CRUEL BOY! — 1st. That Boy

cruelboy

 

CRUEL BOY!

Author: Shimmerlight |

| Cast: Park Chanyeol, Han Sujeong |

| Genre:  Comedy, Teenage, Romance |

|  Length: Twoshoot |

| Rating : PG-17 |

| Disclaimer: Fiction version dari manga oneshoot “Hidoi Otoko” dengan improvisasi dari kami. Happy reading! |

© Shimmerlight

___

“Park Chanyeol? Laki-laki populer di sekolah, yang terkenal dengan gaya sok selebritis-nya itu. Hobinya tentu saja bermain-main dengan banyak gadis. Cih, benar-benar memuakkan!”

Han Sujeong

 

“Han Sujeong? Ia tidak lebih dari seorang ketua kelas cupu yang tidak seksi dan menarik. Sama sekali bukan tipeku.”

Park Chanyeol

 

___

  

 

UN Village, Yongsan-gu

Ting tong!

“Selamat siang! Saya Han Sujeong yang datang untuk bekerja sambilan membersihkan rumah.” teriak seorang gadis berwajah polos yang kini berdiri di depan sebuah villa mewah di kawasan Yongsan.

Tak lama kemudian, terdengar derap langkah dari dalam, pertanda seseorang sedang menuju ke arah pintu. Gadis bernama Sujeong itu memperhatikan penampilannya sekali lagi, menilai kelayakannya. Kemudian ia tersenyum kala menyadari bahwa pakaiannya tepat. Kaos longgar milik kakak laki-lakinya dan celana selutut yang nyaman, memudahkannya untuk bekerja.

“Kau terlambat…” ujar seorang laki-laki berwajah tampan dengan nada cueknya.

Melihat laki-laki tersebut, Sujeong membelalakkan matanya, ia kaget.

“Ah,” sebuah gumaman bervolume rendah keluar dari mulutnya, membuat laki-laki itu ikut menatapnya. Raut wajah laki-laki itu berubah seketika, ia tampak kaget, sama sepertinya.

“KAU?!” teriak keduanya bersamaan.

Saat ini sekolah-sekolah di Seoul sedang dalam masa liburan musim panas. Han Sujeong yang duduk di bangku kelas X pun sedang memasuki masa liburannya.

“Sedang apa kau disini? Aku tidak memintamu datang kemari.” ujar laki-laki jangkung itu sambil membolak-balik kertas CV yang berisi data Han Hyunjoo, kakak sepupu Sujeong.

“Hhhh padahal aku sudah berharap, karena kupikir yang datang adalah mahasiswi cantik.” lanjut laki-laki itu dengan nada cueknya yang tidak berubah sejak tadi. Kini matanya menelusuri Sujeong dari atas sampai bawah, menilai gadis itu dengan tatapan seolah hendak menelanjanginya.

Ugh.

“Ti-tidak sopan! Apa maksudmu, Park Chanyeol? Aku kemari karena Hyunjoo-eonni memintaku untuk menggantikannya secara mendadak, tau.” jelas Sujeong dengan sedikit panjang. Ia merasa terhina dengan tatapan yang diberikan laki-laki itu. “Lagipula aku tidak ada niat untuk menemuimu, sama sekali.”

Laki-laki bernama lengkap Park Chanyeol itu menarik salah satu sudut bibirnya, menunjukkan smirk andalannya yang biasa ia gunakan untuk memikat hati para gadis. “Begitukah?” pertanyaan bernada skeptis itu ia lontarkan dengan nada menggoda, masih lengkap dengan smirk yang tidak hilang dari wajah…err…tampannya.

“Bukankah berbahaya kalau ketua kelas sepertimu berduaan denganku di tempat seperti ini?” Laki-laki itu mendekatkan tubuh dan wajahnya, membuat Sujeong mundur selangkah demi selangkah.

Sial, aku terpojok. Laki-laki ini berbahaya.

“Di sekolah kita hampir tidak pernah berbicara, ya? Tapi ternyata kita dipertemukan disini.” Laki-laki itu terus bergerak mendekat, semakin memojokkan Sujeong yang terus berusaha mundur, meskipun gadis itu tau bahwa punggungnya sudah menempel pada tembok.

“He-hei! Apa-apaan kau?!” teriak gadis itu nyaring. Tangannya refleks menyilang di depan dadanya, membuat tameng untuk melindungi dirinya dari sesuatu yang tidak ia inginkan.

Karena kini ia tengah berhadapan dengan Park Chanyeol, dan ia bukan pemuda biasa.

Laki-laki bernama Park Chanyeol itu adalah pemuda kaya, anak tunggal dari Presdir perusahaan IT yang memiliki gaya hidup layaknya selebritis. Jumlah pacarnya tidak terhitung, begitu pula dengan gadis-gadis yang ia campakkan.

