[KrisMee] Oneshot – “Stay After You”

KrisMee Stay After YouKris – Aimee “Stay After You”

Author:  chaeralee

Main Cast: EXO-M Kris, Aimee Kitagawa (OC)

Genre: Romance

Rate: PG -15

*****

Beijing, China

Gadis itu mengenakan gaun putih berpotongan asimetris di bagian lutut. Rambut cokelat panjangnya jatuh begitu saja di punggung dan bahunya. Kulitnya seputih porselen dan wajahnya terbingkai indah dalam helaian rambutnya. Seperti boneka dari batu pualam, hanya saja lebih indah dan tidak ternilai dalam hitungan estetika.

Tapi gadis itu pucat. Dan Kris tidak bisa tenang saat itu.

Kris menyapu sejumput rambut dari dahi seputih porselen itu dengan cemas. Ia memegang pundak gadis itu sambil bertanya berulang kali dengan pertanyaan yang sama. “Apa dia akan cepat sadar?”

Seorang wanita separuh baya di hadapannya mengedik pelan tapi tak urung berpikir keras untuk membuat gadis porselen yang terbaring di hadapannya cepat sadar.

Kris berdecak dan beralih kembali kepada gadisnya yang belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. “Sudah berapa lama ia pingsan?”

“Belum lama,” wanita itu menjawab. “Kau tenang saja, Yifan, dia akan baik-baik saja.”

“Tapi dia –“

“Dia hanya kelelahan.”

“Kau sudah memberikan vitaminnya?”

“Dia sudah banyak menenggak vitamin–“

“Itu berarti kau memaksanya bekerja terlalu banyak,” Kris memotong tajam. “Dia belum pulih dari sakitnya dan dia sudah melakukan pemotretan lagi.”

“Yifan–“

Kris menghela nafas dan menelengkan kepalanya. “Sudahlah, lupakan. Terkadang gadis ini memang keras kepala.” Ia kembali menatap sosok Aimee Kitagawa yang benar-benar seperti boneka sekarang. Diam tak bergerak tapi masih menunjukkan kecantikannya yang luar biasa.

Aimee pingsan sehabis menjalani pemotretan musim panas di sebuah pantai di pinggir kota. Sebelumnya, ia sempat mimisan beberapa kali tapi tetap memaksakan diri untuk menjalani pemotretan. Matahari sangat tidak bersahabat saat itu, tapi Aimee bersikeras. Profesionalitas katanya. Tapi pada akhirnya ia jatuh pingsan.

Kris tiba beberapa menit setelah dikabari oleh asisten Aimee bahwa gadis itu pingsan. Kris datang sendiri tanpa pengawalan manager atau siapapun. Pria itu datang seorang diri dengan kendaraan putihnya yang mengundang sejumlah perhatian penggemar. Tidak ada fans yang tidak tahu bahwa kendaraan sport bercat putih dengan nomor kendaraan yang dipesan khusus itu merupakan mobil Kris. Alhasil, ada sekitar puluhan penggemar yang berjubel dua puluh meter dari lokasi pemotretan Aimee.

Kris mengangkat kepalanya, menyaksikan sejumlah kamera diarahkan kepadanya. Kris ingin sekali tidak tersenyum karena ia tidak tahu harus senang atau risi karena ia diikuti oleh penggemar-penggemarnya. Tapi kemudian ia menyematkan sedikit senyumnya dan kembali menunduk, memandang Aimee yang masih tidak sadarkan diri. “Ayolah, Aimee, sadarlah,” gumamnya cemas. Pendengarannya kini dipenuhi teriakan histeris penggemarnya, tapi ia tidak terlalu ambil pusing.

“Yifan, ini minyak hangatnya. Aku akan mengurusi penggemar-penggemarmu. Mereka sepertinya mendesak masuk,” wanita tersebut bangkit berdiri dan meninggalkan Kris.

Kris mengambil botol minyak hangat tersebut tanpa berkata apa-apa. Ia mengoleskan minyak tersebut ke kedua jarinya dan mendekatkan jarinya ke hidung Aimee sambil berharap gadisnya akan cepat sadar karena kecemasannya kali ini bertambah dua kali lipat. Penggemar-penggemarnya tahu ia ada disini, itu artinya kecemasan kedua baginya.

