia tahu suhu badan Kai sangat tinggi. Wajah namjanya kini pun terlihat sangat pucat, bibir yang terlihat sedikit membiru karena cuaca yang cukup dingin ditambah dengan hujan yang sedari tadi tak kunjung reda pun kian menambah buruk suasana yang ada. Tangannya terulur begitu saja untuk memeluk erat namjanya itu. Memberikan sedikit kehangatan sembari menunggu hujan reda.

********

JaeRi kembali mengambil sebuah handuk kecil yang tertempel pada dahi namja yang kini tengah memejamkan mata di depannya. Berulang kali ia mengganti kompres tersebut hingga suhu badan Kai sedikit demi sedikit mulai turun. Ia meletakkan kembali handuk kecil itu pada dahi namjanya. Tangannya beralih menggenggam tangan namja yang 5 tahun terakhir ini tak pernah ia temui. Kemudian menatap lekat setiap lekuk wajah namjanya tersebut. Tersirat sebuah kesedihan yang mendalam di dalamnya. Tanpa sadar air matanya pun menetes begitu saja.

“Kenapa kau seperti ini ? Apa terlalu susah bagimu untuk melupakanku ? Kenapa kau tak pernah membenciku ? Aku mohon jangan seperti ini. Jangan membuatku semakin berat untuk melepasmu.”

JaeRi beranjak dari posisinya. ia melepas genggaman tangannya kemudian pergi meninggalkan Kai yang masih tertidur. Tak lupa ia mengusap bekas air mata yang masih terasa basah di pipinya. Bersamaan saat ia membuka pintu, tampak Soojung sudah berada di depan pintu tersebut.

“Kau disini ?”

“Hmm. Dia demam. Jagalah sampai dia sadar. Aku harus pergi. Changjo pasti sudah menungguku.”

JaeRi kembali melanjutkan langkah kakinya, namun terhenti begitu saja saat Soojung menahannya.

“JaeRi-ya, chamkanman.”

“…..”

“Aku tahu kau msih mencintai Kai. Jika tidak, kau tidak mungkin mau untuk merawat Kai seperti ini.”

“Aku hanya kasihan padanya. Tidak ada seorangpun yang menolongnya saat dia pingsan.”

“Aku tahu kau berbohong. Aku hanya ingin kau jujur pada perasaanmu sendiri.”

“Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Jika kau tidak percaya, aku tidak peduli.”

JaeRi kembali melanjutkan langkah kakinya. Air mata yang sedari ia tahan pun kini tak kuasa lagi untuk terbendung. Ia sadar betul jika saat ini ia memang membohongi hatinya sendiri. Tapi semuanya sudah sejauh ini ia jalani. Ia tak mungkin lagi untuk mundur. Rasanya sudah sangat terlambat untuk mengakhirinya.

********

Changjo kembali menatap jam yang ada di tangannya. Hatinya gelisah menanti kedatangan seseorang yang 2 hari lagi akan resmi menjadi istrinya. Terlebih saat ini ia tahu jika jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Tak lama kemudian ia mendengar suara pintu rumahnya terbuka. Ia segera bergegas menemui seseorang yang ia yakini adalah JaeRi.

“Kenapa kau pulang selarut ini ?”

“Mian membuatmu menunggu lama. ”

“Dahimu ?”

“Eoh… hanya luka kecil. Terantuk kaca bis saat aku pulang tadi.”

“Darimana saja kau hari ini ?”

“Aku pergi menemui oppa. Aku sangat merindukannya.”

“Aku tahu kau bohong. Bahkan kau masih berusaha menutupi perasaanmu yang sebenarnya.“ batin Changjo.

“Ganti bajumu aku akan menyiapkan makan malam untukmu.”

“Seharusnya aku yang menyiapkan makan malam untukmu.”

“Sudahlah, aku tahu kau lelah.”

“Gomawo Changjo-ya.”

********

Kai terbangun dari tidurnya. Ia menatap sekeliling kamarnya mencari seseorang yang masih terlukis jelas diingatannya tengah bersamanya tadi malam. Namun nihil, yang ia temui justru seseorang yang menjadi tempatnya berbagi cerita selama ini tengah mempersiapkan sarapan untuknya. Ia beranjak dari posisinya menuju kamar mandi yang ada di hotelnya saat ini. ia membasuk mukanya kemudian menatap pantulan dirinya sendiri. Terlihat menyedihkan baginya.

Ia pun menemui seseorang yang sudah menjadi sahabatnya leih dari 6 tahun yang kini tengah menunggunya di meja makan. Ia terduduk tanpa mengambil secuil roti ataupun meneguk segelas susu yang telah sengaja di buatkan untuknya,

“Makanlah, aku belum melihatmu makan sedikitpun kemarin.”

“Aku tidak lapar.”

“Kojingmal. Kau belum makan sama sekali Kai.”

“Sepertinya aku harus pergi.”

“Mwo ? Apa maksudmu Kai ?”

“Aku menyerah. Aku akan pergi jika alasanku untuk bertahan tak ada lagi.”

“Tapi besok….”

“Aku akan pergi ke Paris besok. Aku sudah memikirkannya.”

“Apa kau yakin dengan keputusanmu ?”

“Entahlah, aku hanya mengikuti hatiku. Aku akan tetap tinggal jika seseorang yang mampu membuatku bertahan memintaku untuk tetap tinggal. Dan jika yang terjadi sebaliknya, aku akan tetap pergi.”

“Tinggalah. JaeRi membutuhkanmu.”

“Aniya, sepertinya dia memang sudah melupakanku.”

“Aku rasa tidak. Bukankah dia yang menyelamatkanmu saat kau hampir tertabrak mobil tadi malam ?”

“Bagaimana kau tahu ?”

“Aku mengikuti JaeRi. Aku ingin tahu bagaimana perasaannya yang sebenarnya. Dan pada saat kau hampir tertabrak mobil, dia berlari kemudian mendorongmu agar kau tak tertabrak oleh mobil itu. bukan hanya itu saja, bahkan dia juga yang merawatmu saat kau demam tadi malam, dia menggantikan kompresmu setiap jam. dia rela pulang tengah malam hanya untuk menunggu suhu badanmu turun. Apa itu semua kurang cukup untuk menggambarkan perasaannya padamu ?”

“…..”

“Aku hanya ingin kau tak menyesalinya Kai.”

“Aku akan tetap pergi. Kau tahu bukan jika aku selalu mengikuti kata hatiku.”

“Jika itu memang keputusanmu aku tak akan melarangnya. Setidaknya aku sudah berusaha membuatmu untuk tetap bertahan.”