Laki-laki itu adalah player nomer satu—setidaknya begitulah yang Sujeong dengar.

Tangan Chanyeol kini bergerak menyentuh permukaan kulit pipi Sujeong dengan jarinya, satu demi satu, mengelusnya lembut.

“Hei, bagaimana kalau kita saling mendekatkan diri?” tanya laki-laki sialan itu dengan nada yang terdengar…ugh…menggoda.

Sujeong menutup kedua matanya dan menggigit bibirnya kala ia merasakan bahwa kini tidak hanya jari tangan laki-laki itu yang bermain di wajahnya, tapi ia juga merasakan nafas hangat laki-laki itu di sekitar telinganya. Akibatnya, bulu roma Sujeong meremang seketika.

Selama beberapa detik laki-laki itu tidak bergerak, terus bertahan pada posisinya dan membiarkan gadis bernama lengkap Han Sujeong itu gemetar, entah takut atau justru terpesona.

Chanyeol melirik wajah gadis itu sekilas. Kemudian ia menarik ujung bibirnya lagi, membentuk sebuah senyuman yang terlihat…jahat?

“Ha…ha…ha…” tiba-tiba terdengar suara tawa dengan nada mengejek. Siapa lagi yang melakukannya kalau bukan Park Chanyeol?

Sujeong membuka matanya lebar dan langsung mendapati wajah Chanyeol yang sedang menatapnya dalam jarak yang tidak jauh—tidak sampai sejengkal. Gadis itu bahkan masih dapat merasakan nafas hangatnya di sekitar wajahnya.

“Lucunya, kau takut ya?” tanya laki-laki itu dengan nada meremehkan. Detik berikutnya laki-laki itu kembali tertawa. “Hahaha…tenang saja, aku tidak akan mengganggumu.” ujarnya dengan mengedipkan sebelah mata.

Masih dengan posisi menempel di tembok dengan lutut yang bergetar—syok, Sujeong menatap laki-laki di hadapannya dengan penuh tanda tanya. “Ke…kenapa?” tanya gadis itu pelan, mencicit.

Chanyeol tersenyum manis. “Menurutmu kenapa…?”

Sujeong menatap ke arah lawannya itu sekali lagi, mencoba mencari tau alasan dibalik pertanyaannya. Gadis itu menggeleng kaku, membuat Chanyeol menertawainya habis-habisan.

“Singkat saja,” ujarnya di sela tawa. “—karena aku tidak berminat pada gadis yang sama sekali tidak seksi sepertimu.” lanjut laki-laki itu sambil tertawa pergi. Ia mengatakan hinaan tersebut dengan ringan, seolah itu adalah kenyataan yang sudah seharusnya ia ungkapkan sejak lama.

“Sudah sana kerja.” perintahnya sembari melenggang pergi, menuju ke lantai dua villa mewah itu.

Selepas kepergian laki-laki itu, tubuh Sujeong merosot, dan ia jatuh terduduk. Jantungnya masih terasa tidak karuan akibat sentuhan-sentuhan kecil yang sempat Chanyeol berikan di sekitar wajahnya yang suci.

“Dia menyentuhku…” gumamnya dengan nada seolah tubuhnya kini tanpa nyawa. “—lalu seenaknya dia bilang aku tidak seksi?!” lanjut gadis itu sembari menjerit heboh pada detik berikutnya.

“Dia apa-apaan sih?! Dasar laki-laki mata keranjang!”

Pekerjaan yang sedang ia lakukan saat ini adalah mengepel lantai. Lima belas menit yang lalu ia sudah menyelesaikan tugasnya untuk menyapu seluruh lantai villa mewah itu. Sepanjang ia bekerja, mulutnya tidak berhenti mengomel, meluapkan kekesalannya yang entah kenapa tidak ada habisnya.

“Ya, maaf, kalau aku tidak seksi! Aku datang ‘kan untuk kerja! Memang salah, kalau aku memakai pakaian yang memudahkanku untuk bekerja?! Memangnya bisa mengepel lantai kalau pakai rok mini?! Atau naik gunung pakai sepatu tumit tinggi?!”

Ocehan-ocehan itu adalah rangkuman singkat dari serentetan gumaman, teriakan, keluhan, dan omelan panjang yang ia koarkan sejak tadi, sejak laki-laki Park itu menghinanya.

Tiba-tiba gadis itu berdiri. Matanya menatap sekelilingnya dengan tatapan bangga. Seluas mata memandang, yang bisa ia lihat hanya benda-benda yang kini tampak berkilau, bebas dari debu.

