IMMORTALITY Part II

imm

 

 

Author : Edelweis

Genre : Sad Romance

Main  Cast : Xi Luhan and Zen Hi ka

Support Cast : Park Ari, Do Kyung Soo, Member EXO and Others.

 

Annyeong readerdeul Edelweis balik lagi. Sebelumnya jeongmal gomawo ya atas responnya. Saya harap selanjutnya para readerdul tetep memberikan kritik dan saran buat FF saya, agar saya bisa memperbaiki FF saya. Sekali lagi saya minta maaf jika ada typo yang berterbangan Hehehe. g  usah lama2 CHEK THIS OUT yo.. jangan Lupa RCL nya 😀

 

 

 

 

Semua akan menjadi debu….

Jika kau tak pernah menyulapnya menjadi sebuah permata….

 

 

HI KA POV

 

Tak terasa 3 hari lagi Ujian Nasional akan di laksanakan. Sekarang aku sedang duduk manis di sofa, menunggu Lu ge pulang. Jam sudah menunjukkan 23.00 KTS. Aku benar-benar khawatir padanya. Tiba-tiba pintu rumah terbuka. Aku melihat Lu ge berjalan seperti orang mabuk. Ku hampiri dia, ku bantu dia dan membopongnya untuk masuk ke dalam kamar.

 

Tidak biasanya dia seperti ini. Ku endus lagi dan ku tajamkan indera penciumanku. Dia benar-benar mabuk. Aku tak menyangka dia mabuk, Lu ge yang ku kenal tidak suka meminum alcohol karena dia sendiri tidak kuat meminum-minuman keras itu. Jangankan minum alcohol, merokok saja ia tidak suka. Aku melepas sepatu bermerk Adidas yang masih menempel di kakinya. Ku dengar ia meracau tidak jelas. Menyebutkan namaku berkali-kali.

 

“Hi Ka-a, Hi Ka-a… Hi Ka-a…“ Racau Lu ge menyebutkan namaku.

 

“Ne Lu ge aku disini.”

 

Tiba-tiba ku rasakan tubuhku di tarik dan di hempaskan ke tempat tidurnya. Ia memenjarakanku dengan tangan panjangnya dan menindihku. Ia menyeringai padaku. Tatapan itu, tatapan itu bukan tatapan Lu ge ku. Tatapan yang penuh dengan nafsu tanpa kehangatan yang biasa ia tunjukkan kepadaku. Dia bukan Lu ge ku, Lu ge ku tidak pernah menatapku seperti itu. Aku hanya bisa menangis dan meronta-ronta dalam penjaranya.

 

“Lulu ge apa yang kau lakukan lepaskan aku !!.” Racauku. Air mataku sudah mengalir deras di pipiku. Air mata yang membawa semua pilu di hatiku yang sudah begitu sakit ini.

 

“Hi Ka-a.” Ia hanya memanggil namaku berulan-ulang.

 

Ku rasakan bibirku sudah basah oleh bibirnya. Ia menciumku. Menciumku dengan penuh nafsu dan kasar. Tak ada ciuman hangat dan penuh dengan perasaan cinta yang tulus yang dulu selalu ia berikan kepadaku.

 

Ku lihat ia membuka seluruh pakaianku dan pakainnya. aku mencoba menghentikkan kegiatannya dan meronta-ronta, tapi apa daya semuanya sia-sia mengingat tenaga Luhan ge lebih besar dariku.

 

AUTHOR POV

 

Hi Ka mencoba untuk melawan perlakuan Luhan kepadanya. Tapi semua sudah terlambat, itu semua sudah terjadi. Kini ia sudah utuh milik Luhan, kerhormatannya yang paling tinggi yang selalu dielu-elukan dan di jaga oleh kaum hawa kini telah menghilang.

 

Hi Ka hanya menangis meratapi keadaannya sekarang. Ingin ia menyalahkan Luhan tapi itu tidak mungkin karena ia tau bahwa ini semua bukan sepenuhnya kesalahan kekasihnya itu.