Kedua kelopak mata bersapukan eyeshadow kecokelatan itu akhirnya terbuka perlahan. Sepasang mata Kris membulat dan sontak ia mengguncang pelan bahu pemilik kelopak mata indah itu. Aimee membuka matanya sedikit lalu mengerang. Kris kembali mengusap dahi Aimee dengan ibu jarinya dan tersenyum. “Kau sudah sadar?”

“Wufan?” Aimee menggumamkan nama Kris dengan nada serak. Kris tersenyum. Aimee suka sekali memanggil namanya dengan sebutan apa saja, entah Wufan, Kris, Kevin, Yifan bahkan Jiaheng, nama kecilnya dulu. Dan mendengar Aimee memanggil namanya merupakan kelegaan luar biasa baginya setelah bermenit-menit berkutat dalam kecemasannya.

Aimee bermaksud menegak luruskan punggungnya tapi tiba-tiba saja kepalanya pusing bukan main. Kris sampai perlu menahan punggung gadis itu untuk mencegah Aimee terjatuh dengan punggung yang menghantam keras bangku kayu panjang tempatnya berbaring. “Kau pusing?”

Aimee ingin sekali mengangguk kuat-kuat dan mengatakan ia nyaris melihat dunia sekelilingnya berputar. Tapi akhirnya ia hanya bergumam pelan, “Sedikit.”

Kris segera memperbaiki boneka kura-kura Aimee yang menjadi alas kepalanya dan menidurkan kembali gadis itu dengan posisi senyaman mungkin. “Istirahatlah. Akan kuambilkan minum,” katanya sambil bangkit berdiri.

Tak lama kemudian Kris kembali dengan segelas air putih dan kemasan obat di tangannya. Aimee menyipit. Vitaminnya ada di tangan Kris dan itu artinya ia harus minum vitamin untuk kesekian kalinya hari ini. Setelah tadi kru pemotretan memaksanya meminum suplemen dan vitamin untuk menjaga staminanya, sekarang ia harus minum vitamin lagi? Aimee menarik nafas lelah. Ini hanya pendapatnya saja atau ia kolaps karena kru yang terlalu memaksanya padahal saat ini kondisinya sedang tidak bagus?

Kris menaruh gelas dan vitamin tersebut disamping kepala Aimee. Ia lalu memutar kepalanya dan melihat jauh ke depan. Aimee tidak bisa melihat apa yang dilihat Kris, tapi kemudian pria itu menarik gantungan baju beroda yang berada tak jauh darinya sehingga kini posisi Aimee benar-benar tidak terlihat dari balik luar gantungan baju beroda tersebut.

What’s going on?” tanya Aimee heran.

Kris berjongkok disamping kursi panjang tempat Aimee berbaring dan menjawab enggan. “My fans are here.”

They’re watching you?”

Kris mendesah. “Mereka bahkan mengikutiku sejak aku keluar dorm.”

You came here all by yourself?”

Kris mengangguk.

Aren’t you afraid, Kev?”

What’s to be afraid of?” Kris bertanya balik.

Yourself.”

Kris menggeleng kali ini. “Yang kutakutkan justru keselamatanmu. Kau bisa saja dalam bahaya andaikata salah satu dari mereka adalah sasaeng fans.”

I’m sorry,” Aimee menggigit bibir sambil melirik Kris yang tengah membuka kemasan obat untuknya. “How come you know me…with this kinda condition?”

Kris mengangkat kepala dan tersenyum singkat. “Xin Fang menelponku. Dia bilang kau mimisan beberapa kali dan berakhir dengan pingsan.”

“Vitaminmu,” Kris menyodorkan tiga butir kapsul kepada Aimee dan membantu gadis itu mengangkat kepalanya. Setelah memastikan Aimee menelan semua vitaminnya, Kris kembali membantu Aimee membaringkan kepalanya karena ia tahu gadisnya tidak ‘sedikit pusing’ dilihat dari wajahnya yang tampak menahan sakit di kepalanya.

“Dimana yang lain?” Aimee bertanya lagi. Rasa-rasanya Kris perlu menahan gadisnya untuk tidak bicara karena Aimee selalu bertanya ini-itu.

“Aku menyuruh mereka meninggalkan kami berdua –Xin Fang dan aku – untuk menjagamu. Lalu Xin Fang pergi beberapa menit lalu karena gadis-gadis penggemar itu mendesak menemuiku.”

