TRUE LOVE (Chapter 23-end)

true-love2

TRUE LOVE

                           

Tittle                           :  True Love (Chapter 23-end)

Author                       : Jellokey

Main Cast                  :

Kim Jong In (Kai of EXO)

Oh Sehoon (Se Hun of EXO)

Luhan (Lu Han of EXO)

Kim Joon Myun (Suho of EXO)

Kang Jeo Rin (OC)

Shin Min Young (OC)

Support Cast            :

Park Chanyeol (Chanyeol of EXO)

Kim Min Seok (Xiumin of EXO)

Choi Yoo Ra (OC)

and others

Cameo                       :

Jung Hoseok (J-Hope of BTS)

Byun Baekhyun (Baek Hyun of EXO)

Do Kyungsoo (D.O of EXO)

Length                        : Chaptered

Genre                         : Romance, Family, Marriage Life

Rating                         : PG-17

Disclaimer                 : Cerita ini milik saya. Dilarang plagiat dan copy paste. Don’t bash!

Poster   : nanakim1266 => http://nanakimsdiary.wordpress.com/nana-kim-artcafe/

 

Passwordnya aku buka. Please  jangan jadi siders ^^

Keadaan Min Young yang hamil, mengandung anak Lu Han terus menghantui Sehun. ‘Min Young mengkhianatiku.’ Dua kata itu terus berputar di kepalanya setiap saat. Membuat semua yang ia lakukan percuma. Sehun beranjak dari kursi kerjanya menuju sofa, ia duduk di sana.

“Min Young, kenapa kau lakukan ini padaku? Apa salahku sampai kau menghukumku seperti ini?” Sehun mengusap matanya.

“Sehun-ah.” Iblis wanita itu terus datang ke kantor Sehun. Keberadaan Yoo Ra yang sudah duduk di sebelahnya tidak mengusik Sehun.

“Apa kau sakit? Kau semakin kurus.” Yoo Ra menatap Sehun khawatir.

“Min Young..” Yoo Ra tersentak mendengar Sehun yang memanggil Min Young. Apa pengkhianatan Min Young belum cukup untuk membuat Sehun berpaling padanya?

“Sehun-ah, lupakan Min Young.” Sehun menatap Yoo Ra. Hati Yoo Ra terhenyak melihat tatapan sedih Sehun.

“Aku merindukan Min Young.” Kalimat itu membuat hati Yoo Ra sakit. Sebegitu besarkah cinta Sehun pada Min Young?

“Aku merindukan Min Young, Yoo Ra. Apa yang harus kulakukan?!” Teriak Sehun frustasi.

“Lupakan dia, Sehun-ah. Dia mengkhianatimu.” Yoo Ra memeluk Sehun. Memanfaatkan kerapuhan Sehun agar Sehun berpaling padanya.

“Ya! Oh Sehoon!” Teriakan seorang yeoja membuat Yoo Ra melepas pelukannya. Sehun kenal suara itu.

“Ya! Yeoja sialan! Menjauh dari oppaku!” Yeoja itu berjalan mendekati mereka.

“Ha Yoon? Kau kembali?” Sehun terkejut. Ia berdiri. Adiknya yang ingin menetap di Thailand kembali.

“Kau selingkuh, Oh Sehoon? Apa kau melupakan istrimu yang ada di rumah?” Ha Yoon menatap Sehun tajam. Yoo Ra meneliti Ha Yoon. ‘Tidak buruk. Dia cocok jadi adik iparku.’ Batin Yoo Ra.

“Annyeongha-“

“Keluar! Aku tidak mau kenal denganmu.” Ha Yoon masih menatap Sehun tajam. Perkataan Ha Yoon membuat Yoo Ra menganga.

“Kau tuli?” Dengan kesal Yoo Ra keluar dari ruangan Sehun. Kenapa dia tidak bisa mendekati satu pun keluarga Sehun?

“Ha Yoon, jangan salah paham. Aku-“

“Min Young sedang hamil dan kau malah bermesraan di sini?” Potong Ha Yoon.

“Kau tahu Min Young hamil?” Tanya Sehun tidak percaya.

“Tentu saja. Aku selalu bertukar kabar dengannya. Sebentar lagi keponakanku lahir.” Raut wajah Ha Yoon berubah menjadi gembira.

“Anak itu bukan keponakanmu.” Ucap Sehun datar.

“Atas dasar apa kau mengatakan itu, Sehun?” Ha Yoon duduk di sofa, Sehun mengikutinya.

“Selama ini dia tinggal dengan temanku, Lu Han. Dia mengkhianatiku, Ha Yoon.” Ucap Sehun pelan.

“Anak itu anakmu. Kalau Min Young mau mengkhianatimu, dia bisa melakukannya sejak dulu. Saat kau melanjutkan studimu keluar negeri.” Sehun tertawa miris.

“Kau tidak tahu apa-apa, Ha Yoon.”

“Min Young memberitahuku, harabeoji, eomma dan appa. Apa kau tidak bisa merasakan perubahan pada Min Young?” Sehun merenungi kata-kata Ha Yoon. Ia tersentak. ‘Jadi, tingkah manja dan Min Young yang selalu muntah di pagi hari itu karena Min Young hamil?’

“Kenapa dia tidak memberitahuku?”

“Kalian sama-sama labil ya.” Ha Yoon mendengus sebal.

“Mulai sekarang jangan biarkan satu pun yeoja yang bukan saudaramu dekat denganmu.”

“Apa maksudmu?”

“Dia yang namanya Choi Yoo Ra kan?” Sehun mengangguk.

“Min Young melihatmu mencium yeoja itu.” Sehun menutup mulutnya yang hendak memprotes Ha Yoon.

“Mungkin Min Young akan menggugatmu cerai kalau melihatmu berpelukan dengan yeoja tadi.”

“Tapi aku sudah jelaskan kalau Yoo Ra bukan siapa-siapaku.” Sehun membela diri.

“Asal kau tahu, Sehun. Orang hamil mudah cemburu, posesif. Dia pasti berpikiran yang tidak-tidak tentangmu.” Sehun terdiam. Selama ini dia tidak peka. Malah Yoo Ra selalu berada di dekatnya.

“Jemput Min Young, Sehun. Dalam hitungan hari anak kalian akan lahir.”

“Ppali.” Ha Yoon menarik Sehun agar berdiri.

—————

“Oppa.” Min Young terkejut karena Lu Han memeluknya.

“Aku sudah bilang untuk tidak mengerjakan appa pun.”

“Aku hanya memasak. Tumben oppa pulang siang begini.” Lu Han mencium pipi Min Young.

“Aku merindukanmu.” Hening. Min Young tidak bisa membohongi hatinya. Dia terus memikirkan Sehun.

“Aku sudah selesai. Ayo makan siang.” Mereka makan dalam diam. Biasanya ada topik yang mereka bahas, apa pun itu.

“Oppa kembali lagi ke kantor?” Tanya Min Young setelah selesai makan.

“Ani.”

“Wae?”