 

Malam lagi-lagi berganti menjadi pagi, itu semua memang sudah menjadi hukum alam yang memang sudah berjalan dari zaman lampau. Luhan terbangun dari tidurnya. Ia terkejut melihat keadaannya yang telah naked atau telanjang bulat.

 

 

Matanya membulat seketika, dadanya berdebar sangat cepat melihat Hi Ka yang naked atau telanjang sedang tertidur kelelahan di sampingnya. Ia pandangi tubuh Hi Ka yang tertutup selimut bergambarkan Manchester United miliknya. Hatinya menclos seketika melihat keadaan tubuh Hi Ka yang tak tertutupi selimut itu di penuhi oleh kissmark atau lebam keunguan di tubuhnya.

 

Hati Luhan benar-benar sakit, bahkan rumus fisika milik Albert Einstein saja tak bisa memecahkan masalah yang ia hadapi sekarang. Hatinya meraung-raung melihat keadaan gadisnya. Air jernih yang tersimpan di dalam mata cokelatnya pun keluar dengan sendirinya. Setitik demi setitik keluar dengan bergantian tanpa bisa ia atur atau ia rencanakan.

 

“Ya Tuhan apa yang aku lakukan.” Ucap Luhan dalam hati.

 

Luhan segera turun dari tempat tidurnya dan memakai pakaiannya. sekali lagi jarum beracun menusuk ulu hatinya dan menghempaskan racunnya di hatinya. Bagaikan sebuah toxic yang membuatnya membusuk. Ia melihat sebercak darah dan cairan kental berwarna putih sudah berceceran di seprai bergambarkan club kesayangannya itu. lalu ia berjongkok di pinggir Hi Ka yang sedang terlelap dalam tidurnya.

 

Butiran air matanya semakin deras. Ia membelai rambut dan wajah cantik Hi Ka yang sedang terlelap. Mengucapkan kata maaf sebanyak-banyaknya, karena walaupun ini semua di luar kuasanya atau di luar keinginnya tapi ia sudah terlanjur menyakiti Hi Ka dan menambah luka yang ada di dalam hati gadis yang sangat di cintainya itu.

 

“Mianhae Hi Ka-a. nega jeongmal nappeun namja hk hk.” Ucap Luhan frustasi.

 

Kini kesadarannya meretak dan di gantikan dengan keadaan yang anarki. Ia memukuli dirinya, menjambak rambutnya hingga memukuli tembok yang ada di dalam kamarnya itu. Entah iblis mana yang sedang merasukinya saat ini. Luka yang ada di hatinya tidak sebanding dengan luka yang ada tubuhnya. Kedua mata Hi Ka mengerjap dan mulai terbuka.

 

Samar-samar ia mendengarkan suara gaduh yang dihasilkan Luhan. Ia kaget dengan keadaan Luhan sekarang. Dengan sigap ia memakai bajunya dengan cepat dan berlari kearah Luhan yang sedang mengamuk. Ia peluk Luhan dari belakang mencoba memberikan ketenangan dan menghilangkan iblis laknat yang sedang mempengaruhi Luhan saat ini. Bagaikan sebuah gempa tektonik berskala besar yang dapat membuat semuanya hancur seketika, itulah keadaan hati mereka saat ini. Hati yang tersirat kembali dengan luka.

 

LUHAN POV

 

Ku rasakan Hi Ka memelukku dari belakang. Apa yang ku lakukan??. Aku memang busuk. Ya Tuhan kenapa semua harus terjadi??. Ini semua gara bartender sialan itu. Gara2 dia salah memberikanku minuman aku menjadi mabuk sperti ini. Saat itu Kai atau Kim Jong In mengajak kami ke club malam dan mentraktir kita. Aku yang memesan orange juice malah di berikan orange vodka squash yang alhasil membuatku mabuk. Dasar bartender sialan ARRGGHH.

 

“Sudah hentikkan Lu ge. Aku tidak apa-apa hiks hiks.” Ucapnya sambil menangis.

 

Ku balikkan badanku lalu memeluknya dengan erat. Tuhan aku rela kau menghukumku sekarang, karena aku sudah membuatnya seperti ini.