Aimee tertawa pelan. Kris sampai heran mengapa gadis yang tengah dalam kondisi lemah bisa tertawa secantik itu. Ia memandang Aimee lamat-lamat dan mencari-cari apa yang membuat gadis itu tampak rupawan di matanya bahkan dalam wajah pucat sekalipun. Tidak, ini bukan efek make up. Kris sudah beribu kali melihat wajah tanpa make up Aimee, bahkan wajah bangun tidurnya, tapi ia tidak menemukan cela apapun dalam lekuk wajah Aimee. “Bersyukurlah karena kau masih punya penggemar,” Aimee berkata lagi.

“Kau meragukan ketenaranku?”

“Kris,” cibir Aimee. “Don’t be arrogant. You’re nothing without them.”

I know,” Kris merasa kalah. “But not in this case. They follow my every pace.”

Aimee tertawa lagi lalu menepuk pelan punggung tangan Kris yang berada di lengan kirinya. “Pulanglah. Aku tidak apa-apa. Aku hanya kelelahan, kau tahu.”

And leave you? Don’t be crazy.”

You’re crazy!” sahut Aimee cepat.

Apa?” Kris mengangkat alis tidak mengerti.

“You’re wearing sweat pants and thinnest t-shirt. Mana selera fashionmu, Airport King?” Aimee kembali tertawa. Tapi kali ini Kris tidak terpana. Ia justru menunduk, memperhatikan apa yang ia kenakan. Gadis itu benar, ia hanya mengenakan sweat pants abu-abu, kaus hitam tipis dan jaket hitam tipis yang kelihatan usang. Ditambah rambutnya yang berantakan dan sandal putih tipis yang biasa dipakainya didorm. Kalau dibandingkan dengan penampilan sehari-harinya yang selalu diabadikan penggemar, yang ini adalah yang terburuk.  “Finally we see humane Kris,” Aimee terkekeh geli.

“Tadi aku buru-buru saat mendapat telepon dari Xin Fang,” Kris mencari pembelaan. “Lagipula sebenarnya apa pentingnya penampilan?”

Say the Airport King,” Aimee kembali mencibir.

I’m not.”

Aimee memutar bola matanya sambil terkikik melihat wajah Kris yang seperti angry bird saat ini. “Hey,I told you, pulanglah. Aku tidak mau fans berpikiran yang tidak-tidak tentangmu.”

Kris menggeleng. “Aku tidak akan meninggalkanmu sampai kau benar-benar pulih. Lihat dirimu, kau sangat pucat, Aim.” Kris tidak berbohong, Aimee memang pucat. Bibir gadis itu memutih dan kedua matanya yang dilapisi makeup juga terlihat cekung dan tidak bersinar seperti biasanya. Melihat Aimee rasanya sama dengan melihat membernya yang kelelahan. Saat melihat membernya yang kelelahan, Kris merasa ia gagal menjadi leader, gagal mengurus membernya dengan baik. Sama seperti saat melihat Aimee dalam keadaan pucat, rasanya seperti ia yang telah melakukan kesalahan yang membuat Aimee tidak sehat.

“Kau mau disini sampai kapan?” pertanyaan Aimee membuyarkan ilusi singkat Kris. Pria itu mengedik ragu. “Mungkin sampai kau bisa bangun,” sahutnya.

I can.” Aimee berdecak karena merasa diremehkan. Ia mencoba mengangkat kepalanya dan menahan berat badannya dengan kedua telapak tangannya. Kepalanya kembali seperti dihantam, tapi gadis itu memaksakan diri untuk membuktikan ia tidak apa-apa. Aimee memang bisa duduk tegak setelah itu dan ia nyaris menyunggingkan senyum kemenangannya pada Kris. Tapi itu tidak terjadi karena tahu-tahu Aimee menjatuhkan kepalanya ke depan dan mengerang pelan.

Kris dengan sigapnya menahan pundak Aimee dan ganti berdecak karena merasa menang. “Sudah kubilang, kau tidak sedang baik-baik saja.” Ia kembali membantu Aimee berbaring. “Tell me what are you feeling?” tanyanya dengan tatapan intens.

Sial, umpat Aimee, tidak terima karena jantungnya mulai tak karuan saat Kris menatapnya dengan cara seperti itu. “Aku. Tidak. Apa. Apa. Kau. Mengerti. Wu Yifan?”