“Yes, bersih!” ujar gadis itu bersemangat—sembari mengepalkan kedua tangannya.

Di hadapannya, kini berdiri kokoh sebuah cermin berdiri yang tampaknya tengah menatap angkuh padanya. Sujeong yang merasa dirinya ditatap, kini berjalan mendekat, kemudian tangannya mulai bergerak menyentuh permukaan cermin yang berkilau, berukir emas.

“Huh, perabotannya mewah-mewah ya…” pujinya dengan mata berbinar, ia kagum.

Sujeong kini menatap pantulan dirinya di cermin, meneliti penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kemudian gadis itu memposekan dirinya seolah sedang bergaya di depan kamera yang siap membidik setiap gaya yang ia peragakan.

“Gadis biasa sepertiku pun kalau dikelilingi benda-benda mewah seperti ini dan memakai barang-barang bagus, pasti tampak seperti…” Sujeong memutus kalimatnya. Gadis itu melebarkan matanya, terkejut akibat melihat pantulan wajah seseorang di cermin, selain dirinya.

“—selebriti…”

Dengan sigap, gadis itu membalikkan tubuhnya. Tidak lupa ia memasang kuda-kuda untuk melindungi dirinya dari apapun—atau siapapun yang dengan tiba-tiba muncul di belakangnya itu.

Benar saja, matanya tidak salah. Di hadapannya kini berdiri kembali seorang laki-laki yang…err…terlihat tampan dengan kaos santainya, yang kini tengah menatapnya dengan tangan terlipat di depan dada.

Ah, bagaimana ini?! Laki-laki sialan itu melihat aku berbicara pada cermin dengan pose menjijikkan dan—

“Sepertinya kau menganggur, ya. Kalau sudah selesai disitu, tolong cuci baju dan rapikan halaman.” ujar laki-laki itu dengan nada memerintah. Rautnya datar, mulutnya sibuk meniup-niup permen karet, membuat balon dengan benda lengket yang tidak bisa ditelan itu.

Sujeong mengerjapkan matanya beberapa kali. “Su…sudah tahu, kok. Tidak usah memerintah begitu.” balas gadis itu sambil melenggang pergi dengan wajah memerah.

Dari ekor matanya, gadis Han itu dapat melihat Chanyeol yang bergerak maju mendekati cermin yang tadi ia gunakan untuk berkaca. Laki-laki itu menajamkan pengelihatannya, meneliti setiap sudut cermin itu, lalu mengusapnya dengan lembut.

“Untung saja kacanya tidak retak…” gumam laki-laki itu sambil terus memandangi cermin berukir emas tersebut.

Sujeong membalikkan tubuhnya, menatap ke arah Chanyeol. “A-apa?”

Laki-laki Park itu menolehkan kepalanya. “Jangan sampai kaca ini pecah gara-gara memantulkan benda aneh.” ujarnya masih dengan raut datar, namun nadanya terdengar mengejek. “Soalnya ini barang antik dari Italy yang harganya dua puluh ribu euro atau setara dengan tiga puluh juta won.”

Sujeong membelalakkan matanya. “Ti-tiga puluh…juta, won?”

Chanyeol menganggukkan kepalanya. “Mahal, ‘kan? Sayang sekali kalau sampai retak hanya karena memantulkan benda-benda aneh seperti wajahmu itu.”

“A-APA?!”

Sujeong mengibaskan kaos terakhir di keranjangnya, kemudian menggantungkan kaos berwarna hitam itu pada tali jemuran. Setelah yakin cuciannya beres, gadis itu mengambil keranjangnya dan berjalan ke arah tangga. Dengan segera gadis Han itu mendudukkan pantatnya pada undakan terbawah tangga, kemudian meluruskan kedua kakinya untuk melepas lelah akibat terlalu lama digunakan untuk berdiri.

Gadis itu menatap langit sembari menikmati semilir angin yang menerbangkan beberapa helai rambutnya. Ia menutup kedua matanya, namun entah mengapa ia buru-buru membukanya kembali.

Sekilas ia teringat pada laki-laki sialan yang mempekerjakannya di tempat ini.

“Oh sial, kenapa mulut laki-laki itu kejam sekali?” gumam gadis itu sembari menghela nafasnya berat, dan berlebihan. Matanya kini menatap kupu-kupu yang entah mengapa berputar-putar heboh di depan wajahnya. “Aku benci pada diriku sendiri karena menyelesaikan semua tugas yang ia perintahkan dengan baik.”

Lagi-lagi Sujeong menghela nafasnya. “Dan lucunya, aku tidak bisa bilang apa-apa ketika ia mengatakan bahwa harga cermin itu tiga puluh juta won.” Gadis itu menggelengkan kepalanya. “Itu mahal sekali. Dengan uang segitu, aku bisa membeli sate ikan sebanyak yang aku mau dan masih bisa membelanjakan sisanya untuk membeli pakaian dan perlengkapan lain.”