********

JaeHee menatap kosong ke arah jendela yang secara langsung mengekspose keindahan pantai pulau Jeju. Pikirannya melayang mencari suatu solusi yang mungkin bisa menghentikan pernikahan saudara kembarnya. Bukan bermaksud jahat atau apapun, ia hanya ingin saudaranya bahagia dengan seseorang yang benar-benar di cintainya, bukan karena rasa balas budi seperti ini. bahkan ia pun sampai tidak menyadi kehadiran suaminya yang kini tepat berada di sampingnya.

“Apa yang kau pikirkan ?”

“Oppa, sejak kapan kau ada disini ?”

“Entahlah, mungkin 2 jam yang lalu. Apa yang kau pikirkan ?”. Kyungsoo menarik JaeHee ke dalam rangkulannya.

“Aku hanya memikirkan pernikahan JaeRi besok.”

“Wae ? Apa ada yang salah dengan pernikahan JaeRi ?”

“Tentu saja. Bahkan sangat salah. JaeRi seharusnya menikah dengan Kai, bukan dengan Changjo.”

“Bukankah JaeRi sendiri yang menginginkan pernikahan ini ?”

“Aniya. Aku yakin JaeRi melakukan ini semua hanya karena ia ingin balas budi dengan kebaikan Changjo selama ini.”

“Akupun juga berpikiran sama denganmu. Aku kasihan jika melihat Kai harus menerima kenyataan bahwa gadis yang sangat ia cintai akan menikah besok. Tapi apa yang bisa kita lakukan ? mencegahnya pun rasanya tak akan mungkin.”

“Aku yakin pasti ada cara untuk mencegah pernikahan itu oppa.”

“Aku tahu, tapi pernikahan itu akan dilaksanakan besok. Semua perispan pun juga telah dilakukan dengan matang. Kita tidak bisa membatalkannya begitu saja.”

“Aishh jinja. Eotteokhae ?”

“Percayalah jika Kai dan JaeRi memang di takdirkan untuk bersama. Aku yakin mereka akan bersatu kembali. aku tahu seberapa kuat kekuatan cinta mereka.”

“Kau benar oppa, tidak ada yang bisa kita lakukan.”

********

Myungsoo tampak tengah menikmati sarapan pagi bersama keluarga kecilnya. Ditemani istri dan juga putri kecilnya. Sama halnya dengan JaeHee, ia juga tengah memikirkan pernikahan adiknya besok. Hatinya pun juga tengah dilanda keraguan. Ia takut jika adiknya tersebut terjebak pada pilihan yang salah.

“Yeobo, apa yang kau pikirkan ?”

“Aniya, aku hanya memikirkan pernikahan JaeRi besok.”

“Wae ? Apa ada yang tidak beres ?”

“Eopseo. Aku hanya takut JaeRi terjebak pada pilihannya sendiri.”

“Apa maksudmu ?”

“Kau tahu bukan jika JaeRi sangat mencintai Kai. Aku yakin perasaan itu masih ada hingga saat ini. Aku tidak yakin jika JaeRi benar-benar mencintai Changjo.”

“Aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Tapi, jika memang itu keputusan JaeRi kita tidak bisa berbuat apa-apa.”

“Aku tahu itu. aku hanya ingin adikku bahagia. Itu saja.”

“Sudahlah, jika mereka memang jodoh aku yakin mereka akan bersatu kembali.”

JaeSoo gadis kecil yang melihat perbincangan serius di antara kedua orang tuanya pun menimbulkan tanda tanya besar di otaknya. Ia sama sekali tidak mengerti dengan arah pembicaraan appa dan eommanya. Bahkan sedari tadi ia hanya diam  mendengarkan setiap kalimat yang terucap dari mulut appa dan eommanya. Namun sekali lagi tak ada satupun yang ia mengerti.

“Appa eomma, apa yang kalian bicarakan ? kapan kita makan ? aku sangat lapar.”

Gadis kecil tersebut mengatakan hal yang sangat polos bagi anak kecil seumurannya. Tentu saja hal itu membuat Myungsoo dan Suzy mengakhiri perbincangan mereka dan kini terfokus pada malaikat kecil mereka.

“Mianhae JaeSoo-ya, appa dan eomma membuatmu menunggu lama.”

“Gwenchana appa, bolehkah aku makan sekarang ?”

“Ne, tentu saja. Jangan terburu-buru ne.”

“Ne appa.”

Suzy hanya tersenyum melihat tingkah polos putri kecilnya tersebut.

********

2 insan yang besok akan sah menjadi pasangan suami istri kini tampak sedang mengamati setiap persiapan pernikahan mereka termasuk sebuah gedung yang akan mereka gunakan dalam resepsi pernikahan mereka besok. Mereka menatap setiap lekuk ruangan yang kini telah dipenuhi dekorasi dan juga aksen yang di dominan oleh warna putih tersebut. Changjo yang melihat seluruh persiapan pernikahannya kini sudah hampir 100% selesai pun merasa sangat bahagia.

Berbeda hal dengan JaeRi, hatinya kini justru mulai dilanda rasa keraguan yang cukup besar. Ia hanya bisa terdiam melihat setiap sudut ruangan yang besok akan ia gunakan dalam pernikahannya ini. Hati dan juga pikirannya kini dilanda rasa khawatir yang sangat besar. Namun ia tidak tahu apa yang membuatnya sangat khawatir seperti ini. Keteguhan yang selama ini berusaha ia bangun, entah kenapa kini mulai runtuh sedikit demi sedikit. Kedua tangannya mengepal mencoba membangun kembali puing-puing keteguhan tersebut, namun yang ia rasakan justru sebaliknya. Keteguham itu semakin runtuh dan runtuh.

“JaeRi-ya, eottae ? Neo joha ?”

“…..”

Changjo menoleh begitu saja menatap JaeRi yang tak mengeluarkan sepatah katapun untuk menjawab pertanyaannya. Ia melihat gadis yang ia cintai kini tengah menangis dalam lamunannya. Membaca situasi yang ada, Changjo pun tahu apa yang saat ini JaeRi rasakan. Dan ia juga meyakini jika hal itu benar. Perlahan tangannya menghapus air mata yang semakin deras mengalir membasahi pipi gadisnya tersebut. Tentu saja hal itu membuat JaeRi tersadar dari lamunannya.

“Kenapa kau menangis ?”

“Eohh….a-aniya. Aku terharu melihat semua persiapan pernikahan kita besok sudah hampir selesai.”

“Benarkah ?”

“Ne. Jinjjayo.”

Changjo tak begitu saja percaya pada pernyataan gadis yang esok akan resmi menjadi istrinya tersebut. Ia tahu betul apa yang gadisnya rasakan saat ini.