 

“Mianhae Hi Ka-a. aku memang bangsat!!. aku memang bajingan ak—.”

 

“Ssssttt. Sudah ge. Ini semua bukan sepenuhnya kesalahan gege. Aku tidak menyalahkan gege hiks hiks.” Ucapnya padaku.

 

Hatiku rasanya benar2 teriris dengan hebatnya. Dengan mudah dan tulus ia memaafkan aku. Aku benar2 hina Hi Ka, aku benar2 Hina.

 

“Mianhae, jeongmal mianhae hk hk hk. Mianhae Hi Ka-a. Mianhae.” Ucapku.

Bahkan permintaan maaf ini tidak akan pernah bisa termaafkan atas semua kelakuan iblisku padanya.

 

“Sudahlah ge aku sudah memaafkanmu eoh.” Ucapnya sambil melepaskan ikatan kami. Ia membelai surai wajahku yang berantakan dan sendu ini. Ia mengusap air mataku. Mendongakkan wajahku dan menatap mataku yang memerah.

 

“Aku ingin mendengar kata *Percaya* Lulu ge yang dapat membuatku tenang dan percaya kepadamu ge. Apakah kau bisa mengatakannya ge?. Kau tau ge kata2 mu itu benar2 seperti obat bius yang dapat membuatku tenang tanpa ada rasa takut dan cemas yang menggeluti benakku emm.” Ucapnya sambil tersenyum dan meneteskan air mata.

 

Aku semakin menangis mendengarkan ucapannya. Ucapan yang membuatku lagi2 tertusuk oleh jarum-jarum, ah ani maksudku tombak bertahta perak yang berlapiskan racun mematikan yang benar2 tajam.

 

HI KA POV

 

Mataku membulat sempurna melihat Lu ge yang mengamuk seperti itu. Memang jika ia sudah frustasi secara berlebihan ia akan menyakiti dirinya sendiri. Aku sudah hafal btul tentang semua yang ada pada dirinya. Aku segera memeluknya dari belakang dan menenangkannya. Aku sama sekali tidak menyalahkannya karena kejadian ini bukan sepenuhnya salahnya. Meskipun hati ini benar2 sakit dan lubang yang ada di dalamnya kian semakin menganga. Aku tidak mempermasalahkannya.

 

Tapi yang aku khawatirkan di benakku yang paling dalam adalah bagaimana jika aku hamil?. Saat ini adalah masa suburku. Kecemasan dan ketakutan ini akan ku simpan sendiri. Sekarang aku benar2 membutuhkan kalimat *Percaya* yang dapat memberikanku ketenangan akan masalah yang sekarang menggelutiku dari mulut mungilnya itu. Dapat kulihat rasa penyesalan yang sangat besar yang ia rasakan saat ini.

 

“Aku ingin mendengar kata *Percaya* dari bibirmu Lu ge, kata-kata yang dapat membuatku tenang dan percaya kepadamu. Apakah kau bisa mengatakannya ge?. Kau tau ge kata2 mu itu benar2 seperti obat bius yang dapat membuatku tenang tanpa ada rasa takut dan cemas yang menggeluti benakku emm.” Ucapku sambil tersenyum dan meneteskan air mata.

 

“Aku tidak bisa Hi Ka-a hk hk hk.” Ucapnya sambil sesenggukan dan menunduk lagi. Sangat pilu mendengarnya. Takdir memang sedang mempermainkan kita berdua Lu ge.

 

“Ayolah eoh. Turuti permintaanku ini.” Ucapku sambil mengangkat dagunya kembali dan menatap matanya dalam. Ku lihat ia menghembuskan nafasnya.

 

“Kau harus percaya padaku Hi Ka-a, percaya padaku bahwa semuanya akan baik saja2.” Akhirnya kata2 emas itu keluar dari bibirnya. Hatiku semakin tenang. Meskipun pikiran aku bisa hamil nanti masih menghantuiku. Aku memeluk tubuh jangkungnya lagi. Tubuh seorang laki-laki yang sangat aku cintai ini.

 

“Xie Xie Lu Ge. Wo Ai Ni.”