Sujeong merebahkan kepalanya pada undakan tangga yang lain, menatap langit sebelum ia mulai bergumam kembali.

“Aku memang sudah dengar tentang mulutnya yang tajam dan pedas, tapi apa laki-laki sialan itu tidak bisa lebih baik sedikit? Memangnya aku pernah berbuat salah apa padanya?” gadis itu mendecakkan lidahnya. “Enteng sekali ia menghina wajahku.”

Sepertinya ia ingin membuatku tidak nyaman dan mengenyahkan aku dari si—

“Semua sudah selesai?” Sebuah pertanyaan bernada tidak percaya terdengar dari arah pintu, secara tiba-tiba.

Park Chanyeol, laki-laki sialan itu lagi.

Sujeong tersenyum, senyum kecut dan dipaksakan. “Sudah, Tuan Muda. Kalau ada yang lain, silahkan katakan, nanti aku kerjakan.” Gadis Han itu merasa setiap ia mengucapkan sebuah kata, otot-otot wajahnya berkedut, seolah menahan emosi yang tengah memuncak di kepalanya.

Laki-laki Park itu diam, kemudian beranjak meninggalkan Sujeong untuk kembali masuk ke dalam villa. Sujeong yang sudah memasang kuda-kuda—pose siap bertarung, kini menatap punggung Chanyeol yang bergerak menjauh.

“Ada apa dengan bocah itu?”

Gadis Han itu meneguk iced lemon tea yang baru saja ia buat, mengalirkannya ke kerongkongan sedikit demi sedikit. Matanya sibuk menelusuri setiap sudut villa yang berisi puluhan barang mewah. Antik, unik, dan mahal. Kini ia beralih untuk menilai bangunannya.

Semuanya dibuat dengan bahan terbaik, termasuk pemilihan bahan, pewarnaan, dan lain-lain. “Kalau dilihat-lihat lagi, villa ini besar dan indah sekali.” gumam Sujeong sembari menatap keluar lewat jendela besar bertiraikan sutra di ruang tengah.

“Tapi, kenapa di sini cuma ada di—”

KRIIIING KRIIIING

Gadis Han itu tersentak. Buru-buru ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, mencari sumber suara.

“Chanyeol, ada telepon!” teriak gadis itu keras, matanya masih sibuk mencari letak meja telepon, karena tadi Chanyeol tidak memberitahunya, bahkan melarangnya untuk mengangkat telepon.

Tidak ada sahutan.

Sujeong memutuskan untuk naik ke lantai dua. Rasa-rasanya ia mendengar bunyi telepon itu dari sana, sekalian saja ia memanggil laki-laki Park itu sekali lagi. Siapa tau laki-laki itu sedang memakai headphone, atau bahkan tertidur.

Telepon yang masih berdering itu tepat berada di depan sebuah kamar yang di pintunya ditempel logo elstinko—sepertinya itu brand kegemaran sang pemilik kamar, Park Chanyeol.

“Chanyeol?” panggil gadis itu sekali lagi, tangannya mengetuk pintu dua kali. Namun tetap tidak ada balasan.

“Apa boleh buat.” ujarnya sembari mendekat ke meja telepon.

“Halo?” sapa Sujeong pada sang penelepon. Tidak ada sahutan, sepertinya orang itu bingung karena bukan sang pemilik rumah yang menerima panggilan.

Baru saja Sujeong hendak membuka mulut untuk menjelaskan, sang penelepon lebih dulu menyelanya. “Eeh, Chanyeol?! Ah, sepertinya bukan, ya. Ini suara perempuan. Kau pacar Chanyeol, ya?

Pacar?

Wah, Chanyeol sudah berani mengajak pacar ke rumah, ya! Anakku memang hebat.”

A…anak? Berarti…

“Ini…Ayah Chanyeol, ya?” tanya Sujeong dengan nada yang kentara sekali tingkat keraguannya. Antar ragu, takut, dan juga bingung.

Ah iya, benar. Oh ya, Nona pacar Chanyeol, apa anakku ada?

Sujeong mengerutkan alisnya. Panggilan yang diberikan Ayah Chanyeol untuknya terdengar menggelikan.

Sejak kapan aku sudi menjadi pacar Park Chanyeol?, gerutu gadis itu dalam hati.

“Saat ini saya sedang tidak melihatnya, tapi kalau ada yang mau disampaikan, silahkan saja. Oh, ya, saya hanya orang yang datang untuk kerja sambilan, dan bukan pacar orang macam dia.” jelas Sujeong dengan tegas, berharap pria paruh baya yang berada di seberang telepon akan mengerti.