“JaeRi-ya bisakah kau disini untuk mengecek sampai semua selesai hari ini. Aku ada urusan sebentar. Aku kembali setelah semua urusanku selesai.”

“Ne. tentu saja.”

“Gomawo. Aku akan segera kembali.”

“Ne, hati-hati.”

********

Kai berjalan menuju sebuah café untuk menemui seseorang yang beberapa menit yang lalu mengirimkan pesan padanya untuk menemui orang tersebut. jujur saja ia sudah sangat malas jika harus bertemu dengan orang tersebut. Jika bukan masalah yang akan mereka bicarakan mengenai gadis yang sangat ia cintai. Ia tidak akan mau untuk menemui orang tersebut.

“Untuk apa kau memintaku menemuimu.”

“Duduklah.”

“Aku tidak punya waktu banyak. Katakan saja apa maumu Choi Jonghyun ?”

“Kenapa kau tidak merebutnya dariku ?”

“Karena aku tidak ingin.”

“Bukankah kau masih sangat mencintai JaeRi ?”

“Aku memang mencintainya bahkan sangat mencintainya. Tapi aku rasa semua percuma jika JaeRi tidak menginginkanku kembali padanya.”

“Kau menyerah ?”

“Aniya, aku hanya berusaha menerima kenyataan jika aku tidak bisa lagi memilikinya. Aku akan pergi menjauh darinya. Aku akan pergi ke Paris besok pukul 11.00 tepat saat upacara pernikahanmu dengan JaeRi dimulai. Aku minta kau untuk menjaganya. Aku percaya jika kau bisa melindunginya dengan baik.”

“Pengecut.”

“Aku memang pengecut. Karena aku tahu jika seseorang yang aku cintai tak lagi mengharapkanku.”

“Bagaimana jika JaeRi memang masih mencintaimu ?”

“Aniya. Dia sudah melupakanku. Tenang saja, kau tidak perlu khawatir masalah itu.”

“Benarkah ? Baiklah kalau begitu. Setidaknya aku sudah berusaha memberimu kesempatan untuk merebutnya dariku. Tapi kau menyia-nyiakannya bergitu saja.”

“Aku sengaja tidak memanfaatkannya. Karena aku takut keteguhan yang selama ini JaeRi bangun akan runtuh begitu saja.”

Kai pergi begitu saja meninggalkan Changjo setelah ia mengucapkan kalimat terakhirnya yang berhasil membuat Changjo terdiam begitu saja. Dalam hatinya memang sangat yakin jika gadis yang sangat ia ciantai tersebut masih sangat mencintainya. Itulah sebabnya mengapa ia justru ingin pergi menjauh dari gadisnya tersebut.

Sementara itu, Changjo kian terlarut akan perkataan Kai beberapa detik yang lalu. Otaknya bekerja mencerna setiap kalimat yang Kai katakan padanya. Dan jawabannya hanya satu. Sesuatu yang sangat ia takuti. Ia khawatir jika jawaban yang ia dapatkan tersebut akan menghancurkan semuanya.

********

JaeRi tampak kembali dengan kesibukan yang sudah iasa ia lakukan 5 tahun terakhir ini. ia memutuskan untuk kembali ke café ini setelah ia merasa memang semua persiapan pernikahannya besok tak ada lagi masalah yang cukup berarti. Dan tak seperti biasanya, ia merasa aneh dengan cafenya saat ini. Sedari tadi tak ada satupun pengunjung yang mampir sekalipun hanya untuk meneguk segelas coffe di tempatnya ini.

Ia terduduk begitu saja di kursi dekat jendela yang berpapasan langsung dengan pantai.  Ia kembali meruntuki dirinya sendiri yang kini mulai runtuh pendiriannya. Seberkas karaguan pun mulai menyelimuti hatinya. Bahkan keraguan itu justru semakin besar muncul menjelang hari pernikahannya yang mungkin tak sampai 24 jam lagi.

“Tingg tongg”

Suara bel yang menandakan adanya seorang pelanggan yang masuk pun berhasil membuyarkan lamunannya. Segera ia bergegas untuk menemui dan melayani pelanggannya tersebut. Namun, langkahnya terhenti begitu saja begitu ia tahu jika yang memasuki cafenya bukanlah seorang pelanggan yang biasa datang, melainkan seseorang yang berhasil membuat segenap keraguan muncul di hatinya.

“Neo ? mau apa kau kesini ?”

“Aku hanya ingin menemuimu.”

Kai menarik tangan JaeRi untuk duduk pada tempat dimana JaeRi duduk sebelumnya. Ia pun memilih untuk duduk berhadapan dengan JaeRi. Tak ada sepatah katapun yang muncul dari keduanya. Hanya suara musik café yang meng menjadi background suasana di antara mereka. Inilah yang JaeRi tidak inginkan, jika ia terus dalam suasana seperti ini. Semua keraguan itu akan semakin besar menyelimuti hatinya.

“Katakan apa maumu ?  Aku tidak ada waktu untuk melayanimu. Banyak hal yang harus ku kerjakan.”

“Kojingmal. Aku menyewa cafemu untuk 1 jam kedepan.”

“Jadi kau ?”

“Aku hanya ingin bersamamu untuk 1 jam ini.”

“Aku tidak bisa. Aku harus menemui wedding organizer untuk memastikan semua persiapan pernikahanku besok.”

JaeRi beranjak dari posisinya. Ia tidak bisa jika harus seperti ini. Kai tahu akan kelemahannya. Jika ia terus bersama namja tersebut, maka semua usahanya akan sia-sia.

“Aku akan pergi ke Paris besok.”

“DEG !!!”

Sebuah kalimat itu berhasil menghentikan langkahnya. Kakinya seakan membeku begitu ia mendengar sebuah kalimat yang seakan tak ingin ia dengar. Air mata pun mulai berlomba membendung kelopak matanya.

“Pa-paris ?”

“Aku akan pergi ke Paris besok. Itulah sebabnya mengapa aku ingin menemuimu hari ini.”

“…..”

Pertahanan JaeRi runtuh. Air mata yang sedari ia coba untuk tahan kini berloma untuk saling menetes mengalir membasahi kedua pipinya. Hatinya semakin kuat berkata jika ia tak ingin Kai pergi meninggalkannya. Namun, sekali lagi ia tak ingin mengubah keputusan yang telah sekian lama ia buat. Ia tak ingin menyakiti seseorang yang sangat berjasa dalam hidupnya.

“Geure, pergi saja. Bukankah kau sangat ingin ke Paris sejak dulu.”

“Awalnya aku berpikir jika kau akan menahanku. Tapi sepertinya aku salah.”

“Untuk apa aku menahan seseorang yang sudah tak berarti untukku.”