 

AUTHOR POV

 

Mereka sudah kembali beraktivitas normal. Cinta mereka semakin membesar. Letupan cinta yang sangat hangat dan dapat membuat musim salju tergantikan menjadi musim yang hangat. UNAS sudah mereka lewati. Kini mereka sudah berpakaian toga untuk menyambut kelulusan mereka. Seperti biasa Luhan dan Hi Ka mendapatkan peringkat yang tinggi. Luhan tampak gagah dengan baju Toganya sedangkan Hi Ka juga tampak cantik dengan baju toganya. Tapi Hi Ka mulai mencurigai kedaan tubuhnya. Seakan metabolisme tubuhnya terganggu, Hi Ka kini sering mual, pusing bahkan muntah bahkan ia belum datang bulan. Ia khawatir akan keadaanya, ia khawatir jika hal besar yang ia takuti terjadi. Bawasannya ia memiliki praduga bahwa ia bisa hamil sekarang. Setelah acara selesai ia menarik Park Ari dan membawanya ke tempat yang agak sepi.

 

PARK ARI POV

 

Aku terkejut saat Hi Ka tiba2 menggeretku dan membawaku menjauh dari kerumunan. Ada apa sebenarnya anak ini?.

 

“Ommo Ya!! Zen Hi Ka apa yang kau lakukan?. Wae geurae?.” Tanyaku padanya.

 

“Ari-a, a- aku pernah menceritakan padamu tentang apa yang L-Luhan ge lakukan dan aku lakukan kan?.”  Ucapnya bergetar. Aku memang tau semuanya. Karena saat itu aku memaksa Hi Ka bercerita padaku perihal apa yang terjadi padanya melihat bekas keunguan yang ada pada tubuhnya.

 

“Iya aku tau. Memang ada apa Hi Ka-a?.” ucapku melembut. Ku lihat ia meneteskan air matanya.

 

“Hiks hiks aku harus bagaimana Ari-a?. Aku telat datang bulan, akhir2 ini aku selalu mual dan pusing bahkan terkadang muntah. Eotthokae?. Aku tidak mau Luhan ge tau. Sebentar lagi ia mau debut. Aku tidak mau menghancurkan impiannya.”

Mataku melebar saat aku mendengar penuturan dari mulut mungil Hi Ka. Mataku memanas dan bibirku menjadi kelu seketika. Dalam sekejap aku memeluknya, aku benar2 merasakan kepedihan, kebingungan, kesakitan dan kepiluan yang di rasakan Hi Ka saat ini.

 

“Tenanglah aku akan selalu membantumu ne.” kurasakan ia mengangguk dalam pelukanku. Air mataku kian menetes merasakan pilu yang berlebih dari hati sahabat sejatiku ini.

 

“Bagaimana sepulang nanti kau ke apartemenku. Aku ingat kakak iparku masih meninggalkan tes kehamilannya di sana saat ia sedang menginap di apartementku gara2 dia sedang merajuk dengan oppaku. Eottae?. ” Tanyaku padanya.

 

“Ne a-aku, aku akan kesana.” Ucap Hi Ka. Aku benar2 lega mendengarnya.

 

AUTHOR POV

 

Hi Ka sudah meminta izin kepada Luhan bahwa ia akan pergi ke apartement milik Ari. Di dalam mobil pribadi Ari yang berwarna hitam pekat itu Hi Ka hanya memandang kosong pemandangan luar lewat cendela kaca mika yang terpasang di mobil mewah milik Ari itu.

 

Ari memang anak yang mampu, tapi ia tak pernah menyombongkan diri ataupun memisahkan kasta untuk menjalin hubungan dengan semua orang.  Setibanya di apartement milik Ari mereka berdua langsung turun dari mobil hitam itu. Hi Ka masih terdiam dalam balutan pikirannya. Memikirkan tentang keadaan yang ia alami.

 

“Ayo masuk Hi Ka-a.” ucap Ari.

 

“Ah Ne.” balas Hi Ka singkat.