Dari seberang telepon, terdengar suara tawa yang terdengar senang. “Kau gadis yang penuh semangat, ya. Cocok dengan anakku.

Sujeong memutar bola matanya. “Maaf, apa ada pesan?”

Oh iya, aku janji untuk melewatkan waktu dirumah bersama Chanyeol. Tapi sayangnya harus kubatalkan karena aku ada pekerjaan mendadak. Tolong sampaikan permintaan maafku padanya ya.

Sujeong terdiam, penuturan singkat dari Tuan Park barusan cukup membuat hatinya terenyuh. Di saat sang anak sedang dalam masa liburan musim panas dan akan menghabiskan waktu dengan ayahnya, sang ayah justru membatalkan karena urusan pekerjaan.

Dia adalah bocah yang cengeng dan gampang kesepian sewaktu kecil. Itu semua akibat terlalu sering ditinggal oleh aku dan ibunya.” Tuan Park terkekeh kecil, menyelesaikan ceritanya. “Ya tapi kalau ada kau pasti dia tidak kesepian.” ujarnya dengan nada menggoda.

Oke, tolong sampaikan, ya.”

Pembicaraan disudahi dan sambungan telepon diputus secara tiba-tiba. Membuat Han Sujeong berdiri di tempatnya sambil menatap gagang telepon dengan tatapan heran. “Orangtua dan anak berbeda sekali.”

Gadis Han itu meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya. Kemudian ia menghembuskan nafasnya berat.

“Pasti Chanyeol sedih sekali.” ujarnya dengan nada prihatin.

Namun pada detik berikutnya Sujeong tersenyum licik.

Tapi sekarang aku tau kenapa dia sendirian di rumah sebesar ini.

“Halo, Park Chanyeol. Si bocah yang gampang kesepian.” ujar Sujeong dengan nada mengejek yang ia ucapkan tepat ketika laki-laki Park itu baru saja membuka pintu. Di tangannya, ia membawa sebuah kantung kertas besar, sepertinya ia baru saja berbelanja.

Mendengar sambutan bernada tidak mengenakkan itu, Chanyeol menaikkan sebelah alisnya bingung. “Hah?”

Gadis Han itu tidak mempedulikan ekspresi kaget yang ditunjukkan sang empunya villa, ia justru memamerkan senyum termanis yang ia miliki—lebih tepatnya senyum yang dibuat semanis mungkin. “Kau dari mana? Tadi ada telepon, untukmu.” ujarnya dengan lembut dan penuh penyesalan, seolah yang ia katakan adalah hal tersalah yang sayangnya Chanyeol lewatkan.

Laki-laki Park itu melebarkan matanya, seolah dirinya menangkap keganjilan yang terjadi tepat di hadapannya sekarang. “Jangan-jangan…”

Sujeong tersenyum semakin lebar. “Ada pesan dari ayahanda tercinta.” Kedua manik cokelatnya sibuk meneliti satu persatu kuku di kesepuluh jari tangannya dan meniup-niupnya, membuat gesture seolah ia mengetahui segalanya. “Ayahmu minta maaf, karena tidak bisa menepati janjinya. Beliau khawatir kau akan kesepian dan menangis.”

Gadis itu tertawa meremehkan. “Aku tidak tau kalau Chanyeol yang bergaya layaknya selebriti dan cool itu…” Ia menarik sebelah sudut bibirnya naik ke atas, membentuk senyuman yang terlihat begitu licik. “—ternyata cengeng dan kesepian.”

Chanyeol memberengut kesal. “Han Sujeong, itu-cerita-waktu-kecil.” Jelasnya singkat dengan nada penuh penekanan di hampir setiap katanya. “Sial, Ayah sialan.”

Sujeong tertawa lagi. “Hei, Chanyeol. Tidak usah panik begitu, aku tidak akan bilang pada siapapun, kok.”

“Tadi kau ingin mengusirku karena aku datang di saat kau seharusnya melewatkan waktu dengan orangtuamu, ya? Wah, manisnya.”

“Tapi sayangnya aku sudah jauh-jauh datang kemari, dan sepertinya sudah tidak ada yang bisa aku kerjakan disini. Mungkin tidak ada salahnya kalau aku merasakan pengalaman musim panas ala selebritis, ‘kan?” ujar gadis itu semanis mungkin sembari tersenyum penuh arti.

“Han Sujeong… kau…” Chanyeol menggeram kesal. “Awas kau.”