“Aku ingin berada di sampingmu. Sebentar lagi kau akan bersalin, Young.”

“Tapi, pekerjaan oppa-“

“Aku sudah mempersempit jadwalku.” Lu Han bangkit dari duduknya. Menghampiri Min Young. Ia berjongkok lalu mengelus perut Min Young.

“Sebentar lagi kau akan melihat dunia ini.” Lu Han menempatkan telinganya di perut Min Young.

“Aku tidak sabar melihat bayimu, Young. Apa dia akan lebih imut dariku?”

“Oppa!” Min Young tidak tahan mendengar ucapan Lu Han.

“Kau yakin tidak mau memberitahu Sehun? Bagaimana pun Sehun appa dari anakmu, Young.”

“Ani. Dia sudah mengatakan anak ini bukan anaknya.”

“Tapi..”

“Aku yakin bisa membesarkan anakku tanpa.. Sehun.” Ucap Min Young ragu.

“Young..”

“Oppa akan selalu di sampingku kan?” Min Young menatap Lu Han dalam.

“Aku akan menyayangi anak ini seperti anakku sendiri.” Lu Han mencium perut Min Young.

“Gomawo, oppa.” Min Young sadar kalau dia seperti berselingkuh.

“Nyonya, ada orang yang mencari anda.” Lu Han langsung berdiri begitu mendengar suara salah satu pembantunya. ‘Siapa yang mencariku?’ Batin Min Young.

“Kenapa diam? Cepat temui tamu-mu.” Kata Lu Han.

“Oppa tidak ikut?”

“Orang itu tamu-mu, Young.” Min Young pun menemui tamunya.

————–

“Sehun..” Min Young tahu betul siapa namja yang membelakanginya saat ini.

“Min Young.” Sehun berbalik dan langsung memeluk istrinya.

“Mianhae. Jeongmal Mianhae.” Sehun mencium puncak kepala Min Young berkali-kali.

“Kenapa kau tidak memberitahuku? Aku merindukan anakku, Youngie.” Air mata Min Young mengalir saat mendengar itu. Ia balas memeluk Sehun. Dia jahat. Seharusnya dia tidak termakan oleh api cemburunya.

“Mianhae, aku-“

“Sst.. Ini salahku. Aku tidak memahamimu. Maafkan aku.” Min Young mencengkeram jas Sehun. Sehun tidak sepenuhnya salah.

“Bogoshipo..” Sehun mengecup bibir Min Young.

“Saranghae.” Sehun mencium bibir Min Young, melumatnya lembut. Min Young memejamkan matanya, membalas ciuman Sehun. Dia dan anaknya sangat merindukan Sehun. Sehun melepas ciumannya. Tangannya bergerak mengelus perut besar Min Young.

“Apa kabarnya anakku?”

“Oppa, mian.” Min Young menyesali sikapnya yang kekanakan. Sehun berlutut, menempatkan telinganya di perut Min Young.

“Tidak ada suara.” Min Young tersenyum. Ia mengelus rambut Sehun.

“Dalam minggu ini anak kita akan lahir, oppa.” Sehun menciumi perut Min Young. ‘Semoga kalian selalu bahagia, Young. Kalian harus bahagia.’ Lu Han menghapus air matanya. Ia sudah lama melihat apa yang Sehun dan Min Young lakukan. Asal Min Young bahagia, Lu Han juga bahagia.

“Sehun? Kau di sini?” Sapa Lu Han. Pura-pura ceria.

“Lu Han.” Sehun berdiri.

“Aku minta maaf atas kejadian yang lalu.” Sehun memeluk Lu Han ala namja.

“Gwenchana. Aku rasa itu wajar. Aku pasti melakukan hal yang sama kalau berada di posisimu.” Lu Han beralih menatap Min Young.

“Sehun sudah menjemputmu. Pulanglah.”

“Oppa, mianhae. Aku tidak bisa membalas oppa.” Min Young memeluk Lu Han.

“Aku tahu. Kau sangat mencintai Sehun. Lepaskan pelukanmu, Young. Sehun bisa cemburu.” Sindir Lu Han.

“Kali ini aku tidak cemburu, Lu Han.” Min Young melepas pelukannya.

“Oppa mau jadi ayah angkat anakku kan?” Lu Han mengangguk. Tangannya mengelus perut Min Young. Terakhir kalinya ia melakukan itu.

“Terima kasih karena kau sudah menjaga Min Young dan anakku, Lu Han.” Sehun menarik Min Young ke sampingnya, membuat Lu Han terkekeh.

“Jangan salahkan Min Young kalau anakmu mirip denganku.”

“Ya! Kau tidak tidur dengan Min Young kan?”

“Oppa!” Min Young memukul tangan Sehun.

“Berhentilah berpikir negatif, Sehun. Mungkin anakmu mirip denganku karena Min Young selalu melihat wajahku setiap hari.” Lu Han bersorak dalam hati karena berhasil menggoda Sehun. Wajah Sehun sekarang seperti menahan emosi.

“Dia pasti mirip denganku.” Sehun mengelus perut Min Young posesif.

“Min Young bilang dia ingin anaknya mirip denganku.” Min Young melotot pada Lu Han, dia tidak pernah mengatakan itu.

“Youngie!” Rengek Sehun.

“Oppa, aku tidak pernah bilang begitu.” Lu Han terkekeh.

“Aku bercanda. Cepat pulang.”

“Oppa mengusirku?” Min Young menatap Lu Han sedih.

“Tidak. Kalian berpisah cukup lama. Sehun pasti merindukanmu. Dan aku yakin Sehun sudah menyiapkan sesuatu untukmu. Bukan begitu, Sehun-ah?” Sehun mengangguk.

“Aku ambil barang-barangku dulu.”

“Tidak usah. Aku yang akan mengantar ke apartemen kalian nanti.”

“Oppa, gomawo.” Min Young memeluk Lu Han sebentar.

“Kami pulang, Lu Han. Sekali lagi terima kasih karena sudah menjaga Min Young dan anakku.” Lu Han tersenyum menanggapi Sehun. Ia membuang nafasnya kasar setelah Sehun dan Min Young pergi dari rumahnya. Kebahagiaan Min Young adalah Sehun. Tidak akan pernah berubah. Apa Lu Han akan membuka hatinya untuk yeoja lain?

———-

“Ada apa kau kemari? Benar-benar kejadian langka.” Ucap Kai yang melihat Suho memasuki ruangannya.

“Aku hanya ingin melihat perusahaan yang dikelola adikku.” Alis Kai bertaut, ia bingung. Kai bangkit dari duduknya. Menghampiri Suho yang berdiri tak jauh dari meja kerjanya.

“Adik?” Suho tersenyum.

“Maafkan sikapku selama ini.”

“Mwo?” Terkejut. Kai merasa orang yang di depannya bukan Suho.

“Maaf karena aku menyalahkanmu dan Chae Ra eomma atas kematian eommaku.” Suho menghela nafas.

“Dan Jeo Rin, aku sudah merelakannya denganmu. Bahagiakan dia.” Suho menepuk pundak Kai.