Liar,” Kris tersenyum sinis. Tipikal senyum yang ia berikan kalau ia sedang meragukan sesuatu. Pria itu menyentuh dahi Aimee dengan punggung tangannya dan mengerutkan dahi. “Badanmu hangat. You’re sick.”

Aimee mengangkat punggung tangannya sendiri dan menyentuh dahinya. Benar, badannya hangat. Aimee tersenyum lemah pada Kris, tanda ia menyerah. “I know I’m sick. Dimana yang lain? Biar mereka yang menjagaku. Kau tidak ada jadwal?”

Mendengar Aimee menyebut kata ‘jadwal’, Kris menarik nafas. Besok ia harus pergi ke Korea untuk menghadiri sebuah konser disana. Itu artinya, beberapa hari ke depan harus meninggalkan Aimee. Lagi-lagi. Aimee memang sudah mengerti dan menerima padatnya jadwal Kris. Tapi Kris sendiri enggan untuk menerima setumpuk aktivitas yang mengharuskannya meninggalkan gadis itu lagi. Rasanya seperti meninggalkan sejenak semangatmu dan memaksakan diri untuk beraktivitas tanpa semangat itu. Kinda hard feeling. “Besok aku harus ke Korea,” kata Kris akhirnya.

Aimee tersenyum mengerti sambil menyatukan sela-sela jarinya pada sela-sela jari Kris. “Do your best.” Katanya pendek. Gadis itu ingin mengucapkan kata-kata lagi, tapi gantungan baju beroda yang ‘menyembunyikan’ mereka berdua tahu-tahu digeser dan sosok asisten Aimee ada disana dengan nafas terengah-rengah. “Aku menyesal kau dilahirkan sebagai Kevin Wu, Wu Yifan, Kris atau apapun itu. Tapi kau membuatku ikut-ikutan gila. Aku tidak menyangka kau punya penggemar sefanatik itu.” Xin Fang mengusap peluh di dahinya sambil bersungut menunjuk-nunjuk Kris.

Kris mengangkat sebelah alisnya lalu bangkit dan mengintip dari sela-sela gantungan baju tersebut. Situasinya memburuk. Penggemarnya kini semakin membludak, ditambah kamera yang dijepret sana-sini. Belum lagi para kru pemotretan yang sedang menghalau para penggemar. Tidak ada staff dari pihak EXO saat ini, jadi mau tidak mau Kris yang harus bertanggung jawab atas kekacauan yang ditimbulkannya.

“Sudah kubilang, kau tidak seharusnya disini.” Aimee berkomentar. Ia lalu berpaling pada Xin Fang. “Tjietjie, boleh aku pulang sekarang? Badanku sedang tidak enak.”

Xin Fang menoleh dan mengangguk cepat. “Maafkan kami karena terlalu memaksamu. Kami salah, Aimee. Seharusnya kau tetap tinggal sampai kau benar-benar sembuh. Aku janji ini yang terakhir kalinya. Kalau kau merasa tidak enak badan, cepat katakan padaku, mengerti?”

Aimee lagi-lagi tersenyum. “Tidak apa-apa. Tidak seharusnya tjietjie meminta maaf seperti itu. Lagipula aku yang meminta untuk melanjutkan, kan? Aku juga meminta maaf karena tidak bisa menyelesaikan pemotretan sampai akhir. Aku janji akan menyelesaikan pemotretan secepatnya kalau aku sudah sembuh.”

“Oh my dear, you don’t have to…” Xin Fang tidak tahu harus berkata apa, tapi Aimee benar-benar gadis yang membuatnya terkesan. Ia tidak pernah menyesal maupun mengeluh telah menjadi asisten pribadi gadis berusia 21 tahun itu.

Ada satu hal lagi yang harus diurusi Xin Fang saat ini. Yaitu kekeraskepalaan Kris. Ia berbalik dan menghampiri Kris yang masih mengintip dengan cemas. “Kau bisa pulang sekarang,” bisik Xin Fang.

Kris memutar badannya dan menggeleng tidak setuju. “Aku harus menjaga Aimee.”

“Kau tidak mempercayakanku? Dia akan baik-baik saja, Yifan. Kalau kau tetap disini –atau parahnyamereka tahu apa yang kau lakukan disini–, maka aku tidak bisa memastikan Aimee akan baik-baik saja setelah ini.”