Laki-laki Park itu menggelengkan kepalanya pasrah. “Ah, baiklah. Aku akan memperlakukanmu sebagai tamu.” Ia menatap Sujeong dengan tatapan menilai. “Tapi penampilanmu harus diubah. Aku tidak betah dengan gadis berpenampilan kampungan sepertimu.”

Gadis Han itu mengerutkan keningnya, kemudian menatap pakaian yang melekat pada tubuhnya. “Tapi aku tidak bawa baju ga—”

“Soal itu gampang. Tunggu disini.” Chanyeol mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan dengan cepat menekan deretan angka, kemudian menekan icon dial.

Telepon tersambung dengan cepat.

“Ah, ya. Park Chanyeol. Kirimkan tiga penata gaya kemari, segera.”

.

5 minutes later

Tiga penata gaya yang berwajah tak ubahnya artis berjalan memasuki villa dengan anggun. Ketiganya tersenyum kemudian membungkuk hormat pada Chanyeol. Melihat hal itu, laki-laki Park itu tersenyum bangga. “See?

“Tolong perbaiki gadis ini.” perintah Chanyeol pada ketiga penata gaya tersebut, kemudian ia berjalan pergi meninggalkan mereka, menyerahkan gadis Han itu pada ketiga penata gaya kepercayaannya.

“Serahkan pada kami, Tuan Park.”

Sujeong yang sejak tadi terdiam dengan mulut terbuka karena terpana itu kini mengerjapkan matanya beberapa kali. Menurutnya, laki-laki itu memang hebat. Baru saja ia menelepon penata gaya tersebut, lima menit setelahnya mereka datang.

“Silahkan ikut kami, Nona.”

.

“Pertama-tama membersihkan badan terlebih dahulu.” jelas salah seorang penata gaya. “Silahkan masuk. Berendam di Jacuzzi dengan ion negatif.”

Ketika Sujeong berendam di dalam Jacuzzi, kuku-kukunya di rawat, manicure dan pedicure. Setelah itu kulit dan rambut gadis Han itu dihaluskan dengan masker dengan bahan lumpur lautan dalam.

“Ini adalah perawatan seluruh tubuh.”

Begitu tubuh gadis itu bersih dan kulitnya tampak lebih bersinar, ketiga penata gaya itu mempersilahkan Sujeong untuk naik dan berganti baju. “Selanjutnya nail art dan penataan rambut terbaru, Nona.”

Ketiganya mengarahkan Sujeong ke kotak kayu yang mereka bawa. “Silahkan pilih pakaian yang anda suka, Nona. Semuanya hasil karya designer nomor wahid.”

Sujeong yang sejujurnya masih tampak bingung hanya sanggup mengangguk dan menuruti perintah sang penata gaya. Ia memilih sebuah dress selutut dengan warna pink pastel dengan lace di bagian dada dan bagian bawah dress. Seorang penata gaya yang berwajah oriental China tersenyum dan mengarahkan Han Sujeong ke depan cermin rias. “Pejamkan mata anda, Nona.”

Sujeong menurut, detik berikutnya ia merasakan sapuan kuas dan alat-alat make-up di wajahnya, memulas pipi, mata, dan bibirnya. Rasanya menggelitik…dan unik.

“Dan, selesai. Silahkan buka mata anda, Nona.”

Sesuai perintah, Sujeong membuka matanya. Di hadapannya kini tampak bayangan seorang gadis yang sedang duduk berhadapan dengannya. Wajahnya begitu cantik, tampak 180 derajat berbeda dengan yang wajah yang ia kenal sebelumnya. Wajah itu, dengan sapuan make-up warna natural di beberapa bagian wajahnya, tampak berbeda, sangat berbeda.

Wa-wah…

Gadis itu mengelus pipinya. “Ini…aku?”

Ketiga penata gaya itu tersenyum di belakang Sujeong. “Wah, anda cantik sekali, Nona. Aslinya memang sudah cantik, sayang kalau tidak dipoles…”

Sujeong menganggukkan kepalanya—entah mengerti atau tidak dengan apa yang dikatakan para penata gaya tersebut. Ia masih sibuk mengagumi dirinya sendiri.

“Tuan Park, sudah selesai. Silahkan dinilai…”

Mendengar panggilan sang penata gaya, Sujeong sontak menolehkan kepalanya pada Chanyeol dan menatap laki-laki itu dengan penuh arti.

Hehehe. Nah, bagaimana?! Sekarang kau tidak bisa bilang aku tidak cantik dan seksi.’

Chanyeol melirikkan matanya, mengalihkannya barang sejenak dari majalah otomotif yang sejak tadi dibacanya. Laki-laki itu tampak kaget—atau mungkin terpana—untuk beberapa detik, kemudian di detik-detik berikutnya ia mengembalikan ekspresinya seperti semula, datar.