 

Ari langsung berjalan kearah loker di samping meja riasnya. Sedangkan Hi Ka sedang memandangi apartement Ari yang bernuansa serba hitam, putih dan abu2. Ia mendudukan dirinya di sofa bermerk Lavender yang empuk dan berwarna abu2 sambil menunggu Ari keluar dari kamarnya.

 

“Hi Ka-a ini alatnya. Aku tidak tau cara menggunakannya. Tapi yang aku tau tunggu saja dalam waktu 10 menit untuk mendapatkan hasil yang akurat.” Ucap Ari menjelaskan.

 

“Emm Arrasseo. Terima kasih banyak Ari-a. aku bersyukur memiliki sahabat sepertimu.” Kata Hi Ka.

 

“Nado. Ppalli ke kamar mandi sana. Kau pastinya sudah hafal kan letaknya. Apa perlu ku antar.” Tanya Ari kepada Hi Ka.

 

“Ah Annieo. Aku bisa sendiri.” Jawab Hi Ka.

 

Saat Hi Ka sedang ke kamar mandi tiba2 terdengar suara ketukan di pintu apartement Ari. Ari berlari dan membukakan pintunya.

 

“Ari-a cukkaeo.” Ucap namja itu yang tak lain adalah Do Kyung Soo, namjachingunya.

 

“Ah Oppa kau membuatku kaget.” Jawab Ari.

 

Kyung soo atau lebih akrab di sapa D.O ini langsung masuk ke dalam rumah. Ari mencoba menghentikannya karena ia tak ingin namjachingunya tau tentang rahasia yang Hi Ka yang ia jaga.

 

“Oppa bisakah kau pulang sekarang?.” Tanya Ari.

 

“Eoh wae geure. Bukannya kau selalu marah2 jika aku tak kesini.” Tanya D.O sambil memasang wajah melasnya karena di usir oleh sang yeojachingu.

 

“Bukannya begitu.” Jawab Ari.

 

“Memang ada apa chagi-a. tidak biasanya kau seperti ini. Kau kan tau aku sibuk utk persiapan debut. Aku hanya merindukanmu. Dan satu hal lagi, kau tidak bisa menyembunyikan sesuatu dariku.” ucap D.O sambil mengusap wajah yeoja yang sangat ia cintai itu. 6 tahun silam mereka sling mengenal, itulah yang membuat mereka sangat mengenal satu sama lain.

 

“Ya Tuhan bagaimana ini. Aku memang tidak bisa menyembunyikan apapun darinya.” Racau Ari dalam hati.

 

Tiba2 pintu kamar mandi terbuka dan Hi Ka langsung berlari ke pelukan Ari tanpa tau bahwa D.O ada di sana. Hi Ka menangis sekencang-kencangya di pelukan Ari sambil membawa alat tes kehamilannya. D.O hanya berwajah cengo saat itu.

 

“Bagaimana hasilnya Hi Ka-a eoh?.” Tanya Ari ke sahabatnya itu. D.O hanya memandang tak mengerti pada kedua gadis cantik itu, sambil bergelut dengan pikirannya sendiri.

 

”Positf Ari-a, aku positif hamil.” Ucap Hi Ka. Tangisan Hi Ka semakin kencang. Ucapan Hi Ka berhasil membuat D.O dan Ari membulatkan matanya dan tersentak dengan realita yang di ucapkan Hi Ka. Badan Hi Ka melemas dan jatuh di pelukkan Ari. Hi Ka pingsan seketika.

 

“Kyungie bantu aku membawa Hi Ka ke kamar ppalli!! hiks hiks.” Ucap Ari kepada namjachingunya itu.

 

“Apa yang sebenarnya terjadi Ari-a ?.” Tanya D.O.

 

“Sudah akan ku jelaskan nanti.” Jelas Ari.

 

Sesudah mereka membawa Hi Ka ke kamar mereka berdua duduk di ruang tamu bernuansa tenang itu. D.O berulang kali meminta penjelasan kepada Ari. Ari pun menjelaskan keadaan dan realita yang sebenarnya terjadi. Mata D.O yang bulat pun makin membulat saat ia mendengar penjelasan Ari.