“Hmm. Kau benar. Aku memang tak berarti lagi untukmu.”

“Jika kau tahu, untuk apa kau masih disini ?”

“Aku hanya ingin mendengar satu hal darimu. Katakan jika kau memang tidak mencintaiku.”

“……”

JaeRi terdiam. Hati dan pikirannya seoalah berperang akan hal itu. Air matanya pun semakin deras mengalir membasahi kedua pipinya. Inilah yang selama ini ia takutkan. Ia tidak mampu melawan perasaannya sendiri.

“Kenapa kau diam ? Aku hanya ingin mendengar kalimat itu darimu sebelum aku pergi.”

“Aku tidak mencintaimu.”

“Kenapa kau tak menatapku ?”

“Aku sudah mengatakannya. Apa semua itu belum cukup ?”

Kai beranjak dari dari posisinya menghampiri JaeRi yang kini dalam posisi membelakanginya.  Membalik tubuh JaeRi hingga kini tepat berada di hadapannya. Tangannya lantas mengangkat perlahan dagu gadisnya itu. Ia tahu betul jika kini gadisnya tengah menangis dan berusaha mati-matian untuk melawan perasaannya. Perlahan ia mendekatkan wajahnya, mempersempit jarak di antara mereka. Menutup kedua matanya, dan…

“Chuu~~”

Kedua bibir mereka bersatu. Kai memberikan lumatan-lumatan halus pada bibir gadisnya itu. Ia ingin gadisnya itu jika sampai kapanpun ia akan tetep mencintainya. JaeRi pun hanya bisa diam, ia menutup kedua matanya. Bahkan air matanya pun tak henti mengalir. Kali ini ia benar-benar merasa kalah melawan perasaannya sendiri. Memberontak semua perlakuan Kai yang kini mulai memegang tengkuknya untuk memperdalam ciuman merekapun tak mampu ia lakukan. Hingga akhirnya Kai lah yang mengakhirinya. Ia menatap lekat wajah gadisnya itu yang kini tengah tertunduk dalam tangisnya. Ia menarik gadisnya itu dalam pelukannya. membiarkan gadisnya meluapkan semua kesedihan yang selama ini ia pendam, yang mungkin sangat membuatnya tersiksa. Setelah ia merasa gadisnya itu lebih tenang, ia melepas pelukan tersebut.

“Aku bisa pergi dengan tenang karena aku telah mendengar kalimat itu darimu. Berbahagialah dengannya. Dan mulai saat ini aku akan melakukan hal yang sama denganmu. Aku akan berusaha melupakanmu sekalipun aku sangat mencintaimu. Gomawo JaeRi-ya.”

Kai pergi begitu saja. Apa yang ia inginkan kini telah ia dapatkan. Sekalipun yang ia inginkan hanyalah kenyataan pahit yang semakin menghancurkan hatinya. Ia mengusap air matanya yang tanpa ia sadari telah menetes ketika ia mengucapkan kalimat yang mungkin akan menjadi kalimat terakhirnya untuk gadis yang sangat ia cintai

Tak berbeda jauh dengan Kai, JaeRi tampak begitu terpukul dengan kalimat yang baru saja ia dengar dari namja yang berhasil meruntuhkan semua keteguhannya. Pertahanannya selama ini hancur begitu saja. Seharusnya ia bahagia karena hal inilah yang selama ini ia inginkan. Akan tetapi, hal yang sebaliknyalah yang terjadi padanya. Ia justru merasa sangat sakit saat ia bisa merasakan apa yang ia inginkan.

********

Changjo termenung menatap sebuah foto yang terpasang manis pada sebuah figura berbenuk hati. Sebuah foto yang mungkin seentar lagi akan menjadi kenyataan. Ia tersenyum kilas menatap foto tersebut. Hingga tak berapa lama kemudian senyuman itu hilang begitu saja. Setiap kali ia mengingat masa lalunya yang hanya bisa menjadi sebuah batu sandaran, yang bisa saja hilang jika deburan ombak kencang menerpanya.

Hal itulah yang saat ini ia coba renungkan. Haruskah ia mengalah untuk kesekian kalinya ? Ataukan ia mengikuti egonya yang sebentar lagi akan menjadi kenyataan ? Ia merasa jika semua yang ia dapatkan saat ini sangatlah pantas untuknya. Selama ini hanya ia lah yang selalu ada untuk JaeRi, bahkan ia mengenal JaeRi lebih dari separuh usianya saat ini. Salahkan jika ia merasa pantas untuk mendapatkan JaeRi, gadis yang sangat ia cintai ?

“Aarrgghhhh.”

Changjo mengerang keras. Ia benar-benar dilanda kebimbangan yang besar menjelang pernikahannya besok. Hati dan pikirannya seakan berperang. Rasa bersalah pun perlahan mulai menyelimuti hatinya. Terlebih saat ia mengetahui sebuah kenyataan pahit yang semakin menjelaskan jika gadis dicintainya masih terjebak dalam masa lalunya. Bahkan ia sudah mengetahuinya jauh sejak pertama kali ia membawa JaeRi ke tempatnya berada saat ini. Seharusnya ia menyadarinya sejak awal jika JaeRi hanya menjadikannya pelarian semata. Sekalipun ia berkali-kali mendengar jika gadis yang sangat ia cintai tersebut juga mencintainya. Ia tahu jika semua itu hanyalah sebuah kebohongan yang selalu gadisnya sembunyikan darinya. ia menyadari semua hal itu, namun sekali lagi rasa cintanya lah yang seolah tak peduli dengan semua itu.

Tak berbeda jauh dengan Changjo. JaeRi juga tampak masih memikirkan perkataan Kai yang ia rasa adalah sebuah kalimat terakhir untuknya. Perasaan takut pun mulai menjalar di pikirannya. Takut akan kehilangan seseorang yang benar-benar ia cintai. Tangannya tergerak membuka sebuah laci meja yang berada tak jauh dari tempat tidurnya. Ia mengambil sebuah kotak kecil yang ada dalam laci tersebut. Perlahan ia mulai membuka kotak kecil yang berisikan sebuah gelang yang sangat berarti untuknya. Ia menatap gelang itu sekilas hingga kemudian mulai memakainya. Entah apa yang membuatnya justru memakai gelang itu kembali. Kali ini ia mengikuti kata hatinya.

“Leih baik kau pergi Kai. Jangan menungguku jika kau memang lelah menunggu. Karena mungkin akan tak akan pernah kembali untukmu.