“Hmm…” laki-laki Park itu bergumam sembari menyapukan matanya pada tubuh Sujeong, memperhatikan tiap detailnya dari atas, hingga ke bawah. Jarinya sibuk mengelus dagu, tampak berfikir. “…akhirnya lumayan bisa dipandang.”

Sujeong membelalakkan matanya, kaget. ‘Lumayan?!’ jerit gadis itu dalam hati. Pasalnya, ini adalah pertama kalinya Sujeong berdandan, dan baginya ini adalah penampilan paling cantik dan fantastis yang pernah ia punya. Karena sebelumnya tidak lebih dari baju-baju biasa—yang terkesan murahan—lah yang selalu melekat di tubuhnya.

Tiba-tiba saja pemuda bertubuh jangkung itu merajut langkahnya, bergerak maju mendekati Sujeong. Tentu saja gadis polos itu kaget dan refleks memundurkan tubuhnya.

Tangan Chanyeol mulai terangkat, menyentuh rambut gadis itu dengan lembut. Jemarinya kemudian bergerak menyingkirkan helai-helai poni dari wajah sang gadis yang menurutnya cukup mengganggu pengelihatannya.

Laki-laki Park itu menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah senyum tipis yang tetap saja terlihat tampan. “Begini lebih baik.”

Eh…

Sujeong mengerjapkan matanya beberapa kali, sedikit terpana dengan pesona seorang Park Chanyeol.

Tunggu.

Gadis Han itu menyentuh dadanya, lebih tepatnya ke daerah hati. ‘Ke-kenapa hatiku jadi tersentuh?! Jangan sampai aku terpesona. Dia kan perayu wanita, jadi wajar saja kalau ia sudah terbiasa dalam memperlakukan wanita dengan manis.

Ketika Han Sujeong sedang asyik dengan pikirannya, Chanyeol bergerak semakin maju mendekati sang gadis. Di wajahnya yang tampan, kini terbentuk sebuah senyuman manis yang membuat wajahnya…ah tidak tergambarkan bagaimana tampannya. ‘Ja-jangan sampai aku terjebak,’ dikte Sujeong dalam hati, terus menerus.

Tapi ketika menyadari bahwa laki-laki itu kini benar-benar memojokkannya dan mempersempit jarak di antara mereka, Sujeong buru-buru menyilangkan tangannya di depan dada, melindungi dirinya sendiri.

“Ma-mau apa?” tanyanya dengan terbata. Tampak sekali kalau gadis Han itu sedang gugup.

“Hmm…” gumam Chanyeol dengan nada seolah ia sedang berfikir. Laki-laki itu mengubah senyuman manisnya menjadi smirk yang mematikan, membuat Sujeong mendadak beku di tempatnya.

Kesempatan ini dimanfaatkan Chanyeol dengan baik. Dalam sekali sentak laki-laki Park itu menghapus jarak di antara mereka dengan cara mendaratkan bibirnya di bibir mungil Sujeong. Melumatnya dengan lembut.

Lima detik. Enam detik.

Cukup lama bagi gadis itu menyadari bahwa kini Park Chanyeol itu tengah menciumnya. Bahkan kini pemuda itu tidak lagi selembut sebelumnya, ia melumat bibir gadis itu sedikit lebih…bernapsu? Lidahnya pun tidak tinggal diam. Ia mulai memaksa masuk ke rongga mulut gadis itu dan menjamahnya lebih dalam.

Seakan baru memperoleh kesadaran sepenuhnya, Sujeong melebarkan matanya kaget dan buru-buru mendorong tubuh Chanyeol menjauh darinya. “He-hei, apa yang kau lakukan?!” teriaknya dengan nada yang sedikit bergetar. Di wajahnya kini tergambar beragam ekspresi yang bercampur menjadi satu; antara takut, gugup, kaget, dan…entahlah.

Dia menciumku!’ teriak Sujeong dalam hati. “Ke-kenapa?!”

Laki-laki itu tidak langsung menjawab, ia justru melipat kedua tangannya di depan dada dan memasang senyum, sebuah senyum penuh arti yang terkesan misterius. Khas Park Chanyeol. “Menurutmu, kenapa?”

Ingin rasanya gadis Han itu mencakar-cakar wajah laki-laki di hadapannya. ‘Lagi-lagi pertanyaan itu. Padahal aku bertanya kenapa dia menciumku.’ Dan ingin rasanya ia menangis, saat itu juga. Pasalnya, itu adalah ciuman pertama seorang Han Sujeong. Ciuman yang seharusnya ia lakukan dengan orang yang ia cintai.

Sujeong menutup mulutnya, kemudian menunjuk Park Chanyeol, seolah menuntut. “Ka-kau—ciuman itu hanya dilakukan dengan orang yang kita sukai.”