 

Ia tau keadaan Luhan saat mabuk, bahkan ia yang menceramahi bartender tersebut karena telah memberikan minuman yang salah kepada Luhan. Mulutnya yang menganga pun akhirnya terkatup rapat dengan sendirinya. Ia juga berjanji kepada Ari akan membantu Hi Ka sebisa mungkin, karena Hi Ka juga sahabat dekatnya. Ia pun juga merasakan kepedihan Hi Ka.

 

Kini ia memeluk belahan jiwanya yang sedang bergetar dan menangis mengingat nasib yang dialami sahabatnya itu. Dengan erat dan penuh kasih sayang yang membuncah D.O menenangkan yeojachingunya yang jarang menangis itu. Mereka masuk kedalam kamar setelah mendengar suara Hi Ka yang memanggil Ari.

 

“Hi Ka-a kau sudah baikkan eoh ?.” ucap Ari sambil menggenggam tangan Hi Ka.

 

“Emm sudah. Gomawoyo Ari-a.” timpal Hi Ka. Sontak Hi Ka kaget saat melihat sosok D.O yang ada di samping Ari.

 

“Aku sudah tau semuanya Hi Ka-a. Tenanglah aku akan membantumu sebisaku karena kau juga sahabatku.” Ucap D.O seraya tersenyum lembut.

 

“Gomawo Kyung soo-a.” Balas Hi Ka.

 

“Jadi apa tindakanmu selanjutnya?. Apakah kau akan memberitahukan kepada Luhan Hyung tentang kehamilanmu ini?.” Tanya namja bermata bulat itu.

 

“Ani, aku tidak akan memberitahukannya. Aku mohon kalian jangan memberitahukan keadaanku kepada Lu ge ne. Aku mohon, aku tidak mau merusak dan menjadi penghalang untuk meraih cita2nya.” Tukas Hi Ka sambil menahan isak tangis yang membawa larutan cairan kepedihan yang ada di hatinya.

 

“Tapi Hi Ka, anak yang kau kandung itu anak Luhan Hyung. Kau harus memberitahunya.” Ucap D.O lagi.

 

“Aku tidak mau membebaninya Kyung soo-a. aku ingin melihatnya bahagia. Kau tau, menjadi penyanyi adalah impiannya sejak lama. Aku tidak mau aku dan anak yang sedang aku kandung ini menjadi penghalangnya. Kau tidak tau seberapa kerasnya ia latihan untuk menaikkan kemampuannya. Aku akan membesarkan anakku ini sendirian.” Jawab Hi Ka dengan berlinangan air mata.

 

D.O tertegun mendengar ucapan Hi Ka. Satu hal yang ia sadari. Cinta Hi Ka kepada Luhan memang benar2 kuat. Melihat pengorbanan besar yang dilakukan Hi Ka untuk membuat Luhan bahagia. D.O hanya membuang nafas, kalah dalam perdebatan yang terjadi antara dia dan Hi Ka.

 

“Jadi apa yang akan kau lakukan Hi Ka-a?.” Tanya Ari kepada sahabatnya itu.

 

“Satu-satunya cara adalah aku harus meninggalkan Luhan ge. Menjauh dari kehidupannya. Itulah yang harus aku lakukan.” Jawab Hi Ka.

 

“Hi Ka-a.” belum sempat D.O melanjutkan bicara Hi Ka telah memotongnya terlebih dahulu.

 

“Aku akan meninggalkannya. Dengan alih2 aku sudah tidak tahan hidup bersamanya dan selingkuh dengan orang lain. Luhan ge sangat sensitif bila aku berdekatan dengan namja hehehe.” Ucap Hi Ka sambil tertawa miris.

 

“Cukup Hi Ka. Buang saja pikiran bodohmu itu. Sadarlah kau menyiksa dirimu sendiri.” Bentak D.O yang kalap pada Hi Ka. Ari hanya bisa menagis melihat keadaan itu.

 

“Kau tak tau bagaimana rasanya harus berkorban untuk orang yang kau cintai Soo-a. Jika aku meilhatnya bahagia aku juga akan bahagia.” Jawab Hi Ka.