Aimee tidak mendengar apa yang dibicarakan oleh Xin Fang dan Kris. Tapi dalam penglihatannya, air muka Kris berubah serius dan pria itu meliriknya sepersekian detik. Ia ingin bertanya apa yang terjadi sebenarnya, tapi pening di kepalanya menariknya kembali untuk menutup mulut dan menunggu Xin Fang atau Kris menghampirinya.

“Aku tidak menuduh yang tidak-tidak, tapi lihat mereka,” Xin Fang menunjuk kerumunan gadis-gadis dengan kamera di tangan masing-masing. “Mereka mendesakku untuk mengatakan apa yang kau lakukan disini. Dan kaubilang penggemarmu sudah mengikutimu sejak kau keluar dari dorm, kan? Aku tidak bisa menjamin mereka semua adalah penggemar yang menerima Aimee. Lalu masalah sa–saeng…apa?”

Sasaeng fans –“

“–Yah, mereka itu, aku sudah banyak membaca tentang sasaeng fans, dan mereka cukup mengerikan. Kupikir tidak ada salahnya kau menyingkirkan dulu keras kepalamu kali ini. Demi Aimee. Kasihan dia. Sudah berapa bulan kalian menyembunyikan hubungan dan ia yang bekerja keras untuk tidak menunjukkan diri di hadapanmu? Kalau hanya karena hal sepele ini hubungan kalian terbongkar – aish,aku tidak tahu bagaimana selanjutnya.”

Kris mencerna kalimat demi kalimat yang dilontarkan Xin Fang. Sudah berapa bulan kalian menyembunyikan hubungan dan ia yang bekerja keras untuk tidak menunjukkan diri di hadapanmu?Ketakutan akan keselamatan Aimee memang selalu mengusiknya. Tapi ia justru memenangkan keras kepalanya dengan melakukan tindakan bodoh yang bisa saja menyodorkan Aimee kepada ketidakamanan. Lain kali ia perlu mengontrol keras kepalanya.

“Baiklah. Aku akan pulang. Tapi kumohon jaga Aimee sampai kondisinya membaik. Aku harus pergi ke Korea besok.”

Xin Fang tersenyum menenangkan. “Kau bisa mengandalkanku. Tidak ada yang tidak menyayangi Aimee, Yifan. Dia selalu aman. Percayalah.”

Kris tahu ia bisa mengandalkan Xin Fang. Wanita itu sudah kenal dekat dengannya. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan sekarang. Pria itu berjalan ke arah Aimee dan berlutut disamping bangku kayunya. Tangannya mengusap lengan Aimee. “Aku pulang sekarang.”

“Kau memang harus pulang,” Aimee terkekeh dengan lengkungan senyum di bibir pucatnya. “Jaga kesehatanmu, Kev. Kabari aku kalau kau sudah sampai di Korea. Ah, satu lagi, sampaikan salamku pada K member. Katakan pada mereka, lain waktu aku akan berkunjung ke Korea.”

Dalam pikirannya, Kris mencatat semua apa yang dikatakan gadisnya itu. Ia mengangkat tubuhnya sedikit dan mengecup dahi gadis itu. Hangat, nyaris panas menjalar di sekitaran bibirnya saat ia mengecup dahi porselen itu.

Setelah bertukar sekian kata-kata manis satu sama lain, Kris akhirnya pamit. Ia meninggalkan sekali lagi kecupan pada pipi kanan Aimee dan berbalik. Semakin lama ia disini, semakin sulit pula baginya untuk kembali ke dorm nya.

“Kau tahu, aku tidak pernah bosan melihat kalian berdua,” celetuk Xin Fang dengan tangan terlipat.

Kris hanya tertawa. Ia menarik tudung jaketnya ke depan dan memakai kacamata hitam yang sejak tadi menggantung di kerah kausnya. “Aku pergi dulu, tjietjie.

“Mobilmu sudah aman dari fans. Kru kami sudah menghalau mereka dan mengatakan kau kesini untuk bertemu dengan salah satu sepupumu.”

Kris tidak tahu berapa banyak terimakasih yang pantas diucapkannya kepada Xin Fang dan kru pemotretan Aimee. Mereka benar-benar membantunya tanpa diminta. Pria itu akhirnya pamit dan keluar dari ‘tempat persembunyiannya’.