********

Kai kini telah selesai mengecek semua barang-barang yang ada dalam kopernya. Ia pun juga telah rapi dengan pakaian cukup tebal mengingat cuaca yang sangat dingin. Sekilas ia menatap sebuah foto yang masih tertata manis di mejanya. Ia tersenyum kilas melihat foto tersebut. Senyum yang berarti sebuah kekalahan. Ia telah kalah mempertahankan cintanya. Bahkan ia memilih untuk menjadi seorang pengecut untuk mencoba pergi meninggalkan semua rasa cintanya. Dan berharap perasaan itu perlahan menghilang dengan sendiri.

“Selamat tinggal Kim JaeRi, aku harap kau bahagia. Dan aku harap gelang itu masih ada padamu, agar kau bisa mengingatku sekalipun aku tak bisa bersamamu lagi.”

Kai menutup foto tersebut dan beranjak pergi dari kamarnya dengan membawa sebuah koper besar yang sudah ia siapkan sebelumnya. Kakinya melangkah keluar dari kamarnya untuk menemui seseorang selama ini menjadi tempatnya berbagi rasa sakit ataupun senang. Sahabat dan juga seseorang yang juga pernah mengisi hatinya di masa lalu. Ia tersenyum singkat menatap sosok tersebut.

“Kau benar-benar akan pergi ?”

“Hmm. Tentu saja.”

“Aku tidak mengerti kenapa semua orang meninggalkanku.”

“Apa maksudmu ?”

“Kau masih ingat bukan jika Taemin juga meninggalkanku dan memilih untuk pergi ke Jepang. Kemudian Changjo yang juga pergi meninggalkanku sekalipun tak sejauh apa yang Taemin lakukan. Dan kini giliranmu yang pergi, bahkan lebih jauh.”

“Bukankah kau sudah bertemu dengan Changjo ?”

“Aku memang bertemu dengannya. Tapi aku rasa kita merasakan hal yang sama.”

“Kau benar. Mungkin aku akan mulai menata hidupku setelah ini. Dan kau Jung Soojung, kau juga harus melakukan hal yang sama denganku.”

“Kau benar-benar akan melupakannya ?”

“Aku rasa hal itulah yang seharusnya aku lakukan sejak awal. Bukankah kau yang memintaku untuk mulai melupakannya ?”

“Bagaimana jika JaeRi menahanmu untuk pergi ? Apa kau akan mengurungkan niatmu untuk tetap pergi ?”

“Tentu saja. Tapi aku rasa hal itu tidak akan pernah terjadi.”

“Kenapa kau berpikir jika hal itu tidak akan terjadi ?”

“Karena aku tahu hal itu hanya akan membuatku semakin mengharapkan seseuatu yang tak akan pernah terjadi.”

“Mian aku tidak bermaksud untuk…”

“Gwenchana. Aku tahu kau menanyakan semua itu untuk dirimu sendiri. Lakukan saja apa yang ada pada hati kecilmu. Karena hanya hatimulah yang tau apa keputusan terbaik yang harus kau pilih. Percayalah jika hati kecilmu benar.”

“Ne. Kai bolehkah aku bertanya satu hal lagi padamu ?”

“Hmm, mwoya ?”

“Kau tidak ingin menemui JaeRi sebelum kau pergi ?”

“Aku sudah bertemu dengannya.”

“Lalu ?”

“Eopseo. Aku hanya menemuinya itu saja. Sampaikan salamku padanya saat kau datang nanti ke acara pernikahannya.”

“Hmm aku akan menyampaikannya.”

“Gomawo. Aku rasa aku harus pergi sekarang.”

“Hati-hati. Aku harap kita bisa bertemu lagi Kai.”

“Tentu saja.”

********

JaeRi menatap pantulan dirinya pada sebuah cermin besar. Ia tersenyum pahit melihat dirinya yang sebentar lagi akan resmi menjadi seorang istri. Hatinya begitu berdebar, bukan karena pernikahannya melain karena seseorang yang hari ini pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Entah mengapa sejak kemarin ia begitu memikirkan sosok tersebut. Dinding keteguhannya kini telah runtuh tak tersisa. Bahkan ia merasa tak sanggup untuk melakukan pernikahan yang telah ia putuskan sendiri.

“Eotteokhae ?”

Dalam hatinya terus saja merutuki dirinya sendiri yang seolah terjebak dalam kesalahan besar. Sekuat mungkin ia berusaha membangun dinding keteguhan tersebut. bagaimanapun caranya ia harus bisa melawan perasaannya sendiri. Semakin ia memikirkan namja yang tidak lain adalah Kai, maka ia akan semakin lemah melawan perasaannya.

“Ceklekkk”

“JaeRi-ya kau sudah siap ?”

JaeRi segera menghapus air matanya saat ia mengetahui jika JaeHee membuka pintu kamarnya. Ia tidak ingin semua orang tahu apa yang ia rasakan saat ini. Ia berbalik menemui JaeHee yang saat ini tampak terpukau dengannya. Bahkan JaeHee tak mengedipkan matanya ketika melihat saudara kembarnya itu kini mengenakan sebuah gaun panjang terbuka berwarna putih yang mengekspose bahu indah milik JaeRi. Di tambah dengan polesan make up yang natural yang semakin mempercantik JaeRi pada hari ini.

“Neo jeongmal yeppeuda.”

“Gomawo.”

“Kau sudah siap ?”

“Ne.”

“JaeRi-ya aku harap ini yang terakhir kalinya aku berbicara hal ini padamu. Aku harap kau tidak menyesali keputusanmu ini. aku harap kau bahagia.”

“Ne. Aku pasti akan bahagia.”

“Kajja. Oppa sudah menunggumu.”

********

Kai menatap jam tangannya yang kini menunjukkan pukul 10.50. Ia tersenyum getir menghadapi kenyataan jika cintanya akan berakhir seperti ini. Entah mengapa ia masih berharap jika JaeRi akan datang untuk menahannya pergi. Hati kecilnya berkata jika gadisnya itu akan datang untuk menemuinya dan menahannya untuk tidak pergi. Dan sekali lagi ia mempercayai hati kecilnya tersebut. Hingga ia mendengar suara announcer berbunyi yang memberikan informasi jika pesawat yang ia tumpangi akan segera take off. Ia memutuskan untuk menyudahi penantiannya. Penantian yang mungkin tidak akan ada hasilnya. Ia kembali berjalan mendorong troli kopernya menuju tempat pemeriksaan tiket. Meninggalkan semua harapannya yang sudah hancur tak tersisa.

“Aku harap kau benar-benar bahagia JaeRi-ya. Aku harap senyuman yang telah aku buat untukmu tidak akan pernah menghilang. Aku mencintaimu. dan sampai kapanpun perasaan ini hanya untukmu. Aku berjanji akan hal itu. Selamat tinggal Kim JaeRi.”