 

“Tapi apa kau tidak merasakan perasaan Luhan Hyung eoh?. Jawab aku HI KA-A!!!??.” Tanya D.O dengan rasa marah yang sudah membuncah. Ia tak habis pikir dengan ide gila yeoja mulia yang ada di depannya ini. Mulia karena siap dan menegaskan bahunya untuk siap berkorban agar orang yang ia cintai bahagia.

 

“Aku sudah memikirnya kyung soo-a tapi ini yang terbaik.” Ucap Hi Ka sambil menatap mata bulat milik D.O dengan tegas. Meyakinkan bahwa keputusannya adalah keputusan yang terbaik.

 

“huff ya sudah terserahmulah. Aku dan Ari akan selalu mendukungmu. Tapi kau akan tinggal dimana Hi Ka-a.” Ucap D.O sambil memberikan senyuman hangatnya. Betapa mirisnya ia merasakan penderitaan sahabatnya ini. Sahabat yang sejak kecil sudah mendapatkan batuan panas dari takdir hidupnya.

 

“Bagaimana jika tinggal denganku saja. Aku kan tinggal di apartement ini sendirian. Dan kau Hi Ka, kau jangan menolaknya. Jika kau menolaknya aku akan marah padamu. Kita akan membesarkam anakmu bersama ne.” Timpal Ari semangat sambil menggenggam erat kedua tangan Hi Ka dan mencoba meringankan beban hidup sahabatnya itu.

 

“Ku rasa ide yang bagus.” Sahut D.O.

 

“Gomawo.” Ujar Hi Ka sambil memeluk ke dua sahabatnya.

 

LUHAN POV

 

Hari ini benar2 melelahkan. Aku harus mengulang berkali-kali bagianku saat rekaman tadi. Aku dan Kim Jong Dae atau namja yang bisa di panggil Chen tadi sedang mengisi vocal untuk lagu Baby Don’t Cry yang akan kami cantumkan ke dalam list album kami. Kami berdua adalah Main Vocal di grup. Aku melangkahkan kakiku dengan cepat.

 

Aku ingin segera pulang dan menunjukkan lagu ini kepada Hi Ka. Ah.. enaknya Baekhyun dan D.O, mereka hari ini sedang libur karena kemarin sudah rekaman. Sesampai di rumah aku langsung mencari sosok Hi Ka. Aku menemukannya sedang sibuk menatap tata surya yang ada di gelapnya langit malam, malam ini. Ku peluk dia dari belakang.

 

“Sudah pulang?.” Tanya Hi Ka. Tidak biasanya dia akan seperti ini. Biasanya dengan reflek ia akan segera membentakku dan memarahiku karena membuatnya kaget.

 

“Kau kenapa eoh?. Aneh sekali, biasanya kau akan marah jika aku mengagetimu.” Tanyaku padanya. Ku hirup aroma strawberry dari tubuhnya. Aroma yang selalu aku rindukan.

 

“Gwenchana aku tidak apa2 Lu ge. Apa Lu ge sudah makan?.” Ucap Hi Ka padaku.

 

“Sudah. Kau kenapa kau tidak bisa membohongiku Hi Ka. Aku trlalu mengalmu.”

 

Ia berbalik ke arahku. Ku lihat pahatan cantik yang di pahat Tuhan yang ada di depanku ini. Kebiasaannya yang selalu berusaha menanggung beban sendirian tanpa membaginya kepada siapapun masih belum hilang dari dirinya. Kebiasaan atau sifat yang sangat aku tidak aku sukai darinya.

 

“Gwenchana Lu ge. Suatu saat kau akan tau.”

 

“Ya sudah klu begitu. Aku ingin menunjukkan lagu ini padamu.”

 

“Lagu apa Lu ge?.” Tanyanya kepadaku.

 

“Ini lagu yang akan kami debutkan nanti. Judulnya Baby Don’t Cry, lagu yang aku nyanyikan bersama Chen.” Jawabku bersemangat.

 

“Jinja??. Aku ingin mendengarnya.” Ucapnya bersemangat pula.

 

“Ini dengarkan.”