“Hyung.” Suho terkejut. Kai memeluknya.

“Gomawo, hyung. Maafkan aku juga. Kau pasti kesal karena tingkahku selama ini. Tapi aku melakukan itu untuk menarik perhatianmu. Aku sangat kesepian di rumah sendiri, hyung. Aku selalu menunggumu pulang.” Suho menepuk punggung Kai. Tapi Suho merasa ada yang janggal pada adiknya.

“Kai, kau sudah ingat semua?” Kai melepas pelukannya. Ia tersenyum.

“Hyung sudah tahu.” Kai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

———–

“Ini rumah siapa?” Min Young bertanya setelah Sehun membukakan pintu mobil untuknya. Mereka tidak langsung kembali ke apartemen begitu keluar dari rumah Lu Han. Sehun membawa Min Young ke rumah keluarga Shin, bertemu ibu mereka. Min Young berpikir kalau Sehun bermaksud membalasnya. Nyonya Shin memarahi Min Young karena tidak memberitahu kalau dia sedang hamil, malah memberi kabar saat hari-hari bersalinnya sudah dekat. Tapi Min Young masih bernafas lega karena Sehun tidak membicarakan masalah mereka. Setelah itu mereka ke rumah keluarga Oh.

“Ini rumah kita.” Ucap Sehun setelah mereka berada di dalam rumah.

“Aku berencana pindah kemari kalau kau hamil.”

“Oppa, maafkan aku.”

“Kita lupakan yang lalu.” ‘Aku menjadikan itu pelajaran untuk lebih menjagamu, memahami perasaanmu. Maafkan aku yang tidak peka, Youngie.’ Sambung Sehun dalam hati.

“Sebaiknya kau istirahat.” Sehun menahan tangan Min Young yang hendak berjalan menjauh darinya.

“Aku ingin melihat-lihat.”

“Ini rumah idamanmu. Besok saja melihat-lihatnya. Kau pasti lelah.” Sehun menarik Min Young menuju kamar mereka yang tak jauh dari ruang tamu. Ia mendudukkan Min Young di tempat tidur king size mereka lalu berlutut.

“Aegi, appa mandi dulu.” Sehun mencium perut Min Young lalu mengecup bibir istrinya.

————

“Aku pikir kau sudah tidur.” Sehun tersenyum mendapati Min Young masih duduk di tepi tempat tidur. Min Young menggeleng.

“Ayo tidur.” Sehun menarik Min Young agar tidur di sampingnya. Ia mengelus perut besar Min Young, berharap dengan itu bayinya dapat merasakan kasih sayang yang baru bisa ia berikan sekarang. Sehun menatap bingung Min Young yang mendudukkan dirinya, bersandar di kepala tempat tidur.

“Kau tidak bisa tidur?”

“Ne.”

“Kau tidak kelelahan kalau aku seperti ini?” Sehun menempatkan kepalanya di pangkuan Min Young.

“Ani.” Min Young mengelus rambut Sehun yang menciumi perutnya.

“Youngie, anak kita tidak membenciku kan?” Alis Min Young bertaut, tidak mengerti maksud Sehun.

“Aku tidak ada di sampingmu.” Penyesalan tergambar jelas di wajah Sehun.

“Sekarang oppa ada di sampingku.”

“Dia pasti membenciku karena aku menyakitinya.” Sehun teringat rintihan sakit Min Young saat ia emosi dan mendorong Min Young di taman.

“Dan sangat membenciku karena aku menamparmu.” Min Young menghapus air mata Sehun.

“Kalau begitu dia juga akan membenciku karena menjauhkannya dari oppa.” Sehun mendudukkan dirinya. Ia memeluk Min Young.

“Mianhae.” Sehun mencium puncak kepala Min Young.

“Nado.”

“Aegi, maafkan appa.” Sehun mengelus perut Min Young.

“Eomma juga.” Min Young meletakkan tangannya di atas tangan Sehun.

“Kau ngidam apa dulu?”

“Eum..tteokbokki.”

“Itu yang kau minta padaku?” Min Young mengangguk. Sehun mengakui dirinya bodoh. Tidak mengingat kata-kata Suho tentang tanda-tanda orang hamil.

“Bibimbap buatan eomma. Aku sering ke rumah harabeoji untuk memakan masakan eomma.”

“Jadi hanya aku yang tidak tahu kalau kau mengandung anakku.” Min Young mencengkeram kaos Sehun.

“Oppa, mianhae.”

“Aku ingin jadi suami siaga, Youngie. Mendengar rengekkanmu agar aku memenuhi keinginanmu saat ngidam.”

“Suatu saat oppa pasti merasakan itu.”

“Kau benar. Kita akan membuat anak yang banyak.” Sehun tersenyum miring.

“Oppa, apa Lu Han oppa tahu kalau kita sudah pindah?” Min Young mengalihkan pembicaraan.

“Aku sudah memberitahu alamat rumah kita padanya. Ayo tidur.” Sehun merebahkan dirinya.

“Aku akan memelukmu dan anak kita.”

“Oppa, saranghae.” Ucap Min Young setelah Sehun memeluknya.

“Nado.” Sehun mencium kening Min Young lama.

——————

“Oppa,” Min Young mengelus pipi Sehun, berharap suaminya lekas bangun.

“Sehunie!” Ia mengecup bibir Sehun.

“Eungg..”

“Irreona! Oppa harus ke kantor.” Sehun membuka matanya.

“Aku ingin menjagamu.”

“Aku bisa menjaga diri.” Jawab Min Young lembut.

“Bagaimana kalau kau mau bersalin nanti?”

“Di rumah ini ada pembantu dan Ha Yoon akan menemaniku. Oppa harus kerja. Cari uang yang banyak.”

“Arraseo.” Sehun duduk di tepi tempat tidur.

“Yeobo, morning kiss?”

“Sudah tadi.” Sehun mengangguk walau tidak puas.

“Aku akan pulang cepat nanti.” Sehun mengecup bibir Min Young kilat.

——————-

Sudah dua hari ini Kai berada di rumahnya. Selain karena sudah berbaikan dengan Suho, ia juga berpikir, ‘untuk apa aku tinggal di apartemen kalau tidak bersama Jeo Rin?’ Saat ini ia hanya bermalas-malasan di tempat tidur. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan agar Jeo Rin tidak marah padanya.

“Kai.” Kai langsung mendudukkan dirinya karena mendengar suara Suho. Ia melihat Suho yang sudah rapi dengan pakaian formal berjalan ke arahnya.

“Ada apa, hyung?”

“Kenapa kau belum siap-siap? Kau tidak lupa kan kalau sekarang ulang tahun Kim Corp?” Suho duduk di tepi tempat tidur.

“Aku tidak lupa, hyung. Aku tidak bersemangat ke acara itu.”

“Kau tidak datang?” Kai mengangguk.

“Appa sudah menyiapkan sesuatu untukmu.”

“Aku tidak tertarik.” Sahut Kai malas.

“Kau tidak ingin bertemu teman-teman lamamu? Byun Baekhyun dan Do Kyunsoo?” Suho berusaha membujuk Kai.