********

JaeRi melangkahkan kakinya di sebuah karpet berwarna merah dengan menggandeng oppanya menuju seseorang yang sebentar lagi akan resmi menjadi suaminya yang kini sudah menunggunya di altar. Para undangan yang datang pun terpukau dengan JaeRi yang tampak sangat cantik dan juga anggun dengan gaun yang ia gunakan saat ini.

Berbeda jauh dengan apa yang JaeRi rasakan saat ini. Ia justru merasa sangat terbebani dengan semua ini. Hatinya seolah berkata bahwa ia tak seharusnya melakukan semua ini. Akan tetapi pikirannya terus saja berusaha untuk melawan hatinya tersebut. Bahkan ia tak menyadari jika air matanya mulai membendung kelopak matanya. Dan tak butuh waktu lama air mata itu mulai berjatuhan membasahi kedua pipinya.

Tanpa terasa ia pun telah sampai di altar tepat di depan seorang pendeta dan juga berhadapan langsung dengan Changjo. Sebisa mungkin ia menahan air matanya agar berhenti mengalir membasahi kedua pipinya. Ia tidak ingin Changjo melihatnya menangis. Ia mengepalkan kedua tangannya berharap ia mendapatkan kekuatan untuk menghadapi semuanya.

“Choi Jonghyun, Kim JaeRi apakah kalian sudah siap ?”

“N-ne.”

“Hentikan !!!”

Semua yang ada di ruangan tersebut pun tampak kaget saat mendengar Changjo menghentikan pernikahannya begitu saja. Terlebih JaeRi yang begitu terkejut saat Changjo justru memilih untuk menghentikan pernikahannya. Air matanya pun kembali mengalir. Ia menatap wajah Changjo yang kini juga menatapnya tajam. Tersirat sebuah kemarahan dan juga kekecewaan besar yang coba ia tahan.

“Saya tidak bisa menikah dengan seseorang yang tidak mencintai saya.”

“Changjo-ya…”

“Saya putuskan jika pernikahan ini batal. Tidak akan ada pernikahan diantara kami.”

Para undangan yang datang pun di buat bingung dengan situasi yang ada saat ini. banyak diantara mereka yang memilih untuk pergi dari ruangan tersebut. Dan yang tersisa hanyalah keluarga, saudara dan juga sahabat dekat Changjo dan juga JaeRi. Changjo melepas jas yang ia gunakan dan memakaikannya pada gadisnya yang kini tampak begitu merasa bersalah padanya. Tak lupa ia juga menghapus air mata gadisnya tersebut.

“Uljima. Aku akan semakin merasa bersalah jika aku memaksamu.”

“Aniya, kau tidak pernah memaksaku untuk menikah denganmu.”

“Kejarlah cintamu. Aku harap ini belum terlambat.”

“Ta-tapi…”

“Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir.”

“Mianhae Changjo-ya.”

“Gwenchana. Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Ppali. Kau harus cepat ke bandara. Aku harap Kai menunggumu disana.”

JaeRi tak menjawab sepatah katapun. Ia hanya mengangguk pasti. Tak lupa ia juga memeluk Changjo, seseorang yang baginya lebih dari malaikat. Yang selalu tahu bagaimana keadaannya. Yang selalu ada untuk melindunginya. Ia begitu beruntung bisa mengenalnya. Perlahan ia melepaskan pelukan tersebut. Tersenyum kilas menatap namja yang ia sebut malaikat dalam hidupnya. Hingga kemudian ia pergi meninggalkan namja tersebut dan juga semua yang masih ada dalam ruangan tersebut.

Soojung yang juga berada dalam ruangan tersebut pun menghampiri Changjo yang masih menatap kepergian JaeRi. ia tersenyum kilas menatap namja yang kini juga masih mengisi relung hatinya. Ia merasa bangga namja yang kini ada di depannya tersebut akhirnya bisa mengalahkan egonya sendiri.

“Kau hebat.”

“Hmm. Seharusnya aku melakukan hal itu sejak awal.”

“Setidaknya kau sudah melakukannya.”

“Aku rasa kau benar. Mian karena kau juga ikut terluka dalam hal ini.”

“Aniya. Gwenchana. Aku yang salah mengartikan semuanya.”

“Aku rasa tidak.”

“Apa maksudmu ?”

“Semua perkataanku yang kau dengar 5 tahun yang lalu. Itu benar-benar dari hatiku. Aku memang mencintai JaeRi. Tapi aku rasa semua itu hanya obsesiku. Sama seperti halnya kau dulu.”

“Jadi…”

“Aku ingin kita mulai dari awal. Aku ingin membuka kehidupanku yang baru. Kajja kita lakukan bersama.”

“Hmm ne. Kajja.”

Soojung tersenyum menatap namja yang ada di depannya yang juga ikut tersenyum kepadanya. Ia pun menghambur ke dalam pelukan itu begitu saja. hal inilah yang selama ini ia rindukan. Itulah sebabnya ia bertahan karena ia tahu bahwa hati kecilnya berkata benar seperti yang Kai selalu bicarakan padanya.

********

JaeRi turun dari sebuah taksi dan segera berlari masuk ke dalam bandara mencari terminal penerbangan yang menuju ke Paris. Ia tidak peduli dengan semua orang yang memandangnya aneh karena masih mengenakan gaun pengantin. Ia juga tidak peduli dengan rasa sakit yang mendera kakinya karena saat ini ia juga masih mengenakan sepatu heels yang lumayan tinggi. Semua rasa sakit itu seolah hilang diterpa rasa khawatir dan juga rasa takut yang semakin menggerogoti hati dan juga pikirannya.

Rasa khawatirnya tersebut semakin menjadi saat ia melihat sebuah pesawat baru saja take off dari balik jendela kaca. Kakinya terus berlari, Bahkan ia tak menggunakan lift dan memilih untuk menaiki anak tangga satu per satu untuk mempercepat langkahnya menuju terminal 2 penerbangan menuju ke Paris tersebut.

Hingga akhirnya ia menghentikan langkah kakinya saat ia sampai pada pada terminal 2 bandara tersebut. Kakinya terasa lemas ketika ia melihat tulisan yang ada papan announcer menyatakan bahwa jadwal penerbangan ke Paris lebih awal dari waktu sebelumnya. Dan itu artinya ia terlambat. Kai pasti sudah pergi meninggalkannya. Ia menangis, menyesali semua sikapnya yang seolah kuat melawan perasaannya. Dan pada kenyataannya ia tidak pernah bisa melawan perasaannya sendiri.

“Grepp.”

“Uljima. Na yeogiseo.”