Pinyin

 

Nǐ jiù bié zài yóu yù le hǎo ma

Jiù jǐn lā zhù wǒ de xīn zàng

Ài xiàng yī dào hěn cì yǎn de guāng máng

Líng lì de yuè guāng bǎ yǎn jīng guān shàng

Rú guǒ bù shì wǒ shì bié de nán rén

Rú guǒ zhè shì xǐ jù lǐ miàn de yī jù huà

xiào dàn le jiù ba

Wǒ huì hé nǐ de ài jiāo huàn shāng hén

Baby don’t cry, tonight

Dāng hēi yè zài xián liàng qǐ lái

Baby don’t cry, tonight

Jiù dàng zuò méi fā shēng guò yī yàng

Nǐ yǒng yuǎn dōu bù huì huà shēn xiàng pào mò yī yàng

Nán dào nǐ bù zhī dào ma

So baby don’t cry, cry

Wǒ de ài shǒu hù nǐ bù fàng kāi

 

Translate

 

Jangan ragu lagi
Hanya dengan memegang erat hatiku
Cinta itu seperti cahaya yang menyilaukan
Mata tertutup pada cahaya bulan yang tajam

Jika bukan aku, tapi orang lain
Jika ini adalah sebuah kalimat dalam komedi
Dimana aku bisa tertawa
aku akan bertukar cinta dengan bekas luka

sayang jangan menangis, malam ini
Ketika malam yang gelap menyala
sayang jangan menangis, malam ini
Hanya memperlakukannya seolah-olah tidak ada yang terjadi

kau tidak akan pernah menjadi seperti busa
apakah kau tau itu
jadi sayang jangan menangis, menangis
Cintaku akan melindungimu dan tak akan mebiarkanmu pergi.

 

 

“Eotthae. Eoh wae geure?. Kenapa kau menangis?.” Tanyaku. Ku hapus air matanya yang menetes itu.

 

 

“Tidak papa ge. Aku sangat suka lagunya. Kelihatannya lagu ini akan menjadi lagu favoritku.” Ucapnya sambil tertawa ringan. Aku tau Hi Ka ada sesuatu yang sengaja kau sembunyikan dariku. tapi aku akan tetap bungkam mengingat kau mengatakan aku akan tau dengan sendirinya.

 

 

“Hehehe ayo tidur sudah malam.” Ucapku padanya.

 

 

 

“Ge.. bisakah kau menyanyikan lagu itu untukku sebelum aku tidur. Dan satu lagi, bolehkah aku tidur bersamamu?.”

 

 

“Aigoo, uri Hi Ka kenapa menjadi manja begini eoh?.” Ucapku sambil mengacak lembut rambutnya itu. Ku lihat wajahnya mengeluarkan semburat merah merona. Memperjelas bahwa ia sedang malu saat ini.

 

 

 

 

AUTHOR POV

 

 

Luhan menuntun Hi Ka ke kamarnya dan menyanyikan lagu Baby Don’t Cry sampai Hi Ka tertidur. Hi Ka memeluk Luhan dengan erat, begitu pun sebaliknya dengan Luhan. Luhan melihat wajah Hi Ka yang kini tertidur lelap di pelukannya. Di kecupnya singkat kening Hi Ka dengan penuh rasa sayang yang berlimpah. Hingga waktu membawa mereka terlelap bersama.

 

 

 

Ke esokan harinya Luhan terbangun dari lelap tidurnya ia mencari sosok Hi Ka. Ia mulai panic saat sosok Hi Ka tidak di temukan di manapun. Tidak biasanya Hi Ka seperti ini. Hingga ia menemukan sebuah surat yang berada di atas meja belajar milik Luhan.

 

Sebuah surat pengantar yang menjelaskan kenapa ia harus pergi dari kehidupan Luhan.

 

 

 

 

TBC

 

 

 

 

 

14 tanggapan untuk “IMMORTALITY Part II”

  1. huhuhu…
    sedih bgt..
    aq bc ff ini sambil dengerin lagunya baby dont cry jd iktan nangis..
    hikshiks…
    lanjutannya blm ada ya? pnasaran ni gmn kehidupan hi ka selanjutnya…

Pip~ Pip~ Pip~