“Hyung kenal mereka?”

“Appa mengenalkanku pada mereka beberapa hari yang lalu.”

“Apa Lu Han ikut?”

“Tidak. Dia ada urusan lain.”

“Aku akan datang kalau Lu Han ada di sana.”

“Kenapa harus ada Lu Han?”

“Biar lengkap, hyung.”

“Ada Jeo Rin. Apa kau masih tidak tertarik?” Suho masih berusaha membujuk Kai.

“Aku yakin dia tidak datang.” Kai mendesah berat.

“Kenapa? Kalian bertengkar?” Kai menghela nafas.

“Hyung tidak akan marah dan merebut Jeo Rin dariku kan?” Suho mengangguk.

“Dia marah padaku karena aku pulang mabuk.” Kai menatap wajah kecewa Suho.

“Mianhae, hyung.” Kai menundukkan kepalanya.

“Selesaikan masalahmu kalau kau tidak mau aku merebut Jeo Rin. Jeo Rin pasti datang.” Suho menepuk pundak Kai.

“Kau mau pergi denganku?” Kai menggeleng.

“Ya sudah. Hyung pergi dulu.” Kai merebahkan diri begitu Suho keluar dari kamarnya. Baru sebentar, Kai bangun lagi. Ia mengacak rambutnya lalu turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Ia harus mendinginkan kepalanya. Mengikuti saran Baekhyun, ritual mandi.

—————-

Ternyata Baekhyun benar. Ritual mandi bisa membuat Kai lebih fresh. Ritual mandi yang dimaksud di sini adalah waktu mandi yang digunakan lebih lama dari biasanya. Kai menghabiskan waktu satu jam di bawah shower. Begitu keluar dari kamar mandi, dering handphone menyambutnya. Kai mengabaikan itu. Ia berjalan menuju lemari. Kai berencana ke rumah Jeo Rin malam ini. Karena handphonenya terus berdering, Kai yang baru memakai jeans berjalan menuju tempat tidur, tempat handphonenya berada.

Chanyeol calling..

“Yeoboseyo.”

“Kenapa lama sekali mengangkat panggilanku?” Suara kesal Chanyeol menyambut Kai.

“Aku baru selesai mandi.” Jawab Kai malas.

“Suho bilang kau tidak datang. Wae?”

“Aku tidak semangat, Chanyeol.”

“Kau tahu, Jeo Rin datang ke sini. Dia.. sexy.”

“Chanyeol.” Kai menggeram.

“Dress tanpa lengan yang melekat pas di tubuhnya, so sexy.”

“Jangan berpikiran yang macam-macam tentang Jeorinku!”

“Aku hanya mengatakan apa yang kulihat. Semua namja di sini memperhatikannya. Dan yang paling parah, dia sedang berdansa dengan seorang namja sekarang.”

“Paling dia berdansa dengan Suho hyung.”

“Ani.”

“Kalau begitu Baekhyun.”

“Byun Baekhyun maksudmu?”

“Ne. Kau mengenalnya?”

“Dia temanku saat di SD dulu. Bukan Baekhyun yang berdansa dengan Jeo Rin. Baekhyun datang dengan anaenya.” Kai berpikir. Siapa namja yang bersama Jeo Rin?

“Mereka tidak berjarak sama sekali.” Chanyeol memanas-manasi Kai. Kai langsung mematikan sambungan telepon. Ia mengambil t-shirt dan memakainya lalu mengambil jaketnya. Dengan tergesa ia keluar dari kamar. Ia harus segera sampai di hotel tempat perayaan ulang tahun Kim Corp.

————–

“Kau datang?” Kata Suho karena Kai menghampirinya. Kai tidak menjawab, matanya mencari sosok Jeo Rin di ballroom. Dan benar saja, Jeo Rin berdansa dengan namja yang tidak ia kenal.

“Kenapa hyung membiarkan Jeo Rin berdansa dengan namja itu?” Kai tetap fokus pada Jeo Rin.

“Aku tidak punya hak untuk melarangnya, Kai.” Kai menatap Suho.

“Hyung punya hak. Hyung jodohnya, ingat?”

“Jeo Rin sudah memilihmu, ingat?” Balas Suho.

“Aissh..” Kai kembali mencari sosok Jeo Rin. Jeo Rin sudah tidak berdansa lagi. Ia sedang bersama teman-temannya. Tanpa pikir panjang, Kai langsung menuju Jeo Rin. Ia melepas jaket dan memakaikannya pada Jeo Rin. Merasakan itu, Jeo Rin menoleh ke belakang, wajahnya yang tersenyum langsung berubah kesal begitu melihat siapa yang menyampirkan jaket di bahunya.

“Kau membutuhkan ini.” Kai hanya ingin melindungi Jeo Rin dari tatapan mesum namja yang ada di situ.

“Aku tidak butuh.” Jeo Rin melepas jaket Kai.

“Pakai, Rin-ah.” Jeo Rin tetap tidak peduli.

“Oppa, aku tidak nyaman di sini. Kajja, kita pulang.” ‘Oppa?’ Batin Kai.

“Kami duluan, chingudeul.” Pamit namja yang tidak diketahui identitasnya oleh Kai. Jeo Rin mengamit lengan namja itu.

“Ya!! Berhenti di situ, Kang Jeo Rin!” Sontak semua orang melihat Kai karena teriakannya. Sayangnya Jeo Rin tidak. Ia tetap melangkah.

“Kalian ada masalah?” Tanya Baekhyun.

“Siapa namja itu? Kau mengenalnya?” Kai tidak mempedulikan pertanyaan Baekhyun.

“Namanya Jung Hoseok. Dia temanku di SHS. Dia juga menyukai Jeo Rin sama sepertiku dulu.” Baekhyun langsung mendapat tatapan tajam dari anaenya.

“Yeobo, itu dulu.” Baekhyun ngeles.

“Dia juga pernah menyatakan perasaannya pada Jeo Rin.” Sambung Baekhyun.

“Mwo??” Kai terkejut. Kenapa setiap mereka bertengkar selalu ada namja lain di samping Jeo Rin?

“Kau mau ke mana, Kai?” Tanya Dio.

“Pulang. Mian. Aku tidak bisa bersama kalian sekarang. Suasana hatiku sedang buruk.”

—————

Jeo Rin masih betah duduk di bangku riasnya. Padahal ia sudah selesai make up sejak lima belas menit yang lalu. Ada satu hal yang menjadi pikirannya saat ini. Sikap Kai yang aneh. Kai tidak seperti orang yang hilang ingatan. Perkataan Kai saat mabuk dan panggilan Rin-ah. Kai tidak pernah memanggilnya Jeo Rin sebelum amnesia. Dan hal yang semakin membuatnya bingung, perkataan Kai saat ia mau pergi dari apartemen.

Tok! Tok! Tok!

Lamunan Jeo Rin buyar karena ketukan pintu. Ia menoleh ke arah pintu, mendapati Han ahjumma di sana.