Begitu ia menampakkan diri, yang pertama kali dilihatnya adalah gadis-gadis yang berjubel di bibir pantai dan berteriak histeris begitu melihatnya melambai singkat. Kris berlari menuju mobil sportputihnya dan masuk ke dalamnya tanpa hambatan. Dari matanya, ia melihat ada belasan pria yang menghalau gadis-gadis itu. Sekarang bukan waktunya untuk mengucapkan terimakasih pada anggota kru pemotretan tersebut karena situasinya benar-benar tidak memungkinkan.

Kris melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dan meninggalkan kawasan pantai itu. Setelah ini ia perlu meminta maaf pada managernya karena pergi diam-diam dan menimbulkan kekacauan kecil di tempat umum. Lalu ia akan menelpon Xin Fang untuk mengucapkan terimakasih sekali lagi. Dan lain kali ia akan menraktir para kru tersebut sebagai ucapan terimakasihnya.

Dan besok, ia akan pergi ke apartemen Aimee Kitagawa.

*****

Kris tidak main-main dengan tekadnya kemarin. Ia benar-benar mengunjungi Aimee di apartemennya yang ditinggali berdua dengan Xin Fang.

“Yifan?” Xin Fang terkejut melihat sosok tinggi berambut pirang yang berdiri di hadapannya.

Kris tersenyum sambil menundukkan sedikit kepalanya. “Aku mengganggu aktivitas pagimu?”

“Tidak,” sanggah Xin Fang cepat-cepat. Ia melongokkan kepalanya ke sekitar koridor, takut-takut ada kerumunan gadis yang ditemuinya seperti kemarin. Melihat tingkah laku Xin Fang, Kris tertawa pelan. “Mereka sepertinya tidak tahu aku disini.”

Wanita berkacamata itu menarik nafas lega dan bergegas menyuruh Kris masuk. “Sedikit berantakan,” katanya.

“Tidak masalah,” Kris melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal tipis putih yang sama persis seperti kepunyaannya yang biasa dipakai di dorm. Ia mengekor di belakang Xin Fang sambil memperhatikan setiap detail apartemen minimalis itu. Hampir semua dindingnya dipenuhi foto-foto Aimee yang diatur sedemikian rupa sehingga terlihat tertata dan berkesinambungan. Ini bukan pertama kalinya Kris datang ke apartemen Aimee, tapi foto-foto di dinding tersebut selalu bertambah, membuatnya tidak pernah bosan.

“Duduklah, aku akan membuatkanmu minum.”

“Tidak perlu.” Kris mengangkat sebelah tangannya untuk mencegah wanita itu pergi ke pantry. “Pesawat kami take off beberapa jam lagi, jadi aku harus buru-buru. Aku kesini hanya untuk memastikan keadaan Aimee.”

“Ah, gadis itu masih tertidur di kamarnya. Ayo, biar kuantar,” tanpa diminta Xin Fang menawarkan diri mengajak Kris ke kamar Aimee yang terletak disamping ruang tengah.

“Panasnya sudah turun walaupun tidak terlalu signifikan,” jelas Xin Fang.

“Kau sudah membawanya ke dokter?”

Xin Fang mengangguk. “Ada beberapa obat yang harus Aimee minum. Dan kau sendiri dia tidak suka minum obat? Jadi aku harus sedikit galak padanya.”

Kris terkekeh di belakang Xin Fang. Wanita itu membuka pintu kamar Aimee dengan pelan dan menarik pria itu masuk.

Disanalah Aimee, dengan wajah pucat yang sama seperti kemarin, tengah terlelap. Kris berjalan mendekat dan mengamati setiap inci wajah gadisnya. Nafasnya teratur, meski ia tidur dengan sedikit kerutan di dahinya. Orang sakit memang tidak pernah bisa tidur dengan nyaman karena ia selalu gelisah. Kris meletakkan punggung tangannya di dahi Aimee dan berdecak pelan. “Kau, cepat sembuh, gadis perfeksionis,” ucapnya pelan. “Aku tidak peduli dengan karir modelmu, dengan deadline lagumu, atau bahkan dengan fanfiction buatanmu yang selalu ditunggu oleh pembaca setia blogmu. Aku peduli padamu, jadi jangan berharap kau bisa melakukan tiga profesimu sekaligus tanpa izin dariku sebelum kau sembuh, mengerti?” Kris menarik nafas dan melanjutkan. “Lima hari lagi aku baru pulang ke China. Dan pastikan kau sudah sembuh saat aku pulang. Sampai jumpa.” Kris mendaratkan kecupan singkat ke pipi kanan Aimee tanpa ragu.