Kemudian gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan, seolah baru saja menyadari sesuatu.

Jangan-jangan Chanyeol…’

Rona merah tiba-tiba muncul di kedua pipinya, namun gadis itu segera menggelengkan kepalanya, buru-buru menghapus terkaannya tentang laki-laki paling menyebalkan yang pernah ia kenal itu.

Chanyeol memperhatikan tingkah aneh Sujeong, yang ia artikan sebagai ekspresi salah tingkah. “Hmph.” Laki-laki itu menahan tawanya.

Wajah gadis itu semakin memerah, entahlah, mungkin semerah tomat sekarang. “A-Apa…?!” tanyanya dengan galak.

“Aaaa takut,” ejek Chanyeol dengan wajahnya yang kalau saja dilihat secara langsung, maka siapapun ingin melayangkan tinjunya disana. Laki-laki itu kemudian tertawa, tawa mengejek.

“Kau benar-benar serius, ya.” ujar laki-laki itu begitu tawanya berhenti. Ia berdecak, terkekeh, kemudian bergerak maju—mendekatkan bibirnya ke telinga Sujeong.

“Aku hanya ingin menciummu saja, karena kupikir kau cantik. Dasar ketua kelas naif.”

Chanyeol mengatakannya dengan berbisik, sengaja agar membuat tubuh gadis itu beku kembali. Tepat setelah mengatakannya, laki-laki Park itu berkedip genit kemudian berlalu.

Meninggalkan Sujeong yang lagi-lagi bersandar pada tembok dengan tubuh membeku. Gadis itu merosot lagi, kemudian ia menyentuh bibirnya yang beberapa menit lalu berhasil direbut keperawanannya oleh laki-laki sialan bernama Park Chanyeol itu.

“Ci…ciuman pertamaku…”

 

___TBC___

okay, jadi inilah FF pertama aku yang aku post disini, so salam kenal yah 😀

sebenernya FF ini udah lamaaaaa banget aku buat, dan udah pernah aku post di tempat lain dan di wp aku, jadi kalo ada yang udah pernah baca, sekali lagi ini bukan plagiat ya XD

oiya aku akan segera coming dengan sebuah FF marriage life, tunggu yahhh, janji deh nggak ngecewain XD

akhir kata, aku tunggu loh komennya, don’t be silent readers yah ❤

See you!

103 tanggapan untuk “CRUEL BOY! — 1st. That Boy”

  1. Keren banget !!
    Tadinya aku nge search ff nya sehun tapi dapetnya chanyeol jdi gpp deh..
    Waa daebak daebak, sulit nyari ff chanyeol yg bagus(?) Romantis (mnurutku)

  2. thor seru, aku udah pernah baca komik nya, ada di nakayoshi kan?
    judulnya ‘cowok kejam’ kan?
    tapi yang di komik kg berseri
    jadi aku penasaran sama kelanjutannya, sama atau tidak??
    yeoli harus lebih badboy lagi~
    sabar ya buat sujeong~
    semangat buat nulisnya
    next

  3. gileee chanyeol wkwk
    cewenya di sini strong amat yak, ngga nangis apa marah gitu, kan udah di hina bahkan di ambil first kissnya sama chanyeol wqwq ya udin lah overall daebak 🙂

  4. Demi tuhan! Ini keren banget! Aku suka banget sama tokoh Yeol nya :3, aaaa keren :3, part selanjutnya jangan lama-lama ya :), terus aku kasih saran biar lebih banyak adegan kiss nya XD hahahah *abaikan*

  5. Aaaaa ury yeolly kenapa kau seperti itu suamiku???
    Envy banget sama si nona Han itu.
    Next chingu.

  6. Dilanjut ajaaa hahaha
    Canyel apa banget,-,
    Cewenya kok jadi kebayang krystal yak hahaha next aja jangan lamaaa thorrrrrr haha

  7. Aaaaaahh, sampe terbawa wkwkwk. ChanYeol omg!! Aduuh, jadi malu nih baca sendirian di kamar, teris senyum-senyum ga jelaaas haha twoshoot kan? Yg keduanya ditunggu yaa 😀

  8. Aigooo,,,hrus’a cwek’a mewek dsini author

    udah dikata”in msih aj gtu haha….kyak karakter’a siapa ya klo d dramkor?

  9. omayggaaaat thor, pengen jadi tuh cewe :’ bener bener mau wkwkwkw lol, keep writting dan jangan lama, lama yang thor, soalnya kalo lama lama saya bisa ubanan, terus kalo ubanan cenyol oppa gamau sma saya (?) ditunggu chapter 2 nya;;)

Pip~ Pip~ Pip~