Nona, Tuan Hoseok ada di bawah.”

“Ne.” Jeo Rin mengambil tas kerjanya lalu keluar kamar.

“Oppa.” Hoseok langsung berdiri begitu melihat Jeo Rin.

“Sudah empat hari ini oppa menjemputku. Oppa tidak perlu melakukan itu.”

“Gwenchana. Lagipula kantor kita searah.” Jeo Rin tersenyum. Namja ini baik. Mungkin kalau Kai tidak datang ke New York, ia akan bersama nama itu.

“Oppa sudah sarapan?” Hoseok menggeleng.

“Kita sarapan bersama.”

—————

Pagi ini Kai berniat berangkat ke kantor bersama Jeo Rin. Mereka harus segera baikan. Kai menghentikan mobilnya di belakang mobil sport hitam yang terparkir manis di depan pintu rumah Jeo Rin. Kai keluar dari mobilnya. Ia melihat bingung mobil itu.

“Mobil siapa ini?” Tak mau berlama-lama, Kai segera menuju pintu. Belum sempat memegang knop pintu, pintu terbuka menampakkan Jeo Rin dan namja yang bersama Jeo Rin di pesta semalam. Jeo Rin memasang tampang datarnya. Kai menatap tajam namja itu sebentar lalu beralih pada Jeo Rin.

“Rin-ah.” Jeo Rin melewati Kai, namja itu juga. Ia membukakan pintu mobil untuk Jeo Rin. Kai menahan Jeo Rin yang hendak masuk ke mobil.

“Kau berangkat bersamaku.”

“Shirreo.” Mendengar itu, Kai menarik Jeo Rin menuju mobilnya, tapi Hoseok menahan tangan Jeo Rin yang bebas. Kai berhenti, menatap marah Hoseok.

“Lepaskan tangan Jeo Rin!

“Kau yang lepaskan tangan Jeo Rin.” Balas Hoseok. Namja ini membuat Kai emosi. Melihat Kai yang lengah, Jeo Rin menghempaskan tangan Kai.

“Kajja, oppa.” Dengan cepat Jeo Rin masuk ke mobil Hoseok. Mobil Hoseok langsung melaju keluar dari kediaman keluarga Kang.

“Arrgh!” Kai mengacak rambutnya frustasi. Apalagi sekarang? Jeo Rin bersama namja yang cukup tampan. Apa Kai tidak bisa dimaafkan?

—————–

Lu Han mengalihkan pandangan dari berkas yang ia baca ke handphonenya yang bergetar di meja kerja.

“Yeoboseyo.”

“Lu Han, anakku sudah lahir!” Suara bahagia Sehun menyapa dan itu menular padanya. Ia tersenyum karena kabar bahagia itu. Anak angkatnya sudah lahir.

“Chukkae. Namja atau yeoja?”

“Namja. Dia mirip denganku.” Lu Han terkekeh. Sehun mudah sekali digoda. Tentu saja anak yang dilahirkan Min Young mirip dengan Sehun, anak itu berasal dari benihnya.

“Di rumah sakit mana? Min Young baik-baik saja kan?”

“Min Young baik-baik saja, dia eomma yang kuat. Min Young bersalin dengan normal. Kami di Seoul International Hospital.”

“Bisa aku bicara dengan Min Young?” Setelah sambungan terputus nanti, Lu Han akan langsung ke rumah sakit. Tapi ia ingin mengucapkan selamat sekarang.

“Min Young belum sadar setelah bayi kami lahir. Dia kelelahan. Aku yakin dia akan segera bangun. Cepatlah kemari.” Temannya itu sangat bahagia.

“Aku akan segera datang.” Sambungan terputus. Lu Han mengambil jas yang ia sampirkan di kursi kerjanya lalu keluar ruangan.

———–

Butuh waktu tiga puluh menit untuk Lu Han bisa sampai di rumah sakit. Saat ini ia sedang mencari ruang rawat Min Young yang diberitahu Sehun padanya. Ia sudah menemukan ruang rawat Min Young tapi tidak langsung masuk karena ia bisa melihat apa yang terjadi di ruang rawat VIP Min Young melalui kaca yang ada di pintu. Lu Han tersenyum melihat wajah bahagia Min Young. Min Young sedang menggendong bayinya dengan Sehun yang ada di sampingnya. Keluarga Sehun juga ada di sana. ‘Sekarang kau bahagia, Young.’ Lu Han tersentak karena seseorang menepuk pundaknya. Ia menoleh ke belakang.

“Ahjumma.” Ternyata Nyonya Shin. Lu Han menghadap ibu Min Young.

“Kenapa tidak masuk?”

“Nanti saja, ahjumma.” Nyonya Shin menatap Lu Han sendu. ‘Anak ini sangat baik.’

“Min Young sudah bahagia.” Lu Han tersenyum mendengar ucapan Nyonya Shin.

“Dan itu karena dirimu, Lu Han.”

“Ahjumma,” Lu Han tidak mengerti maksud Nyonya Shin.

“Kau mengorbankan cintamu demi kebahagiaan anakku. Terima kasih.” Lu Han tidak tahu harus bagaimana menanggapi Nyonya Shin karena itu benar. Ia berkorban untuk kebahagiaan Min Young.

“Ahjumma juga tahu kalau selama ini Min Young tinggal bersamamu karena bertengkar dengan Sehun. Dia belum dewasakan? Seharusnya Min Young pulang ke rumah. Mereka sama-sama belum dewasa.” Lu Han tersenyum. Min Young memang belum dewasa, terkadang ego menguasainya. Satu lagi, dia manja. Apalagi kalau bersama Lu Han. Dan Sehun, pemikirannya memang dewasa, tapi itu akan hilang kalau dia cemburu. Lu Han sudah memperhatikan itu. Dan yang paling penting, Sehun belum benar-benar mengerti Min Young. Semoga kelahiran anak mereka bisa membuat keduanya saling memahami.

“Sebenarnya ahjumma ingin kau yang menjadi suami Min Young, menjadi menantuku. Dulu ahjumma berharap kalau hubungan kalian lebih dari teman.”

“Min Young tidak mencintaiku, ahjumma.” Nyonya Shin tersenyum. Lu Han namja yang hebat.

“Mungkin kalian bisa bersama kalau kau lebih agresif.” Lu Han menggaruk tengkuknya, sedikit malu. Dia memang kurang agresif untuk ukuran namja.

“Kau tidak masuk?” Tanya Nyonya Shin lagi.

“Tidak ahjumma. Aku mau minum kopi dulu.” Lu Han beralasan. Ia ingin menyiapkan mental untuk melihat anaknya.

“Kalau begitu ahjumma masuk.”

“Ahjumma, jangan bilang pada mereka kalau aku sudah datang.” Nyonya Shin mengangguk sebelum membuka pintu ruang rawat. Lu Han menghela nafas. Sepertinya ia akan ke kantin rumah sakit. Matanya menatap lurus ke depan, mengabaikan para suster yang terpesona saat melihatnya. Lu Han menajamkan penglihatannya saat melihat seseorang yang berjalan mendekatinya. Yoo Ra. Ia menghalangi jalan Yoo Ra. Gadis itu menatap Lu Han tajam.