JaeRi terdiam begitu saja saat ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Suara itu, ia bisa mengenali suara itu. matanya tertuju pada sebuah gelang yang melingkar pada tangan kanan seseorang yang kini tengah memeluknya tersebut. Gelang yang sama persis dengan miliknya. Ia melepas pelukan tersebut  dan membalik badannya menatap seseorang yang ia kira telah pergi meninggalkannya.

“K-Kai neo ?”

“Hmm. Na-ya.”

JaeRi tersenyum dalam tangisnya dan menghambur begitu saja ke dalam pelukan namja yang sangat ia cintai. Ia begitu lega saat mengetahui namjanya tersebut belum pergi meninggalkannya. Bahkan ia tidak ingin namjanya tersebut pergi. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang benar-benar ia cintai untuk kesekian kalinya. Tangisnya pun semakin menjadi saat ia bisa meluapkan rasa rindu dan juga penyesalannya selama ini.

“Kajima. Jangan pergi. Aku mohon.”

“Aku tidak akan pergi kemanapun. Aku akan tetap bersamamu.”

Kai melepaskan pelukannya secara perlahan. Ia tersenyum menatap gadisnya yang juga ikut tersenyum kepadanya. Tangannya terulur menghapus sisa-sisa air mata yang masih saja mengalir membasahi pipi gadisnya tersebut. Ia menatap lekat gadisnya tersebut, hingga kemudian pandangannya beralih pada kaki JaeRi. Ia tersenyum kilas kemudian kembali menatap wajah gadisnya tersebut.

“Bagaimana pernikahanmu ?”

“Changjo membatalkan semuanya. Itulah sebabnya mengapa aku bisa menemuimu disini. Lalu kenapa kau masih disini ? Bukankah seharusnya kau sudah dalam perjalanan menuju Paris ?”

“Pasportku tertinggal. Aku mengambilnya dan saat aku tiba disini, pesawatku sudah take off.”

“Jika pasportmu tidak tertinggal, apa kau akan tetap pergi ?”

“Aniya. Aku akan tetap disini. Agar aku bisa melihatmu. Aku akan tetap menepati janji yang telah aku buat untukmu 5 tahun yang lalu.”

“Benarkah ?”

“Tentu saja. Kalaupun pernikahanmu tidak di batalkan. Aku akan tetap menunggumu. Tak peduli jika aku harus menunggumu hingga aku mati. Karena hati kecilku berkata jika Kim JaeRi tercipta hanya untuk Kim Jongin.”

JaeRi tersenyum menatap namja yang sangat ia cintai. Ia begitu bahagia saat bersama dengan namja yang selalu bisa membuat hatinya lebih tenang. Begitupun dengan Kai, ia merasakan hal yang sama dengan gadisnya tersebut. Keyakinan yang selama ini selalu ia percaya kini berbuah manis pada akhirnya. Ia bisa bersama kembali dengan seseorang yang benar-benar ia cintai sekalipun ia harus melewati banyak rintangan yang teramat berat untuknya. Tak peduli, semua itu hanyalah masa lalu. Dan kini ia bisa bersatu kembali dengan gadis yang teramat ia cintai.

“Kau percaya akan kekuatan gelang ini bukan ?”

“Hmm tentu. Gelang ini lah yang berhasil meruntuhkan semua usahaku untuk melupakanmu. Dan gelang inilah yang menjadi kekuatan yang tidak bisa tertandingi saat aku melawannya.”

“Hanya kau dan aku. Tidak ada yang lain. Aku mencintaimu Kim JaeRi. Tak peduli waktu, selamanya aku mencintaimu.”

“Nado. Aku mencintaimu Kim Jongin. Tak peduli waktu, selamanya aku mencintaimu.”

“Kajja kita harus pergi.”

“Eodiya ?”

“Tentu saja ke oppamu. Aku akan meminta izin oppamu agar aku bisa menikahimu. Aku tidak ingin ada orang lain merebutmu dariku.”

“Kajja.”

“Naiklah ke punggungku. Aku tahu kakimu itu sakit.”

“Aniya. Gwenchana.”

“Kojingmal. Ppali naiklah.”

“Tapi disini banyak orang Kai.”

“Siapa yang peduli. Bagiku disini hanya ada kau dan aku.”

JaeRi tersenyum kembali dan ia pun memutuskan untuk naik ke punggung namjanya tersebut. Setelah JaeRi naik, Kai pun melangkahkan kakinya dengan senyum yang tak pernah henti menghiasi wajahnya, tanpa memperdulikan sedikitpun seisi bandara yang menatap aneh kepada mereka. Jika cinta sudah bertemu, siapa yang peduli dengan dunia luar yang memperhatikan kita. Ujian cinta yang begitu berat menerpa cinta mereka pun kini telah hilang begitu saja tergantikan oleh kebahagiaan yang tiada tara. Terkadang kita memang perlu merasakan sakit terlebih dahulu untuk mendapatkan suatu kebahagiaan yang akan jauh lebih indah bila waktunya telah tiba.

 

END

Yeorobundeul, jeongmal gamsahamnida

Nggak kerasa ff ini udah chapter terakhir aja. Aku ucapin banyak terima kasih untuk kalian semua yang selalu setia nunggu ff ini, sekalipun kadang aku postnya lama. tapi kalian tetep nungguin dan selalu suport.

Aku juga ngucapin makasih banyak buat author ParkFitri yang always abntu dan juga suport aku dalam pengerjaan ff ini. ParkFitri eonni jeongmal gamsahamnida.

Dan setelah ini, insyaallah aku bakal ada project ff baru. Please give me a support for it. Jeongmal manhi gidarijuseyo.

Annyeong yeorobundeul~~

Gamsahamnida ❤ ❤

 

143 tanggapan untuk “LOVE SICK [CHAPTER 16/END]”

  1. Maaf ya eonni soalnya selama ini aku jadi silent readers
    Karena baru tau caranya komen di sini
    Sebelumnya bingung caranya komen gimana jadi ya terpaksa harus jadi silent readers
    Ff eonni ini keren banget
    Aku baca entah sudah berapa kali
    Sebelum gx pengin baca lagi soalnya kebawa emosi terus tapi akhirnya baca juga karena feel-nya dapet banget dan bikin nyesek

    Pokoknya keren deh

  2. Authorny berhasil bawa feel pembaca ikut ngerasain critanya.. Sukses thor.. Baru nemu ff ini tp udah baca sequel in your ayes duluan tadi.. Fighting thor..