“Aku pergi, tjietjie.” Kris berganti pamit pada Xin Fang yang berdiri di dekat pintu. Wanita itu memandang pria berkaus putih dengan blazer navyblue itu dengan senyuman lebar. “Jaga dirimu disana, Yifan,” pesannya.

Kris meninggalkan apartemen Aimee setelah itu. Ia bergegas masuk kembali ke van putih EXO dan langsung disambut oleh lima pasang mata yang memandangnya penuh arti.

“Apa?” tanyanya tidak mengerti.

“Kau terlihat tampan,” sahut Luhan, mewakili pemikiran masing-masing pemilik sisa empat pasang mata.

Kris memutar bola matanya sambil menutup pintu van. Ia tidak menghiraukan perkataan Luhan karena ia sama sekali tidak tahu apa maksudnya. Tapi kemudian, candaan-candaan dari jok belakang membuat Kris memutar badannya dengan kerutan tidak terima di dahinya.

“Kau bilang dia tampan?” Lay menyikut lengan Luhan.

“Dia selalu terlihat lebih tampan sehabis menemui Aimee,” sahut Luhan ringan.

“Pria yang sedang jatuh cinta memang selalu lebih tampan dari biasanya,” sambung Tao.

“Aimee selalu berhasil membuatnya lebih tampan, bukan begitu?” timpal Chen.

“Kalau Kris Ge terlihat lebih tampan, maka kita tidak ada apa-apanya,” Tao melengos.

“Kalau begitu, Kris Ge tidak boleh menemui Aimee supaya ketampananannya tidak bertambah,” Tao menyimpulkan.

“Aku tidak mau kehilangan fansku gara-gara Kris lebih tampan,” giliran Xiumin berbicara.

“Jadi kesimpulannya…” pancing Luhan dengan senyum nakal.

“Jangan pertemukan Kris dan Aimee kalau kau tidak mau ketampananmu tersisihkan oleh ketampanannya!” sahut empat suara lainnya dengan kompak dan serempak seperti koor.

“YA! BERHENTI MEMBICARAKANKU DENGAN TOPIK TIDAK MUTU SEPERTI ITU!”

*****

 -fin-

Annyeong, new author here. Setelah kemarin baru dikonfirm jadi author dan seenggaknya harus bikin satu ff sebagai ‘introduce speech’, jadilah saya bikin oneshot random yang idenya muncul gara-gara liat MV Extended Angel *abaikan*. First of all, mau ngucapin makasih buat Hee’Kai yang udah mengkonfirm saya malam itu juga *kecup manis*. Yang kedua, salam kenal cipok basah dari saya, Chaera Lee atau pen name saya chaeralee. Saya termasuk abal dalam dunia penulisan, tapi saya akan berusaha sebaik mungkin!! *angkat ketek* 

Soal ff, saya memang selalu pakai OC dalam setiap ff saya mau main cast namja nya siapa aja. Dan tipe ff saya kebanyakan adalah fanon, bukan AU, jadi saya bener-bener memfokuskan OT12 adalah member EXO, bukan sebagai tokoh lain. Kalaupun saya membuat AU, itu artinya benar-benar terpisah dari fanon yang saya buat, sama sekali tidak ada keterkaitan. 

Di ff saya selanjunya, mungkin akan ada pairing-pairing lain yg saya buat berdasarkan imajinasi saya. Sekali lagi, bukan AU *maaf kalau ada yang tidak suka*. Selama menjadi author, saya usahakan OT12 akan mendapat pasangan OC masing-masing dengan cast permanen. Jadi untuk KrisMee ini contohnya, Kris akan tetap menjadi pasangan Aimee selama saya bikin ffnya.  

Saran dan kritik sangat saya tunggu. Terserah mau pakai kalimat pedas, manis, asem, asin, saya terima. Karena saran dan kritik sangat membangun. Gomawo ^^ *gandeng Chen*. 

—-

16 tanggapan untuk “[KrisMee] Oneshot – “Stay After You””

  1. Kyaa~ ini beneran lohhh >< walaupun aku nggak terlalu pintar bhs.Inggris *pletak* tapi aku suka sama FF ini , terlebih pas mereka blang kalau Kris akan terlihat lebih tampan setelah menemui Aimee kekek~

    Keep Writing thor 😀

Tinggalkan Balasan ke sadiyatuzzahra Batalkan balasan