“Ada yang ingin kubicarakan denganmu.” Lu Han menarik tangan Yoo Ra, mengabaikan reaksi Yoo Ra yang menolak. Mereka duduk di bangku tunggu yang tak jauh dari ruang rawat Min Young.

“Buat apa kau kemari?” Tanya Lu Han.

“Menemui Sehun.” Jawab Yoo Ra ketus.

“Lebih baik kau pulang. Sehun tidak sakit.”

“Siapa kau berani mengaturku?” Yoo Ra berdiri.

“Aku belum selesai.” Lu Han menarik Yoo Ra untuk duduk kembali. Yeoja ini tidak manis sama sekali.

“Mereka sudah baikan. Apa kau masih berniat mengejar Sehun? Bahkan di saat ia sudah punya anak?” Yoo Ra tidak menanggapi Lu Han.

“Apa yang membuatmu begitu gencar mengejar Sehun?” Lu Han menatap Yoo Ra lekat. Yeoja ini cantik. Sangat disayangkan kalau ia terus mengejar namja yang tidak mencintainya.

“Sehun satu-satunya namja yang tidak takluk padaku.” Yoo Ra langsung menatap tajam Lu Han yang menertawainya.

“Maaf. Alasanmu konyol sekali. Sampai kau mati pun Sehun tidak akan mau bersamamu. Dia sangat mencintai Min Young.” Hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Kau terobsesi padanya.” Hati Yoo Ra membenarkan itu. Dia terobsesi pada Sehun. Sehun adalah sosok sempurna yang ia cari selama ini.

“Menikahlah denganku.” Yoo Ra menatap Lu Han tidak percaya. Apa namja ini gila. Mengajak menikah yeoja yang tidak ia kenal? Tidak. Lu Han tidak gila. Dia sudah memikirkan itu ribuan kali. Dia akan berusaha membuka hatinya, menerima yeoja selain Min Young di kehidupannya. Tapi, kenapa Yoo Ra? Lagi-lagi karena Min Young. Lu Han tidak mau Yoo Ra mengganggu kehidupan bahagia keluarga Min Young. Itu yang Lu Han pikirkan saat melihat Yoo Ra tadi.

“Kau tidak mau?” Yoo Ra mengalihkan tatapannya dari Lu Han. Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Lu Han katakan.

“Aku jauh lebih baik dari Sehun. Aku rasa itu alasan kenapa Min Young mau tinggal bersamaku selama kehamilannya.” Bukan ingin memuji. Tapi itu kenyataannya.

“Sepertinya kau tidak mau.” Lu Han berdiri karena tidak mendapat tanggapan dari Yoo Ra.

“Jangan mengganggu keluarga Sehun.” Lu Han berbalik. Niatnya ke kantin rumah sakit batal. Ia takut Yoo Ra merusak momen bahagia Min Young.

“Lu Han-ssi..” Yoo Ra mengejar Lu Han.

“Apa kau yakin? Kita tidak saling mengenal.” Ucap Yoo Ra begitu Lu Han menghadapnya.

“Kita bisa saling mengenal setelah menikah. Kau mau?” Yoo Ra mengangguk.

“Aku akan segera mengenalkanmu pada orang tuaku.”

“Lu Han!”

Greb!

Suara Sehun membuat Lu Han memeluk Yoo Ra. Ia ingin Sehun berpikir kalau dia tidak mencintai Min Young lagi.

“Lu Han-ssi.” Pelukan Lu Han membuat Yoo Ra terkejut. Terlalu tiba-tiba. Membuat jantungnya berdetak cepat. Apa dia jatuh cinta pada namja berwajah cute yang sedang memeluknya? Secepat itu?

“Apa Sehun kemari?”

“Ti.. tidak. Dia masuk kembali ke ruang rawat.” Jawab Yoo Ra gugup. Yoo Ra menunduk begitu Lu Han melepas pelukannya. Wajahnya pasti merona dan dia tidak mau Lu Han melihat itu.

“Apa tujuanmu kemari sekarang?”

“Aku tidak mengejar Sehun lagi. Aku hanya ingin mengucapkan selamat pada mereka.” Lu Han bernafas lega.

“Bagus. Kajja.” Lu Han menggenggam tangan Yoo Ra menuju ruang rawat Min Young.

“Lu Han-ssi, tanganku.” Yoo Ra masih belum bisa membiasakan diri dengan Lu Han.

“Biarkan seperti ini. Sehun harus berpikir kalau kita sepasang kekasih. Dia sudah melihatku memelukmu tadi. Katakan padanya kita sudah dekat sejak seminggu yang lalu kalau dia bertanya padamu. Dan jangan formal padaku.”

“Ne.” Sahut Yoo Ra walaupun ia tidak mengerti apa tujuan Lu Han.

—————–

“Kau pulang denganku, Rin-ah.” Kata Kai pada Jeo Rin yang baru keluar dari ruangannya bersama Hoseok. Kai tidak bisa bersabar lagi melihat Jeo Rin yang selalu mengabaikannya. Jeo Rin melewati Kai. Dengan cepat Kai menarik tangan Jeo Rin membuat Jeo Rin berbalik lalu mencium bibir Jeo Rin. Perbuatan Kai sukses membuat Hoseok dan pegawai Jeo Rin yang melihat itu menganga.

“Ikut denganku atau aku akan melakukan yang lebih dari ini.” Suara Kai mengintimidasi.

“Lepaskan Jeo Rin.” Hoseok mencoba menarik Jeo Rin tapi tidak bisa. Yang ada Jeo Rin meringis karena genggaman Kai yang erat.

“Aku tidak main-main.” Bisik Kai di telinga Jeo Rin.

“Oppa, aku pulang dengannya.” Jeo Rin menurut, ia tidak mau Kai mempermalukannya.

“Tapi,” Kai langsung menarik Jeo Rin. Ia terus menggenggam tangan Jeo Rin sampai di parkiran.

“Masuk.” Kai membuka pintu mobil.

“Masuk! Sebelum aku menyerangmu dan membuatmu malu.” Jeo Rin tidak peduli.

“Aku masuk.” Jeo Rin bersuara saat Kai membuka kancing teratas kemejanya.

“Bagus.”

————–

Jeo Rin mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Ia tidak mempedulikan Kai yang duduk di sebelahnya. Mungkin ia akan kabur kalau Kai tidak mengawasinya nanti.

“Jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku.”

“Rin-ah.” Panggil Kai karena Jeo Rin tidak menanggapinya.

“Aku minta maaf. Aku tidak akan seperti itu lagi.” Jeo Rin melirik Kai.

“Aku mencintaimu.” Kai menghadapkan Jeo Rin padanya.

“Mianhae. Jangan menyiksaku lagi.” Kai memeluk Jeo Rin.

“Lepas.”

“Shirreo. Aku merindukanmu.” Jeo Rin melunak. Ia balas memeluk Kai.