  3. Yay daebak! ga nyangka kalau changjo yg batalin pernikahannya. Feelnya dapet banget, berhasil buat gue nangiss:D Akhirnya jaeri sama jongin jugaaa ^^ Eonni sequelnyaa dong~~ Gatau kenapa jadi pengen ada sequel 😀

  4. Sebelumnya kenalin, aku readers baru di sini, dan maaf baru komen sekarang, abis aku gk sabar bgt buat baca kelanjutan dari setiap chapter, jadi lupa deh buat komen apa..
    Tapi yg jelas ff ini ff tersedih dan terkeren yang pernah aku baca, ceritanya bagus banget, aku sampai nangis2 gk brhenti sampai chapter terakhir, ditambah aku bacanya sambil denger lagu yg bner2 ballad,, keren banget deh pokoknya, feelnya dapet, gk nyesel aku bacanya..

    Yahh, aku emang dah yakin kalo jaeri belum meninggal, secara dia kan tokoh utama, gak rela aja jaeri ninggalin kai secepat itu :(..

    Udah deh, aku gk tau harus ngomong apalagi, ff ini keren banget, ditunggu karya yg lainnya yaa.. Makasih^^

  5. kak,this is the good ff.Sorry,i new give my comment now and i am very regret i don`t know the password in chapter 14.And by the way i don`t have twitter,so i can`t open ff in your eyes.I definitely like your ff.And keep spirit for the next ff,please reply this comment if you have time,i`m very exciting if you can reply i.Inform me if you have new ff.OKAY!!

  6. akhirnya happy ending juga, ngga nyangka jaerin hidup lagi
    tp yg penting kairi bersatu =D

    mian comment di ff trakhirnya min
    buat lg yg lebih sad happy ending and banyakin chapter hehehe

  7. Kereeeeennn kaka😀
    Maap bru bisa coment😄
    Lanjutkan yeth buat ff nya😊
    Go go go!! Fighting kaka!!👍😉

  8. Keren banget kak ff nya
    Ye akhir nya happy ending juga
    Seneng banget kai sama jae ri nya bisa sama” lagi kaya dulu
    Ditunggu karya” selanjutnya
    Keep writing kak 🙂

  9. Kya.,. Uda end.,. T.T
    Nggak pengen end sebenernya 😥
    Bener” dibuat capek nangis gara” baca fanfic ini.,. (‘:
    Pertama sempet nggak percaya kali si jaeri uda meninggal…, dan ternyata emg bener.., (:
    Thor.,. Sequel dong.., ^^ hehehe.., 😀
    Mau ya., mau ya..,
    Soalnya., entahlah., cuma pengen sequel gitu., 😀
    Dan ceritanya sama jadulnya bener” pas., love sick., :”
    Oh ya., mianhae., di chap 14 sama 15 engga komen.,. 😦
    Soalnya uda terlanjur mati penasaran lanjutannya. , 😀
    Tapi aku akhirnya komen kan di chap terakhir. , 😀
    Thor.,. Fighting yak., !!! ^^
    Keep writing !! 😄

  10. Baca ini dari lebaran 2014 sampe skrng baru selsaii.. Bagus bangett ff nyaa… Coba’ aja ada dramanya … Hehe.. Bagus2 ,, authornya daebakk… Terus berkarya thorr.. Fighting Fighting 😀

  11. sorry thor bru komen, sinyalnya lagi labil. Gk terasa udah end aja. Bakalan kangen sama jaeri dan jongin nih. Feelnya mereka dpet benget, apalagi pas di cafe. Overall goodjob thor. Can’t wait the next.

  12. Hallo eonni aku reader baru. Fanfic ini beneran bikin nangis. Sampe seharian aku rela ngga ngapa2in demi nge-end-in fanfic ini. Fighting thoooor :)))))

  13. aaaaaaaa akhirnya ff ini selesai jugaaa. mian authoor saya baru ninggalin jejak di chapter terakhiirrr habisnya setelah baca kata terakhir di setiap ff pengennya langsung lanjut terussss tanpa inget harus ninggalin jejakk kkkk mianhae..
    suka bgt sama ceritanya thor, kerenn!!! ayo thor bikin ff yg lebih bagus lagi. saya mendukung mu!!!!kkkk

    1. hehehe mian ya baru balas disini 🙂
      terima kasih atas jejaknya dan aku seneng kalo kamu juga seneng :*
      tunggu dan dukung project selanjutnya ya. see yaa ❤

  14. Wahh ternyata part end nya ud kluar, ak ny malah ga tau :’3
    Aduhh finallyyyyyyy, akhirnya kisah mereka berakhir dgn indahh :’
    good job kaka, makasi buat author J.Kim n ParkFitri yg udah buat ff ini 🙂 keep writing yaa fightingg!!

  15. Omg! Akhirnya Happy Ending~ Terharu bangettt.

    Seneng akhirnya Kai tetep bersatu dengan JaeRi, emang jodoh kali ya:D

    Gatau harus ngomong apa lagii, intinya ni FF keren bangett!

  16. Akhirnya akhirnya akhirnya *partywithChanyeol Haaah sungguh mengejutkan banyak pihak endingnyaa. Benerbener romantis abis sampe iri banget 😀 Semoga ff selanjutnya bakal lebih bagus dari yang ini^^ Annyeong^^

  17. daebak daebak!!
    aku kira bakalan sad ending
    dan aku kira jg akhir2annya kaya aadc #ups maklum baru katam nonton
    aunpredictable bgt lah ini critanya.
    ditunggu ff kai berikutnya yaaa
    biasku bgt soalnya dia. kkk
    project selanjutnya kai juga kan? ya kan? pleaseee >.< :3 #puppyeyes
    fighting!

  18. Oo jadi kai diselamatkan jaeri. Dan horeee happy ending.
    Kai dan jaeri banyak cobaannya tapi tetap satu.
    Yey mau buat ff baru ya fighting.
    Semoga lebih keren dari ini.

  19. yay, daebakkk happy ending…
    finally kairi bersatu lagi… 😀 😀 😀
    senangnya…
    gk sia2 bc smpe abiesss….
    daebaaakkkk… ^_^
    dtgg y karya2 lainya…
    fighthing…
    ↖(^ω^)↗↖(^ω^)↗↖(^ω^)↗↖(^ω^)↗

  20. Akhirnya kai sama JaeRi bersatu juga.
    Ini ff bener2 bagus.
    4 jempol deh buat author yg udah bikin cerita sebagun ini.
    Makasih ya author j. Kim sama park fitri yg udah nulis ff sebagus ini. 🙂

  21. Yeey happy ending juga, q pikir chapter ini bakalan sad ending soalnya changjo ama jaeri bakalan nikahh.. Trs kai pergi ke paris.. Ternyata kebalik semua—
    Fighting thor buat karya2 selanjutnya.. 😀

Tinggalkan Balasan ke Sherly Batalkan balasan