“Jangan dekat-dekat dengan yeoja lain. Aku tidak suka.” Jeo memeluk Kai erat.

“Ne. Kau juga jangan dekat namja itu. Aku cemburu.” Jeo Rin mengangguk.

“Rin-ah, aku merindukan masakanmu.” Jeo Rin menjauhkan tubuhnya sedikit, menatap Kai.

“Apa di kulkas ada bahan makanan?” Kai menggeleng.

“Kita makan diluar saja. Besok aku akan memasak makanan yang banyak untukmu.” Usul Jeo Rin.

“Ne.”

“Aku mandi dulu.” Kai melepas pelukannya.

“Kau mau mandi bersamaku? Auww..” Rintih Kai karena Jeo Rin mencubit perutnya.

“Cepat mandi!” Suruh  Jeo Rin.

————-

Jeo Rin menghempaskan dirinya di tempat tidur. Ia lelah, efek pekerjaannya di kantor. Kai juga merebahkan diri di samping Jeo Rin. Ia memperhatikan Jeo Rin yang matanya terpejam. Kai mendekatkan wajahnya ke wajah Jeo Rin lalu mengecup bibir Jeo Rin, berkali-kali membuat Jeo Rin terusik. Jeo Rin membuka matanya, mendapati Kai sedang menatapnya. Ia mengelus pipi Kai.

“Ada apa?” Kai menggeleng. Ia merapat pada Jeo Rin. Menelungsupkan tangan kirinya ke bawah kepala Jeo Rin dan melingkarkan tangan kanannya di pinggang Jeo Rin.

“Kau tidak berubah.”

“Maksudmu?” Kai tidak mengerti.

“Apa yang kau inginkan sekarang?” Mata Kai bergerak gelisah. Apa ia terlihat sedang menginginkan ‘itu’?

“Ti.. tidak ada.”

“Terima kasih karena kau bisa mengendalikan diri, Jongin-ah.” Jeo Rin tersenyum manis.

“Aku akan bertahan sampai kita menikah, Rin-ah. Setelah itu, kupastikan kau mengandung anakku.” Jeo Rin mengabaikan ucapan Kai. Ia ingin tidur.

“Rin-ah.” Panggil Kai setelah mencium pelipis Jeo Rin.

“Ne?”

“Apa yang kau lakukan kalau aku tidak bisa mengingatmu?”

“Aku akan berusaha agar kau mengingatku. Bagaimana pun caranya kau harus mengingatku. Karena aku mencintaimu, Jongin-ah.” Jeo Rin melihat wajah Kai. ‘Apa aku memberitahu Jeo Rin sekarang?’ Kai mengecup bibir Jeo Rin.

“Apa kau akan memaafkan kesalahan yang kuperbuat?” Jeo Rin berpikir.

“Tergantung kesalahan apa yang kau perbuat. Kalau tentang yeoja aku tidak akan memaafkanmu.”

“Kalau aku membohongimu?” Demi apa pun, Kai tidak mau mengatakan kenyataan yang ia tutupi jika itu membuat Jeo Rin membencinya. Jeo Rin melepas pelukan Kai. Ia teringat keganjilan yang ia temukan pada Kai. Keyakinannya mengenai ingatan Kai yang sudah pulih kembali menguat.

“Apa ingatanmu sudah kembali?”

“Baby..” Jeo Rin menatap Kai tidak percaya. Terkejut.

“Ingatanmu sudah kembali?” Jeo Rin senang.

“Baby, sebenarnya.. aku.. tidak hilang ingatan.” Kata Kai pelan.

“Mwo?” Jeo Rin ingin memastikan apa yang baru ia dengar.

“Aku tidak amnesia.” Jeo Rin mendudukkan dirinya.

“Kau membohongiku?” Perasaan Jeo Rin campur aduk. Senang, marah, kecewa, sedih. Tapi kecewa lebih dominan.

“Baby, dengarkan aku.” Kai mendudukkan dirinya.

“Jadi selama ini kau membohongiku?” Kai langsung memeluk Jeo Rin.

“Lepas!!”

“Dengarkan aku. Aku-“

“Lepaskan aku!” Jeo Rin merontah di pelukan Kai. Kai mengeratkan pelukannya.

“Itu satu-satunya cara yang terpikir olehku.”

“Cara apa?! Kau membohongiku! Lepas!! Teriak Jeo Rin. Tidak percaya kalau Kai tega membohonginya.

“Aku tahu aku salah. Tapi kalau aku tidak pura-pura amnesia kau pasti tidak menyadari perasaanmu. Kau tidak akan sadar kalau kau mencintaiku!!” Suara Kai meninggi di kalimat terakhirnya.

“Lepaskan aku! Lepas!!” Teriak Jeo Rin.

“Aku tidak akan melepaskanmu. Aku mencintaimu. Kau harus bersamaku!”

“Shirreo. Kau pasti akan membohongiku berkali-kali kalau aku bersamamu!” Jeo Rin masih meronta.

“Aku yakin kalau aku tidak hilang ingatan kau tidak akan mengakui perasaanmu sampai sekarang. Mengertilah, Rin-ah.” Kai mencium puncak kepala Jeo Rin.

“Kau tidak tahu betapa takutnya aku karena kau tidak mengingatku.” Jeo Rin terisak di pelukan Kai.

“Mianhae, aku salah. Mianhaeyo.” Kai mencium puncak kepala Jeo Rin berkali-kali.

“Lepaskan aku, Jongin-ah..” Jeo Rin terisak pelan.

“Baby..” Pelukan Kai merenggang karena Jeo Rin yang terus meronta.

“Aku tidak bisa bersamamu.” Jeo Rin mendorong Kai. Kai menatap Jeo Rin. Mencoba membaca pikiran Jeo Rin dari matanya.

“Apa yang kau pikirkan? Apa kau mau kembali pada Suho hyung? Atau kau mau bersama namja itu?!” Jeo Rin turun dari tempat tidur. Kai mengikutinya.

“Katakan apa yang tidak ada padaku, Rin-ah?! Aku jenuh! Aku sudah terlalu lama menunggu cintamu! Aku tidak akan melepaskanmu setelah kau mencintaiku. Katakan apa yang yang kurang dariku! Katakan, Jeo Rin!!” Bentak Kai.

“Kau mengecewakanku, Kai.” Ucap Jeo Rin pelan yang membelakangi Kai. Kai yang emosi, menarik Jeo Rin, membuat Jeo Rin berbalik. Ia menangkupkan tangannya di wajah Jeo Rin, menatap Jeo Rin tajam. Dapat Jeo Rin rasakan nafas Kai yang memburu. Namja itu pasti emosi.

“Aku sudah mengatakan padamu berkali-kali, jangan memanggilku Kai!!” Kai mencium Jeo Rin. Sekali saja ia mau Jeo Rin mengerti perasaannya.

“Hanya orang yang kucintai yang boleh memanggil namaku. Kau dan eomma. Eomma memanggil namaku di saat terakhirnya!”

“Jangan menahanku dengan alasanku seperti itu.” Jeo Rin mendorong Kai. Ia berjalan menuju pintu kamar.

“Kau benar-benar ingin aku hilang ingatan? Aku melupakanmu? Apa itu yang kau inginkan?!” Teriak Kai, membuat Jeo Rin berhenti. Tidak. Jeo Rin tidak mau Kai melupakannya. Ia hanya belum bisa memaafkan Kai yang membohonginya.

“Baik. Aku akan membuat diriku hilang ingatan.” Kai berjalan menuju Jeo Rin. Ia berkata sebelum membuka pintu.

“Atau kau akan sangat senang kalau aku hilang dari hidupmu? Aku akan melakukannya, Jeo Rin. Aku akan lakukan apa pun untukmu.” Kai membuka pintu. Jeo Rin mematung. Apa maksud Jongin? Apa yang akan ia lakukan? Jeo Rin menggeleng keras karena pemikirannya. Jeo Rin mengejar Kai.

“Jongin-ah..” Panggilan Jeo Rin membuat Kai mengurungkan niatnya untuk membuka pintu.

“Kau mau ke mana?” Jeo Rin berjalan mendekati Kai.

“Seperti hari ulang tahunmu. Aku kecelakaan dan semoga aku hilang ingatan. Atau akan semakin bagus kalau aku mati di tempat.” Kata Kai enteng.

“Apa yang kau bicarakan?!” Jeo Rin tidak bisa membayangkan bagaimana dia tanpa Kai.

“Kau akan senang kalau aku seperti itu kan?”

“Jongin-ah.”

“Selamat tinggal, Jeo Rin.”

“Andwae!” Jeo Rin memeluk Kai yang hendak memutar knop pintu.

“Jangan tinggalkan aku.” Aku tidak mau kau pergi. Kai tersenyum. Ia pikir triknya tidak akan berhasil. Yeoja itu benar-benar sudah mencintai Kai rupanya. Kai memegang tangan Jeo Rin yang melingkar di pinggangnya.

“Kau memaafkanku?”

“Ne. Jangan pergi.” Kai berbalik lalu memeluk Jeo Rin.

“Aku pura-pura agar kau sadar kalau kau mencintaiku. Maafkan aku yang mengecewakanmu.” Kai memeluk Jeo Rin erat.

“Maafkan aku juga. Saranghae, Jongin-ah.”

“Nado. Aku sangat mencintaimu, Mrs. Kim.” Cukup lama mereka berpelukan.

“Bagaimana kalau kita menikah besok?”

END

Gimana endingnya? Semoga memuaskan. Sebenarnya ini jauh dari ide pertamaku. Aku ubah habis-habisan karena ‘sesuatu’. Aku gak tau mau bilang apa lagi. Makasih buat reader yang udah mau komen, ngasih masukan buat penulisan ataupun pendapat kalian tentang cerita ini. Maaf aku gk balas komen kalian satu-satu. Untuk kedepannya aku akan uasahai balas komen kalian. Buat yg sering berceloteh di twitter, maaf balas lama, atau mungkin gk ku balas. Maaf banget 😦

 Jeongmal Gomawo, readers 😀 SARANGHAE ^^

292 tanggapan untuk “TRUE LOVE (Chapter 23-end)”

  1. Duuhh nanggung.. buat chapter slanjutnya lagi donk.. pngn tau klanjutan kai sama joe rin… mereka ber 2 tu sweet bgt… ayo donk tambah chapternya

  2. huaaaaaaa daebak!!!!! Ff terpanjang yg pernah aku bca dan sllu penasaran!!! thor tambahin lah kehidupan jongin dan baby nyah stlh nikah..habis greget ma ni pasangan

  3. Happy ending buat Sehun Min Young, Jeorin Jongin. Walah Luhan bener2 cinta sama Min Young ya, sampe Yoora dijadiin istri cuma biar ga ngerusak hubungan Sehun sama Min Young. *poor baby Lu. *poor Suholang kaya. Kaaa, suka suka suka sama ceritanya 🙂

  4. Aku pengen jong in – jeorin nikah .. * ini reders banyk mau nya :v *
    eyyyyyyyy,,, luhan ,, nggak di sangka ternyata .. Ckckck xd
    sebenar nya udah nyangka klo kai emng nggak amnesia, 😀 * abis dia udah kayk lem aja ke jeorin * hihihi
    gomawo buat ff nya 🙂

  5. True Love adalah ff yg partnya terbanyak.. Sampe 23 part, and endingnya bagus.. Meskipun ada yadongnya sihh *digaplok kai* wkwkwk.. Dri sekian banyak ff yg aku baca, hanya ff inilah yg bagus, endingnya bagus, and part terbanyak *muji ceritanya*.. Makasih thor, udh cpek2 mikir buat bikin ff ini.. Kembangin karyamu yaa.. Aku tunggu ff selanjutnya, tpi aku maunya kaya gitu cuman banyakin ke sehunnya ne??*apaansihh* Gomawo..

  6. Haaaa akhrnya happy ending 😭😭😭
    Tp knpa luhan sama yoo ra? 😨 *gk rela
    Hahaha abaikan
    Over all 👍👍👍👍👍

  7. kereeeen, tapi kurang puas sama ending, aku kira bakalan sampe jongin nikah sama jeorin, -,
    itu yakin si suamiku (luhan) *plaak* sama ular berbisa??
    Aissh, gak ikhlas gak ikhlas!!

    Tapi author ini gak ada epilognya apa? Aku berharap ada epilognya loh author 😀

  8. Sumpah! Nih ff bener bener keren. Akhirnya mereka bahagia.. 😀 sumpah gak bisa bayangin kalau jadi Jeo Rin ama Min Young

  9. lama menjadi sider akhirnya aku skrng mninggalkan jejak hihi
    anyway ini ff keren bgt dah kek drama gitu bnyak konflik tpi keren bgttttttttt!!!!! ini ff terkeren yg pernah ku baca dan ff terpanjang jga hehe, eonni jjang!!!!!! terus berkarya ya smoga aku jga bsa jdi author hebat kayak kamu :b

  10. sekarang aku udah selesai bacanya. sebenere aku jarang baca ff Kai , tapi pas baca ini aku jadi jadi ketagihan. walaupun kai nya bad boy banget , tapi aku salut sama karakternya. dan ga nyangka kalo suhu hyungnya kai. keren sumpah buatnya. lagi lagi .. aku tunggu selanjutnya. ee … boleh minta yang cast nya sehun? hehe .. tapi aku nge bias nya sama abang kyungsoo. gomawo .. pai ~ pai ~ lanjutin thor ceritanya .. 🙂

  11. Authorrrrrrr, greget bgt sihh akhir cerita jongin-jeorin. Nanggung tau ngga, harus.a ceritain smpe nikah n punya anak. Tapiiiii… Nggappa deh, bagus banget thorrr, Maaf selama baca ff author, aku ngga komen, bru komen.a skrg. Tapi jujur ya authorrr keren ngedd lho,
    ~Maaf kalo Lebay~

Tinggalkan Balasan ke anggi Batalkan balasan